Askep Anak-6 Fix.docx

  • Uploaded by: charisty
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Anak-6 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,238
  • Pages: 22
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA DAN THALASEMIA

Di Susun Oleh:

Charisty Arum NIM: 171114401674 Elisabeth Mega Uyang NIM: 171114401692 Elita NIM: 171114401693

Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dirgahayu Samarinda 2018/2019

BAB I LANDASAN TEORI MEDIK

A. Pengertian a. Leukemia Leukemia adalah terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian leukemia limfoid atau limfositik akut ini merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebih sehingga jumlah nya yang menyusut ke berbagai organ seperti sum-sum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel. Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila terjadi pada hati,splenomegali, dan lain-lain. Jenis-jenis Leukemia : 1. Leukemia Mielositik Akut (LMA) : merupakan jenis leukemia yang paling sering ditemukan. Tingkat pertumbuhan sel kanker ini biasanya cepat dan memengaruhi produksi sel darah normal pada awlanya. Pasien biasanya akan mengalami gejala rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, pendarahan abnormal karena jumlah trombosit yang rendah). 2. Leukemia Limfositik Akut (LLA) : Lebih sering terjadi pada anakanak dan merupakan leukemia yang paling sumum diderita oleh anak aak. Ciri-ciri pasiennya mirip dengan pasien AML. 3. Leukemia

Granulositik/Mielositik

Kronis

(LGK/LMK)

:

jenis

leukemia ini biasanya lebih sering terdeteksi pada pasien dewasa. Sel kanker berkembang pada tingkatan yang relatif lambat, penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Pada stadium selanjutnya, pembesaran limfa bisa menyebabkan sakit perut. Prosuksi sel darah normal juga bisa terpengaruh dan biasanya disertai kelelahan.

4. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) : sebagian besar di derita oleh pasien lanjut usia (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Sel kanker ini juga dutandai dengan laju pertumbuhan yang lambat. Penyakit stadium awal biasanya bersifat asimtomatik.

b. Thalasemia Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globin pada hemoglobin. Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 1997) Jenis-jenis Thalasemia : 1. Thalasemia Alfa Minor Terjadi bila dua gen pengatur protein jenis alfa globin mengalami kelainan (abnorma) atau tidak ada. Biasanya tidak menyebabkan gangguan kesehatan berarti, namun bila sudah berbakat menderita anemia ringan, kelainan gen ini memiliki kemungkinan besar untuk diturunkan kepada anaknya 2. Thalasemia Alfa Mayor Terjadi bila seseorang sama sekali tidak memiliki gen perintah produksi protein globin. Kondisi ini dapat membuat janin menderita anemia yang parah, penyakit jantung, dan penimbunan cairan tubuh (edema). Akibatnya, kebanyakan janin meninggal di dalam kandungan atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. 3. Thalasemia Beta Minor Umumnya tidak bergejala. Menyebabkan penderitanya mengalami anemia rigan dan ketidaknormalan pada sel darah merah 4. Thalasemia Beta Mayor Merupaan jenis yang paling parah. Umumnya bayi yang lahir akan sering sakit selama 1-2 tahun pertama kehiduannya. Gejala yang tampak adalah sering tampak pucat, rewel, nafsu makan rendah.

Pertumbuhan dan perkembangannya juga umumnya mengalami keterlambatan akibat sirkulasi zat gizi yang tidak lancar.

B. Etiologi a. Leukemia 1) Penyebab yang pasti belum diketahui,akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,yaitu : a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia lymphoma virus/HTLV ) b. Radiasi, terlalu sering terpapar radiasi dapat menyebabkan sel-sel sehat didalam tubuh bermutasi dam menyebabkan kanker. c. Obat

obat

imunosupredif,

obat-obat

karsinogenik

seperti

diethlystillbestrol, obat ini dapat merusak DNA dalam sel sehingga menyebabkan kelainan dalam sel normal, dan caranya yaitu menyebabkan sel-sel membelah dengan lebih cepat yang pada akhirnya bisa mengakibatkan kanker. d. Faktor gerediter, misalnya pada kembar monozigot e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome b. Thalasemia Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia dalam sel – selnya/ Faktor genetik (Suriadi, 2001). Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita

thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya. Sedangkan menurut (Suriadi, 2001) Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia dalam sel – selnya/ Faktor genetik.Jika

kedua

orang

tua

tidak

menderita

Thalassaemia

trait/pembawasifat Thalassaemia, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia atau Thalassaemia mayor kepada anak-anak mereka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal. Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia sedangkan yang lainnya tidak, maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, tidak seorang diantara anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia mayor. Orang dengan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia adalah sehat, mereka dapat menurunkan sifat-sifat bawaan tersebut kepada anak-anaknya tanpa ada yang mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut ada di kalangan keluarga mereka. Apabila kedua orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia,

maka

anak-anak

mereka

mungkin

akan

menderita

Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin juga menderita Thalassaemia mayor.(hoffbrand dkk,2006)

Menurut Williams (2005) penyebab thalasemia adalah 1. Gangguan resesif autosomal yang diturunkan 2. Gangguan herediter yang disebabkan kelainan sistem rantai beta dan rantai alfa globin C. Patofisiologi a. Leukemia Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasa. Sel leukemia memblok prosukdi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi menyuplai oksigen pada jaringan Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan kerah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.

b. Thalasemia Pada thalasemia Beta, kelebihan rantai alfa mengendap pada membran sel eritrosit dan merupakan prekusor yang menyebabkan pengahancuran eritrosi yang hebat. Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies yang menyebabkan penghancuran di limpa dan oksidsi membran sel akibat pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan penumpukan besi pada eritrosit. Anemia pada thalsemia beta terjadi akibat hancurnya

eritrosit dan umur eritrosit yang pendek. Penimbun eritrosit yang hancur dilimpa mengakibatkan terjadinya pembesaran limpa yang diikuti dengan terperangkapnya leukosit dan tromobosit sehingga menimbulkan gambaran hiperplenisme. Pada thalasemia Alfa,tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuanaan sel dan menghasilkan incusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal ini semakin berat karena HbH dan Bart’s adalah homotetramer yang tidak mengalami perubahan alloserik yang diperlukan untuk transport oksigen.

D. Manifestasi Klinik a. Leukemia 1) Anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah. 2) Mimisan terjadi karena sel darah putih dalam melawan infeksi dan sum-sum tulang nya tidak mampu memproduksi sel-sel darah merah yang cukup dan trombosit untuk memasuk kebutuhan tubuh. 3) Kelelahan,mudah terstimulasi mudah merasa kelelahan meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat, hal ini disebabkan oleh leukemia. Peningkatan produksi sel darah putih dapat menyebabkan energi cepat habis. 4) berat badan menurun hal ini disebabkan karena pembakaran energi tingkat tinggi yang membuat seseorang kehilangan berat badannya jika tidak meningkatkan pola makan. 5) Ptechiae, memar tanpa sebab ketika platelet ( sel pembeku darah ) tidak terproduksi dengan wajar karena di dominasi oleh sel darah putih,maka penderita akan mengalami perdarahan di jaringan kulit (banyak nya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit) 6) Nyeri pada tulang dan persendian hal ini disebabkan sebagai akibat dari sum-sum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih. 7) Nyeri

abdomen

juga

merupakan

salah

satu

indikasi

gejala

leukemia,dimana sel hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran

pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri abdomen ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia. 8) Lymphadenopahty ini terjadi ketika hati membengkak, limpa menjadi tertekan sehingga menghambat aliran darah ke limpa, dan menyebabkan pembengkakan pada limpa. 9) Demam karena sel darah putih abnormal,kuman yang masuk jadi tidak bisa dilawan sel darah putih. Sel darah putih yang harusnya bertugas melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan kena infksi dan sering demam.

b. Thalasemia 1) Lethargi 2) Pucat ,warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat didalam sel darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alpha dan rantai globin beta. Pada penderita thalasemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada tau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia kadar Hbnya rendah. 3) Anoreksia 4) Sesak Napas 5) Tebalnya tulang wajah sum-sum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih. Pada tahalsemia karena tubuh kekurangan darah,maka pabrik sel darah,dalam hal ini sumsum tulang pipih,akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang menngkat, maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi,jarak antara kedua mata menjadi jauh,kedua tulang pipi menonjol

6) Pembesaran limpa berfungsi membersihkan sel darah merah yang sudah rusak. Selain itu limpa juga berfungsi membentuk sel darah pada masa janin. Pada penderita thalasemia,sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkok. Selain

itu, tugas

limpa lebih diperbuat

untuk

memproduksi sel darah merah lebih banyak. 7) Menipisnya tulang kartilago 8) Disrytmia

E. Pemeriksaan Penunjang a. Leukemia 1) Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur 2) Aspirasi seumsum tulang ( BMP ) : hiperseluler terutama banyak terdapat sumsum tulang 3) Biopsi sumsum tulang 4) Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi 5) BCR-ABL (Breakpoint Cluster Region Abelson Kinase) (BCR= kromosom 22, ABL= kromosom 9) untuk mengonfirmasi diagnosis leukemia myelogenous kronis atau Chronic Myeloid Leukemia (CML), memantau kemajuan pengobatan dan mengonfirmasi kambuhnya CML

b. Thalasemia 1) Studi hematologi : terdapat perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia , anisositosis, poikilositis , sel target, eritrosit yang immatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit 2) Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2 3) MCV untuk menunjukkan apakah sel darah merah normal atau terlalu sedikit (jika terlalu sedikit berarti eritrosit hanya mampu membaca oksigen sedikit).

BAB II LANDASAN TEORI KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Leukemia 1. Data biografi pasien 2. Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah,lelah,wajah terlihat pucat,sakit kepala,anoreksia,muntah,sesak nafas. b) Riwayat penyakit Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia,kaji adanya tandatanda anemia yaitu pucat,kelemahan,sesak,nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leukemia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechie, purpura, pendarahan, membrn mukos. Kaji adanya pembesarn testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi ginjal, inflamasi disekitar rectal dan nyeri. c) Riwayat kesehatan keluarga Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot. d) Riwayat kebiasaan sehari-hari Perbedaan pola aktivitas dirumah dan rumah sakit e) Riwayat psikososial c.

Psikologi Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan perawat.

d.

Sosial ekonomi Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.

f)

Data penunjang

Data laboratorium pada klien dengan leukemia : -

Anemia normokrom normositer

-

Leukosit naik

-

Sitogenik : kelainan pada kromosom 12,13,14, kadang-kadang pada kromosom 6,11

-

Hb : menurun

-

Trombosit : menurun

-

PT/PTT : memanjang

-

Copper serum : meningkat

-

Zink serum : menurun

g) Pentalaksanaan Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia : -

Tranfusi bila perlu

-

Klorambusil

b. Thalasemia 1.

Asal keturunan / kewarganegaraan Thalasemia banyak dijumpat pada bangsa disekitar laut Tengah ( mediteranial ) seperti Turki,Yunani dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.

2.

Umur Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnta jelas, gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun.

3.

Riwayat Kesehatan Anak Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transportasi.

4.

Pertumbuhan dan perkembangan Seiring didapatkan data adanya kecendrungan gangguan terhadap tumbang

sejak

masih

bayi,

terutama

untuk

thalasemia

mayor,pertumbuhan fisik anak,adalah kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual,seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor,sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal. 5.

Pola makan Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan,sehingga BB rendah dan tidak sesuai usia.

6.

Pola aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak sesusianya, anak lebih banyak tidur/istirahat karena anak mudah lelah

7.

Riwayat kesehatan keluarga Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orangtua juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor.

8.

Riwayat ibu saat hamil ( Ante natal Core- ANC ) Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko thalasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.

9.

Data keadaan fisik anak thalasemia 1. KU = lemah dan kurang bergairah,tidak selincah anak yang lain seusia 2. Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongooid ( hidung pesek tanpa pangkal hidung ). Jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar. 3. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan 4. Mulut dan bibir terlihat kehitaman 5. Dada, pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol adanya pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.

6. Perut, terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati ( hepatospek nomegali ) 7. Pertumbuhan fisiknya lebih keccil daripada normal sesuai usia,BB dibawah normal 8. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tecapai dengan baik, misalnya tidak tumbuh ketiak,pubus ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik. 9. Kulit, warna kulit puca kekuningan,jika anak telah sering mendapat transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit ( hemosiderosis ).

B. Diagnosa Keperawatan a. Leukemia 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi radiasi 3. Berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan 4. Resiko cedera ditandai dengan ketidaknormalan profil darah 5. Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin b. Thalasemia 1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrsi hemoglobin 2. Intolenrasi aktivits berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 3. Deficit nutrisi berhubunga dengan faktor psikologis ( keengganan untuk makan 4. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga

C. Intervensi a. Leukemia 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Tindakan: (Manajemen Nyeri) a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Rasional: untuk mengetahui adanya kemajuan dalam tindakan tindakan yang diberikan, agar mengetahui seberapa nyerinya, kualitas nyeri dan seberapa sering nyerinya timbul b) Gunakan strategi komunikasi teraupetik Rasional : agar informasi bisa di terima dengan baik oleh pasien maupun keluarga c) Evaluasi pengalaman nyeri yang lalu Rasional : untuk mengetahui hubungan nyeri yang lalu dengan sekarang d) Berikan informasi mengenai nyeri Rasional : agar pasien dan keluarga tidak cemas dan mampu menangani nyeri sendiri e) Kendalikan faktor lingkungan Rasional : agar pasein dan keluarga merasa lebih aman dan nyaman 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi radiasi (pengecekan kulit) a) Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada kulit Rasional : Untuk mengetahui apakah ada abnormalitas pada kulit b) Monitor kulit jika ada kekeringan yang berlebihan Rasional : untuk mengetahui apakah ada hipovolemia (kekurangan cairan) agar bisa langsung diberi penanganan c) Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan mengenai tanda-tanda kerusakan kulit Rasional: agar ketika terjadi kerusakan kulit kembali, keluarga sudah tau bagaimana menanganinya

3. Berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan ( Bimbingan antisipatif) a) Bantu klien

dan keluarga mengidentifikasikan kemungkinan

perkembangan situasi krisis Rasional

:

Agar

klien

dan

keluarga

tau

kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi dan tau cara mengatasinya b) Berikan informasi mengenai harapan-harapan yang realistis Rasional : agar bisa meningkatkan harapan keluarga maupun pasien dan membuat pasien bisa optimis mengenai pengobatan dan penyembuhan c) Libatkan keluarga maupun orang-orang terdekat klien jika memungkinkan Rasional : agar klien mampu bersosialisasi dan merasa diperhatikan 4. Resiko cedera ditandai dengan ketidaknormalan

profil darah

(identifikasi risiko) a) Kaji ulang kesehatan masa lalu Rasional : Agar perawat dapat tahu hubungan kesehatan masa lalu dengan sekarang b) Pertahankan pencatatan dan statisik yang teratur Rasional : agar perawat mengetahui adakah kemajuan atau kemunduran dari tindakan yang telah kita lakukan c) Instruksikan rencana untuk mengurangi faktor risiko Rasional: agar keluarga maupun pasien dapat mengurangi risiko cedera secara mandiri 5. Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin (Perlindungan infeksi) a) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi Rasional : agar perawat misa menindak lanjuti jika memang klien mengalami infeksi b) Skrining semua pengunjung Rasional : agar bisa mencegah penyakit lain menular ke pasien

c) Anjurkan istirahat Rasional : agar pemulihan pasien lebih cepat d) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi Rasional : agar pasien dan keluarga bisa menghindari infeksi

b. Thalasemia 1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ( Perawatan Sirkulasi : insufisiensi arteri) a) Lakukan pemeriksaan fisik Rasional : agar kita bisa mengetahui tindakan yang pas untuk setiap individu b) Inspeksi kulit Rasional : agar mengetahui adanya lecet, edema dll c) Tempatkan ujung kaki dan tangan dalam posisi tergantung dengan tepat Rasional : agar sirkulasi peredaran darah lancar d) Ubah posisi 2 jam sekali Rasional : agar peredaran darah tetap lancar dan tidak terjadi dekubitus e) Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar dengan tepat Rasional : agar menghindari dehidrasi 2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ( insufisiensi vena ) a) Inspeksi kulit Rasional :agar perawat tau jika ada kelainan di area kulit (udema, lecet, ruam) b) Dukung latihan ROM Rasional : untuk melatih ektremitas dan menghindari dekubitus serta atrofi otot c) Pertahankan hidrasi yang cukup Rasional : untuk mempertahankan cairan didalam tubuh klien, dan jangan sampai klien dehidrasi

3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (Terapi Oksigen ) a) Bersihkan mulut, sekresi dan hidung Rasional : agar terhindar dari sekret yang mengganggu jalan napas b) Pertahankan kepatenan jalan napas Rasional : agar c) Pastikan penggantian masker/ nasal kanul setiap hari Rasional : untuk menjaga kebersihan dan tidak terkontaminasi virus maupun bakteri. 4. Deficit nutrisi berhubunga dengan faktor psikologis ( keengganan untuk makan ) (Manajemen gangguan makanan) a) Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien dan keluarga Rasional : agar keluarga dan pasien bisa mengubah pola makan yang lebih baik bagi klien b) Timbang berat badan rutin Rasional

:

agar

mengetahui

kemajuan

berat

badan

dan

membandingkan berat badan sebelumnya dengan yang seharusnya c) Berikan dukungan (relaksasi, motivasi) Rasional : agar klien merasakan masih ada yang memperhatikan dan membantu klien dengan tulus d) Bangun program perawatan dan follow up (medis, konseling) untuk manajemen dirumah Rasional : untuk mempersiapkan keluarg agar bisa merawat pasien dirumah 5. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga ( Dukungan Keluarga) a) Yakinkan keluarga bahwa pasien sedang diberikan perawatan terbaik Rasional : agar keluarga bisa tenang dan tidak stress b) Dukung harapan yang realistis

Rasional : agar keluarga dan pasien masih bisa berharap hal-hal yang baik tentang pengobatan dan kesembuhannya c) Dengarkan kekhawatiran Rasional : agar keluarga dan pasien tidak stress dalam menghadapi pengobatan anak dan membuat pasien serta keluarga memiliki teman cerita yang positif d) Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga Rasional : agar keluarga bisa lebih percaya dengan perawat dan dapat menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan pasien tanda ragu.

D. Evaluasi a. Leukemia 1. Anak tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi 2. Anak tidak akan menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan dan dilindungi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan 3. Anak tidak akan mengalami mual atau muntah 4. Anak akan menerima supply nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangan normal 5. Anak akan mempertahankan keutuhan kulit dan menunjukan efek negatif kemotrapi yang minimal 6. Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau dapat megurangi rasa nyeri sesuai dengan tingkat adaptasi anak 7. Keluarga akan mendapatkan dukungan yang adekuat 8. Anak/keluarga

akan

mengekspresikan

perasaanya/

ketakutannya

terhadap proses penyakit dan kemungkinan meninggal. b. Thalasemia 1. Anak akan menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat 2. Anak akan toleransi terhadap aktivitas 3. Anak akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi 4. Keluarga akan dapat mengatasi dan mengendalikan stress.

KASUS

1.

Identitas Klien bernama “An.A” usia 7 tahun lahir pada tanggal 29 mei 2012,jenis kelamin perempuan beragama katolik,klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara dengan kakak laki-laki 2 orang,nama ayah joko dan nama ibu cute,klien tinggal didaerah Wiratama 2 rt 29 bersama ayah ibu dan kedua kakak nya,pekerjaan ayah swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, pendidikan ayah dan ibu SMA, klien MRS di ICU RS Dirgahayu pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 13.00 WIB dengan leukemia

2.

Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama Ibu klien mengatakan anaknya nyeri tulang belakang 2. Riwayat penyakit sekarang DS: Klien mengatakan nyeri tulang belakang sejak 10 maret 2019 nyeri muncul saat bermain skala nyeri 4, ibu klien mengatakan klien tampak sering meringis kesakitan sambil memegang punggung nya klien mengatakan lemah saat beraktivitas yang ringan DO : ibu klien mengatakan anak nya terlihat meringis kesakitan apabila merasakan tulang bagian belakang nya nyeri di UGD suhu 36,6◦C nadi 74 respirasi 22 TD 110/70 3. Riwayat keperawatan sebelumnya Riwayat kesehatan yang lalu penyakit yang pernah diderita batuk/pilek tidak ada riwayat operasi dan alergi tidak ada imunisasi lengkap riwayat kelahiran prenatal tidak ada kelainan saat USG,natal lahir normal,post natal LK:32 cm LLA 15:15 cm TB: 45 cm BB : 3,1 kg 4. Riwayat kesehatan keluarga

penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga ibu klien mengatakan neneknya mengalami asma,lingkungan rumah dan komunitas : ibu klien mengatakan kakeknya merokok perilaku keluarga terhadap penyakit anak : ibu klien mengatakan penyakit ini tidak bisa disembuhkan 5. Riwayat nutrisi Nafsu makan mual,sebelum sakit baik,saat sakit berkurang,pola makan 2x,sebelum sakit 3x sehaari,saat sakit 2x/hari,minum air putih +1000 cc/hari pantangan makan tidak ada,berat badan 24kg. 6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan BB sebelum sakit 25kg,BB 24 kg,TB 125 cm,LK 42 cm,LD 45 cm,LLA 18 cm,motorik halus mampu mencontoh jika dicontohkan,motorik kasar mampu beridiri 1 kaki 9 detik dan berjalan menjinjit Kognitif dan bahasa membaca dan menulis dengan lancar,menggambar orang dan benda,tahap perkembangan psikososial mampu mengambil makanan sendiri,mampu berpakaian sendiri,dampak hospitalisasi bagi anak dan keluarga/orang tua klien mengatakan takut tidak bisa bermain lagi. 7. Observasi dan pengkajian fisik(body&sistem,head to toe) keadaan umum baik,TD 110/70 mmHg,Suhu 36,5 Nadi 74 x/mnt, RR 22 x/mnt,lain-lain klien terlihat gelisah dan tempat meringis,pernafasan bentuk dada normal, pola nafas frekuensi 22 x/mnt irama teratur,bunyi nafas vesikuler,retraksi otot bantu napas tidak ada,alat bantu pernapasan tidak,batuk tidak. 8. Kardiovaskuler Nyeri dada tidak ada,irama jantung reguler,pulsasi kuat,bunyi jantung tunggal,capilary refile time (CRT) >3detik,cyanosis tidak ada,clubing finger tidak ada 9. Persarafan Kesadaran compos mentis GCS E 4,V 5,M 6 reflek-reflek mengisap menoleh

menggenggam

babinsky

moro

diperiksa,kejang tidak ada,kaku kuduk ada.

tidak

diperiksa,patella

10. Genitourinaria Bentuk alat kelamin normal,urethra normal,kebersihan alat kelamin bersih,frekuensi kemih 1 x/mnt warna kuning,bau amoniak,produksi urine +1000 ml/hari,eliminasi urine normal 11. Pencernaan Mulut

lembab,bibir

normal,lidah

bersih,kebersihan

rongga

mulut

bersih,kebiasaan gosok gigi 2x/sehari sesudah makan dan sebelum tidur,caires gigi tidak ada,asesoris gigi tidak ada, peristaltik usus 16 x.mnt, BAB 1 kali per hari, konsistensi lembek, warna kecoklatan, bau amoniak, tidak ada penggunaan obat pencahar, 12. Muskulo Skeletal dan integument Kemampuan (Rang of Motion) bebas, kekuatan otot/tonus otot normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, kulit pucat, akral dingin, turgor kulit kurang, kelembaban kurang, tidak ada oedema, dan kebersihan bersih. 13. Pengindraan Mata pupil isokor,refleks cahaya positif, konjungtiva pucat,sklera tidak ikterik, palpebra/kelopak tidak odema, pergerakan bola mata normal, alat bantu tidak ada,secret mata tidak ada,hidung septum ada,mukosa pucat,telinga bentuk normal,ketajaman pendengaran normal,perasa/lidah manis pahit asin, peraba panas dan dingin. 14. Endokrin Pembesaran

kelenjar

tiroid

tidak,pembesaran

tidak,hiperglikemia tidak,hipoglikemia tidak. 15. Pemeriksaan Diagnostik Terdapat pemeriksaan darah dengan hasil: Leukosit 70.500mm3 Trombosit 44.000 mm3 BCR-ABL (+) Hb 6 gr/dl

kelenjar

parotis

DAFTAR PUSTAKA 1. F. Alifah . 2016. Leukimia . www.academia.edu . diakses pada maret 2019 2. Goek Yanti. Asuhan Keperawatan Thalasemia pada Anak. www.academia.edu . diakses pada maret 2019 3. Nurilawati. (DOC) BAB II Leukimia. https://digilib.unimus.ac.id . diakses pada maret 2019 4. Supriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. SAGUNG SETO

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6

More Documents from "Chrisna Wahyu Ramadhan"

Askep Anak-6 Fix.docx
May 2020 12