ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN KASUS DIABETES MILETUS DIRUANG LCI AL-FAT RSI KENDAL 2011
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4: ALICIA D.F SILAMBI AMIN SHOLIKAH CORNELIS F. JUNITHA TAMBANE LAODE HISOKAWA JANET KREY
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY JAYAPURA 2017
I. PENGERTIAN Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
II.
KLASIFIKASI Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance: 1. Klasifikasi Klinis a. Diabetes Mellitus 1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I 2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas) b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) c. Diabetes Kehamilan (GDM) 2. Klasifikasi risiko statistik a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
III.
ETIOLOGI 1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI) a. Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. b. Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: a.
Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.
Obesitas
c.
Riwayat keluarga
d.
Kelompok etnik
IV. PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999). Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995). V. GEJALA KLINIS Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu 1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan. 2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl 3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
VI. KOMPLIKASI Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah 1.
Akut a. Hipoglikemia dan hiperglikemia b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). c. Penyakit mikrovaskuler,
mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati. d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990). 2.
Komplikasi menahun Diabetes Mellitus a. Neuropati diabetik b. Retinopati diabetik c. Nefropati diabetik d. Proteinuria e. Kelainan koroner f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377) Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain: 1) Grade 0
:
tidak ada luka
2) Grade I
:
kerusakan
hanya
sampai
pada
permukaan kulit 3) Grade II
:
kerusakan kulit mencapai otot dan
4) Grade III
:
terjadi abses
5) Grade IV
:
Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V
:
Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
tulang
bawah distal
VII. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
VIII. PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien. Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu: 1. Diet a. Syarat diet DM hendaknya dapat: 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda 4) Mempertahankan kadar KGD normal 5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. 7) Menarik dan mudah diberikan b. Prinsip diet DM, adalah: 1)
Jumlah sesuai kebutuhan
2)
Jadwal diet ketat
3)
Jenis: boleh dimakan/tidak 2. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya. b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacammacam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. 4. Obat a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes) 1). Mekanisme kerja sulfanilurea kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas kerja OAD tingkat reseptor 2). Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu: (a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin (c) Biguanida
pada
tingkat
pascareseptor
:
mempunyai
efek
intraseluler b. Insulin Indikasi penggunaan insulin 1) DM tipe I 2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD 3) DM kehamilan 4) DM dan gangguan faal hati yang berat 5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren) 6) DM dan TBC paru akut 7) DM dan koma lain pada DM 8) DM operasi 9) DM patah tulang 10)DM dan underweight 11)DM dan penyakit Graves Beberapa cara pemberian insulin 1). Suntikan insulin subkutan Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain: lokasi suntikan ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan
otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan. 2). Pemijatan (Masage) Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin. 3). Suhu Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin. Dalamnya suntikan Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan. Konsentrasi insulin Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat. 4). Suntikan intramuskular dan intravena Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S
DENGAN DM DIRUANG LCI AL-FAT RSI KENDAL 2011
I.
PENGKAJIAN Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2011 Tanggal Pengkajian : 01 April 2011 No. Reg
: 61.858
Ruang/Bangsal
: LCI AL-FAT
Diagnosa Medis
: DM
A. BIODATA 1. Identitas Klien Nama
: Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur
: 48 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tukang
Suku Bangsa : Jawa Alamat
: Gempol Sewo
2. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny.K
Jenis Kelamin : Perempuan Umur
: 42 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa Alamat
: Gempol Sewo
Hubungan dengan klien: Istri Pasien
B. STATUS KESEHATAN a) Keluhan Utama Klien mengatakan cekot-cekot diluka pergelangan kaki kiri, luka tidak sembuh. b) Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan habis jatuh dari tempat tidur dan terdapat luka gores ± 5 sentimeter. Luka tidak sembuh-sembuh makin lama makin melebar, terasa nyeri, keluar nanah dari luka tersebut akhir-akhir ini. Klien sering merasa lemas dan pusing. Klien juga mengatakan kedua kakinya sering merasa kesemutan. c) Riwayat Kesehatan Dahulu Klien sebelumnya pernah dirawat selama 6 (enam) kali di Rumah Sakit Islam Kendal karena sakit yang sama pada : a. Tanggal 20 Oktober 2008 b. Tanggal 22 Juli 2010 c. Tanggal 3 agustus 2010 d. Tanggal 15 Oktober 2010 e. Tanggal 9 November 2010 f. Tanggal 8 desember 2010 Klien juga mempunyai riwayat hipertensi d) Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat Diabetus Militus maupun Hipertensi. C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL 1) Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang sangat penting. Apabila ada keluarga ataupun dirinya sakit, maka keluarga pasien membawa ke pelayanan kesehatan, klinik ataupun puskesmas. Selama ini klien mengetahui kalau dirinya menderita penyakit Diabetus Militus.
2) Data Nutrisi dan Metabolik Klien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 kali sehari dan habis satu porsi, Klien sudah mengetahui kalau menderita DM, namun klien kurang tau cara perawatan penyakitnya. Selama sakit klien tidak mengalami gangguan dalam nafsu makan. Klien makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi yang sudah disediakan oleh Rumah Sakit dan klien tidak makan makanan yang lain selain makanan dari Rumah Sakit. 3) Pola Cairan dan Metabolisme Sebelum sakit dan dibawa kerumah sakit klien banyak minum air putih (kira-kira 1500 ml/hari). Selama sakit klien jadi jarang minum (kira-kira 1000 ml/hari), klien tidak pernah minum kopi. 4) Pola Istirahat dan Tidur Klien mengatakan pola tidur tidak tentu. Kalau siang hari setiap merasa ngantuk langsung tidur, begitupun juga dimalam hari stiap habis shalat isya klien tidur tapi jam 12 malam kadang klien bangun dan melaksanakan shalat malam. 5) Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum masuk Rumah Sakit klien bekerja sebagai tukang. Selama sakit dan kaki klien ada luka dan klien sering merasa lemas sehingga klien lebih sering tiduran karena kaki klien terasa sakit jika digunakan untuk gerak. 6) Pola Eliminasi Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien biasa BAK ± 5-6 kali sehari dan buang air besar 1 kali sehari. Selama sakit frekuensi BAK berkurang menjadi 4-5 kali sehari. Klien mengatakan sudah BAB 1kali hari ini. BAB sebelum sakit berwarna kecoklatan lembek berbentuk. 7) Pola Persepsi dan Kognitif Klien tidak mengalami gangguan sensorik seperti pendengaran, pengecapan maupun penghidung. Gangguan sedikit terjadi pada indra peraba yaitu terjadi di pergelangan kaki dekat ulkus. Indra peraba kurang peka bila ada sensor dari luar. Klien merasakan nyeri dan cekot-cekot di ulkus pergelangan kaki kiri. Adapun karakter nyeri yang dirasakan klien
yaitu : P : Ulkus Diabetus Militus dipergelangan kaki kiri Q : Nyeri hilang timbul, tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk bergerak R : Nyeri Terjadi di sekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri S : Drajat nyeri antara 5-6 T : Nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 10 menit hilang dan timbul lagi. Tapi klien merasa nyeri berkurang setiap kali selesai dirawat 8) Pola Reproduksi dan Seksual Klien adalah seorang ayah dengan 3 orang anak, anak pertama sudah menikah, anak ke dua dan ke tiga belum menikah. Istri klien hanya sebagai ibu rumah tangga. Sebelum sakit klien masih melakukan hubungan seksual namun selama sakit klien tidak melakukan hubungan seksual lagi. 9) Pola Persepsi dan Konsep Diri Klien mengatakan saat ini klien ingin cepat sembuh dan lukanya cepat mongering dan tidak menjalar kemana-mana. Dengan kondisi yang sekarang ini klien tidak putus asa. Klien optimis akan hidupnya 10)Pola Mekanisme Koping Klien sangat dekat dengan istrinya. Setiap kali klien mempunyai masalah selalu mendiskusikan dengan istrinya. 11)Pola Nilai dan Kepercayaan Klien maupun keluarga klien beragama islam. Mereka selalu menjalankan ibadah shalat 5 waktu. Klien percaya bahwa segala sesuatu berawal dari Allah SWT. Dan akan kembali lagi kepada-Nya. Selama sakit klien tidak pernah menjalankan shalat 5 waktu.
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: Lemah b. Kesadaran: Composmentis (E=4, V=5, M=6) c. Tanda-Tanda Vital: TD : 140/90 mmHg SB : 36,2 ºC RR : 20 x/menit N : 84 x/menit d. Berat Badan: 50 kg e. Tinggi Badan: 154 cm f. Kepala: Bentuk meshosepal, tidak ada luka g. Rambut: Rambut klien hitam dan campur putih h. Mata: Skiera tidak Ikterik, Konjungtiva tidak anemis,mata bersih dalam pemeriksaan visus dapatkanvisus 2/60 i. Hidung: Bersih, simetrik, tidak ada polip, tidak adanapas cuping hidung j. Telinga: Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami penurunan pendengaran k. Mulut: Mukasa bibir lembab, mulut sedikit kotor,gigi kotor dan sebagian gigi sudah ompong. l. Leher : simetris, tidak ada pembengkakan kelenjartiroid, tidak ada luka ataupun benjolan m. Dada : Simetris, tidak ada alat bantu pernapasan n. Perut : Bersih, tidak ada massa o. Genetalia : Bersih, tidak mengalami gangguan, tidak terpasang kateter p. Ekstermitas atas : Kedua tangan masih bisa bergerak secara normal. Terpasang infus tanggal 31 Maret 2011 jam 22.00 WIB. dengan cairaninfusNaCl 0,9 % 40 tetes per menit. Infuster pasang di tangan kiri q. Ekstermis bawah : Kaki kiri terdapat ulkus di pergelangan kaki dengan grade:3 luas 1 X 5 cm. Ulkusklien terdapat pus basah. Daerah sekitar luka/ ulkus tampak kehitaman. Kaki kanan normal, klien mengalami gangguan dalam aktivitas, karna kaki terasa sakit bila digerakan.
r. Kulit : Kulit pasien kering warna sawo matang.Tidak terdapat edema, kulit sekitar edema menghitam.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hematologi (Laboratorium 31 Maret 2011) Jenis Hemoglobin Hemotoklit Trombosit Lekosit Eritrosit GDS Ureum Creatinin SGOT SGPT Asam Urat Cholesterol Trigliserida
Hasil 12,07 gr% 36,70% 213.000 mm3 7.800 mm3 2,76 mm3 479 mg/dl 40 mg/dl 20 mg/dl 30 gr/dl 16 gr/dl 5,7 mg/dl 375 327
Normal 12,00 – 15,00 gr% 35,00 – 47,00% 150.000-400.000 mm3 4.000-10.000 mm3 4,5-6 juta/mm3 <200 mg/dl 20-40 mg/dl 20-40 mg/dl s.d 37 gr/dl s.d 37 gr/dl 2,5-6,5 mg/dl <200 <200
F. Therapy - Infus NaCl 40 tetes per menit - Clidamicin 2x150 mg - Vit B kompleks 3x1 tab - Captopril 3x12,5 mg - Aspilet 1x80 mg - Diit rendah Garam - Rawat luka tiap hari G. KLASIFIKASI DATA DS - Klien mengatakan cekot-cekot
DO - Terdapat ulkus di pergelangan
pada pergelangan kaki kiri
kaki kiri ukuran 1 X 5 cm
- Klien mengatakan luka tidak
- Luka basah dan ada pus
sembuh-sembuh
- Daerah sekitar ulkus kehitaman,
- Klien menyatakan sering merasa
bila kaki digerakan terasa nyeri
lemes dan kakinya tambah sakit
- Karakteristik nyeri :
jika digerakan
P :Ulkus
- Klien mengatakan kedua kakinya
pergelangan kaki kiri, ulkus klien
sering merasa kesemutan
terdapat pus,basah.
- Klien mengatakan kurang tau
Q :Nyeri hilang timbul tetapi sakit
tentang
bertambah, jika digunakan untuk
cara
perawatan
diabetus
militus
di
penyakitnya
bergerak.
- Klien mengatakan sebelumnya
R :Nyeri terjadi disekitar ulkus,
pernah dirawat 6x di Rumah Sakit
disekitar pergelangan kaki kiri
karena sakit yang sama
S :Drajat nyeri diantara 5-6 T :Nyeri sering dirasakan waktu malam hari , lamanya sekitar kurang lebih 10 menit, hilang dan timbul lagi - Klien hanya tiduran ditempat tidur - GDS : 479 g /dl - Trigliserida : 327
H. ANALISA DATA N O 1.
DS/DO
PROBLEM
Ds : Klien mengatakan cekot- Gangguan cekot pada luka di pergelangan kaki
ETIOLOGI rasa Diskontinuitas
nyaman dan nyeri
jaringan
kiri Do : P:Ulkus diabetus militus di pergelangan kaki kiri, ulkus klien terdapat pus,basah. Q:Nyeri hilang timbul tetapi sakit bertambah, jika digunakan untuk bergerak. R:Nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri S:Drajat nyeri diantara 5-6 T:Nyeri
sering
dirasakan
waktu malam hari , lamanya sekitar kurang lebih 10 menit, hilang 2.
dan timbul lagi. Ds: Klien sering mengatakan Gangguan perfusi Penurunan aliran sering kesemutan
jaringan perifer
darah vena-arteri
Do: Terdapat ulkus dipergelangan kaki kiri. Ukuran 1x5 cm, Ulkus klien terdapat pus, basah. Daerah sekitar ulkus kehitaman.
3.
Ds: Klien mengatakan luka Kerusakan
Penurunan aliran
tidak sembuh-sembuh.
darah dan nutrisi
Do:
Terdapat
uklus
integritas kulit di
ke jantung
pergelengan kaki kiri dengan 4.
ukuran 1x5 cm Ds: Klien mengatakan sering
Kelemahan
Penurunan
merasa lemas
metabolisme
Do: Klien hanya tiduran di
energi
tempat tidur - GDS : 479 g/dl 5.
- Trigliserida : 327 Ds: Klien mengatakan lukanya
Resiko infeksi
tidak sembuh-sembuh
Perubahan sirkulasi darah
Do:Terdapat ulkusdipergelangan kaki kiri. Ukuran 1x5 cm, Ulkus klien terdapat pus, basah.Daerah sekitar ulkus kehitaman. 6.
Lekosit: 7800 mm3 Ds: Klien mengatkan kurang Kurang
Kurangnya
tahu
informasi tentang
tentang cara perawatan
pengetahuan
penyakit DM
penyakitnya. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat 6 kali di RS. Karena sakit yang sama Do: -GDS :479
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan 2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan alirandarah vena dan arteri 3. Gangguan integritas kilit berhubungan dengan penurunan aliran darah dan nutrisi ke jaringan
4. Kelemahan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah 5. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahansirkulasi darah 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit. III.
ASKEP
Dx Kep.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Tgl/ Jam
Implementasi
Evaluasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan:
Nyeri pada klien dapat berkurang setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam dengan KH: - Klien tenang - Skala nyeri 3 - klien dapat istirahat
1. Kaji keadaan umum klien
1. Mengetahui keadaan sebenarnya pada pasien.
01 April 2011 08.12
2. Observasi TTV
2. Memantau keadaan umum pasien
1. Mengkaji keadaan umum klien Respon: S:klien mengatakan luka terasa cekot-cekot O:Klien tampak lemah
S: -Klien mengatakan nyeri sudah mendingan, agak berkurang
DS: -Klien mengatakan cekot-cekot pada luka di pergelangan kaki kiri DO: -P: ulkus DM di pergelangan kaki kiri, terdapat pus,basah. Q: nyeri hilang timbul tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk bergerak. R: nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri. S: Derajat nyeri diantara 6 T: nyeri sering dirasakan
3. Kaji tingkat nyeri pasien
3.Untuk mengetahui tingkat nyeri px dgn menggunakan PQRST
10.46
11.05
12.00
4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi 5. Rawat luka dengan ganti balut 6.Kolaboras i pemberian obat anti nyeri.
4. Mengurangi rasa nyeri pada klien
5. Memberikan rasa nyaman
6. mengurangi rasa nyeri
13.00
O: -Klien tampak tenang -Klien tampak 2.Mengobserva rileks si TTV -TD: Respon: 136/80mmHg S:klien -N: 80 x/m menanyakan -SB: 36,5oC hasil dari -RR: 22 x/m pemeriksaan -P: ulkus DM di TTV “hasilnya pergelangan berapa sus?” kaki kiri, O: terdapat -TD:140/90 pus,basah. mmHg Q: nyeri hilang -N:84 x/m timbul tetapi -SB: 36,2 ºC sakit bertambah -RR:20 x/m jika digunakan untuk bergerak. R: nyeri terjadi disekitar ulkus, 3.Mengkaji disekitar tingkat nyeri : pergelangan -P: ulkus DM kaki kiri. di pergelangan S: Derajat nyeri kaki kiri, diantara 6 terdapat T: nyeri sering pus,basah. dirasakan waktu Q: nyeri hilang malam hari, timbul tetapi lamanya sekitar sakit kurang lebih 8 bertambah jika menit, hilang
waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 10 menit, hilang dan timbul lagi. TTV: -TD: 140/90 mmHg -SB: 36,2 ºC
-RR: 20 x/m -N: 84 x/m Keadaan umum:lemah
digunakan untuk bergerak. R: nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri. S: Derajat nyeri diantara 6 T: nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 10 menit, hilang timbul lagi.
4.Menganjurka n teknik relaksasi Respon: S:klien mengatakan lebih rileks dan nyeri sudah agak sedikit berkurang setelah tarik nafas dalam O:klien mempraktekka n apa yang sudah diajarkan 5.Merawat luka dan ganti balut klien Respon: S:klien mengatakan lebih nyaman dan nyeri berkurang O:luka terlihat
timbul lagi. A:masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi
bersih,tidak ada pus, balutan kering 6.Memberika obat anti nyeri Respon: S: klien mengatakan nyeri berkurang O: derajat nyeri 6
IV.
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
TGL/JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
08 april 2011 / 08.12
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
EVALUASI S: -Klien mengatakan nyeri sudah mendingan, agak berkurang O: -Klien tampak tenang -Klien tampak rileks -TD: 136/80mmHg -N: 80 x/m -SB: 36,5oC -RR: 22 x/m -P: ulkus DM di pergelangan kaki kiri, terdapat pus,basah. Q: nyeri hilang timbul tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk bergerak.
R: nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri. S: Derajat nyeri diantara 6 T: nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 8 menit, hilang timbul lagi. A:masalah belum teratasi
2
09 april 2011 / 08.00
P:lanjutkan intervensi S: -Klien mengatakan nyeri sudah lumayan berkurang O: -Klien tampak tenang -Klien tampak rileks -TD: 138/84mmHg -N: 86 x/m -SB: 36oC -RR: 20 x/m -P: ulkus DM di pergelangan kaki kiri, terdapat pus,basah. Q: nyeri hilang timbul tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk bergerak. R: nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri. S: Derajat nyeri diantara 5
T: nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 7 menit, hilang timbul lagi. A:masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi 3
10 april 2011 / 08.28
S: -Klien mengatakan nyeri sudah berkurang O: -Klien tampak tenang -Klien tampak rileks -TD: 138/80mmHg -N: 82 x/m -SB: 36,6oC -RR: 20 x/m -P: ulkus DM di pergelangan kaki kiri, terdapat pus,basah. Q: nyeri hilang timbul tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk bergerak. R: nyeri terjadi disekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri. S: Derajat nyeri diantara 5 T: nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang lebih 6 menit, hilang timbul lagi.
A:masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi