BAB I KONSEP MEDIS
A. Defenisi Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
bakteri
atau
kuman
streptococcusi
beta
hemolyticus,
streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua yaitu : 1. Tonsilitis Akut dan 2. Tonsilitis Kronik B. Etiologi Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab
terbanyak
dapat
juga
disebabkan
oleh
virus.
Faktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk. Diagnosis dari tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama berdasarkan manifestasi klinis. Meskipun demikian prosedur kultur dan resistensi bakterial sangat dianjurkan. Hal ini berkaitan dengan ditemukannya jenis bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A pada 40% kasus, di mana tonsilitis
yang terjadi sekunder terhadap
bakteri
ini dapat
menimbulkan berbagai komplikasi yang cukup berat. Jenis bakteri lain yang juga dapat ditemukan, antara lain: streptokokus alfa dan gama, difteroid, stafilokokus aureus, dan haemofilus influenza. Di
samping itu bakteri anaerob juga telah ditemukan pada permukaan dan poros tonsil, terutama grup bakteroides melaninogenikus.
C. Patofisiologi Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang – kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut. 1. Pada tonsilitis Akut Penularan
terjadi
melalui
droplet
dimana
kuman
menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear. 2. Pada Tonsilitis Kronik Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan
jaringan
limpold
terkikis,
sehingga
pada
proses
penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu – abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak – bercak tersebut sesungguhnya
adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman – kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati. D. Manisfestasi Klinis Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang – kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau, yaitu : 1. Suhu tubuh naik sampai 40oC. 2. Rasa gatal atau kering ditenggorokan. 3. Lesu. 4. Nyeri sendi, odinofagia. 5. anoreksia dan otolgia. 6. Bila laring terkena suara akan menjadi serak. 7. Tonsil membengkak. 8. Pernapasan berbau. E. Komplikasi 1. otitis media akut. 2. Abses parafaring. 3. abses peritonsil. 4. Bronkitis, 5. Nefritis akut, gout / artritis, miokarditis. 6. Dermatitis. 7. Pruritis. 8. Furunkulosis.
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Kultur dan uji resistensi bila perlu. 2. Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil. G. Penatalaksanaan Medis Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan – makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan. Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin. Kadang – kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari. Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang – kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat. 1. Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.
2. Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari. 3. Antipiretik. 4. Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. 5. Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian 1. Keluhan utama : Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll 2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll 3. Riwayat kesehatan lalu a. Riwayat kelahiran b. Riwayat imunisasi c. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ) d. Riwayat hospitalisasi 4. Pengkajian umum a. Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll 5. Pernafasan a. Kesulitan bernafas, batuk b. Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : 1. T0 : bila sudah dioperasi 2. T1 : ukuran yang normal ada 3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah 4. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
5. T4 : pembesaran melewati garis tengah 6. Nutrisi a. Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang 7. Aktifitas / istirahat a. Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise 8. Keamanan / kenyamanan a. Kecemasan anak terhadap hospitalisasi B.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan Diagnosa
keperawatan
yang
mungkin
muncul
pada
Tonsilitis akut adalah 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil 1. Intervensi Keperawatan : 1. Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak 2. Pantau suhu lingkungan 3. Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien 4. Berikan kompres hangat 5. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari ) 6. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil 1. Intervensi Keperawatan:
1. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi) 2. Kaji Tanda-tanda Vital 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut 5. Berikan
tehnik
distraksi
untuk
mengalihkan
perhatian anak 6. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia 1. Intervensi Keperawatan : 1. Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit 2. Timbang BB tiap hari 3. Berikan makanan dalam keadaan hangat 4. Berikan
makanan
dalam
porsi
sedikit
tapi
seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik 5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan 6. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan 1. Intervensi Keperawatan : 1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas 2. Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
3. Monitor Tanda-tanda Vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas 4. Berikan lingkungan yang tenang 5. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien 5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii 1. Intervensi Keperawatan: 1. Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien 2. Lakukan irigasi telinga 3. Berbicaralah dengan jelas dan pelan 4. Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi 5. Kolaborasi pemeriksaan audiometri 6. Kolaborasi pemberian tetes telinga
DAFTAR PUSTAKA
Belden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 24 Juni 2003. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta. Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2007 http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/tonsilitis.html