Askep 1.docx

  • Uploaded by: verantika
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,454
  • Pages: 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan yang biasa dilakukan: a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang. b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru. c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai. d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor. e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase. f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. g. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).

9. DIAGNOSA BANDING a. Lesi tulang infeksiosa terutama karena sifilis. b. Neoplasma tulang yang lain seperti khondrosarkoma c. Tumor sel datia atau defosit metastasis karsinomatosa pada tulang dari tumor primer.

10. PENATALAKSANAAN a. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ). b. Tindakan keperawatan

1) Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika). 2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. 3) Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. 4) Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ). 5) Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik. b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot. c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi. d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat. e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput. f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar. g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi, nafas dalam. h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema. Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin. Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu: a.

Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas

tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang. b.

Kemoterapi Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

11. KOMPLIKASI a. Akibat langsung : Patah tulang b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.

12. PROGNOSA Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen yang kasus yang mempunyai harapan hidup / bertahan sampai / lebih dari 5 tahun.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARCOMA

A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status

perkawinan, alamat, dan lain-lain.

2. Riwayat kesehatan a.

Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.

b.

Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak

c.

Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3. Pengkajian fisik a.

Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.

b.

Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

c.

Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan

d.

Keterbatasan rentang gerak

4. Hasil laboratorium/radiologi a.

Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.

b.

Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.

c.

Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut teratasi seluruhnya. DS : Klien mengatakan nyeri sebelum dan setelah pembedahan DO : a. Fokus diri klien tampak menyempit, dan b. Perilaku klien tampak melindung diri / berhati-hati.

Kriteria Hasil : a.

Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,

b. Klien tampak rileks, tidak meringgis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,

c.

Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan

d. Skala nyeri 0-2.

Intervensi: a.

Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri. R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.

b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut). R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka. c.

Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.

d. Berikan lingkungan yang tenang. R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress. e.

Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri. R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.

2.

Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan

muskuluskletal, nyeri, dan

amputasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya. DS : Klien mengatakan sulit untuk bergerak DO : Klien tampak mengalami Gangguan koordinasi; penurunan kekuatan otot, kontrol dan massa.

Kriteria Hasil : a. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan, b. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas, c. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas, dan d. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

Intervensi :

a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut. R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional). b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ). R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial. c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak. R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

d. Bantu pasien dalam perawatan diri. R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh. e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral. R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB. f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi. R / : Untuk menentukan program latihan.

3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.

riteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak berlanjut. Intervensi : 1) Kaji adanya perubahan warna kulit. R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit. 2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut. 3) Ubah posisi dengan sesering mungkin.

R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit. 4) Beri posisi yang nyaman kepada pasien. R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit. 5) Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic. R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi. Kriteria Hasil : a. Tidak ada tanda-tanda Infeksi, b. Leukosit dalam batas normal, dan c. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi : 1) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa. R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi. 2) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka. R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi. 3) Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang. 4) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka. R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis. 5) Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6

More Documents from "Chrisna Wahyu Ramadhan"

Askep 1.docx
November 2019 13
Reference.pdf
June 2020 2