Askep Infeksi Kulit.docx

  • Uploaded by: siti fatimah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Infeksi Kulit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,301
  • Pages: 24
Dosen

: hj hastuti M, S.Kep, Ns

Mata kuliah

: Keperawatan Maternitas

Asuhan Keperawatan Infeksi Pada Kulit Akibat Jamur, Bakteri, Virus

OLEH KELAS II B NAMA KELOMPOK 1 : ALMA NUSAIBAH

163181

ARINA SETIAWATI

163184

ST.FATIMAH

163212

NURCAHYA ASMITA BS

163203

NURUL RISMA HARIS

163205

RESKY ARDIANSAH

163207

UNIT PELAYANAN AKPER ANGING MAMMIRI MAKASSAR 2018

Asuhan Keperawatan Infeksi Pada Kulit Akibat Jamur, Bakteri, Virus A.

Definisi Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus, jamur. a) Infeksi Bakteri (Pioderma) Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. Pada kedua keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya Staphylococcus aureus atau streptokus grup A. Infeksi bakteri primer yang paling sering terjadi, antara lain: 1. Impetigo bulosa. Merupakan infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, ditandai oleh pembentukan bula dari vesikel asalnya. Bula tersebut mengalami ruptur dan meninggalkan lesi yang merah serta basah. 2. Folikulitis. Merupakan infeksi stafilokokus yang timbul dalam folikel rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Sering terlihat pada daerah dagu laki0laki yang mencukur janggutnya dan pada tungkai wanita. 3. Pseudofolikulitis barbae (“shaving bumps”). Merupakan reaksi inflamasi wajah pada laki-laki berambut keriting yang terjadi akrena pertumbuhan rambut ke dalam yang menusuk kulit dan memicu reaksi iritatif. 4. Furunkel (bisul). Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang mengalami iritasi, seperti: posterior leher, aksila atau pantat (gluteus). 5. Karbunkel. Merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan yang menggambarkan perluasaan sebuah furunkel yang telah menginvasi

beberapa buah folikel rambut. Karbunkel paling sering ditemukan pada daerah yang kulitnya tebal dan tidak elastis. b) Infeksi Virus Infeksi yang paling sering terjadi adalah Herpes zoster. Herpes zoster merupakan kelainan inflamatorik viral di mana virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior. c) Infeksi Mikotik (Fungus) Fungus (jamur) yang merupakan anggota dunia tanaman yang berukuran kecil dan makan dari bahan organik, merupakan penyebab berbagai jenis infeksi kulit yang sering ditemukan, antara lain 1. Tinea pedis (jamur kaki/athlete’s foot). Merupakan infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Infeksi ini sering menjangkiti para remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok usia serta kedua jenis kelamin. 2. Tinea korporis (penyakit jamur badan). Menjangkiti bagian muka, leher, batang tubuh dan ekstremitas. Pada bagian yg terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas. 3. Tinea kapitis (penyakit jamur kulit kepala). Merupakan infeksi jamur menular yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan rambut yangs ering ditemukan di antara anak-anak. 4. Tinea kruris (penyakit jamur lipat paha). Merupakan infeksi jamur pada lipat paha yang meluas ke paha bagian dalam dan pantat.paling sering terjadi pada pelari yang berusia muda, orang-orang yang gemuk dan yang mengenakan pakaian dalam terlalu ketat. 5. Tinea unguiun (onikomikosis). Merupakan infeksi jamur yang kronis pada kuku jari kaki atau kuku jari tangan. Biasanya disertai dengan infeksi jamur yang lama pada kaki.

B. Etiologi dan manifestasi a) Infeksi Bakteri Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia.Infeksi bakteri dapat ditularkan melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh serta benda mati. Bakteri pathogen memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat dan menginvasi ke sel inang, toksikasi, serta mampu mengelabuhi sistem imun, beberapa memiliki gejala dan beberpa lagi asimptomatik. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi antara lain.  Infeksi bakteri Streptokokus. Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa infeksi antara lain : 1. Selulitis Infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada orang – orang normal biasanya disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes. Erisepelas adalah istilah yang digunakan untuk selulitis superfisial dimana tepinya berbatas tegas. Pada orang dengan penurunan imunitas berbagai bakteri mungkin dapat menyebabkan selulitis. Pintu masuk penyebab selulitis dapat berupa luka lecet ringan, ulkus pada tungkai, atau bahkan retakan pada tinea pedis. Manifestasi yang ditimbulkan berupa kemerahan, terasa panas, dan bengkak, serta terjadi pelepuhan – pelepuhan dan daerah nekrosis. Klien menjadi demam, merasa tidak enak badan, terjadi kekakuan, bila menyerang orang tua dapat terjadi penurunan kesadaran. 2. Infeksi Haemophilus Influenzae Bakteri ini merupakan penyebab penting selulitis superfisial sekunder pada anak yang sering berhubungan dengan otitis media ipsilateral. 3. Infeksi bakteri Stafilokokus a. Folikulitis Infeksi pada bagian superfisial dari folikel rambut oleh Staphylococcus aureus menimbulkan pustula kecil dengan dasar yang kemerahanpada tengah – tengah folikel.

4. Furunkulosis (bisul) Infeksi

dalam

folikel

rambut

yang

disebabkan

oleh S.

Aureus. Manifestasinya berupa timbul abses yang nyeri pada tempat infeksi dan sesudah beberapa hari terjadi fluktuasi dan titik-titik yang merupakan pusat pustula. Begitu inti di bagian tengah nekrosis hancur, lesi akan menghilang secara bertahap. 5. Karbunkel Infeksi yang dalam oleh S. Aureus pada sekelompok folikel rambut yang berdekatan. Manifestasi awal yang muncul adalah lesi berbentuk kubah yang lunak serta kemerahan, setelah beberapa hari terjadi supurasi dan nanah keluar dari muara- muara folikel. 6. Impetigo Infeksi superfisial yang menular yang mempunyai dua bentuk klinis,yaitu

nonbulosa

dan

bolusa.

Impetigo

disebabkan

oleh Streptokokus dan S. Aureus. Manifestasinya berupa lesi yang dapat timbul dimana saja. Pada impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil, kemudian pecah dengan memperluas daerah eksudasi dan terbentuk krusta yang akan lepas dan meninggalkan daerah kemerahan. Sedangkan pada impetigo bulosa timbul lepuhan –lepuhan besar dan superfisial. Ketika lepuhan besar tersebut pecah akan terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian tepi lesi akan mengelupas kembali. b) Infeksi Virus Virus memiliki asam nukleat, karena hal ini virus harus hidup dalam inangnya. Virus dapat menyebabkan penyakit apabila mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel. Beberapa virus yang dapat menyebabkan penyakit antara lain: 1. Virus Varicella Zoster menyebabkan Varicella Zoster (Cacar Air). Manifestasi yang muncul antara lain.  Gejala Prodromal Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat berlangsung selama 1-4 hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terusmenerus atau sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi

dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.  Gejala konstitusi juga merupakan gejala prodromal berupa malaise, sefalgia, rangsang meningeal dan nausea, yang biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.  Erupsi kulit Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7- 10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga menghilang. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang sampai hari ketujuh. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar) 1. Human Papylomavirus (HPV) a. Kutil (Wart) = Merupakan neoplasma jinak epidermis. b. Kutil biasa (common wart) = Penampakannya seperti tonjolan kembang kol tertama paada telapak tangan. Kutil ini dapat berkemlompok di sekitar kuku. Kutil ini banyak menyerang anak-anak dan dapat sembuh secara spontan. c. Kutil telapak kaki (plantar wart) d. Kutil datar (plane wart) e. Kutil kelamin (kandilomata akuminata) 2. Poxvirus a. Moluskum Kontagiosum Manifestasi yang ditunjukkan seperti mutiara, papula merah mudah dengan umbilikasi sentral yang berisi sumbat keratin. Lesi dapat timbul di seluruh bagian tubuh, namun paling sering ditemukan di kepala,leher, dan badan. Lesi dapa juga disertai dengan reaksi eksema ringan di

sekelilingnya. Moluskum kontagiosum dapat sembuh secara spontan pada bayi dan anak-anak. b. Orf Penyakit pada domba yang dapat ditularkan pada manusia. Penyakit ini disebabkan olehparapoxvirus. Manifestasinya berupa papula yang meradang dan soliter dan dengan cepat berkembang menjadi nodul dari jaringan yang bergranulasi yang biasanya timbul pada jari walaupun kadang juga di wajah. 3. Herpes Virus Hominis (HSH) HSV tipe 1 menyebabkan herpes simpleks primer. Manifestasinya lesi timbul ringan biasanya tidak diperhatikan. Kadang dapat timbul gingivostomatitis dengan erosi yang terasa nyeri pada mukosa pipi dan bibir. Infeksi Jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia antara lain: a. Dermatophyte Jamur ini menyebabkan kelainan yang disebut dengan “infeksi ringworm” b. Tinea pedis (athele’s foot) Manfestasinya berupa rasa gatal pada sela – sela jari kaki yang berskuama terutama pada diantara jari ketiga dengan keempat dan keempat dengan kelima atau telapak kaki. c. Tinea Kruris Lebih sering menyerang laki-laki. Manifestasinya tepi eritematosa yang berskuama yang meluas menjadi plak sirkuler dengan tepi vesikuler atau bersisik yang menonjol. d. Tinea korporis (jamur badan) Manifestainya secara khas memiliki tepi yang meradang dan bagian tengahnya bersih. Paling sering ditemukan adalah bentuk eritema anulare. e. Tinea unguium Lebih sering dijumpai pada kuku jari kaki. Berkaitan dengan infeksi jamurynag lama. Kuku jari menebal mudah menggumpal. Seluruh kuku dapat dihancurkan.

f. Tinea kapitis Menular pada tangkai rambut sering dijumpai pada anak-anak. Bercakbercak bundar kemerahan dengan pembentukan skuama. Pustule atau pupula kecil pada bagian tepi lesi. Rambut menjadi rapuh dan mudah patah pada permukaan kulit kepala. 1. Candida albicans Candida albicans hanya akan menjadi patogenik bila terdapat situasi yang

memungkinkan

untuk

terjadinya

multiplikasi.

Termasuk

diantaranya adalah pemakaian steroid sistemik maupun topikal., terjadinya penurunan imunitas karena sebab apapun. Adapun penyakit yang disebabkan oleh jamur candida albicans antara lain : a) Kandidiasis mukosa pipi Berupa plak tebal seperti kepala susu,berwarna putih, dan melekat pada mukosa pipi. b) Keilitis angular = Peradangan yang terdapat pada sudut mulut. c) Paranikia kronis = Penebalan dan peradangan kronis pada lipatan kuku proximal disertai dengan hilangnya kutikula 2)

Balanitis / vulvovaginitis Terdapat bercak-bercak kecil berwarna putih atau daerah yang mengalami erosi pada kulit ujung penis atau glans penis pada orang yang tidak disunat.

3)

Intertrigo Terdapat pustula –pustula satelit berbentuk seperti krim pada bagian tepi daerah yang terkena. Pustula ini mudah pecah meninggalkan suatu kolaret skuama. Penampakan khasnya yakni bagian tepi intertrigo seperti kerang.

C. Patofisiologi 1. Patofisiologi Infeksi Bakteri Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya mencapai 100.000 organisme per ml eksudat, atau per gram jaringan, atau per mm2 daerah permukaan. Itu kemudian ditunjang dengan lingkungan yang rentan terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, dan darah. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik

yang terganggu, respon biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun). Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa berikut: 1. Enzim

: Hemolisin, Streptokinase, Hialuronidase

2. Eksotoksin

: Tetanus, Difteri yang dilepaskan bakteri intak gram positif

3. Endotoksin

: Lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat kematian bakteri

Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu rekasi inflamasinya menetap, sedangkan infeksinya menghilang. Infeksi kemudian menyebar melalui beberapa cara: (1) langsung ke jaringan sekitar; (2) sepanjang daerah jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4) melalui aliran darah. Setelah infeksi menyebar, muncul abses. Abses ini merupakan respon kekebalan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan baik, akan muncul jaringan granulasi, fibrosis, dan jaringan parut. Namun jika tidak ditangani secara baik, akan menyebabkan infeksi kronis, yakni menetapnya organisme pada jaringan yang menyebabkan respon inflamasi kronis (Pierce & Borley, 2007)

2. Patofisiologi Infeksi Virus Ada banyak virus yang dapat menyebabkan infeksi, salah satunya adalah Human Papiloma Virus (HPV). HPV dapat bereplikasi pada sel-sel epidermis dan menular kepada orang yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap dirinya. Keberadaan virus ini menyebabkan munculnya Veruka vulgaris atau kutil yang kasar pada badan, tungkai, tangan, lengan, genitalia, bahkan membran mukosa mulut (Price dkk., 2005). Kemunculan kutil disebabkan oleh replikasi di dalam sel-sel epidermis dengan menimbulkan penebalan yang tidak teratur pada stratum korneum di daerah yang terinfeksi. Individu yang kehilangan imunitas yang spesifik terhadap virus sangat mudah mengalami infeksi oleh virus tersebut (Kowalak dkk, 2011)

3. Patofisiologi Infeksi Jamur Infeksi jamur dapat dialami orang yang terpajan pada keadaan apa pun dalam hidupnya. Faktor predisposisi infeksi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas. Tetapi seringkali orang terpajan akibat lingkungan atau perilakunya. Sebagai contoh, seorang atlet dapat terinfeksi jamur yang tumbuh di loker dari keringat dan mandi yang sering. Selain itu juga terjadi pada orang yang mengalami penurunan fungsi imun, misalnya pasien diabetes, wanita hamil, dan bayi. Mereka yang menderita imunodefisiensi berat, termasuk pengidap AIDS, berisiko mengalami infeksi jamur yang kronik dan berat. Pada kenyataannya, infeksi ragzi pada vagina atau mulut seringkali merupakan infeksi oportunistik yang ditemukan pada para pengidap HIV. Pasien dengan infeksi jamur kronik harus dievaluasi untuk mencari diabetes melitus dan AIDS. Pengobatan dengan antibiotik untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri vagina normal yang biasanya berada dalam keseimbangan dengan ragi vagina. Hal ini dapat menimbulkan infeksi ragi pada vagina wanita atau perempuan muda. D. Pemeriksaan Diagnostik Hal-hal pokok dalam pemeriksaan integument yang baik adalah: 1. Lokasi dan/atau dari kelainan yang ada 2. Karekteristik dari setiap lesi 3. Pemeriksaan lokasi-lokasi “sekunder” 4. Teknik-teknik pemeriksaan “khusus” a) Lampu Wood Merupakan sumber sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida, digunakan untuk memperjelas tiga gambaran penyakit kulit: 1. Organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm) pada kulit kepala memberikan fluoresensi hijau (berguna untuk menentukan diagnosis awal dan membantu dalam memantau terapi). 2. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritrasma memberikan fluoresensi merah terang. 3. Beberapa kelainan pigmen lebih jelas terlihat, terutama bercak-bercak pucat

pada

sklerosis

neurofibromatosa.

tuberose,

dan

tanda

café-au-lait

pada

b) Kerokan/Guntingan Bahan-bahan dari kulit, rambut, atau kuku dapat langsung diperiksa dibawah mikroskop dan/atau dikirim untuk kultur. Hal ini bermanfaat khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari tungau scabies. Sedikit kerokan pada epidermis akan mengangkat skuama dari permukaan kulit yang dicurigai. Skuama tadi ditempatkan pada kaca mikroskop, ditetesi dengan kalium hidroksida (KOH) 10% dan ditutup dengan kaca penutup. Sesudah didiamkan beberapa menit guna melarutkan membrane sel epidermis, sediaan siap diperiksa. Terhadap guntingan kuku bisa juga dilakukan dengan hal yang sama, tetapi diperlukan larutan KOH yang lebih pekat dan waktu yang lebih lama. Pemeriksaan mikroskopis pada rambut bisa juga

memberikan

informasi tentang adanya infeksi jamur, abnormalitas struktur batang rambut pada kelainan genetic tertentu, dan juga bisa bermanfaat untuk menentukan berbagai penyebab terjadinya kerontokan rambut yang berlebihan. Preparat dari kerokan/apusan juga digunakan sebagai alat bantu diagnostic untuk sitodiagnostik pada

lepuhan-lepuhan

yang

dicurigai

disebabkan oleh virus dan pemfigus dengan menggunakan preparat Tzank yang bisa diperiksa langsung di klinik.  Biopsi Kulit Biopsy kulit merupakan teknik pemeriksaan yang sangat penting untuk menetukan diagnosis pada banyak kelainan kulit. Kadang-kadang hali ini sangat diperlukan untuk mendapat kepastian diagnosis klinis sebelum memulai pengobatan. Contoh yang baik untuk hal ini adalah kanker, kelainan bulosa dan infeksi-infeksi seperti tuberculosis dan lepra. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk memperoleh sampel kulit untuk pemeriksaan laboratorium: 1. Biopsy insisi/eksisi Tindakan ini membutuhkan sample pemeriksaan yang cukup besar ukurannya dan dapat juga dipakai untuk mengangkat lesi yang sangat besar.

2. Punch biopsy Cara ini jauh lebih cepat, namun hanya memperoleh sampel yang kecil dan hanya cocok untuk biopsy diagnostic atau mengangkat lesi yang kecil. 3. Tes temple Bila dicurigai terjadi dermatitis kontak alergi, lakukan tes tempel. Pada pemeriksaan ini alergen yang kemungkinan menjadi penyebab dilarutkan dalam media yang sesuai. E. Penatalaksanaan  Infeksi Bakteri Jenis Infeksi Impetigo

Penatalaksanaan Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah, lesi dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Bila lesi kering, olesi dengan salep yang mengandung mupirosin 2%. Antibiotik topikal lain yang dapat dipakai adalah asam fusidat dan gentamisin Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga diberikan irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.

Impetigo bulosa Topikal : sama dengan penatalaksanaan pada impetigo. Sistemik : oral Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis. Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari Floksasilin. Ektima

Topikal : jika lesi kering, digunakan salep antibiotik. Jika basah, kompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000.

Sistemik : eritromisin atau sefalosporin atau klindamisin. Folikulitis

Topikal : membersihkan lesi dengan air dan desinfektan. Memberikan salep atau krim antiniotika. Sistemik : antibiotik per oral misal ertromisin, klindamisin atau sefaloseforin.

Furunkel

dan Lesi permulaan yang belum berfluktuasi dan belum

Karbunkel

bermata dikompres panas dan diberi antibiotik oral (penisilin). Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase. Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah basitrasin, neomisin, asam fusidat atau muipirosin.

Selulitis

Topikal : jika lesi basah, kompres dengan permanganas kalikus. Jika kering, olesi krim antibiotik. Sistemik : berikan antibiotik per oral

 Infeksi Virus Nama infeksi

Penatalaksanaan

Herpes simpleks Analgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer. Kotrimoksazol oral dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering antiseptic seperti Povidoniodine, larutan garam faali, sebagai obat kompres. Herpes Zoster

Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder. IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topikal.

Lokal : diberi bedak (lasio kalamin) Varisela

Untuk panasnya dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain. Antihistamin oral diberikan bila ada gatal. Secara topikal diberikan bedak (losio kalamin). Istirahat dan tirah baring.

Veruka

Bedah listrik dengan anestesi local, memakai bahan kaustik seperti larutan perak nitrat 25%, TCA (trichlor acetic acid) jenuh dan fenol likuefaktum. Bedak scalpel (ekstirpasi) atau bedah beku (CO2, N2, N2O)

Kandiloma

Penutupan lesi dengan tingtura podofilin 25%, daerah

Akuminata

sekitarnya sebelumnya dilindungi dulu dengan Vaseline untuk menghindari iritasi. Pilihan lain adalah memakai krem 5-fluorourasil, bedah listrik, bedah eksisi, atau bedah beku.

 Infeksi Jamur

Nama infeksi

Penatalaksanaan

Tinea

Pedis Fase akut (vesikuler) dilakukan perendaman bagian

(penyakit

jamur yang sakit dengan larutan salin Burowi atau kalium

kaki;

Athlete’s permanganate. Preparat antifungus topikal (mikonazol,

foot;kutu air) Tinea (penyakit

klotrimazol) dioleskan pada daerah yang terinfeksi.

Korporis Preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus infeksi jamur jamur yang luas. Ketokonazol dapat diberikan pada

badan)

kondisi kronis, termasuk pasien yag resisten terhadap griseofulvin.

Tinea (penyakit

Kapitis Diberikan griseofulvin dan keramas 2-3 kali/minggu jamur

kulit kepala)

(sampo Excel, selsun)

Tinea

Kruris Infeksi ringan : preparat topikal seperti klotrimazol,

(penyakit

jamur mikonazol atau haloprogin selama 3-4 minggu.

lipat paha) Infeksi berat : preparat griseofulvin oral. Tinea

Unguium Griseofulvin oral selama 6 bulan-1 tahun kalau kuku jari

(Onikomikosis)

ikut

terkena.

Losion

amfoterisin

B,

mikonizol,

klotrimazol, nistatin (jika disebabkan oleh Candida albicans)

F. Komplikasi  Infeksi Bakteri Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran kuman yang meluas dapat menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis pada persendian. Selulitis sendiri juga bisa mengarah pada terjadinya sepsis (selulitis yang tidak diobati) dan juga penyebaran meluas ke lebih banyak jaringan tubuh. Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi tromboflebitis pada pasien lansia.  Infeksi Virus Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut : 1. Neuralgia Pasca Herpes Merupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya herpes zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin. 2. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.



Infeksi Jamur 1. Infeksi jamur yang dalam (internal) dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. 2. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea kapitis. 3. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf yang terkena. 4. Komplikasi lain seperti infeksi otak oleh virus varisela-zoster atau penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas/ data demografi Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Keluhan Utama : Nyeri pada kulit dan perubahan bentuk pada kulit 2. Riwayat Penyakit Sekarang Berisi tentang kapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakah ada keluhan yang paling dominan seperti sering gatal/ menggaruk pada area mana, ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yang dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya sampai pasien bertemu perawat yang mengkaji. 3. Riwayat penyakit keluarga Adanya riwayat penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakteri a. Riwayat psikososial perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. B. Pemeriksaan Fisik Integumen 1. Warna 

Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal, lesi menyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari kebanyakan lesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi virus pada vesikula adalah terdapat bentukan umbilikasi yaitu vesikula di mana bagian tengahnya cekung didalam.



Pemeriksaan fisik pada infeksi bakteri, ditemukan karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang dari 1 cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan disekitarnya. Awalnya vesikel berisi cairan bening yang menjadi keruh. bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan jaringan parut di pinggiran.



Infeksi jamur : lesi pada bagian muka, leher, ekstremitas, lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas dan berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama.

C. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan saraf perifer 2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan struktur lapisan dermis 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan lesi dan perubahan struktur kulit 5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. D. Intervensi dan Rasional 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan kenyamanan Ditandai dengan : 1. Keluhan nyeri pada pasien 2. Perilaku melindungi/distraksi, gelisah, merintih, focus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot. 3. Respon otonomik. Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang/hilang atau teradaptasi Kriteria Hasil : 1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri skala 0-5 2. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri 3. Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol, Pasien tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi. Ditandai dengan: 1. Suhu lebih tinggi dari 37,80C per oral atau 38,80C per rectal. 2. Kulit hangat. 3. Takikardia.

Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai dengan: 1. Peningkatan frekuensi jantung 2. Insomnia 3. Gelisah 4. Ketakutan Tujuan : dalam waktu 1x24 jam ansietas dapat berkurang/hilang atau teradaptasi Kriteria Hasil : Pasien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis. Intervensi 

Rasional

Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang,  Untuk menentukan tingkat keparahan berat.

ansietas

supaya

dapat

ditentukan

penanganan yang tepat 

Supaya pasien lebih tenang karena pendampingan pasien

perawat

mengetahui

dan

tentang

ketika proses

penyakitnya, pasien akan bisa lebih tenang 

Beri kenyamanan dan ketentraman hati

1. Dampingi pasien 2. Jelaskan tentang penyakitnya. 3. Berbicara

dengan

perlahan

dan

tenang. 4. Jangan membuat tuntutan. 5. Beri

kesempatan

klien

untuk

mengungkapkan rasa cemasnya.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan struktur lapisan dermis Ditandai dengan: 1. Gangguan jaringan epidermis dan dermis. 2. Adanya lesi (primer, skunder) 3. Eritema 4. Pruritus. Tujuan : dalam waktu 3x24 jam, kulit pasien dapat mengalami penyembuhan Kriteria Hasil : 1. Individu menunjukkan penyembuhan jaringan progresif 2. Berkurangnya gangguan jaringan epidermis, lesi, eritema, dan pruritis

Intervensi 

Rasional

Kaji kondisi luka klien (area, warna, bau, kelembaban, turgor).



Tingkatkan

asupan

protein



Untuk memperlancar sirkulasi



Penanganan dan pemberian obat

dan yang sesuai dengan kondisi kulit

karbohidrat untuk mempertahankan pasien keseimbangan nitrogen positif. 

Masase dengan lembut kulit sehat disekitar area yang sakit.



Lakukan

perawatan

intensif

terhadap kulit dengan perawatan dan obat yang sesuai dengan lesi/luka yang dialami klien. 

Menjadi

informasi

dasar

untuk

dapat

penyembuhan jaringan

mempercepat

memberikan

informasi

intervensi

perawatan luka selanjutnya. 

Dengan asupan nutrisi yang cukup membuat

proses

penyembuhan

semakin cepat

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur kulit Ditandai dengan: 1. Respon negatif verbal atau nonverbal 2. Tidak melihat bagian tubuh tertentu. 3. Perubahan dalam keterlibatan sosial Tujuan : dalam waktu 1x24 pasien dapat menerima keadaan tubuhnya Kriteria Hasil : 1. Pasien mengungkapkan dan mendemonstrasikan penerimaan penampilan (kerapian, pakaian, postur, pola makan, kehadiran diri). 2. Pasien mengimplementasikan pola penanganan baru Intervensi 

Rasional

Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.



Dorong individu untuk bertanya mengenai  Membuat pasien dan percaya diri masalah, penanganan, perkembangan,

prognosis kesehatan. 

Beri informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.



Anjurkan

orang

terdekat

untuk

memberikan support system terhadap

perubahan fisik dan emosional.



Informasi dapat membuat pasien lebih

lebih

tahu

tentang

permasalahannya



Dorong kunjungan teman sebaya dan 

orang terdekat. 

Orang

terdekat

pengaruh

Mengungkapkan perasaannya membuat pasien merasa lebih nyaman setelah.

lebih

membantu keaadaannya

mempunyai dominan

pasien

ntuk

menerima

sekarang

ketika

sudah di masyarakat. 

Untuk

membuat

pasien

bisa

menerima keaadaannya sekarang

PENUTUP A. Kesimpulan Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan infeksi jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan karbunakel. Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster. Infeksi jamur terdiri dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea ungiumngum. Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan integument adalah Lokasi dan/atau dari kelainan yang ada, karekteristik dari setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi “sekunder”

dan

teknik-teknik

pemeriksaan

“khusus”.

Adapaun

masalah

keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit adalah Nyeri, hipertermi, ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh. B. Saran Diharapkan dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih mngerti tanda dan gejala dari infeksi kulit. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami mengharapkan masukan agar akan lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Robin Graham & Tony Burns. 2002. Lecture Notes on Dermatology Ed. 8. English : Blackwell Science Ltd. Harahap, Marwali. 2001. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. Jennifer

P.

Kowalak,

William

Welsh,

Brenna

Mayer.

2003. Buku

Ajar

Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lynda

Juall

Carpenito

dan

Moyet.

2006. Buku

Saku

Diagnosis

Keperawatan. Jakarta: EGC Pierce, Grace, dan Neil Borley. 2007. Surgery at a Glance (Terj.). Jakarta: Erlangga Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis prosesproses penyakit. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C., & Bare, B. 2003. Brunner and Suddarth's Textbook of MedicalSurgical Nursing (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Related Documents


More Documents from "Sri Utami"

Alat Radas Makmal.docx
November 2019 21
Bank-garansi.doc
December 2019 13
Konsep Pelancongan
April 2020 21
Aaaa.docx
December 2019 13