Askep Ibu Hamil.doc

  • Uploaded by: Dondi Mawandi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Ibu Hamil.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,118
  • Pages: 24
1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan Trimester ketiga pada umumnya merupakan perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa. Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu, dapat juga menimbulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kematian janin dalam rahim. Banyaknya faktor yang menyebabkan meningkatnya kejadian plasenta previa disebabkan oleh faktor umur penderita, faktor paritas karena pada paritas yang tinggi kejadian paritas makin besar yang mana disebabkan oleh endometrium yang belum sempat tumbuh, faktor endometrium di fundus belum siap menerima implantasi, endometrium, vaskularisasi yang kurang pada desidua, riwayat obstetri. Hal tersebut jika dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan plasenta previa adalah perdarahan dan mengakibatkan syok, anemia karena perdarahan, plasentitis, prematuritas janin dan asfiksia berat, peningkatan mortalitas janin, perdarahan pascapartum karena perdarahan pada tempat pelekatan plasenta. Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif, sindrom Sheehan dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada abrupsio plasenta. Untuk mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain pendidikan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan klien, mencegah terjadinya plasenta previa berulang dan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi, memberikan diit sesuai dengan kebutuhan tubuh cukup kalori, protein serta memberikan obat-obatan untuk mengobati penyakit dasar dan dalam perawatan diri pasien secara optimal, sehingga muncul

2

pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan plasenta previa. 1.2 1.2.1. 1.2.2. 1.2.3. 1.2.4. 1.2.5. 1.3

Rumusan Masalah Definisi Plasenta previa adalah ? Etiologi dari plasenta previa adalah? Sebutkan klasifikasi dari plasenta previa? Sebutkan tanda dan gejala dari plasenta previa? Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengn komlikasi plecenta previa Tujuan

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah Rahim 2.2

Etiologi Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa

diantaranya adalah mencakup : 1. Perdarahan (hemorrhaging) 2. Usia lebih dari 35 tahun 3. Multiparitas 4. Pengobatan infertilitas 5. Multiple gestation 6. Erythroblastosis 7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya 8. Keguguran berulang 9. Status sosial ekonomi yang rendah 10. Jarak antar kehamilan yang pendek 11. Merokok

Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat yaitu : 1. 2.

Total bila menutup seluruh serviks Partial bila menutup sebagian serviks

4

3.

Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir

tertutup oleh plasenta). 4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir). 2.3

Klasifikasi Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya

jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu : 1.

Plasenta Previa Totalis Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena

risiko perdarahan sangat hebat 2. Plasenta Previa Parsialis/Lateralis Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam. 3. Plasenta Previa Marginalis Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar. 4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah) Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

2.4 Faktor Prepitasi dan Predisposisi Menurut Mochtar (2002), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah : 1. Melebarnya pertumbuhan plasenta : a. Kehamilan kembar (gamelli). b. Tumbuh kembang plasenta tipis. 2. Kurang suburnya endometrium : a. Malnutrisi ibu hamil. b.

Melebarnya plasenta karena gamelli.

5

c.

Bekas seksio sesarea.

d.

Sering dijumpai pada grandemultipara.

3.Terlambat implantasi : a. Endometrium fundus kurang subur. b.

Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

2.5 Tanda dan Gejala Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. 2. 3. 4.

Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. Darah biasanya berwarna merah segar. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak

5.

janin. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

2.6

Patofisiologi Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-

kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan. Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek Karena lepasnya placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari placenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak normal.

6

2.7.

Pathway

Bayi kembar

endometarium yang tipis

Embiro berimplantasi

ukuran placenta bertambah Placenta Berkembang menutupi uteri

bertambahnya usia kehamilan servik mulai terbuka

7

plasenta tidak ikut membesar sinus margais pada plasenta perdarahan

Ganguan rasa nyaman nyeri

2.8.

Gangguan perpusi jaringan

Deficit volume cairan

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Apabila plasenta previa menutupi jalan lahir baik total maupun sebagian

maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan paling aman. Jika plasenta tidak menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau letak rendah) maka pesalina pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada perdarahan banyak saat persalinan. Masalah yang sering terjadi adalah jika terjadi perdarahan saat janin belum cukup bulan (38 minggu) maka tindakan persalinan dapat dilakukan jika perdarahan berulang dan banyak. Maka umumnya dokter akan memberikan obat pematangan paru bagi janin. Apabila perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan konservatif (persalinan ditunggu hingga janin cukup bulan) Penatalaksanaan medic dapat dilakukan dengan : a.

Jika kehamilan< 36 minggu Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi, jika perdarahan berkurang : obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan farmakologi.

8

Perdarahan bnyak : infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc b. Jika kehamilan > 36 minggu Jika perdarahan banyak infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc. Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kaji kondisi fisik klien Menganjurkan klien untuk tidak coitus Menganjurkan klien istirahat Mengobservasi perdarahan Memeriksa tanda vital Memeriksa kadar Hb Berikan cairan pengganti intravena RL Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih

9.

premature Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan < 37 minggu. 2.9

Terapi

1. Terapi Ekspektatif ( mempertahankan kehamilan ) Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu. Pada kehamilan 24 – 34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan keadaan ibu dan anak baik, maka kehamilan sedapat mungkin dipertahankan dengan pemberian : a.betamethasone 2 X 12 mg ( IM ) selang 24 jam b. antibiotika 2. Terapi Aktif ( mengakhiri kehamilan ) 2.10 1.

Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak

menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. 2. Pemeriksaan dalam Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya sangat besar. 3. Pemeriksaan darah Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi

9

4.

Sinar X Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-

bagian tubuh janin. 5. Vaginal Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan 6. 7.

di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. Isotop Scanning Pemeriksaan inspekula Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan

8. a. b. c. d. e. f.

lain – lain. Pemeriksaan radio isotope Macam – macam pemeriksaan ini antara lain : plasentografi jaringan lunak sitografi plasentografi inderek anterigrafi amnigrafi radio isotopik plasentografi 2.11

Komplikasi Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat

ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut : 1. a. b. c. d. 2. a. b.

Pada ibu dapat terjadi : Perdarahan hingga syok akibat perdarahan Anemia karena perdarahan Plasentitis Endometritis pasca persalinan Pada janin dapat terjadi : Persalinan premature Asfiksia berat

10

2.12 Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi placenta previa A.

Pengkajian 1. Pemeriksaan Fisik a. Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil : 1) Rambut dan kulit Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang. 2) Wajah Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut 3) Leher 4) Buah dada / payudara Peningkatan pigmentasi areola putting susu Bertambahnya ukuran dan noduler 5) Jantung dan paru Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada. 6) Abdomen Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri 7) Vagina Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium 8) Sistem musculoskeletal Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal b. 1) 2) 3) 4)

Khusus Tinggi fundus uteri Posisi dan persentasi janin Panggul dan janin lahir Denyut jantung janin

11

.B

Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

NO 1

DIAGNOSA

NOC

NIC

KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman Setelah di lakukan tindakan O ; Observasi skala nyeri berhubungan dengan asuhan keperawatan …x24 nyeri pasien dengan kontraksi uterus.

jam nyeri pasien dapat PQRST N : berikan posisi teratasi dengan kreteri hasil ; yang nyaman K 1. Klien dapat melakukan E : ajarkan teknik tindakan untuk mengurangi relaksasi C : colaborasi nyeri. 2. 2. Klien kooperatif dengan dengan tim tindakan yang dilakukan.

2

kesehatan

dalam

pemberian

obat

analgetik Gangguan perfusi jaringan Setelah di lakukan tindakan O : Observasi TTV berhubungan

dengan asuhan keperawatan …x24 klien

12

perdarahan.

jam nyeri pasien dapat N : bina hubungan teratasi dengan kreteri hasil saling percaya ; antara perawat 1. Conjunctiva tidak dengan pasien anemis, acral hangat, Hb E: Beri wawasan normal muka tidak pucat, mengenai penyakit tidak lemas. yang di derita pasien C:

kolaborasi

dengan

dokter

dalam 3

Resti

defisit

pemberian

cairan infus isotonic volume Setelah di lakukan tindakan O: Kaji kondisi

cairan berhubungan asuhan keperawatan …x24 status dengan perdarahan.

jam nyeri pasien dapat hemodinamika N: Catat haluaran teratasi dengan kreteri hasil 1. TTV dalam keadaan dan pemasukan E: berikan edukasi normal 2. 2. Perdarahan berkurang tentang penyakit sampai dengan berhenti 3. 3. Kulit tidak pucat

yang

di

pasien C:

colaborasi

dengan dalam

derita

dokter pemberian

cairan IV C .Implementasi -suatu tindakan keperawatan yang di lakukan oleh seorang perawat atau tenaga medis sesuai dengan intervensi yang telah di tetapkan atau di susun.

13

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Komplikasi Solution Placenta 2.13 Pengertian 1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. 2)

Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.

3)

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram

2.14 Klasifikasi

A. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta (2) 1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya. 2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

14

3.

Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang

terlepas. B

Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan 1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar 2. Solusio

plasenta

dengan

perdarahan

tersembunyi,

yang

membentuk hematoma retroplacenter 3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion . C.

Cunningham

dan

Gasong

masing-masing

dalam

bukunya

mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: (5,6) 1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg% 2.

Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre

renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. 3.

Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda

renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan. 2.15 etiologi Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi 1.

Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8) 2.

Faktor trauma a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

15

b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain. 3.

Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium

4.

Faktor usia ibu Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5.

Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma

6.

Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian peningkatan

pelepasan

katekolamin

yang

tekanan darah dan

bertanggung

jawab

atas

terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif 7.

Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya

8.

Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta

9.

Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

16

2.16 1.

Gambaran Klinis Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. 2.

Solusio plasenta sedang Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat

3.

Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar

17

kemungkinan

telah

terjadi

kelainan

pada

pembekuan

darah

kelainan/gangguan fungsi

2.17

dan ginjal

Komplikasi

a.

Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat

dicegah,

Bila persalinan

kecuali telah

dengan

menyelesaikan

diselesaikan,

penderita

persalinan belum

segera.

bebas

dari

perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat b.

(1,10,17)

Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. (1,2) c.

Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. d.

(2)

Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian 2.18 Patofisiologi

18

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban. 2.19 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma. 2. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin. 3. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin. 2.20 Penatalaksanaan 1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi . 2. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga perut . 3. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral . 4. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin .

19

5. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal dan bila teratsi perhatikan keadaan janin . 6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal . 7. Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea . 8. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu : a)

Solusi plasenta ringan . 1. Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu persalinan spontan . 2. Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea

b)

Slusio plasenta sedang / berat . 1.Resusitasi cairan . 2.Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah . 3. Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih /

20

taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama .

2.21ASUHAN KEPERAWATAN A.

Pengkajian

1.

Anemnesis

a.

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir

tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas. b.

Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong

(Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah. c.

Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti

(anak tidak bergerak lagi). d.

Kepala terasa pusing, lemas, muntah,pucat, pandangan berkunang-

kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar. e. 2.

Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain. Inspeksi

21

a.

Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan.

b.

Pucat,sianosis,keringat dingin.

c.

Kelihatan darah pervaginam

3. a.

Palpasi Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter

hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. b.

Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang di sebut uterus in

bois(woonden uterus) baik waktu his maupun di luar his. c.

Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.

d.

Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang

4.

Auskultasi

Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga 5.

Pemeriksaan dalam

a.

Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

b.

Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik

sewaktu his atau di luar his. c.

Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta

ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa. 6. a.

Pemeriksaan Umum Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit

vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok. b. 7.

Nadi cepat,kecil,filiformis Pemeriksaan laboratorium

22

a.

Urin à Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit

b.

Darah à Hb menurun (anemia),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross

match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %). B Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tekanan darah meningkat 2. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan 3. Gangguan perfusi jaringantubuh berhubungan dengan terlambatnya peredaran darah ke jaringan bagian distal

C Intervensi NO DIAGNOSA 1. Gangguan

rasa

NOC

NIC

nyaman Setelah di lakukan O

nyeri berhubungan dengan tindakan tekanan darah meningkat

;

Observasi

asuhan skala nyeri pasien

keperawatan

… dengan PQRST N : berikan posisi x24 jam nyeri yang nyaman pasien dapat E : ajarkan teknik teratasi dengan relaksasi kreteri hasil C : colaborasi ; K 1. Klien dapat dengan tim melakukan tindakan

kesehatan

dalam

untuk pemberian

obat

mengurangi nyeri. analgetik 2. 2. Klien kooperatif dengan

tindakan

yang dilakukan.

23

2

Deficit

volume

cairan Setelah di lakukan O: Kaji kondisi

tubuh berhubungan dengan tindakan perdarahan

asuhan status

keperawatan

… hemodinamika N: Catat haluaran x24 jam nyeri dan pemasukan pasien dapat E: berikan edukasi teratasi dengan tentang penyakit kreteri hasil yang di derita 1. TTV dalam pasien keadaan normal 2. 2. Perdarahan C: colaborasi berkurang sampai dengan

dokter

dengan berhenti dalam pemberian 3. 3. Kulit tidak cairan IV pucat

3

Gangguan perfusi jaringan Setelah di lakukan O tubuh berhubungan dengan tindakan

:

Observasi

asuhan TTV klien N : bina hubungan keperawatan … terlambatnya peredaran saling percaya x24 jam nyeri darah ke jaringan bagian antara perawat pasien dapat dengan pasien distal teratasi dengan E: Beri wawasan kreteri hasil mengenai ; penyakit yang di 1. Conjunctiva derita pasien tidak anemis, C: kolaborasi acral hangat, Hb dengan dokter normal muka dalam pemberian tidak pucat, tidak lemas.

D .Implementasi

24

suatu tindakan keperawatan yang di lakukan oleh seorang perawat atau tenaga medis sesuai dengan intervensi yang telah di tetapkan atau di susun.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. 3.2 Saran Kritik dan saran kami harapkan demi membangun makalah ini menjadi lebih baik, karna makalah kami ini masih jauh dari sempurna

Related Documents

Askep Ibu Hamil.doc
December 2019 25
Askep Ibu Nifas1.docx
December 2019 10
Ibu
October 2019 56
Ibu
June 2020 38
Ibu
May 2020 40
Ibu
May 2020 38

More Documents from ""

Askep Ibu Hamil.doc
December 2019 25
Bab I Gerontok.docx
November 2019 24
Woc Isk.docx
May 2020 12
Lp Isk Agus.docx
December 2019 18
Artikel Seni Budaya.docx
December 2019 11