ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG A. PENGKAJIAN 1. Riwayat Perjalanan Penyakit (Doengoes, Richard, 2000, 1992) Perlu ditanyakan kepada orang tua penderita mengenai riwayat perjalanan penyakit antara lain: – Saat mulai diare. – Lamanya sakit/diare (sudah beberapa jam, hari). – Frekuensinya (berapa kali sehari). – Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali buang air besar, misal berapa banyak/sendok/gelas dan sebagainya. – Baunya (amis, busuk dan sebagainya). – Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang (sebelum, selama atau sesudah diare). – Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman, sebelum dan sesudah sakit. – Berat badan sebelum, selama, sesudah sakit. – Untuk mengetahui berat badan dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala). 2. Kaji Keadaan Umum – Kesadaran menurun. – Rasa haus. 3. Kaji sirkulasi – Nadi cepat – Turgor kulit buruk – Mukosa kering – Bibir pecah-pecah. 4. Kaji respirasi 5. Kaji tanda dehidrasi – Ubun-ubun cekung – Mata lebih cekung. – Turgor dan tonus kurang baik. – Diuresis lebih sedikit.
– Selaput lendir lebih kering. Pemeriksaan Fisik 1. Riwayat dan pemeriksaan fisik menurut Behrman, Richard E, 1998: – Keluhan utama diare, harus ditentukan terlebih dahulu akan kebenaran dan ketepatannya (peningkatan jumlah, volume dan keenceran tinja yang dikeluarkan). – Riwayat adanya darah atau lendir dalam tinja. 2. Perasaan nyeri dalam abdomen tenesmus – Demam – Massa di abdomen – Penurunan berat badan – Mengkonsumsi produk dari susu, daging atau air ayng tercemar. – Tingkat dehidrasi yang dialami dan derajat kesadaran penderita harus digambarkan secara spesifik. 3. Ada tidaknya artralgia, artritis, ruam-ruam kulit dan bradikardia juga dapat memberi petunjuk tentang diagnosis, etioogi. Temuan-temuan ini yang digabungkan dengan riwayat pemasukan cairan, frekuensi pengeluaran tinja dan penilaian pengeluaran urine menentukan apakah penderita memerlukan perawatan di rumah sakit atau tidak. Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan Tinja – Makroskopis dan mikroskopis. – Biakan kuman terhadap berbagai antibiotik. – pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance. Pemeriksaan pH tinja, kandungan glukosa dalam tinja dan konsentrasi klorida dalam tinja. Jika kadar glukosa tinja rendah atau pH kurang dari 5,5, maka penyebab diare bersifat tidak menular/perlu dipertimbangkanpH tinja yang rendah dapat ditemukan pula pada anak-anak dengan defisiensi laktase akuisite yang terjadi setelah suatu infeksi diare persisten. 2. Pemeriksaan Darah – Darah lengkap Jumlah total dan hitung jenis leukosit mungkin normal, meningkat atau menurun tetapi lebih dari 50% penderita mempunyai 10-40% leukosit batang pada penghitungan jenis. – Leukosit dapat ditemukan dengan mencampurkan sedikit tinja dengan 1 – 2 tetes metilen biru: pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan dengan penyakit usus kecil tetap ditemukan pada penderita Salmonelosis, E. coli, enteroinvasif, shigelosis, enterokolitis stafilokokus (enteritis regional), kolitis ulserativa dan kolitis pseudomembranosa. – PH cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa. 3. Duodenal Intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
4. Kehilangan klorida lebih sering terjadi pada kolera, kehilangan klorida lebih dari 90 M ek/l pada tinja setelah penggantian cairan elektrolit menunjukkan adanya klorida bawaan. Pathway Keperawatan
Bakteri patogen Makanan dan air Masuk ke saluran gastrointestinal Terjadi infeksi saluran pencernaan Peningkatan motilitas usus/hiperperistaltik Infeksi mukosa usus halus terjadi Mual/muntah Gangguan pencernaan secara enzimatis Gangguan pada defekasi Diare Feses mengandung asam laktat Gangguan integritas kulit Diet, pengobatan, perawatan Dampak hospitalisasi Anoreksia Nutrisi kurang dari kebutuhan Kurang volume cairan dari kebutuhan Asidosis metabolik Syok hipovolemik Kurang pengetahuan Kurang aktifitas hiburan Demam Peningkatan suhu tubuh Dehidrasi Kehilangan cairan dan elektrolit Kurang informasi tentang perawatan dan pengetahuan Ansietas (Resepno, Hasan, 1985; Ngastiyah, 1997)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen. 2. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam). 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.