Hemoroidektomi.docx

  • Uploaded by: hsd
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hemoroidektomi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,855
  • Pages: 41
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN PRE OPERASI HEMOROID Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Periopertif Dosen Mata Ajar :Rudi Haryono, S.Kep.,Ns.,M.,Kep

KELAS 3D Febrianti Karisma Prajasiwi

2620152779

Oktivia Prawita Putri

2620152789

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal yang terkadang disertai pendarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali bila sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.(Danar ,fahmi 2015) Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Angka kejadiaan hemoroid yang cukup tinggi di masyarakat didukung oleh beberapa hal diantaranya adalah kebutuhan makan atau kebutuhan eliminasi di masyarakat. Pada umumnya klien hemoroid tidak mengetahui pentingnya makanan tinggi serat dan kebiasaan BAB yang tidak teratur sering mengejan saat BAB (Thornton,scott C 2009). Hemoroid tidak terlalu membahayakan, baik bagi ibu hamil maupun bagi janinnya. Meskipun sering keluar darah dari anusnya namun tak akan menularkan penyakit kepada janin, karena wasir sama sekali tidak berhubungan langsung dengan janin yang keluar melalui vagina. Ibu akan mengalami ketidak nyamanan sehingga aktivitasnya sehari-hari menjadi terganggu dan ia tidak menjalani kehamilannya dengan nyaman akibat perih yang ia rasakan (Simadi Brata, 2006). Bahaya haemoroid

pada wanita hamil adalah timbulnya pendarahan yang bisa mengakibatkan anemia. Tetapi Haemoroid bukan penghalang bagi ibu hamil yang ingin melahirkan normal meskipun haemoroid yang ia derita berada pada grade 3. Jika memang nantinya harus digunting, maka saat pengguntingan bisa diatur arahnya.

Misalnya tidak

menggunting ke arah anus tetapi ke sampingnya. Jika menggunting ke arah anus dikhawatirkan akan terjadi pendarahan (Sudoyo,2009). Penyebab hemoroid antara lain kongesti,peningkatan tekanan intra abdominal missal karena adanya fibroma uteri,konstipasi,kehamilan,tumor rectum,pekerjaan yang terlalu lama duduk,penyakit hati kronik serta pengaruh hiprtensi portal yang bisa mengakibatkan terjadinya aliran balik karena peningkatan vena portal dan sistemik.Semua orang dapat terkena wasir. Namun yang paling sering adalah multipara (pernah melahirkan anak lebih dari sekali) Probosuseno (2009). Hemoroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Hemoroid atau wasir memang menjadi momok bagi sebagian orang yang menderitanya. Benjolan didalam anus sangat membuat rasa tidak nyaman, baik untuk posisi duduk maupun berdiri. Apalagi kalau hendak buang hajat (BAB), seseorang sering meringis kesakitan.(Refni riyanto ,2013) Penyakit hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa.Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkan adanya hemoroid .Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen ( Nikpour dan Asgari, 2008 ).

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Tn.A dengan hemoroid menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penulisan ini adalah : a. Mampu mengetahui definisi hemoroid b. Mampu mengetahui etiologi hemoroid c. Mampu mengetahui manifestasiklinis hemoroid d. Mampu mengetahui patofisiologi hemoroid e. Mampu mengetahui klasifikasi hemoroid f. Mampu mengetahui penatalaksanaan hemoroid g. Mampu mengetahui komplikasi hemoroid C. Manfaat Laporan

ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Sebagai penambah keilmuan khususnya tenang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi Hemoroidektomi” 2. Manfaat Praktis a. Bagi

pasien

dan

keluarga

pasien

sebagai

acuan

untuk

meningkatkan perawatan dan sebagai informasi supaya lebih memeperhatikan tentang kesehatannya. b. Bagi perawat sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

c. Bagi penulis sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi Hemoroidektomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho,2011) Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroid (Mutaqqin,2011) B. Etiologi Menurut Mansjoer (2008) , etiologi dari hemorod dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor presipitasi dan faktor predisposisi : 1. Faktor Presipitasi a. Konstipasi dengan mengejan dalam waktu yang lama b. Obesitas c. Kehamilan d. Gagal jantung e. Duduk atau berdiri yang lama f. Sirosis dengan hipertensi g. Diare h. Usia lanjut 2. Faktor Predisposisi a. Herediter atau keturunan. Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya b. Anatomi vena di daerah masentroium tidak mempunyai katup,

sehingga

drah

mudah

kembali

enyebabkan

bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis. c. Kurang makan-makanan berserat d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat e. Psikis C. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : 1. Terjadi benjolan di sekitar dubur setiap kali buang air besar

2. Perdarahan 3. Perasaan tidak nyaman dan nyeri (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama). Nyeri dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis (sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag 4. Keluar lender yang menyebabkan isi rectum belum keluar semua D. Patofisiologi Menurut Price dan Wilson (2006) patofisiologi hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/ pencetus dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara lain factor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri,

dan

tumor

rectum.

Penyakit

hati

kronis

yang

disertai

hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal.Selain itu sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. (Sudoyo,2006) Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenteric superior, vena mesentrika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal

yang mengalirkan

darah ke hati). Vena

hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga

merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006) E. Komplikasi Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan strangulasi. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani (Price dan Wilson,2012) Komplikasi hemoroid antara lain : 1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut berak . Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus. 2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput lendir usus/anus, 3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia. 4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan,2010) F. Klasifikasi 1. Berdasarkan asal/tempat penyebabnya a. Hemoroid Interna Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidalis superior dan medial, terletak di garis anorektal dan di tutupi oleh mukosa anus. b. Hemoroid Eksterna Hemoroid ini dikarenakan

adanya

dilaktasi

(pelebaran

pembuluh darah) vena hemoridalis inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. Hemoroid ini keluar dari anus (wasir keluar).

2. Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya a. Stadium I : Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu dilaktasi. b. Stadium II : Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami prolapse pada saat mengeden ringan, tetapi dapat masuk. c. Stadium III : Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolapse dan di perlukan intervensi manual memasukan kedalam kanalis. d. Stadium IV : Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada terus menerus di luar (Thornton,scott C, 2009) G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. a. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy. Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar. c. Rontgen (colon inloop) dan atau kolonoskopi . Pemeriksaan darah rutin, feses sebagai pemeriksaan penunjang (Halverson, 2007)

H. Penatalaksanaan Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008), penatalaksanaan

medis

hemoroid

terdiri

dari

penatalaksanaan

non

farmakologis, farmakologis, dan tindakan minimal invasive, yaitu : 1.

Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis

Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006). 2.

Penatalaksanaan medis farmakologis

Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu :

a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari (Sudoyo, 2006). b. Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Anastesi local digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid. c. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang “Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah (Sudoyo, 2006). d. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo. Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan Hesperidin) (Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Penelitian ini didapatkan hasil penurunan derajat pada

akhir

pengobatan

dibanding

hemoroid

sebelum pengobatan secara

bermakna. Perdarahan juga makin berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan (Sudoyo, 2006). 3.

Penatalaksanaan bedah Hemoroidektomi

atau

eksisi

bedah

dapat

dilakukan

untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan,

sfingter

rektal

biasanya

didilatasi

secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka anal (Smeltzer dan Bare, 2002). Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh hemoroidales

interna, membebaskan mukosa dari

submukosa, dan melakukan mukosa

reseksi. Lalu usahakan

kembali. Sedang pada teknik operasi

kontinuitas Langenbeck,

vena-vena hemoroidales interna dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem dengan chromic gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur dibawah klem diikat (Mansjoer, 2008). 4.

Penatalaksanaan Minimal Invasive Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser (Sudoyo, 2006). Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pitakaret. Hemoroid dilihat dari melalui anosop, dan bagian yang menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemoroid sekuner dan infeksi perianal. Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk

mengangkat hemoroid dengan cara membekukakn jaringan hemoroid selama waktu tertentu selama timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya. Laser yang telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksternal . Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif (Smeltzer dan Bare,2002)

I. Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Muncul Pada pasien dengan hemoroid dan dilakukan tindakan pembedahan hemoroidektomi, maka dapat diperoleh diagnose keperawatan yang mungkin muncul sebagai berikut (Mansjoer,2007). 1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2.

Ansietas berhubungan dengan procedure operasi

3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena hemoroid

4.

Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan rektal

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan Nyeriakut

Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut b.d agen agen cidera biologis cidera biologis dengan kriteria hasil: 1. Tingkat nyeri a. Nyeri yang dilaporkan b. Ekspresi wajah nyeri 2. Kontrol nyeri 3.

Menggunakan analgesic

yang

direkomendasikan

Rasional

1. Lakukan kajian nyeri secara komprehensif 2. Ajarkan teknik non farmakologi 3. Beri posisi tidur yang nyaman 4.

Kolaborasi

dalam

pemberian analgesic

1. Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat 2. Untuk mengurangi r asa nyeri 3. Untuk meningkatkan rasa nyaman 4.

Mengurangi nyeri

Diagnosa Tujuan Keperawatan Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 nyeri karena jam intoleransi aktivitas hemoroid

Intervensi 1. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik 2. Catat respon emoxi/perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang sesuai dengan pasien 3. Berikan perawatan hemoroid yang baik 4. Kolaborasi dalam pemberian analgesik

Rasional 1. Aktivitas, jenis prosedur yang kurang berhati-hati akan meningkatkan keruskan daerah hemoroid 2. Imobilisasi yang dipaksa dapat memperbesar kegelisahan 3. Menurunkan resiko iritasi pada hemoroid 4. Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot.

Diagnosa Keperawatan Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan rektal

Tujuan

Rasional

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut

1. Monitor tanda-tanda vital 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dsn perawatan prolapse apseptik 3. Berikan informasi yang tepat pada pasien / keluarga

1. Adany kerusa jaringa direktu terhad perkem an ku bakter 2. Mence perkem kuman bakter 3. Mence terjadi

Diagnosa Rasional Tujuan Intervensi Keperawatan Ansietas b/d Setelah di Lakukan tindakan 1.Kaji sejauh mana tingkat 1.untukmengetahui tindakan

operasi keperawatan selama 3 x 24 kecemasan klien

hemoroidektomi

jam

di

harapkan

Klien 2.Informasikan

sudah tidak cemas saat mau keluaraga operasi

Dengan

tingkat

kecemasan Klien klien

tentang

kriteria operasi

dan 2.Mengembangkan proses percaya

diri

mengurangi

rasa

proses atau takut

hasil : Klien sudah tidak 3.Mengiden tivikasikan rasa 3.Mengiden tivikasikan rasa cemas

takut yang spesifik

takut

yang

3.Validasi sumber rasa takut

4.Mengurangi

4.Beritahu

takut

kemungkinan

klien di

lakukan

operasi BAB III

spesifik rasa

RESUME KEPERAWATAN A. Kasus Berdasarkan data pengkajian didapatkan identitas pasien Tn.A berusia 35 tahun,tanggal masuk RS 3 september 2017 beralamat di Jalan Satria No 10 , Wonosari ,Gunungkidul, pendidikan pasien adalah SMA ,pekerjaan buruh.Diagnosis pasien adalah hemoroid.Identitas dari penanggungjawab pasien adalah Ny.S berusia 33tahun,hubungan dengan pasien adalah istri dan pekerjaan yaitu ibu rumah tangga. Tn.A dibawa ke RSUD Wonosari oleh keluarganya pada tanggal 3september 2017 pada jam 10.00 WIB dengan keadaan sadar mengeluh nyeri pada anusnya karena adanya benjolan selama 4 bulan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih hilang timbul.Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan terasa panas seperti terbakar serta sakit saat pasien sedangBAB dan keluar darah darah waktu BAB.Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skala 5 . Pasien meringis menahan sakit saat bergerak.Setelah dilakukan pemeriksaan di IGD pada pemeriksaan fisik saatdatang didapatkan Keadaan umum baik, TD= 110/80 mmHg, N= 76x/mnt , RR= 148x/mnt, S= 36,5. Didapatkan benjolan pada dubur pada arah jam 7, dan jam 9 dengan kesan hemoroid. Dokter mengajurkan bahwa Tn.A harus rawat inap dan dilakukan operasi. Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.Dari data riwayat kesehatannya, keluarga tidakada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita pasien atau penyakit lainnnya.Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Anak pertama laki-laki (pasien) dan anak kedua perempuan. Orangtua dari pasien sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Pasien merasa cemas dan gelisah karena pasien selalu bertanya tentang operasi yang akan dilakukan. Pasien mengatakan bahwa ini pertama kalinya pasien dioperasi dan pasien merasa takut untuk menjalaninya. Pasien berfikir kalau dioperasi itu sangat sakit sekali dan nyeri akan beertambah.Pasien mengatakan kalau sakit

pasien dibawa diperiksa dirumahsakit. Pasien juga menyadari bahwa kesehatan itu sangat penting bagi manusia. Karena kesehatan sungguh mahal harganya. Pasien mengatakan bahwa jikalau sakit pasien tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya,pasien mengatakan bahwa pasien dan keluarganya tidak pernah mendapat penyuluhan kesehatan. Pasien mengatakan sebelum kerumahsakit pasien makan sehari 3x sehari dengan 1porsi habis . Pasien juga minum kurang lebih 3gelas air putih dalam sehari kadang-kadang pasien juga minum kopi.Namun, saat di rumahsakit pasien tidak nafsu makan setiap ada jadwal makan pasien tidak menghabiskannya. Dan pasien minum kurang lebi 4gelas air putih sehari. Sebelum masuk rumahsakit pasien mengatakan bahwa BAB 1x sehari dengan warna kuning kecoklatan,konsistensi keras dan bau khas feses. Sejak masuk rumahsakit samapi menjalani operasi pasien baru 1x BAB konsistensi sedikit keras, warna kuning kecolatan , bau khas feses dan pasien mengatakan bahwa nyeri hebat dianusnya saat BAB. Sebelum masuk rumahsakit pasien mengatakan saat BAK 3x sehari kurang lebih 500cc dengan warna urine kuning dan bau khas urine.Sedangkan saat dirumahsakit pasien terpasang kateter dengan urine bag 1200 cc, pasien mengatakan merasa nyeri saat urine terasa akan keluar dan warna urine kuning tanpa tercampur darah serta bau khas urine. Pasien mengatakan sebelum masuk rumahsakit aktivitas harian pasien bida dilakukan dengan mandiri dan tanpa alat bantu .Sedangkan saat masuk rumahsakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan menggunakan alat bantu.Karenna pasien merasa bilaa untuk beraktivitas nyeri akan bertambah Pasien mengatakan sebelum masuk rumahsakit, pasien jarang untuk tidur siang dan pasien tidur selama kurang lebih 7jam untuk tidur malam.Selama dirumahsakit pasien tidur siang kurang lebih 4jam dan tidur malam selama kurang lebih 8jam, namun pasien mengatakan bahwa tidurnya tidak nyenyak dan sering terganggu.

Penglihatan dari pasien sangat baik karena bisa membaca name tag dari perawat. Pendengaran pasien baik karena pasien mampu menjawab apa yang ditanyakan perawat.Perabaan pasien baik karena pasien terasa saat dipegang oleh perawat untuk diperiksa. Pengecapan pasien baik karena pasien bisa merasakan rasa makanan

yang

dimakan.Tn.A

tidak

memiliki

gangguan

penglihatan,pendengaran,perabaan maupun pengecapan. Pemeriksaan fisik pasien didapatkan bahwa keadaan umumnya baik dan kesadaran pasien pasien compos mentis dengan penilaian Glagow Coma Scale (GCS) adalah E4V5M6.Tanda-tanda vital pasien adalah TD= 110/80 mmHg, N= 85x/mnt , RR= 18 x/mnt, S=36,5 .Didapatkan benjolan pada dubur pada arah jam 7, dan jam 9 dengan kesan hemoroid, berat badan pasien 67kg dan tinggi badan pasien 168cm. Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik,pasien biasanya mengikuti kegiatan ronda di desanya.Pasien juga aktif berorganisasi masyarakat didesanya.Pasien mengatakan bahwa pasien senang berkumpul dengan orang lain atau teman-temannya.Pasien mengatakan hal yang dipikirkan saat ini adalah pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan bisa pulang kerumah berkumpul dengan istri dan anak-anaknya.Pasien merasa sedih karena harus rawat inap inap dirumahsakit dan harus menjalani operasi. Pasien kurang percaya diri dengan penyakitnya karena pasien masih takut dengan operasi yang akan dijalani.Namun pasien selalu semangat dan percaya bahwa pasien akan sembuh. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah beragama islam.Pasien selalu menjalakan solat 5 waktu dan pasien selalu berdoa kepada Allah SWT bahwa segera diberi kesembuhan dari penyakinya. B. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan pengkajian diatas didapatkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn.A yaitu nyeri dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri terasa panas seperti terbakas dan masih hilang timbul dan didapatkan data objektifnya saat dikaji pasien meringis kesakitan menahan nyeri.Selain nyeri, masalah yang dialami pasien

adalah ansietas dengan data subjektif pasien merasa takut menjalani operasi karena baru pertama kali ini akan menjalani operasi dan didapatkan data objektifnya adalah pasien tampak cemas,ketakutan,gelisah dan pasien beberapa kali menanyakan tentang operasi yang akan dijalani. C. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Identitas diri Pasien Nama

: Tn.A

Umur

: 35th

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

:Jalan

Satria

No

10

,Gunungkidul. Diagnosa Medis

: Hemoroid

Tgl Masuk RS

: 3 September 2017

Tgl Pengkajian

: 3 September 2017

Identitas Penanggung Jawab Nama

: Ny.S

Umur

: 33th

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

:Jl Satria , No 10 Wonosari

,

Wonosari

Hubungan Dengan Pasien

: Istri

Riwayat Penyakit Keluhan utama saat masuk RS : Pasien mengeluh nyeri pada anusnya karena adanya benjolan selama 4 bulan.

Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih hilang timbul.Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan terasa panas seperti terbakar serta sakit saat pasien sedangBAB dan keluar darah darah waktu BAB.Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skala 5 . Pasien meringis menahan sakit saat bergerak.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien

mengatakan

belum

pernah

mengalami

penyakit

ini

sebelumnya.Dari data riwayat kesehatannya, keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita pasien atau penyakit lainnnya.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian Pola Gordon 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan Tingkat pengetahuan tentang penyakit pasien kurang terbukti saat itu pasien selalu bertanya tentang operasi yangakan dijalani.

2. Pola Nutrisi Intake Makanan MRS : Pasien makan sehari 3x sehari dengan 1 porsi habis SMRS : pasien tidak nafsu makan setiap ada jadwal makan pasien tidak menghabiskannya.

Intake cairan MRS : Pasien minum kurang lebih 3gelas air putih dalam sehari kadang-kadang

pasien juga minum kopi

SMRS : Pasien minum kurang lebi 4gelas air putih sehari

3. Pola Eliminasi a. Buang air besar

MRS : pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan warna kuning kecoklatan,konsistensi keras dan bau khas feses

SMRS : sejak masuk rumahsakit sampai menjalani operasi pasien baru 1x BAB

konsistensi sedikit keras, warna kuning kecolatan , bau

khas feses

b. Buang air kecil MRS : pasien BAK 3x sehari kurang lebih 500cc dengan warna urine kuning bau khas urine

SMRS :pasien terpasang kateter dengan urine bag 1200 cc, pasien mengatakan merasa nyeri saat urine terasa akan keluar dan warna urine kuning tanpa darah

4. Pola aktivitas dan latihan Kemampuan

Perawatan

0

1

2

3

Diri Makan/minum



4



Mandi



Toileting

Berpakaian



Mobilitas ditempat tidur



Berpindah



Ambulasi/ROM



Keterangan : 0: mandiri 1: alat bantu 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat 4: tergantung alat

5. Pola tidur dan istirahat MRS : pasien tidur siang kurang lebih 4jam dan tidur malam selama kurang

lebih 8jam, namun pasien mengatakan bahwa

tidurnya tidak nyenyak dan

sering terganggu.

SMRS : pasien jarang untuk tidur siang dan pasien tidur selama kurang lebih 7jam

untuk tidur malam

6. Pola perceptual -

penglihatan

Penglihatan dari pasien sangat baik karena bisa membaca name tag dari perawat. -

pendengaran Pendengaran pasien baik karena pasien mampu menjawab apa

-

yang ditanyakan perawat. pengecap pengecapan pasien baik karena pasien bisa merasakan rasa

-

makanan yang dimakan perabaan Perabaan pasien baik karena pasien terasa saat dipegang oleh perawat untuk diperiksa

7. Pola persepsi diri Pasien kurang percaya diri dengan penyakitnya karena pasien masih takut dengan operasi yang akan dijalani 8. Pola peran-hubungan Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik,pasien biasanya mengikuti kegiatan ronda di desanya.Pasien juga aktif berorganisasi masyarakat didesanya.Pasien mengatakan bahwa pasien senang berkumpul dengan orang lain atau teman-temannya 9. Sistem nilai dan keyakinan Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah beragama islam.Pasien selalu menjalakan solat 5 waktu dan pasien selalu berdoa kepada Allah SWT bahwa segera diberi kesembuhan dari penyakinya.

Pemeriksaan Fisik TD :110/80 mmHg, N= 85x/mnt , RR= 148x/mnt, S= 36,5 BB/TB : 67kg / 168cm Kepala : penyebaran rambut merata,warna rambut berubah Leher : tidak ada pembesaran tyroid Thorak/jantung/paru : I: pergerakan dada simestri kiri dan kanan P: tidak ada nyeri tekan pada dada P: jantung pekak A: bunyi jantung murni regular Abdomen I: bentuk perut simetri A: bissing usus 8x/menit P: seraba masa feses dikuadran kiri bawah P: perut tidak kembung Perkemihan I: simetri

P: P: tidak ada nyeri tekan diregion 7 A: Ekstermitas : pada ektermitas bawah sebelah kanan terpasan infuse RL 20tetes/menit

NO 1.

2.

DATA SUBJEKTIF pasien mengatakan nyeri dianusnya P : hemoroid Q: seperti panas terbakar R : di anus S : skala 5 T : nyeri hilang timbul

pasien mengatakan bahwa dia takut dioperasi karena baru pertama kali dioperasi

DATA OBJEKTIF pasien tampak meringis menahan sakit TD : 110/80 mmHg N= 85x/mnt RR= 148x/mnt S= 36,5

pasien tampak cemas Pasien tampak gelisah TD : 110/80 mmHg N= 85x/mnt RR= 148x/mnt S= 36,5

Analisa Data Data Ds: pasien mengatakan nyeri dianusnya P : hemoroid Q: seperti panas terbakar R : di anus S : skala 5 T : nyeri hilang timbul Do: pasien tampak meringis menahan sakit TD : 110/80 mmHg N= 85x/mnt RR= 148x/mnt S= 36,5

Etiologi Agen Cidera Biologis

Problem Nyeri akut

Ds: pasien mengatakan bahwa dia takut dioperasi karena baru pertama kali dioperasi

Rencana Procedure Pembedahan

Ansietas

Do: pasien tampak cemas Pasien tampak gelisah TD : 110/80 mmHg N= 85x/mnt RR= 148x/mnt S= 36,5 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan denan agen cidera biologis 2. Ansietas berhubungan dengan rencana procedure pembedahan

Hari/tanggal

Dx Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Implementasi

Evaluasi

Minggu,3 september 2017

Nyeri

akut berhubungan dengan agen cidera biologis P: hemoroid Q: seperti panas terbakar R : di anus S : skala 5 T : nyeri hilang timbul

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut b.d agen cidera biologis dengan kriteria hasil: 4. Tingkat nyeri c. Nyeri yang dilapork an d. Ekspres i wajah nyeri

1.Lakukan kajian nyeri secara komprehensif

1.Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang 2.Ajarkan teknik tepat non farmakologi 2.Untuk 3.Beri posisi mengurangi tidur yang rasa nyeri nyaman 3.Untuk 4.Kolaborasi meningkatkan dalam rasa nyaman pemberian analgesic

4.Mengurangi nyeri

5. Kontrol nyeri Menggunakan analgesic

yang

direkomendasikan

Diagnosa Rasional Tujuan Intervensi Keperawatan Ansietas b/d Setelah di 1.Kaji sejauh mana 1.untukmenget tindakan

Lakukan

tingkat kecemasan ahui

operasi

tindakan

klien

tingkat

kecemasan

Implementasi

evaluasi

hemoroidekto

keperawatan

mi

selama 3 x 24 klien jam

2.Informasikan

Klien dan 2.Mengembang

di keluaraga tentang kan

proses

harapkan Klien proses operasi

percaya

sudah

tidak 3.Mengiden

atau

cemas

saat tivikasikan

rasa mengurangi

mau

operasi takut yang spesifik

diri

rasa takut

Dengan

3.Mengiden

kriteria hasil :

tivikasikan rasa

Klien

takut

sudah

yang

tidak cemas

spesifik

3.Validasi

4.Mengurangi

sumber

rasa

rasa takut

takut 4.Beritahu klien kemungkinan di

lakukan

operasi

BAB IV PEMBAHASAN Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai kasus yang telah diuraikan sebelumnya yang berkaitan dengan teori dari proses kepeprawatan. Pembahasan ini menerangkan tentang persamaan, kesenjangan atau perbedaan yang ada antara kasus dengan teori yang terdapat dalam pemberian asuhan keperawatan pada

klien. Pada bagian ini dilakukan dengan membahas mengenai proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi), evaluasi dan juga dokumentasi keperawatan Adapaun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk membandingkan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada klien. Pembahasan untuk tiap-tiap proses kepeprawatan adalah sebagai berikut. A. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan. Klien. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spriritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien (Herdman dkk,2015) a. Data yang Ada di Teori & Muncul di Kasus 1) Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial (Smeltzer, 2011) Data yang muncul dari hasil pengkajian tanggal 3 September 2017 diperoleh data. Pasien mengatakan nyeri di anusnya: P : Hemoroid Q : Seperti terbakar R : di Anus S : Skala 5 T : Hilang timbul Nyeri pada hemoroid karena meningkatnya tekanan intra abdomen yang disebabkan oleh tumor atau di sekitar anus (Haryono,2013). 2) Perdarahan Perdarahan adalah suatu kejadian dimana keluarnya darah dari pembuluh darah yang mengalami kerusakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012-2016).

b.

Data yang ada di teori dan tidak muncul di kasus 1) Resiko syok Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 september 2017 tidak ada data yang menunjukan resiko syok karena

c.

pasien hanya gelisah sewajarnya saja tidak sampe resiko syok Data yang tidak ada di teori dan muncul di kasus 1) Gangguan pola tidur Dari data yang di dapat saat pengkajian tanggal 3 September 2017 di peroleh data. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit , pasien jarang untuk tidur siang dan pasien tidur selama kurang lebih 7 jam untuk tidur malam. Selama dirumah sakit pasien tidur siang kurang lebih 4 jam dan tidur malam selama kurang lebih 8 jam, namun pasien mengatakan bahwa tidurnya tidak nyenyak dan sering terganggu. 2) Aktivitas Aktivitas adalah sutau energy atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan

untuk

dapat

memenuhi

kebutuhan

hidup.Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seeorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja .Dari data yang di dapat saat pengkajian tanggal 3 September 2017 di peroleh data. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien melakukan aktivitas dengan mandiri, tetapi selama di rumah sakit pasien melakukan aktivitas dengan alat bantu, karena pasien merasa nyeri bertambah apabila melakukan 2.

aktivitas. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga , menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien. (Herdman,2012) a. Diagnosa yang ada di teori dan ada di kaus 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tibat-tiba atau lambat dari intersitas ringan hingga berat dengan

akhir

yang

dapat

(Herdman,2015) Diagnosa keperawatan

diantisipai nyeri

akut

atau menjadi

diprediksi prioritas

dikarenakan klien baru saja mendapatkan tindakan pembedahan untuk mengambil hemoroid yang telah terinfeksi agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius lagi. Dari proses pembedahan tersebut tentu saja klien diberikan obat anastesi sebelum dilakukan tindakan pembedahan agar klien tidak merasakan sakit pada saat diinsisinya. Untuk itu muncullah diagnose keperawatan nyeri akut keran nyeri yang dirasakan kurang dalam waktu 6 bulan. 2) Ansietas berhubungan dengan rencana prosedur pembedahan Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon autonomy, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kepada yangbmemperingatkan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Naurarif dan Kusuma. 2015) Batasan Karakteristik menurutb Nuararif dan Kusuma (2015) a) Gelisah b) Ketakutan c) Khawatir Data yang muncul, pasien-pasien tampak cemas dan menanyakan tentang operasi yang akan dilakukan besok pagi.

Pasien mengatakan bahwa dirinya takut untuk menjalani operasi b.

dan takut merasakan sakitnya ketika menjalani operasi. Diagnosa yang ada di teori dan tidak muncul di kasus 1) Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan mengabaikan dorongan defeksi Konstipasi adalah penurunan pada frekuensi normal defeksi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses atau pengeluaran feses yang kering keras dan banyak ( Nurarif, dan Kusuma, 2017) Batasan karakteristik menurut Nurarif dan Kusuma (2017) a) Tidak bisa mengeluarkan feses Data konstipasi ini tidak muncul pada Tn. A dikarenakan semingu sebelum masuk rumah sakit pasien menguah pola makan dengan mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya serat. Menurut Zaimal (2009) mengkonsumsi serat yang cukup terutama insoluble, nonfermentable bermanfaat dalam penatalaksanaan gangguan saluran cerna

c.

seperti konstipasi. Diagnosa yang Tidak Ada di Teori & Muncul di Kasus Resiko perdarahan adalah suatu keadaan yang beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat menganggu kesehatan (Nurarif dan Kusuma,2015) Faktor resiko perdarahan (Nurarif dan Kusuma, 2015) 1) Program pengobatan (pembedahan) Data yang muncul dari hasil pengkajian, pasien mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit buang air besar disertai perdarahan dan sejak dirawat sampai sebelum menjalani operasi, pasien sudah buang air besar 1 kali dengan konsistensi sedikit, keras

disertai perdarahan. 3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi

keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat serta orangorang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter, maupaun pemberi layanan kesehatan lainnya (Bulecheck dkk,2016 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rektal yang terkadang disertai perdarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 tahun. Klasifikasi pada hemoroid dapat diklaifikasikan berdasarakan asal/tempat penyebabnya. Penatalaksanaannya ini berupa perbaiakan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara deteksi. Hemoroidektomi adalahoperasi pengangkatan hemoroid.

Biasanya

dilakukan dengan bius umum. Hemoroidektomi konvensional melibatkan pembukaan kecil dari anus. Ini berfungsi untuk memotong hemoroid Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid yang telah dilakukan tindakan hemoroidektomi, dapat dimulai dari pengkajian., diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dari hasil kasus di atas setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnose keperawatan. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Keperawatan Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan keterampilannya tentang asuhan keperawatan pasca operasi hemoroidektomi baik dari proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi,

implementasi, dan evaluasi. Sehingga diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih optimalnantinya. 2.

Bagi Institusi Keperawatan Institusi diharapkan dapat menambah refrensi buku-buku mengenai keperawatan perioperative di perpustakaan kampus. Agar kemampuan mahasiswa dalam menulis suatu karya ilmiah dapat lebih maksimal karena didukung oleh ilmu dan informasi yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, G.(2013). Nursing Intervention Classification. Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing Haryono, Rudi. 2013. Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta: Gosyen Publisher Hermand, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 205-2017 Lumenta, Nico A., 2006 Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya : Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia, Mansjoer, A, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal, Jakarta: EGC Muttaqin, Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011 NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima Medika. Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika, 2011. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction Oswari. 2003. Bedah Dan Perawatan. Jakarta: Gramedia

Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisike-6. Jakarta: EGC. Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC Smeltzer. (2001).Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :EGC Smeltzer, S.C. (2002). Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2.EGC : Jakarta Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

More Documents from "hsd"