Askep Kanker Laring Fix.doc

  • Uploaded by: hsd
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Kanker Laring Fix.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 8,533
  • Pages: 57
1

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN PRE OPERASI TRAKEOSTOMI : KANKER LARING Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif Dosen Mata Ajar : Rudi Haryono, S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh: Amalia Salsabila

2620152763

Dessy Puspita Anggraini

2620152774

Widyaningsih

2620152806 3D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2017

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada Tn.N dengan Ca Laring” dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Haryono, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Keperawatan Perioperatif Akper Notokusumo yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat berguna dalam menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Yogyakarta, 25 September 2017

Penyusun

ii

DAFTAR ISI Kata Pengatar...................................................................................................i Daftar Isi...........................................................................................................ii Daftar Tabel......................................................................................................iii Daftar Gambar..................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang............................................................................................1 B. Tujuan.........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Laring 1. 2. 3. 4. 5.

Pengertian Kanker Laring....................................................................3 Etiologi.................................................................................................3 Tanda dan Gejala..................................................................................4 Penatalaksanaan...................................................................................4 Patofisiologi.........................................................................................5

B. TRAKEOSTOMI 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pengertian.............................................................................................6 Klasifikasi............................................................................................7 Indikasi.................................................................................................7 Komplikasi...........................................................................................8 Dampak................................................................................................8 Perawatan.............................................................................................8

BAB III KASUS A. Kasus..........................................................................................................10 B. Pengkajian..................................................................................................12 C. Diagnose Keperawatan...............................................................................20 D. Intervensi....................................................................................................21 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian..................................................................................................27 B. Diagnosa.....................................................................................................30 C. Intervensi....................................................................................................33 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................34 B. Kritik Saran................................................................................................34

iii

DAFTAR PUSTAKA

iv

DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR A. Gambar

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan. Kanker berasal dari pertumbuhan abnormal sel atau jaringan yang bersifat invasif serta mampu bermetastasis. Salah satu jenis kanker yang menyebabkan kematian dengan jumlah yang besar di Indonesia adalah kanker kepala dan leher. Kanker kepala dan leher adalah keganasan epitel dari saluran aerodigestif bagian atas (UADT) yang di dalamnya terdapat sinus paranasal, rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring (Adam, 2017). Kanker kepala dan leher merupakan kanker yang paling banyak terjadi keenam di seluruh dunia, dengan insiden pertahun diperkirakan sebanyak 563.826 kasus (termasuk 274.850 kanker rongga mulut, kanker laring 159.363, dan 52.100 kanker oropharyngeal) dan angka kematiannya di perkirakan sebanyak 301.408 kematian per tahun. Di Amerika Serikat pada tahun 2006, kanker kepala dan leher adalah kanker yang paling umum kesembilan pada pria, dengan insiden sebesar 14,97 per 100.000 pada pria dan 6,24 per 100.000 pada wanita dan angka kematian yang berkaitan dengan usia sebesar 3,78 per 100.000 pada pria dan 1,39 per 100.000 pada wanita. Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 35.720 kasus kanker kepala dan leher dan 7.600 kematian diperkirakan telah terjadi (Adam, 2017). Dua pertiga dari kasus kanker kepala dan leher di dunia terjadi di negaranegara berkembang. Di negara berkembang, insiden kanker tersebut lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1. Di Indonesia prevalensi kanker kepala leher cukup tinggi dengan insiden sebesar 4,7 per 100.000 penduduk. Kanker kepala dan leher menduduki urutan ke-4 pada pria dan wanita sedangkan pada pria saja menempati urutan ke-2. Kanker kepala dan leher umumnya disebabkan karena kebiasaan merokok dengan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Kanker ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan presentase sebesar 52,7% berbanding 47,2%. Perbandingan ini tidak terlalu jauh dikarenakan

2

tingginya perokok pasif di Indonesia yang terjadi pada perempuan (Adam 2017). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untu membahas tentang penyakit kanker laring dan juga trakeostomi. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan Kanker Laring dengan Pre Operasi Trakeostomi, sehingga mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan Kanker Laring dengan Pre Operasi trakeostomi dengan tepat dan benar. 2. Tujuan Khusus a. Memahami mengenai kanker laring (pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan) b. Memahami mengenai trakeostomi (pengertian, etiologi, manifestasi klinis, indikasi, kontraindikasi, penatalaksanaan) c. Mampu memberikan asuhan keperawatan kanker laring dengan pre operasi trakeostomi.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KANKER LARING 1. Pengertian Kanker Laring adalah keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Kanker laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas (Nugroho, 2012). Kanker laring adalah karsinoma sel skuamosa yang menyerang pita suara dan jaringan sekitarnya (Sudiana, 2008). Kanker laring adalah pertumbuhan jaringan yang tidak terbatas, terus-menerus dan tidak koordinasi pada daerah sekitar laring (Hermani, 2007). 2. Faktor presipitasi dan predisposisi a. Faktor presipitasi Penyebab utama tumor laring sampai saat ini belum di ketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan dengan terjadinya keganasan laring yaitu (Nugroho, 2012): 1) Rokok 2) Alkohol 3) Sinar radio aktif 4) Polusi udara 5) Radiasi leher dan asbestosis. 6) Ada peningkatan resiko terjadinya karsinoma laring pada pekerjapekerja yang terpapar dengan debu kayu. 7) Selain itu, diduga virus juga berkaitan dengan kejadian kanker laring, antara lain HPV, dan Eibstein Barr Virus b. Faktor predisposisi Menurut Sjamsuhidajat (2010), yaitu: 1) Ras keturunan (herediter). 2) Laki-laki lebih besar daripada perempuan. 3) Perokok aktif/pasif 4) Berhubungan dengan karsinogen: tembakau, alcohol, dan polusi 5) 6) 7) 8) 9)

industry Usia antara 50-70 tahun Kebiasaan makan minum yang terlalu panas Radang kronis di daerah laring atau laryngitis kronik Kebiasaan makan-makanan yang diawetkan Faktor lingkungan (iritasi oleh bahan kimia, asap jenis kayu bakar,

kebiasaan masak dengan bumbu atau bumbu masak tertentu) 10) Keadaan sosial ekonomi yang rendah

4

11) Letak geografis. 3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala menurut Tanto (2014): a. Suara serak b. Penurunan berat badan dan status kelemahan umum c. Kesulitan menelan d. Obstruksi jalan napas Menurut Nugroho (2012) tanda dan gejala yang sering dijumpai adalah : a. Suara serak b. Sesak nafas dan stridor c. Rasa nyeri di tenggorok d. Disfagia e. Batuk dan haemoptisis f. Pembengkakan pada leher 4. Patofisioligi Pertumbuhan kanker ini biasanya terjadi karena iritasi yang kronik dilaring, karena iritasi ini maka akan terjadi perubahan sel yang akan menyebabkan terjadinya kanker. Perubhan ini mungkin berbentuk hyperplasia pada epitel dan terdapat bintik putih pada epitel dan terdapat bitik putih pada pita suara, (Balaban, 2014). Pada kanker insitu tampak adanya penebalan pada epitel karena adanya sel maligna tanpa adanya invasi pada sel. Pertumbunhan tumor biasanya dimulai dengan invasi dengan fiksasi dari pita suara. Suara serak adalah gejala yang ditemukan pada karsinoma laring dan merupakan satusatunya gejala penyakit ini selama berbulan-bulan. Kemudian kondisi penderita akan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan. Sampai sekarang belum dijumpai tanda dan gejala lain sampai terjadi stridor akibat sumbatan saluran nafas. Bila tumor laring sudah terjadi metastase kearah faring maka akan timbul gejala disfagia, rasa sakit untuk menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga (otalgia). Pada stadium lanjut sudah teraba pembesaran kelenjar limfe leher bahkan kadang-kadang tumor teraba, (Nurbaiti, 2010).

5

5. Pathway

Faktor Predisposisi (Alkohol, rokok, radiasi) Poliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Kanker Laring

Metastase supraglotik

Plica Vocalis

Menekan / mengiritasi serabut syaraf

Obstruksi jalan napas

Suara parau Obstruksi lumen eosophagus

Mengiritasi sel laring

Nyeri Afonia

Disfagia progresif

Infeksi Gangguan komunikasi verbal

Intake makanan menurun

BB menurun

Akumulasi sekret

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 Pathway Kanker Laring (Nurbaiti, 2010)

6. Diagnose keperawatan yang sering muncul (Nurbaiti, 2010) a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan napas b. Nyeri akut b.d iritasi serabut saraf c. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d obstruksi lumen esophagus d. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vocalis.

1

7. Rencana Keperawatan Intervensi Tujuan Rencana Rasional napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan

Diagnosa Keperawatan Bersihan tidak

jalan efektif

obstruksi jalan napas

b.d keperawatan selama 3x 24 (3140)

Napas

(3140)

jam bersihan jalan napas 1. Monitor status pernapasan 1. Untuk

mengetahui

tidak efektif dapat teratasi 2. Posisikan pasien untuk

frekuensi,

dengan kriteria hasil:

memaksimalkan ventilasi

apakah terjadi gangguan

1. Frekuensi pernapasan

(posisi semifowler)

pada pernafasan pasien

ditingkatkan deviasi

ringan

dari 3. Kelola pemberian obat 2. Posisi ke

deviasi kisaran normal

sesuai

rekomendasi

dokter.

(0410)

volume,

semifowler

membuat pernafasan

dan

akan

sirkulasi pasien

lebih

lancar dan mudah, pasien

2. Suara nafas tambahan Monitor Pernapasan (3350) ditingkatkan

dari 1. Auskultasi bunyi nafas

deviasi

dari

sedang

kisaran

normal

deviasi

ringan

ke dari

kisaran normal (0410)

tambahan

juga akan merasa lebih nyaman. 3. Kolaborasi

dapat

membantu

mempermudah

dan

mempercepat

pencapaian tujuan, selain

2

itu

kolaborasi

dapat

memaksimalkan pelayanan yang diberikan pada pasien. Monitor Pernapasan (3350) 1. Untuk mengetahui apakah terdapat bunyi tambahan pada pernafasan pasien seperti whezzing, dll Nyeri

akut

b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400)

cidera

biologi keperawatan selama 3x 24 1. Lakukan

(penekanan

serabut jam nyeri dapat teratasi

syaraf tumor)

oleh

sel-sel dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat mengenali kapan

nyeri

terjadi

ditingkatkan ke secara konsisten menunjukkan (1605)

Manajemen Nyeri (1400)

pengkajian

secara komprehensif 2. Ajarkan

teknik

1. Untuk

mengetahui

penyebab nyeri, kualitas non

nyeri, bagian atau letak

farmakologi

(teknik

nyeri, sekala nyeri, dan

relaksasi

dalam)

waktu nyeri.

napas

untuk mengurangi nyeri 3. Dorong teknik

penggunaan relaksasi

napas

2. Teknik dalam

relaksasi

nafas dapat

menenangkan pasien dan

3

2. Nyeri berkurang dari

dalam

membuat

skala 5 menjadi skala 4. Kelola 4 (2102)

pemberian

analgesic

3. Frekuensi nafas dalam

sesuai

pasien

lebih

rilex dan nyaman. 3. Agar pasien termotivasi untuk dapat mengkontrol

rekomendasi dokter.

rentang normal 16-24x

nyeri secara mandiri.

(2102)

4. Analgesic kamdungan

memiliki zat

yang

dapat mengurangi nyeri Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan asuhan Manajemen gangguan makan

nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3x 24 (1030) kebutuhan

tubuh

b.d jam

kurang asupan makanan

diharapkan

porsi 1. Monitor

(1030) intake/asupan 1. Nutrisi yang baik akan

makan pasien bertambah

makanan

dengan kriteria hasil:

cairan secara tepat

1. Asupan makanan dari 2. Dorong cukup dari

memnyimpang rentang

normal

dan klien

asupan

membantu

untuk 2. Monitor yang baik dapat

memonitor sendiri asupan

memantau

makanan harian

makanan pasien

dari 1. Tentukan

status

proses

peyembuhan

ditingkatkan ke sedikit Manajemen Nutrisi (1100) menyimpang

pada pasien. Manajemen gangguan makan

intake

Manajemen Nutrisi (1100) gizi 1. Nutrisi yang tepat akan

4

rentang normal (1004) 2. Asupan dari

karbohidrat

cukup

adekuat

ditingkatkan

pasien dan kemampuan

membantu

(pasien) untuk memenuhi

penyembuhan

kebutuhan gizi.

ke 2. Anjurkan

2. Posisi

pasien

untuk

tegak

proses

duduk

memaksimalkan

sebagian besar adekuat

duduk pada posisi tegak

pembukaan

(1009)

dikursi

pencernaan

3. Asupan

protein

cukup

dari

jika

dengan jalan

memungkinkan

adekuat

ditingkatkan

ke

sebagian besar adekuat Gangguan

(1009) komunikasi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji

verbal b.d plica vokalis

keperawatan selama 3x24 jam

klien

berkomunikasi

tipe

derajat 1. Membantu

disfungsi, kesulitan

dapat 2. Mintalah dengan

atau pasien

mengikuti

daerah untuk

perintah

menentukan dan

kerusakan serebral yang terjadi

dan

kriteria hasil:

sederhana (seperti buka ,

kesulitanpasien

1. Menggunakan bahasa

mata

beberapa

tunjuk

kepintu)

non verbal dari sedikit

ulangi dengan kata atau

terganggu ditingkatkan

kalimat yang sederhana.

derajat

dalam

atau

seluruh

tahap komunikasi. 2. Melakukan

penilaian

5

ke tidak terganggu. 2. Menggunakan bahasa lisan

dari

cukup

3. Berikan

metode

komunikasi

alternative,

tulis,

ke sedikit terganggu

petunjuk visual ( gerakan

akurat

dari

cukup

terganggu ditingkatkan ke sedikit terganggu

adanya

kerusakan sensorik.

seperti menulis di papan 3. Mempermudah

terganggu ditingkatkan 3. Pertukaran pesan yang

terhadap

gambar.

tangan,

Berikan

orang lain.

gambar-gambar, 4. Menurunkan kebingungan

daftar

kebutuhan,

demonstrasi )

/ ansietas selama proses komunikasi dan berespons

4. Katakan secara langsung dengan

pasien,

bicara

perlahan

dan

dengan

tenang.

pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu 5. Pasien

5. Bicaralah normal

komunikasi klien dengan

dengan dan

nada hindari

merusak

tidak

perlu

pendengaran,

dan meninggikan suara

percakapan yang cepat.

dapat

menimbulkan

Berikan

marah

pasien

waktu

pasien untuk

jarak

berespon.

/

menyebabkan kepedihan.

Bicaralah tanpa tekanan 6. Melatih komunikasi klien. terhadap sebuah respon.

6

6. Anjurkan atau

pengunjung

orang

terdekat

mempertahankan usahanya berkomunikasi

untuk dengan

pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang halhal

yang terjadi

keluarga.

pada

1

8. Komplikasi Komplikasi tumor laring menggambarkan modalitas terapi yang digunakan. Komplikasi dari tumor laring menurut concus (2008) antara lain: a. Gangguan vocal b. Gangguan menelan c. Kehilangan penciuman dan perasa d. Timbulnya fistula e. Gangguan saluran nafas f. Kerusakan saraf cranial g. Kerusakan vascular h. Fibrosis jaringan i. Hipotiroidisme j. Hematom k. Infeksi 9. Pemeriksaan diagnostik Menurut Sudiana (2008) pemeriksaan diagnose pada tumor laring terdiri dari: a. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menentukan letak tumor. b. Laringoskopi Laringoskopi digunakan untuk memvisualisasi bentuk atau pertumbuhan tumor. c. Biopsy Tindakan biospsi digunakan untuk menentukan keganasan sel. d. Pemeriksaan fungsi paru, scaning tulang atau scaning organ yang lain jika dicurigai metastase. 10. Penatalaksanaan Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari : a. Laringektomi 1) Laringektomi parsial Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II. 2) Laringektomi total Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea. b. Diseksi Leher Radikal

2

Tindakan ini tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh. c. Radioterapi Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad. 2,10 Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti dengan laringektomi total. d. Kemoterapi Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2 (Nugroho, 2012).

B. TRAKEOSTOMI 1. Pengertian Trakeostomi adalah pembuatan lubang pada dinding anterior trakea untuk memintas jalan napas atas. McClelland yang dikutip oleh Goldenberg menyatakan kata trakeostomi berasal dari dua kata Yunani yang artinya memotong trakea (Nurdina, 2016).

3

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan nafas bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea di sebut trakeotomi sedangkan

tindakan

membuat

stoma

selanjutnya

diikuti

dengan

pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas yaitu jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Istanti, 2015). 2. Klasifikasi Menurut Nurdina (2016): a. Berdasarkan letak (batas letak: cincin trakea ketiga) 1) Letak tinggi Insisi diantara cincin trakea satu dan dua, umumnya pada pasien tumor laring atau hipofaring. 2) Letak rendah Insisi dilakukan antara cincin trakea dua dan tiga atau cincin trakea tiga dan empat. Hal ini sering dilakukan untuk mengindari stenosis subglotis. b. Berdasarkan waktu dilakukan tindakan 1) Trakeostomi darurat Dilakukan pada kasus sumbatan jalan napas atas untuk penyelamatan nyawa. 2) Trakeostomi elektif Tindakan trakeostomi yang dilakukan dengan persiapan sarana dan persiapan kondisi pasien secara baik. 3. Indikasi Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar menurut (Novaldi,2010): a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas b. Membantu respirasi untuk periode yang lama c. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi

4

e. Trakeostomi elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher sehingga memudahkan akses dan fasilitas ventilasi. f. Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher g. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis. 4. Komplikasi a. Komplikasi segera: 1) Perdarahan 2) Pneumothorak terutama anak-anak 3) Aspirasi 4) Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi 5) Emfisema subkutan dan mediastinal b. Komplikasi lanjut: 1) Obstruksi jalan nafas (sekresi, konstriksi jalan nafas, penempatan kanul yang tidak tepat, cuff terlalu kencang) 2) Infeksi (stoma atau pulmoner) 3) Dampak Psikologis 4) Aspirasi (sekresi, cairan lambung) 5) Kerusakan trakeal (fistula, progresif) (Istanti, 2015) 5. Dampak psikologis (Istanti, 2015): a. Gangguan body image b. Perubahan komunikasi verbal

6. Perawatan Praoperatif Trakeostomi Pada pasien yang menjalani trakeostomi elektif, perkuat edukasi pada pasien dan keluarga. Pemahaman klien mengenai slang trakeostomi dapat ditingkatkan dengan melihat diagram anatomis dan dengan merawat slang trakeostomi. Perubahan pascaoperasi dalam kemampuan berbicara dan makan harus dijelaskan. Jika trakeostomi akan dipasang secara

5

permanen, dapat diberikan informasi mengenai cara hidup yang lebih produktif dengan modifikasi dalam berpakaian. Kunjungan pada klien dengan trakeostomi permanen dapat diberikan. Ketika dibutuhkan trakeostomi elektif, beberapa detik akan sangat bermanfaat dalam pengajaran. Klien dapat mengalami kecemasan atau bahkan tidak sadar. Edukasi sering diberikan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada individu (Ecklund, 2015).

6

BAB III KASUS DAN PROSES PERAWATAN A. Kasus Seorang pasien laki-laki bernama Tn.N 53 tahun (MR: 654456) datang ke poli THT RS Budi Mulya tanggal 9 September 2017 yang sudah didiagnosis dengan suspect carcinoma laring. Sebelumnya pasien sesak nafas sejak 3 bulan terakhir dan mengeluh ada benjolan dengan diameter 2 cm di leher sebelah kiri. Sesak napas yang dirasakan semakin berat dan disertai dengan suara serak. Satu tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk dan randang tenggorokan. Klien mengatakan mulai merokok sejak usia 20 tahun dan ratarata menghabiskan 1 bungkus rokok. Didalam keluarga klien tidak ada yang pernak sakit seperti gejala saat ini dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, jantung, hipertensi. Pasien mengatakan nyeri di tenggorokan ketika menelan dan berbicara, nyeri skala 5, nyeri yang dirasakan seperti tersayat-sayat. Pasien tampak terbaring di tempat tidur, pasien tampak mengerutkan wajahnya menahan sakit, pasien terlihat jarang berkomunikasi dan sulit makan. Penglihatan ganda tidak ada, hidung berdarah dan tersumbat tidak ada. Benjolan diketiak dan lipat paha tidak ada. Riwayat minum alkohol tidak ada. Tidak ada riwayat terpapar sinar radiasi. Tidak ada riwayat gangguan lambung. Riwayat merokok kretek 1 bungkus per hari selama ± 30 tahun dan berhenti merokok sejak 1 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada deviasi septum. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri, pada saat diraba mempunyai ukuran lebih kurang sebesar kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan. Pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi interkostalis. Suara nafas stridor, pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 24 x/menit.

7

Konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba hangat tidak ada cyanosis pada ujung-ujung ekstrimitas, tidak terdapat clubbing finger, CRT kembali dalam 3 detik, tidak ada pembesaran KGB, KGB kiri sulit diraba karena ada masa. Bunyi jantung murni dan regular, Nadi 84 x/ menit tekanan darah 100/70 mmHg. Sklera putih, mata tidak cekung,bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering dan tampak hitam, terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu, terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning kecoklatan, bentuk lidah simetris. Abdomen tampak cekung pada saat klien terlentang, bising usus 8-12 x/menit, pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, klien mengeluh tidak ada nafsu makan, berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. Klien mengatakan BAB 2x setelah masuk rumah sakit, saat dirumah klien mengatakan BAB 1x setiap hari dengan konsistensi lunak. Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan. Pada saat diraba blass teraba kosong, klien dapat BAK kekamar mandi klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. Rambut hitam, kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut. Kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, badan segar dan bersih, suhu 36,50. Turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu waktu 3 detik. Pada hasil pemeriksaan telelaringoskopi 10 September 2017: epiglotis tenang, aritenoid tenang, gerakan simetris, massa di plika ventrikularis kanankiri, massa plika vokalis kanan-kiri, gerakan terfiksir; rima glotis sempit; subglotis sukar dinilai. Kesan; tumor glotis dan supra glottis dan pasien dianjurkan untuk biopsi tumor laring. Pemeriksaan tomografi komputer (TK) laring tanggal 11 September 2017 terlihat massa isodens inhomogen berbatas tak tegas dengan tepi ireguler pada

8

laring disertai penyempitan airway, tak tampak pembesaran kelenjar limfe leher, kartilago intak, kesan tumor ganas laring. Hasil pemeriksaan histopatologi laring 12 September 2017 (no PY 087812) tampak jaringan dengan permukaan dilapisi epitel berlapis gepeng yang mengalami proliferasi dengan sebagian inti sel pleomorfik, vesikuler, kromatin kasar, anak inti nyata dan diskeratosis. Pada stroma jaringan ikat dibawahnya tampak adanya kelompokan sel epitel gepeng yang sama dengan pembentukan mutiara tanduk. Diagnosis squamous cell carcinoma keratinized well differentiated. Pada tanggal 14 September 2017 akan dilakukan laringektomi total atas indikasi squamous cell carcinoma keratinized well differentiated glotis stadium III (T3N0M0) dengan persiapan ICU (Intensive Care Unit) dan persediaan darah. B. Pengkajian 1. Data Dasar a. Identitas Klien Nama : Tn. N Umur : 53 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMA Alamat : Jalan Janur 1/8 Kuning Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Buruh Suku : Jawa Diagnose medik : Kanker laring dengan Pre Operasi Trakeostomi Nomor MR : 6544xx Tanggal masuk : 9 September 2017 b. Penanggung jawab Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Alamat Hubungan

: Ratna : 50 tahun : Perempuan : Islam : Buruh : Jalan Janur 1/8 Kuning : Isteri

9

2. Data Fokus a. Alasan masuk RS Pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 bulan terakhir dan ada benjolan dileher sebelah kiri. b. Keluhan utama Saat dilakukan pengkajian tanggal 12 September 2017 klien mengatakan sesak napas yang semakin berat sejak sebelumnya dan suara serak. Saat digunakan untuk bicara leher semakin nyeri. c. Pemeriksaan Fisik 1) Status kesehatan umum a. Keadaan umum

: Lemah

b. Kesadaran

: Composmentis E4 V2 M6

Keterangan: E (4)

: Membuka mata spontan

V (2)

: Suara tidak jelas

M (6)

: Mengikuti perintah

2) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah

: 100/70 mmHg

b) Nadi

: 84x/menit

c) Suhu

: 36,70C

d) Pernafasan

: 24x/ menit

3) Status gizi a) Berat badan

: 49 kg

b) Tinggi badan

: 168 cm

c) IMT

:

Keterangan : IMT >30 : Obesitas IMT 25-30 : Overweight IMT 20-25 : Normal IMT <20 : Underweight

=

= 17,37

10

4) Pola aktivitas dan latihan Kemampuan

0

perawatan diri Makan/Minum Mandi/Toileting Berpakaian Mobilitas tempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM

1

2

3

4

V V V V V V Tabel 3.1 Aktivitas dan Latihan

Keterangan: 0 : Mandiri 1 : Dengan alat bantu 2 : Dibantu orang lain 3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : Tergantung total 5) Integument a) Kepala rambut

: Rambut hitam, kulit kepala tampak bersih,

rambut tidak lengket, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut. b) Mata

: penglihatan ganda tidak ada, konjungtiva

merah muda, sklera putih, mata tidak cekung c) Hidung

: tidak ada hidung berdarah dan tersumbat,

hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada devisiasi sputum. d) Mulut

: bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering

dan tampak hitam, terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu, terdapat karies gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning kecoklatan, bentuk lidah simetris.

11

e) Leher

: terdapat benjolan dengan diameter 2cm

pada leher sebelah kiri. f) Dada I

:

: simetris

P : tidak ada nyeri tekan P : resonan A : stridor g) Abdomen I

:

: cekung

P : tidak ada nyeri tekan P : timpani A : bising usus 8-12x/menit h) Ekstremitas

: turgor kulit baik, bils dicubit kembali

dalam waktu 3 detik 7. Diagnose Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas. b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi. c. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan kurang asupan makan. d. Defisiensi pengetahuan berhubunga dengan kurang minat belajar.

12

i) PENGELOMPOKAN DATA SENJANG NO 1.

Data subjektif

Sebelumnya

Data objektif

pasien

mengatakan 1. Suara nafas stridor, pada saat

sesak nafas sejak 3 bulan terakhir, diperkusi

suara

paru

terdengar

Sesak napas yang dirasakan semakin resonan, frekuensi nafas 24 x/menit. berat dan disertai dengan suara sakit. 2.

Pasien mengeluh ada benjolan di sebelah

Satu

tahun

yang

kiri,

pada

saat

diraba

mempunyai ukuran lebih kurang

leher sebelah kiri. 3.

2. Terdapat benjolan pada leher

lalu

klien

mengatakan sering batuk dan radang

sebesar kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan. 3. Hasil pengukuran TTV : Nadi 84

tenggorokan.

x/menit,

4.

Pasien mengatakan nyeri :

tekanan

darah

100/70

mmHg, suhu 36,50C.

P : suspect carcinoma laring

4. Pasien tampak terbaring di tempat

Q : nyeri yang dirasakan seperti tidur, pasien tampak mengerutkan wajahnya menahan sakit, pasien tersayat-sayat terlihat jarang berkomunikasi dan R : pada bagian tenggorokan

sulit makan

S : nyeri skala 5

5. bising usus 8-12 x/menit, pada

T

:

Pasien

mengatakan

nyeri

dirasakan ketika menelan. 5.

pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas.

pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, dan berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg.

6.

saat diperkusi terdengar timpani,

6. mukosa bibir lembab dan tampak hitam, terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi

Klien mengatakan mulai merokok kuning kecoklatan sejak usia 20 tahun dan rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok.

13

ANALISA DATA TGL

DATA

DS

:

Sebelumnya

ETIOLOGI

PROBLEM

Obstruksi jalan napas

Bersihan jalan napas tidak efektif

pasien

mengatakan sesak nafas sejak 3 bulan terakhir, Sesak napas yang dirasakan semakin berat dan disertai dengan suara sakit. Pasien mengeluh ada benjolan di leher sebelah kiri. Satu tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk dan radang tenggorokan. DO : Suara nafas stridor, pada saat

diperkusi

suara

paru

terdengar resonan, frekuensi nafas 24 x/menit. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri,

pada

saat

diraba

14

mempunyai kurang

ukuran

sebesar

lebih

kelereng,

benjolan teraba keras dan sulit digerakan. DS : Pasien mengatakan nyeri P : suspect carcinoma laring Q : nyeri yang dirasakan seperti tersayat-sayat R

:

pada

bagian

tenggorokan S : nyeri skala 5 T : nyeri dirasakan ketika menelan. DO : Pasien tampak terbaring di tempat tidur, pasien tampak

Agen cidera biologis

Nyeri akut

15

mengerutkan

wajahnya

menahan sakit, pasien terlihat jarang

berkomunikasi

dan

sulit makan. Hasil pengukuran TTV : Nadi 84 x/menit, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36,50C DS : pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, dan berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. DO :bising usus 8-12 x/menit,

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Kurang asupan makan

dari kebutuhan tubuh

Kurang minat untuk belajar

Defisiensi pengetahuan

pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas. DS : Klien mengatakan mulai merokok sejak usia 20 tahun

16

dan rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok. DO : mukosa bibir lembab dan tampak hitam, terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning kecoklatan

17

8. Intervensi Intervensi Tujuan Rencana Rasional napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan

Diagnosa Keperawatan Bersihan tidak

jalan efektif

obstruksi jalan napas

b.d keperawatan selama 3x 24 (3140)

Napas

(3140)

jam bersihan jalan napas 4. Monitor status pernapasan 4. Untuk

mengetahui

tidak efektif dapat teratasi 5. Posisikan pasien untuk

frekuensi,

dengan kriteria hasil:

memaksimalkan ventilasi

apakah terjadi gangguan

3. Frekuensi pernapasan

(posisi semifowler)

pada pernafasan pasien

ditingkatkan deviasi

ringan

dari 6. Kelola pemberian obat 5. Posisi ke

deviasi kisaran normal

sesuai

rekomendasi

dokter.

(0410)

volume,

semifowler

membuat pernafasan

dan

akan

sirkulasi pasien

lebih

lancar dan mudah, pasien

4. Suara nafas tambahan Monitor Pernapasan (3350) ditingkatkan

dari 2. Auskultasi bunyi nafas

deviasi

dari

sedang

kisaran

normal

deviasi

ringan

ke dari

kisaran normal (0410)

tambahan

juga akan merasa lebih nyaman. 6. Kolaborasi

dapat

membantu

mempermudah

dan

mempercepat

pencapaian tujuan, selain itu

kolaborasi

dapat

18

memaksimalkan pelayanan yang diberikan pada pasien. Monitor Pernapasan (3350) 2. Untuk mengetahui apakah terdapat bunyi tambahan pada pernafasan pasien seperti whezzing, dll Nyeri

akut

b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400)

cidera

biologi keperawatan selama 3x 24 5. Lakukan

(penekanan

serabut jam nyeri dapat teratasi

syaraf tumor)

oleh

sel-sel dengan kriteria hasil: 4. Klien dapat mengenali kapan

nyeri

terjadi

ditingkatkan ke secara konsisten menunjukkan (1605) 5. Nyeri berkurang dari

Manajemen Nyeri (1400)

pengkajian

secara komprehensif 6. Ajarkan

teknik

5. Untuk

mengetahui

penyebab nyeri, kualitas non

nyeri, bagian atau letak

farmakologi

(teknik

nyeri, sekala nyeri, dan

relaksasi

dalam)

waktu nyeri.

napas

untuk mengurangi nyeri 7. Dorong teknik dalam

penggunaan relaksasi

napas

6. Teknik

relaksasi

dalam

nafas dapat

menenangkan pasien dan membuat

pasien

lebih

19

skala 5 menjadi skala 8. Kelola 4 (2102)

pemberian

analgesic

6. Frekuensi nafas dalam

sesuai

rilex dan nyaman. 7. Agar pasien termotivasi untuk dapat mengkontrol

rekomendasi dokter.

rentang normal 16-24x

nyeri secara mandiri.

(2102)

8. Analgesic kamdungan

memiliki zat

yang

dapat mengurangi nyeri Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan asuhan Manajemen gangguan makan

nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3x 24 (1030) kebutuhan

tubuh

b.d jam

kurang asupan makanan

diharapkan

porsi 3. Monitor

(1030) intake/asupan 3. Nutrisi yang baik akan

makan pasien bertambah

makanan

dengan kriteria hasil:

cairan secara tepat

4. Asupan makanan dari 4. Dorong cukup dari

memnyimpang rentang

normal

dan klien

asupan

memantau

makanan harian

makanan pasien

status

proses

untuk 4. Monitor yang baik dapat

memonitor sendiri asupan

dari 3. Tentukan

rentang normal (1004)

membantu peyembuhan

ditingkatkan ke sedikit Manajemen Nutrisi (1100) menyimpang

pada pasien. Manajemen gangguan makan

intake

Manajemen Nutrisi (1100) gizi 3. Nutrisi yang tepat akan

pasien dan kemampuan

membantu

proses

20

5. Asupan dari

karbohidrat

cukup

adekuat

ditingkatkan

(pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi.

ke 4. Anjurkan

penyembuhan 4. Posisi

pasien

untuk

duduk

tegak

memaksimalkan

sebagian besar adekuat

duduk pada posisi tegak

pembukaan

(1009)

dikursi

pencernaan

6. Asupan

protein

cukup ditingkatkan

dari

jika

dengan jalan

memungkinkan

adekuat ke

sebagian besar adekuat Defisiensi

(1009) pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Peningkatan

Kesadaran Peningkatan

b.d kekurangan minat keperawatan selama 3x24 Kesehatan (5515) belajar

jam

pengetahuan

klien 1. Observasi

Kesadaran

Kesehatan (5515) tanda-tanda 1. Mengetahui seberapa jauh

bertambah dengan kriteria

kesadaran kesehatan yang

pengetahuan

hasil:

terganggu.

tentang kesehatan yang

1. Pentingnya perawatan 2. Motivasi individu untuk kesehatan mulut dari

mengajukan

pengetahuan

dan meminta penjelasan.

ditingkatkan

terbatas

terganggu

pertanyaan 2. Menandakan

ke Pendidikan kesehatan (5510)

pasien

bahwa

pasien ingin tau lebih dalam

21

pengetahuan

sedang 1. Bantu individu, keluarga Pendidkan Kesehatan (5510)

(1855)

dan

2. Efek kesehatan yang merugikan

dari

masyarakat

memperjelas

pengetahuan

terbatas pengetahuan

ke sedang

(1805) 3. Perilaku meningkatkan kesehatan pengetahuan

dapat

strategi

yang

digunakan

untuk

menolak

perilaku

memberikan

saran untuk menghindari atau mengubah perilaku

dari 3. Libatkan

individu,

terbatas

keluarga, dan kelompok

ke pengetahuan banyak

dalam perencanaan dan

(1823)

rencana gaya modifikasi kesehatan

implementasi hidup

pengetahuan

klien 2. Pasien akan lebih tertarik dengan

strategi

atau perilaku

yang

diberikan

yang 3. Meningkatkan

tidak sehat atau berisiko daripada

yang

keyakinan

dan nilai-nilai kesehatan

penggunaan tembakau 2. Ajarkan dari

untuk 1. Menambah

kesehatan klien

perilaku

35

BAB IV PEMBAHASAN PROSES KEPERAWATAN Pada bab ini penulis akan membahas kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang dikaitkan dengan teori pendekatan proses keperawatan. Pembahasan ini adalah menerangkan tentang kesenjangan, perbedaan antara kasus yang nyata dengan teori yang ada dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Dilakukan dengan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta dokumentasi keperawatan. Adapun tujuan pembahasan ini untuk membandingkan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada klien. Pembahasan untuk tiap-tiap tahap proses keperawatan sebagai berikut. A. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai klien, mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini merupakan fase pertama dalam proses keperawwtan, walaupun sebenarnya penilaian terus berlangsung disemua fase dalam proses keperawatan. Eksekusi pengkajian yang efektif menitik beratkan pada hadirnya dasar pengetahuan yang luas dan ketrampilan berfikir kritis. Manifestasi klinis kanker laring dengan pre OP trakeostomi : a. Data Yang Ada Pada Teori Dan Ada Pada Kasus 1) Suara serak Suara serak adalah kualitas suara yang kasar atau berisik, disebut juga dengan trachyhonia (dorland, 2007). Data yang tdidapatkan saat pengkajian adalah pasien masih mampu untuk berbicara namun suara pasien serak dan pasien merasa

sakit

ketika

berbicara.

hasil

pemeriksaan

telelaringoskopi 10 September 2017 terdapat tumor glotis dan supra glottis.

36

Suara serak merupakan tanda dan gejala utama yang akan dialami oleh pasien dengan kanker laring. Hal ini disebabkan oleh tiap keadaan yang menganggu fungsi fonasi normal laring. Pada kanker laring, pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak mengubah kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasanya, (ballenger, 2011). 2) Nyeri Nyeri adalah suatu sensori subjektif dari pengalaman emosional yang tidak menyenangkan brhubungan dengan kerusakan jaringan yang actual dan potensial atau kejadian kejadian dimana terjadi kerusakan (perry dan potter, 2005). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah Pasien mengatakan nyeri suspect carcinoma laring, nyeri yang dirasakan seperti tersayatsayat pada bagian tenggorokan ketika menelan, nyeri yang dirasakan pada skala 5. Pasien tampak terbaring di tempat tidur, pasien tampak mengerutkan wajahnya menahan sakit, pasien terlihat jarang berkomunikasi dan sulit makan. 3) Disfagia Disfagia adalah kesulitan menelan dan odinofagia adalah kondisi dimana seseoang mengalami rasa nyeri saat menelan. Gejala tersebut sering dialami pada karsinoma laring, (concus et al, 2008). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah Pasien mengatakan sulit makan, menelan, dan tidak ada nafsu makan karena tenggorakan terasa sangat sakit untuk menelan.

37

Nyeri pada waktu menelan menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring, terutama pada sekitar faring, pangkal lidah, postkrikoid, dan jalan masuk esofagus superuior, (ballenger, 2011). 4) Penurunan berat badan Penurunan berat badan adalah diartikan sebgai penurunan masssa dan lemak tubuh. Namun dalam kasus kasus yang ekstrim, kondisi ini juga mencakuop hilangnya protein, massa tubuh tak berlemak, dan subtract lain dalam tubuh. Penurunan berat badan ini bisa saja terjadi secara sengaja, seperti saat melakukan diet atau secara tidak sengaja seperti saat

terkena

penyakit

seperti

infeksi

atau

kanker,

(www.docdoc.com, 2016). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah klien mengeluh tidak ada nafsu makan, berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. Penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau meastase jauh (ballenger, 2011). 5) Dispnea Dispnea adalah perasaan sesak dan berat saat bernafas. Hal ini disebabkan oleh kadar gas dalam darah/jaringan, dan pengaruh psikis (hidayanh & uliyah, 2015). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 bulan terakhir, Sesak nafas yang dirasakan semakin berat Suara nafas stridor, pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 24 x/menit. Dispnea adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada setiap tumor, gejala ini disebabkan dari massa tumor, penumpuka sekret maupun fiksasi pita suara, (ballenger, 2011).

38

6) Batuk Batuk merupakan eksplusi udara dari dalam paru secara mendadak disertai bunyi berisik, biasanya timbul sebagai upaya untuk membebaskan jalan nafas ketika ada benda asing didalamnya, (dorland, 2007). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah pasien mengatakan satu tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk dan randang tenggorokan. Batuk timbul dengan terkenanya hipofaring disertai luapan secret dan cairan kedalam laring, mendeham sebagai upaya membersihkan tenggorokan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman pada laring (ballenger, 2011). b. Data Yang Ada Pada Teori Dan Tidak Ada Pada Kasus 1) Haemoptisis Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah dengan jumlah minimal hingga masif yang dapat membahayakan jiwa. Etiologi hemoptisis

seperti

infeksi,

neoplasma

dan kelainan

kardiovaskular. Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi menyebabkan kematian karena sulit diprediksi

tingkat

keparahan

dan

perkembangan

klinisnya.1,2 Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif)

termasuk

kegawatan

medis

yang

harus

mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat. Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan me-nimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya. Meskipun angka kejadian hemoptisis masif

39

hanya 5 – 15% dari total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi sebagai suatu kasus yang mengan-cam jiwa dan memerlukan penanganan dan manajemen yang efektif. Etiologi hemoptisis yang diketahui saat ini sangat beragam, tidak hanya infeksi dan kelainan paru, tetapi juga neoplasma, kelainan kardiovaskular, kelainan hematologi ataupun penyakit sistemik. Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah pasien tidak mengalami tanda gejala batuk berdarah, pasien hanya mengalami batuk dan terdapat peradangan pada tenggorokan. c. Data Yang Tidak Ada Pada Teori Tapi Ada Pada Kasus 1) Mukosa bibir kering dan hitam, iritasi pada rongga mulut, dan caries gigi Bibir kering atau xerostomia yaitu keadaan yang pada umumnya berhubungan dengan berkurangnya saliva, namun ada kalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh bibir kering. Banyak faktor yang dapat menyebabkan bibir kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia. Akibat yang dapat disebabkan dari bibir kering adalah mudah teriritassi, sukar berbicara, sukar mengunyah dan menelan, persoalan dengan protesa, gangguan pengecapan, karies gigi meningkat, prubahan jaringan lunak, radang periodonisum, halitosis. Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak puti kekuningan. Bercah ini dapat berupa bercak tunggal maupun

berkelompok.

Radang

mukos

mulut

dapat

menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian

40

dalam, lidah, gusi, serta langit-langit rongga mulut (scully, 2006). Radang mukosa mulut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain defisiensi vitamin seperti zat besi, asam folat, vitamin B12 atau B kompleks, psikologis, trauma, endokrin, herediter, alergi, imunologi, dll, (lewis & jordan, 2012). Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan pada pasien adalah mukosa bibir kering dan tampak hitam, terdapat iritasi pada rongga mulut terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning kecoklatan hal ini diakibatkan karena pasien merokok dalam jangka waktu yang cukup lama. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai individu, keluarga atau komunitas yang merespon terhadap masalah kesehatan aktual dan potensial atau proses kehidupan menurut (vaughans, 2013). Menurut tarwoto & wartonah (2010), rumusan diagosa keperawatan mengandung tiga komponen yaitu : P : problem adalah pernyataan singkat yang menunjukan masalah aktual dan resiko kesehatan. E : etiologi adalah ungkapan singkat mengenai kemungkinan penyebab resiko pada masalah aktual/ masalah resiko pasien. S : sign/symthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku reaksi pasien sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah tindakan keperawatan dan manajemennya. Berdasarkan hasil analisa data pada kasus didapatkan beberapa diagnosa, diagnosa keperawatan diagnosa yang jelas, singkat dan pasti tentangg masalah pasien serta pengembangannya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

41

1. Diagnosa yang ada pada teori dan kasus a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas Ketidakefektifan

bersihan

jalan

nafas

adalah

ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas, (herdman, 2015, dalam NANDA 2015-2017). Diagnosa ini menjadi prioritas karena didapatkan data dari pengkajian hasil pemeriksaan telelaringoskopi yaitu terdapat tumor glotis dan supra glottis. Tumor tersebut dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas pasien sehingga pasien akan mengalami kesulitan bernafas dan sangat beresiko terjadinya hipoksia atau kekurangan oksigen didalam otak. Sesuai dengan batasan karakteristik yang ada pada Nanda (2015), didapatkan data dari pengkajian kasus bahwa pasien pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 bulan terakhir, Sesak napas yang dirasakan semakin berat dan disertai dengan suara serak. Pasien mengeluh ada benjolan di leher sebelah kiri. Satu tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk dan radang tenggorokan. Suara nafas stridor, pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 24 x/menit. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri, pada saat diraba mempunyai ukuran lebih kurang sebesar kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan. Jika hal tersebut tidak segera tertangani maka tumor akan menghambat saluran pernafasan pasien dan mengancam jiwa pasien. Oleh sebab itu penulis mengakat diagnosa keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas menjadi prioritas masalah. b. Nyeri akut b.d iritasi serabut saraf Nyeri adalah suatu sensori subjektif dari pengalaman emosional

yang

tidak

menyenangkan

brhubungan

dengan

42

kerusakan jaringan yang actual dan potensial atau kejadian kejadian dimana terjadi kerusakan (perry dan potter, 2005). Nyeri akut

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas rinan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi, (herdman, 2015, dalam NANDA 20152017). Diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang kedua karena sesuai batasan karateristik yang ada pada Nanda (2015), didapatkan data dari pengkajian kasus bahwa Pasien mengatakan nyeri suspect carcinoma laring, nyeri yang dirasakan seperti tersayat-sayat pada bagian tenggorokan ketika menelan, nyeri yang dirasakan pada skala 5. Pasien tampak terbaring di tempat tidur, pasien tampak mengerutkan wajahnya menahan sakit, pasien terlihat jarang berkomunikasi dan sulit makan. Diagnosa keperawatan ini tidak mengancam jiwa namun sangat mempengaruhi rasa aman nyaman pasien sehingga penulis menjadikan diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang kedua. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d obstruksi lumen esophagus Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (herdman, 2015, dalam NANDA 2015-2017). Diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang ketiga karena sesuai batasan karateristik yang ada pada Nanda (2015), didapatkan data dari pengkajian kasus bahwa pasien mengeluh tidak ada nafsu makan dan tenggorokan terasa sakit untuk menelan.bising usus 812 x/menit, pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat

43

dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas. berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. Diagnosa keperawatan ini tidak mengancam jiwa namun sangat

mempengaruhi

kebutuhan

fisiologis

pasien

dan

mempenaruhi kesehatan pasien, sehingga penulis menjadikan diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang kedua. 2. Diagnosa yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus a. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vocalis. Kami tidak menegakan diagnosa ini meskipun pada kasus pasien mengalami

gangguan

komunikasi

dikarenakan

nyeri

yang

dirasakan, namun pada kasus sebenarnya pasien masih mampu untuk berkomunikasi dan pada batasan karakteristik NANDA 2015 data pada kasus tidak memenuhi. Diagnosa ini biasa ditegakan setelah

pasien

trakeostomi)

dilakukan

karena

tindakan

pasien

telah

trakeostomi dilakukan

(post

OP

pemasangan

trakeostomi tube dengan cara membuat saluran nafas pada bagian tenggorokan sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi. 3. Diagnosa yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat belajar. Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu, (herdman, 2015, dalam NANDA 2015-2017). Diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang terakhir karena sesuai batasan karateristik yang ada pada Nanda (2015), didapatkan data dari pengkajian kasus bahwa Klien mengatakan mulai merokok sejak usia 20 tahun dan rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok mukosa bibir lembab dan tampak hitam, terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning kecoklatan.

44

Diagnosa keperawatan ini tidak mengancam jiwa namun sangat mempengaruhi kesehatan pasien, sehingga penulis menjadikan diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang terakhir. C. PERENCANAAN Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (dermawan, 2012). Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul, penentuan masalah ini disesuaikan dengan masalah yang harus dengan prioritas kebutuhan dasar menurut maslow, tingkat kegawatan, mengancam jiwa dan kesehatan. Perencanaan diagnosa keperawatan sesuai proritas masalah adalah dalam penetapan tujn dan kriteria evaluasi mengacu pada rumusan SMART (Spesifik, Measureable, Achievable, Realitis, Time Limited). Dalam penyusunan perencanaan keperawatan harus mencakup ONEC (Observasi, Nursing Treatment, Edukation, Colaboration). 1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas B.D Obstruksi Jalan Napas a. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapakan Ketidakefektifan Bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1) Frekuensi pernapasan ditingkatkan dari deviasi ringan ke deviasi kisaran normal (0410) 2) Suara nafas tambahan ditingkatkan dari deviasi sedang dari kisaran normal ke deviasi ringan dari kisaran normal (0410) b. Rencana keperawatan 1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus Manajemen Jalan Napas (3140)

45

a) Monitor

status

pernapasan untuk

mengetahui

frekuensi, volume, dan apakah terjadi gangguan pada pernafasan pasien b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi

semifowler).

Posisi

semifowler

akan

membuat sirkulasi pernafasan pasien lebih lancar dan mudah, pasien juga akan merasa lebih nyaman. c) Kelola pemberian obat sesuai rekomendasi dokter, Kolaborasi dapat membantu mempermudah dan mempercepat

pencapaian

tujuan,

selain

itu

kolaborasi dapat memaksimalkan pelayanan yang diberikan pada pasien. Monitor Pernapasan (3350) a) Auskultasi bunyi nafas tambahan untuk mengetahui apakah terdapat bunyi tambahan pada pernafasan pasien seperti whezzing, dll. 2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus (tidak ada) 3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus (tidak ada) 2. Nyeri akut b.d agen cidera biologi (penekanan serabut syaraf oleh selsel tumor) a. Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1) Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi ditingkatkan ke secara konsisten menunjukkan (1605) 2) Nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 4 (2102) 3) Frekuensi nafas dalam rentang normal 16-24x (2102)

46

b. Rencana Keperawatan 1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus Manajemen Nyeri (1400) a) Lakukan pengkajian secara komprehensif untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, bagian atau letak nyeri, sekala nyeri, dan waktu nyeri. b) Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam) untuk mengurangi nyeri Teknik relaksasi nafas dalam dapat menenangkan pasien dan membuat pasien lebih rilex dan nyaman. c) Dorong penggunaan teknik relaksasi napas dalam Agar pasien termotivasi untuk dapat mengkontrol nyeri secara mandiri. d) Kelola pemberian analgesic sesuai rekomendasi dokter Analgesic memiliki kamdungan zat yang dapat mengurangi nyeri pada pasien. 2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus (tidak ada) 3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus (tidak ada) 3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan a. Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan porsi makan pasien bertambah dengan kriteria hasil: 1) Asupan makanan dari cukup memnyimpang dari rentang normal ditingkatkan ke sedikit menyimpang dari rentang normal (1004)

47

2) Asupan karbohidrat dari cukup adekuat ditingkatkan ke sebagian besar adekuat (1009) 3) Asupan protein dari cukup adekuat ditingkatkan ke sebagian besar adekuat (1009) b. Rencana keperawatan 1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus Manajemen gangguan makan (1030) a) Monitor intake/asupan makanan dan asupan cairan secara tepat, nutrisi yang baik akan membantu proses peyembuhan. b) Dorong klien untuk memonitor sendiri asupan makanan

harian.

Monitor

yang

baik

dapat

memantau intake makanan pasien. Manajemen Nutrisi (1100) a) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi. Nutrisi yang tepat akan membantu proses penyembuhan. b) Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi jika memungkinkan. Posisi duduk dengan tegak memaksimalkan pembukaan jalan pencernaan. 2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus (tidak ada) 3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus (tidak ada) 4. Defisiensi pengetahuan b.d kekurangan minat belajar a. Tujuan Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama

pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil:

3x24

jam

48

1) Pentingnya perawatan kesehatan mulut dari pengetahuan terbatas ditingkatkan ke pengetahuan sedang (1855) 2) Efek kesehatan yang merugikan dari penggunaan tembakau dari pengetahuan terbatas ke pengetahuan sedang (1805) 3) Perilaku yang meningkatkan kesehatan dari pengetahuan terbatas ke pengetahuan banyak (1823) b. Rencana keperawatan 1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus (tidak ada) 2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus (tidak ada) 3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus Peningkatan Kesadaran Kesehatan (5515) a) Observasi tanda-tanda kesadaran kesehatan yang terganggu. pengetahuan

Umtuk pasien

mengetahui tentang

seberapa kesehatan

jauh yang

terganggu b) Motivasi individu untuk mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan. Menandakan bahwa pasien ingin tau lebih dalam Pendidikan kesehatan (5510) a) Bantu individu, keluarga dan masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai kesehatan, agar dapat menambah pengetahuan klien. b) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau berisiko daripada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku, Pasien akan lebih tertarik dengan strategi yang diberikan.

49

c) Libatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan, agar dapat meningkatkan perilaku kesehatan klien. 5. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vokalis a. Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat berkomunikasi dengan kriteria hasil: 1) Menggunakan bahasa non verbal dari sedikit terganggu ditingkatkan ke tidak terganggu. 2) Menggunakan

bahasa

lisan

dari

cukup

terganggu

ditingkatkan ke sedikit terganggu 3) Pertukaran pesan yang akurat dari cukup terganggu ditingkatkan ke sedikit terganggu b. Rencana keperawatan 1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus (tidak ada) 2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus a) Kaji

tipe

Membantu

atau

derajat

menentukan

disfungsi, daerah

dan

kesulitan. derajat

kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitanpasien dalam beberapa atau seluruh tahap komunikasi. b) Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti buka , mata tunjuk kepintu) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana, melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik. c) Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual seperti, gerakan tangan, gambar-gambar,

50

daftar

kebutuhan,

demonstrasi,

untuk

mempermudah komunikasi klien dengan orang lain. d) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan

dan

dengan

tenang.

Menurunkan

kebingungan / ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu e) Bicaralah

dengan

nada

normal

dan

hindari

percakapan yang cepat. Berikan pasien jarak waktu untuk berespon. Bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah

respon.

Pasien

pendengaran,

dan

menimbulkan

marah

tidak

perlu

meninggikan pasien

/

merusak

suara

dapat

menyebabkan

kepedihan. f) Anjurkan

pengunjung

atau

orang

terdekat

mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal yang terjadi pada keluarga, agar dapat melatih komunikasi klien. 3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus (tidak ada)

51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kanker Laring adalah keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Kanker laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas (Nugroho, 2012). Sedangkan Trakeostomi adalah pembuatan lubang pada dinding anterior trakea untuk memintas jalan napas atas. McClelland yang dikutip oleh Goldenberg menyatakan kata trakeostomi berasal dari dua kata Yunani yang artinya memotong trakea (Nurdina, 2016). Kanker laring biasa disebabkan Rokok, Alkohol, Sinar radio aktif, Polusi udara, Radiasi leher dan asbestosis, Ada peningkatan resiko terjadinya karsinoma laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu kayu, Selain itu, diduga virus juga berkaitan dengan kejadian kanker laring, antara lain HPV, dan Eibstein Barr Virus. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kanker laring adalah Suara serak, Penurunan berat badan dan status kelemahan umum, Kesulitan menelan, Obstruksi jalan napas, pembengkakakn atau terdapat benjolan pada leher, neyri tenggorokan, Batuk dan haemoptisis. Diagnosa keperawatan secara teori yang biasa muncul adalah : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan napas 2. Nyeri akut b.d iritasi serabut saraf 3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d obstruksi lumen esophagus 4. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vocalis Diagnosa keperawatan pada teori tidak selalu sama dengan diagnosa keperawatan yang ada pada pasien, karena kasus atau keluhan yang terjadi pada pasien yang satu dengan pasien lainnya bisa saja berbeda. Dan ini adalah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus, yaitu :

52

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan. 4. Defisiensi pengetahuan berhubunga dengan kurang minat belajar. B. Saran 1. Masyarakat umum dan Pasien Sebaiknya masyarakat dan paien selalu menjaga kessehatan dengan baik dengan cara, menghindari rokok atau berhenti merokok, mengindari polutan dengan cara meenggunakan masker, dan selalu mememeriksa kesehatan secara rutin. 2. Petugas kesehatan Bagi

petugas

kesehatan

sebaiknya

lebih

meningkatkan

pengetahuan, soft skill, caring, dan edukasi pada masyarakat, pasien, dan keluarga pasien.

53

DAFTAR PUSTAKA Adam MLR, dan Arif W. 2017. Faktor-FAktor Keterlambatan Penatalaksanaan pada Pasien Kanker Kepala dan Leher di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2016. E-JURNAL, Vol 6 (2) Hermani B, Abdurrachman H. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 6. Jakarta: balai Penerbit FKUI Istanti YP, Romdzati, dan Arianti. 2015. Buku Modul: Blok Sistem Pernafasan (Respiratori System). Yogyakarta: UMY Noviadi dan Surya A. 2010. Trakeostomi dan Krikotirotomi. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL). FK Universitas Andalas Nugroho, Aryandhito Widhi. 2012. ABC Telinga, Hidung, Dan Tenggorok, Ed.5. Jakarta: EGC Sudiana, I. 2008. Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika.

Related Documents


More Documents from "ramadani oktavia"