Asuhan Keperawa Kadek 1.doc

  • Uploaded by: Yulia Patma Desita
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawa Kadek 1.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,153
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1

Latar Belakang Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal

dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya. Perkembangan neoplasma ganas di serviks tidak menghalangi untuk terjadinya kehamilan. Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang wanita penderita kanker serviks. Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat pendarahan dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat terjadi kematian janin. (Wiknjosastro, Hanifa. 2005) Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks karena jaringan kanker yang terbentuk, akan menghambat proses persalinan (khususnya Kala I). Bila tumor yang terbentuk lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan dapat menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering terjadi infeksi. Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi sesel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain : hubungan seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual multi partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik (namun, persentasenya sangat kecil). Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu : usia, melahirkan lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus terutama virus HIV, dan kebiasaan merokok.

1

Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria, anemia, kelemahan pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya vesikovaginal atau rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena

sebagian

besar

penderita

yang

berobat

sudah

berada

dalam

stadium

lanjut. (Syaifullaoh Nur. 2012) Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan angka kejadian kanker serviks dapat ditekan pada tahun - tahun berikutnya. 1.1.2

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kanker ? 2. Apa saja penyebab kanker ? 3. Ada berapa stadium dalam penyakit kanker ? 4. Bagaimana tanda dan gejalah terkena penyakit kanker ? 5. Bagaimana untuk kita sebagai perawat dalam menangani pasien dengan penyakit kanker ? 1.1.3

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1.1

Definisi

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 ) Kanker adalah pertumbuhan sel tidak beraturan yang muncul dari satu sel. Kanker merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan idak mengikuti aturan dan regulasi sel yang tumbuh normal. Penyakit kanker merupakan penyakit karakteristik adanya gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiselular sehingga terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Kanker menurut WHO , adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganan dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses inidisebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker ( WHO, 2009 ) 2.1.2

Etiologi Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak

terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Tapi penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah satu golongan virus,di mana terdapat lebih dari 100 jenis HPV. Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui seks oral. Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen wanita akan 3

terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang jelas, dan infeksi bisa hilang tanpa penanganan medis. Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis HPV penyebab kutil kelamin ini tidak menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling umum adalah HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70 persen wanita. Jenis HPV yang berisiko tinggi dianggap mengandung materi genetik yang bisa dipindahkan dari sel virus ke dalam sel leher rahim. Materi ini akan mulai mengganggu kinerja sel, hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa terkendali. Proses inilah yang menyebabkan munculnya tumor dan kemudian berubah menjadi kanker.

2.1.3

Factor Resiko

1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18. a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma. b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondilom akuminata. c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat. d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks ) 2. Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. a. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun). b. Berganti - ganti pasangan seksual. c. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. d. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran. e. Pemakaian Pil KB. 4

f. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian. g. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 ) 2.1.4

Stadium klinis

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat kriteria a) Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi. b) Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri. 

Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.



Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologic menunjukkan invasi serviks uteri.

c) Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi. 

Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.



TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetap belum sampai pada dinding panggul.

d) Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor. 

Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan. 5



Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.

e) Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh. 

Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.



Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.( Dr Imam Rasjidi, 2010 )

2.1.5 Manesfestasi Klinik

1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan. 2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ). 3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama. 4. Perdarahan spontan saat defekasi. 5. Perdarahan diantara haid. 6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina. 7. Anemia akibat pendarahan berulang. 8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. (Dr RamaDiananda, 2009 ) 2.1.6 Patofisiologi

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 6

Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)

7

8

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a) Sitologi Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik. b) Kolposkopi Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah8 mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks. c) Biopsi Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%. d) Konisasi Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut : 1. Proses dicurigai berada di endoserviks. 2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi. 9

3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy. 4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik. ( Prof. R Sulaiman , 2006 ) 2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitostatika dalam ginekologi. Penggolongan obat sitostatika antara lain : I. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik. II. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimanaproliferasi termasuk obat fase spesifik. III. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik. 2.1.9 Penatalaksanaan Keperawatan

Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga 10

tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

2.2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN  PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual.Salah satu faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun. A. Perilaku seks berganti - ganti pasangan Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat ditularkan dengan mudah. B. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat. C. Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks. D. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, perandiri, emosional. E. Perineum; keputihan, bau, kebersihan Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher Rahim yang mulai mengalami metastase. F. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai ) Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita pada organ - organ daerah panggul.

G. Perasaan berat daerah perut bagian bawah 11

Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah tersebut. H. Gaya hidup Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher Rahim. I. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim. J. Riwayat Keluarga Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.( Doengoes, 2005 ) k. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : pada saat melakukan inspeksi apa di temukan perdarahan dan keputihan di sekitar genetalia. palpasi: pasien biasanya merasakan nyeri yang hebat di bagian abdomen bawah dan nyeri di bagian punggung bawah. 2.

Diagnosa Keperawatan

N

Diagnosa

NOC

O 1.

Keperawatan Ketidak seimbangan nutrisi Setelah

NIC dilakuakan Menegemen nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh tindakan

keperawatan

I.

b.d mual, muntah sekunder selama ....x 24 jam klien terhadap pengobatan

penyakit

dan mampu: 1.

bahwa

tidak ada tanda malnutrisi 2.

III.

Menunjukkan

terjadi

penurunan

Monitor

intake

nutrisi IV.

tidak berat

adanya

jumlah kalori dan

peningkatan berat badan 3.

Kaji

penurunan BB

Menunjukkan

sesuai tujuan

adanya

mual muntah II.

menunjukkan

Mengkaji

Berikan

substansi

gul V.

Berikan

makanan 12

badan yang berarti

yang terpilih ( tinggi serat

untuk

mencegah konstipasi ) VI.

Kolaborasi

untuk

pemberian nutrisi VII.

Monitor BB dalam batas normal

2

Nyeri akut b.d agen cidera Setelah biologis

tindakan

dilakuakan Managemen nyeri keperawatan

I.

Lakukan pengkajian

selama ....x 24 jam klien

nyeri

mampu:

komprehensif

1. Mengontrol nyeri 2.

Melaporkan

II. bahwa

Menyatakan

nyaman berkurang

ketika

Gunakan

teknik

komunikasi

nyeri berkurang 3.

secara

terapeutik rasa

untuk

mengetahui

nyeri

pengalaman nyeri III.

Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri

IV.

Beri

penanganan

nyeri ( farmakologi / non farmakologi ) V.

Ajarkan

teknik

relaksasi VI.

Kolaborasi

dengan

tim

dokter

pemberian

terapi

farmakologi

13

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

14

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Faktor pencetus kanker adalah : 

HPV ( Human Papiloma Virus )



Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).



Berganti - ganti pasangan seksual.



Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.



Pemakaian Pil KB (kontrasepsi oral).



Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.



Golongan ekonomi lemah

3.2 SARAN Hal yang paling utama kami sarankan untuk menghinari kanker serviks adalah dengan menhindari faktor pencetus yang dapat membahayakan kesehatan kita dan selalu melakukan cake up kesehatan alat reproduksi kita kepada dokter spesialis, melakukan konsultasi sebelum memilih alat kontrasepsi dan selalu menjaga kebersihan genetalia baik anak, remeja maupun dewasa.

DAFTAR PUSTAKA Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 15

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC

16

Related Documents

Benchmarking 1doc
June 2020 45
Homework.1doc
October 2019 76
Cerpen (kadek).docx
November 2019 14

More Documents from "kadek sulastri"