LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN DIAGNOSA SYOK HIPOVOLEMIK
A. Identitas pasien Nama
: Ny. A
Umur
: 38 Tahun
JenisKelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 24 Maret 2019
Tanggal pengkajian
: 26 Maret 2019
No RM
: 13467
B. Keluhan Utama Seorang perempuan 38 tahun datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran setelah menjalani operasi section caesarea atas indikasi eklampsi berat. Sebelumnya pasien telah menjalani persalinan dengan operasi SC kurang lebih 4 jam.
C. Riwayat kesehatan Keluarga mengatakan pasien mengeluh pusing,pandangan kabur,kaki bengkak lalu oleh keluarga pasien dibawa ke RS. Saat diperjalanan tiba-tiba pasien mengalami kejang-kejang dengan waktu masing-masing 15 detik.pasien merasa mual dan sempat muntah sebanyak 2 kali ketika berada diponek, muntahan berisi air dan berisi sedikit makanan. D. Riwayat kesehatan sekarang Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan penurunan kesadaran GCS 10, TD 80/50mmHg, N: 120/menit, RR: 32x/menit, S:35,70C, CRT memanjang. E. Riwayat penyakit dahulu Mengalami pre eklampsia berat F. Primary Survey Danger
: pasien mengalami syok hipovolemik, edema paru, cardiomegali dan
abdomen di dapatkan shiftig dullness. Response
: Allert (-), respon terhadap verbal (-), respon terhadap nyeri (-)
Airway
: gurgling (-), snoring (-), ronkhi (-)
Breathing
: ventilasi tidak adekuat, iregular, RR 32 x/mnt, HR 120 kali/ menit,
Pernafasan cuping hidung (-). Circulation
: Nadi kuat, HR 120 x/mnt, RR meningkat 32 kali/menit, TD 80/50 mmHg,
T 35,70C. G. Secondary survey 1) SAMPLE Pasien dirujuk ke RS Ahmad yani metro dengan keluhan utama penurunan kesadran setelah menjani operasi sectio caesarea atas indikasi pre eklampsia berat. Sebelumnya pasien telah menjalani persalinan dengan operasi SC kurang lebih 4 jam. 2) Tanda Vital TD 80/50 mmHg, RR 32x/mnt, HR 120 x/ menit, T 35,7˚C, GCS 10, CRT memanjang. 3) Pemeriksaan fisik a) Kepala Bentuk bulat, benjolan (-), Kesadaran GCS 10 apatis, benjolan (-), perdarahan hidung mulut telinga (-), racoon eyes (-). b) Dada paru Bentuk dada simetris, pernafasan spontan, lesi (-), jejas (-), perkusi pekak, krepitasi (-), suara nafas vesikuler, retraksi interkosta (-). c) Abdomen Shiftig dullness d) Ekstremitas Superior dan inverior akral teraba dingin 4) Pemeriksaan penunjang a) Foto rongen
: cardiomegali dan edema pulmo
b) USG
: asites di cavum pelvis
c) Pemeriksaan urin
: keton (+++)
d) Lab
: Bh 7,6 g/dl
H. Penatalaksanaan/Terapi 1. Airway : Bebaskan jalan nafas 2. Breathing : Oksigen 6-8 ltr/mnt 3. Circulation : Tinggikan tungkai, 4. Infus RL/NaCl 1 ltr dalam 15-20 menit, lanjutkan hingga 3 ltr dalam 2-3 jam, 5. Tranfusi darah bila Hb < 6 gr %/ Ht <20
6. Drug : Berikan Dopamin atau norepineprin I.V sesuai order untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan perfusi renal. I. Diagnosa Keperawatan 1.
Penurunan curah jantung
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
J. Analisa Kasus Data
Etiologi
Seorang perempuan 38 tahun
syok hipovolemik
Masalah keperawatan
DS:
datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran setelah menjalani
operasi
caesarea
atas
section indikasi
eklampsi berat. Sebelumnya pasien
telah
menjalani
persalinan dengan operasi SC kurang lebih 4 jam. DO : TD
80/50
mmHg,
RR
32x/mnt, HR 120 x/ menit, T 35,7˚C,
GCS
10,
CRT
memanjang. Pemeriksaan fisik : abdomen shifting dullness Pemeriksaan lab : a) Foto
rongen
cardiomegali
: dan
edema pulmo b) USG
:
penurunan volume intravaskuler
asites
cavum pelvis c) Lab : Hb 7,6 g/dl
di
penurunan curah jantung
penurunan curah jantung
DS : Seorang perempuan 38 tahun
ketidakefektifan
syok hipovolemik
datang dengan keluhan
perfusi
jaringan perifer
utama penurunan kesadaran setelah menjalani operasi
penurunan volume intravaskuler
section caesarea atas indikasi eklampsi berat
penurunan curah jantung
DO : TD
80/50
mmHg,
RR
32x/mnt, HR 120 x/menit, CRT memanjang.
penurunan suplai darah ke perifer
perfusi jaringan turun
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
K. Perencanaan DX 1
TUJUAN Setelah
dilakukan
INTERVENSI 1. Buka jalan nafas
RASIONALISASI 1. Memaksimalkan
tindakan
dengan teknik jaw
pembersihan jalan nafas.
keperawatan selama
thrust dan chin lift
2. Mengidentifikasi adanya
2X8 menit masalah teratasi
perdarahan 3. Monitor pernafasan.
kriteria hasil :
2. Posisikan pasien rata
1. TD : 80/50
jika bisa posisikan
mmhg
tungkai lebih tinggi
2. N : 120x/menit 3. RR :
4. Memaksimalkan pemberian cairan 5. Memaksimalkan kontarksi
3. Berikan terapi oksigen 4. Resusitasi cairan
jantung meningkat 6. TD meningkat
5. Kolaborasi pemberian
32x/menit
obat
4. CRT <2 detik 2
Setelah dilakukan
1. Monitor fisik terhadap
tindakan keperawatan 2x8
obat yang diberikan
kriteria hasil :
mmhg 2. N :
2. Memaksimalkan cairan
hemodinamik, 3.
1. TD : 80/50
yang diberikan
2. Monitor parameter
menit masalah teratasi
1. Mengevaluasi treatman
yang diberikan sesuai
Monitor intake dan
3. TD naik
output.
4. Memaksimalkan untuk
4. Monitor TTV 5.
tindakan selanjutnya
Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan,
120x/menit 3. RR : 32x/menit
Implementasi Keperawatan T
D
gl
X 1
Implementasi
Evaluasi
1. Buka jalan nafas dengan teknik jaw thrust
S:
dan chin lift 2. Posisikan pasien rata jika bisa posisikan tungkai lebih tinggi 3. Berikan Oksigen 6-8 ltr/mnt,
O: 1. TD : 100/70 mmhg 2. N : 100x/menit 3. RR : 18x/menit 4. CRT <2 detik
4. Resusitasi cairan dengan pasang Infus RL/NaCl 1 ltr dalam 15-20 menit,
5. Hb : 12 6. Asites (-)
lanjutkan hingga 3 ltr dalam 2-3 jam, 5. Tranfusi darah
A: masalah teratasi sebagian.
6. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V.
2
7. Memonitor
fisik
terhadap
obat
P: lanjutkan intervensi
yang S :
diberikan 8. Memonitor parameter hemodinamik, CVP,
O: 1. TD : 100/70 mmhg
PAWP, dan cardiac output, setiap 15 menit,
2. N : 100x/menit
untuk mengevaluasi respon pasien
3. RR : 18x/menit
terhadap treatmen yang sudah diberikan
4. CRT <2 detik
9. pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam. Jika perdarahan berasal dari
5. Hb : 12 6. Asites (-)
gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan gastric drainase. Jika output kuranng
A: masalah teratasi sebagian.
dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse, tetapi awasi adnya tanda kelebihan P: lanjutkan intervensi cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor dokter jika urin output tidak meningkat. 10. Memonitor TTV 11. Kolaborasi jika pasien harus dilakukan pembedahan