LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN KOSMETIK PENETAPAN KADAR HIDROKINON DALAM KRIM PEMUTIH Untuk memenuhi tugas matakuliah Analisis Sediaan Kosmetik Yang dibina oleh Ibu Riska Yudhistya Asworo S.Si., M.si Disusun oleh: Kelompok 1 Nadia Firdausi
(P17120171002)
Avio Maysayu I.P
(P17120171006)
Sintia Anggriani
(P17120171011)
Eka Fitri Agnesya
(P17120173015)
Eka Aprilia
(P17120173019)
Dina Putri Widyasar
(P17120173023)
Muthia Rizki Fadhilah
(P17120174027)
Maria Carolina Y.P..K.A. (P17120174031) Elin Rahma Setya R.
(P17120174035)
PRODI D-III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN MALANG MARET 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan kebutuhan yang telah lama dipergunakan dan dikembangkan oleh manusia. Manusia memerlukan perawatan diri yang dengan itu diharapkan dapat tampil mempesona, menarik, dan penuh rasa percaya diri. Defenisi kosmetik dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes/1998 Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik. Kosmetika rias semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias dan dimaksudkan agar terlihat menarik serta dapat menutupi kekurangan yang ada. Kosmetik ini hanya terdiri dari zat pewarna dan pembawa saja. Salah satu jenis kosmetik adalah krim pemutih. Krim pemutih kulit adalah sediaan kosmetika yang berbentuk krim, merupakan campuran bahan kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk memucatkan noda hitam/coklat pada kulit. Hidrokinon adalah bahan yang digunakan untuk pemutih kulit, anti oksidan dan pereduksi. Hidrokinon berebentuk hablur jarum halus, warna putih. Warna menjadi tua oleh pengaruh cahaya dan udara. Mudah larut dalam air, etanol (95%) P dan eter P.
1.2. Tujuan Untuk mengetahui jumlah kandungan hidrokinon dalam krim pemutih.
1.3. Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui jumlah kandungan hidrokinon dalam krim pemutih.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir 3500 tahun sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain, misalnya tanah liat, lumpur, arang, penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Di Indonesia, sejarah tentang kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda, namun tidak ada catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Pengetahuan tentang kosmetika tradisional memang sebagian besar diperoleh secara turun-temurun dari orang tua ke generasi penerusnya, tidak hanya terjadi di kalangan pusat pemerintahan saat itu yakni keraton, tetapi juga di kalangan rakyat biasa yang berkaca pada kecantikan para putri. Masyarakat penjajah kemudian mulai membawa dan
memperkenalkan
kosmetika
Barat
ke
Indonesia
(Wasitaatmadja,1997). Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh (BPOM RI, 2011). Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, dan bahan pewangi. Pada pencampuran tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).
Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan khasiat bisa memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Tujuan penggunaannya dalam jangka waktu lama agar dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpegmentasi pada kulit. Tetapi penggunaan yang terus-menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen (Citra, 2007). Sediaan kosmetika berbentuk krim yang mengandung hidroquinon banyak digunakan untuk menghilangkan bercakbercak hitam pada wajah. Saat ini hidroquinon masih digunakan sebagian produsen pemutih karena hidrokinon mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit tampak hitam, penggunaan hidroquinon dalam kosmetik tidak boleh lebih dari 2%, hidroquinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan jika pemakaian lebih dari 2% harus di bawah kontrol dokter (FDA, 2006). Penggunaan hidroquinon yang berlebihan dapat menyebabkan ookronosis, yaitu kulit berbintil seperti pasir dan berwarna coklat kebiruan, penderita ookronosis akan merasa kulit seperti terbakar dan gatal. Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia tahun 2006 dan 2007 telah melakukan pengujian laboratorium terhadap kosmetik yang beredar dan ditemukan 23 (dua puluh tiga) merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), hidroquinon > 2% dan zat warna Rhodamin
B.
Bahan-bahan
tersebut
dilarang
penggunaannya
sabagaimana tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.445/MENKES/PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substrat, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada kosmetik dan keputusan kepala
Badan
Pengawasan
Obat
dan
Makanan
(BPOM)
No.HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik (Sunarko dan Riana, 2007).
2.2
Tinjauan Bahan
Nama Bahan Metanol CH3OH
Hydroquinone
Sifat Fisika dan Kimia Bentuk: cairan Warna: tak berwarna Bau: alkohol Titik didih: 64,7 °C Titik cair/ beku: 97,8 °C
Bentuk: padatan Warna: putih Bau: tidak berbau pH: 3,75 Titik didih: 285 287°C Titik leleh: 170 174°C
Identifikasi Bahaya
Sangat mudah terbakar. Toksik jika terhirup, kontak dengan kulit dan jika tertelan. Mengiritasi matadan kulit. Toksik : bahaya efek serius yang tidak dapat dipulihkan melalui penghirupan, kontak dengankulit dan jika tertelan.
Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. erbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia. Menyebabkan iritasi mata dan kulit. Mungkin menyebabkan infeksi kulit. Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan mata permanen. Dapat
Penanganan Hindari kontak langsung dengan mata dan kulit. Hindari menghirup uapnya. Simpan dalam wadah kedap udara dan tempat yang kering, sejuk, dan berventilasi.
Hindari kontak langsung dengan mata dan kulit. Hindari menghirup uapnya. Simpan dalam wadah kedap udara dan tempat yang kering, sejuk, dan berventilasi.
menyebabkan efek reproduksi dan janin.
BAB III METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Penetapan Kadar Hidrokinon dalam Krim Pemutih ini
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tanggal 12 Maret 2019. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat a.
Gelas beker
b.
Spatula
c.
Neraca analitik
d.
Gelas arloji
e.
Batang pengaduk
f.
Pipet ukur
g.
Pipet tetes
h.
Bola hisap
3.2.2 Bahan a. Sampel kirm pemutih siang dan malam b. Metanol c. Baku pembanding hidrokinon BBP
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Pembuatan Larutan Uji -
Ditimbang secara seksama cuplikan krim siang dan malam masingmasing sebanyak 6 mg menggunakan neraca analitik
-
Cuplikan dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dilarutkan dengan metanol
-
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan menambahkan 50 ml metanol
-
Dikocok selama 15 menit dan diencerkan dengan methanol sampai tanda batas
-
Dikocok kembali hingga homogen
-
Sejumlah 10 ml larutan dipipet kedalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan methanol sampai tanda batas
-
3.3.2
Dikocok hingga homogen.
Pembuatan Larutan Baku -
Ditimbang sebanyak 15 mg baku pembanding hidrokinon BBP
-
Dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan methanol sebanyak 15 ml
-
Dikocok hingga homogen dan diencerkan dengan methanol hingga tanda batas
-
Sejumlah 1 ml larutan dipipet kemudian diencerkan dengan methanol kedalam labu ukur 50 ml
-
3.3.3
Dikocok hingga homogen.
Penetapan
Kadar
Hidrokuinon
dengan
Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS -
Larutan baku pembanding diukur pada panjang gelombang 293 nm
-
Larutan uji diukur pada panjang gelombang 293 nm
-
Larutan blangko yang digunakan adalah methanol
-
Larutan uji akan memberikan spectrum yang sama dengan larutan baku apabila sampel positif mengandung hidrokuinon
3.4
Penjelasan Alat a. Spektrofotometer UV- Vis 1.
Sumber tenaga radiasi yang stabil
Sumber radiasi UV yang kebanyakan digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Yang terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung dalam tabung gas dan diisi dengan gas hidrogen dan deuterium yang bertekanan rendah. Sumber radiasi ultraviolet lain adalah lampu xenon, tetapi tidak sestabil lampu hidrogen. Sumber radiasi terlihat dan radiasi inframerah dekat yang biasa digunakan adalah lampu filamen tungsten. Filament dipanaskan oleh sumber arus searah (DC), atau oleh baterai. Filamen tungsten menghasilkan radiasi kontinu dalam daerah antara 350 dan 2500 nm. 2.
Monokromator Dalam spektrometer, radiasi yang polikromatik yang harus diubah menjadi radiasi monokromatik.
3.
Tempat Cuplikan
Cuplikan pada daerah ultraviolet atau terlihat yang biasnya berupa gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah violet biasanya digunakan Quartz atau sel dari silica yang
dilebur, sedangkan untuk daerah terlihat digunkan gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang berupa gas mempunyai panjang lintasan dari 0,1 – 100 nm, sedangkan sel untuk larutan mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm. Sebelum sel dipakai harus dibersihkan dengan air, atau jika dikehendaki dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitrat panas. 4.
Detektor Setiap detektor penyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga tersebut untuk dapat di ukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detektor menghasilkan sinyal listrik yang dapat mengaktifkan
meter
atau
pencatat.
Setiap
pencatat
harus
menghasilkan sinyal yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya.
Nama Alat
1
Pipet Tetes
Memindahkan larutan dalam skala kecil
Gelas Beker 50ml
Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat ciar.
2
Gambar
Fungsi
No
3
Batang Pengaduk
Untuk mengaduk larutan sampel
4
Gelas Arloji
Wadah untuk menimbang sampel
Pipet Ukur
berfungsi untuk memindahkan cairan atau larutan ke dalam wadah dalam berbagai ukuran volume
Bola Hisap
Menghisap larutan yang akan diukur dari botol larutan. Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur.
Labu Ukur
Untuk melarutkan suatu larutan kimia yang terlalu pekat dengan volume tertentu
5.
6.
7.
BAB IV PEMBAHASAN a. Analisa Prosedur Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat larutan uji adalah menimbang sampel (krim siang dan krim malam) masing-masing sebanyak ± 6 mg (0,06 gram) dengan menggunakan neraca anlitik yang bertujuan untuk mendapatkan berat sampel yang akurat. Kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia yang berbeda. Setelah itu memipet methanol sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet ukur 10 ml dengan bantuan bola hisap, dengan tujuan untuk memaksimalkan tingkat keakuratan jumlah larutan yang dipipet. Pelarut methanol kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi krim siang dan krim malam sebanyak 50 ml kedalam masing-masing gelas kimia lalu diaduk hingga homogen. Metanol dipakai sebagai pelarut karena hidrokinon merupakan senyawa polar sehingga dibutuhkan pelarut polar untuk menarik senyawa tersebut. Setelah itu masing-masing larutan sampel dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan dikocok selama 15 menit dengan tujuan agar sampel dapat larut sempurna. Ditambahkan metanol sampai tanda batas. Masing-masing larutan sampel kemudian dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam 2 labu ukur 50 ml yang berbeda kemudian masingmasing labu ukur ditambahkan methanol hingga tanda batas. Pada pembuatan larutan baku, langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang baku hidrokinon BBP (serbuk) sebanyak ± 15mg (0,15gram). Kemudian dilarutkan dalam 15 ml methanol. Penggunaan methanol sebagai pelarut dikarenakan hidrokinon mudah larut dalam methanol karena bersifat polar. Kemudian sampel dan pelarut di aduk hingga homogen. Setelah larutan homogen kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml kemudian dikocok supaya hidrokinon serbuk tersebut larut sempurna. Ditambahkan methanol kembali hingga tanda batas. Setelah larutan hidrokinon BBP jadi, kemudian larutan tersebut dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan diencerkan hingga tanda batas menggunakan methanol. Pada praktikum kali ini, digunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Pada tahap pengukuran panjang gelombang optimum ini dilakukan pada
panjang gelombang 293 nm. Pada ruang sampel dimasukkan kuvet yang sudah berisi larutan blanko yaitu methanol, kemudian diatur serapan hingga menjadi 0 (nol) absorbasinya. Kemudian kuvet diangkat dari ruang sampel, dan diganti dengan kuvet yang sudah berisi larutan baku dan dilihat hasil absorbansinya dan dicatat. Kemudian perlakuan yang sama juga dilakukan pada larutan baku dan dicatat hasilnya.
4.2 Data Pengamatan No 1
Perlakuan Menimbang sampel krim pemutih
Hasil 6 mg
( Krim malam dan pagi ) 2
Menimbang cuplikan hidrokuinon
15 mg
3
Pelarut
4
Sampel krim malam
Berwarna kuning kecoklatan
5
Sampel krim pagi
Berwarna kuning kecoklatan
6
Larutan sampel
7
Serbuk hidrokinon
8
Larutan baku
Metanol
Berwarna bening Berwarna putih Berwarna bening
b. Analisa Hasil Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa penetapan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih. Hidrokuinon adalah bahan yang digunakan untuk pemutih kulit, antioksida dan pereduksi. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel krim siang dan krim malam merk pasir padi temulawak. Untuk membuat laruatn uji, Sampel krim siang dan krim malam ditimbang sebanyak 6 mg (0,006 gram). Sampel yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan diencerkan menggunakan metanol sebanyak 50 ml dikocok larutan selama 15 menit.
Setelah dikocok 15 menit kemudian ditambahkan metanol sampai tanda batas. Larutan tersebut kemudian dipipet 10 ml masukkan dalam labu takar 50 ml dan diencerkan dengan metanol sampai tanda batas. Larutan uji yang didapat berwarna kuning bening. Kemudian membuat larutan baku atau larutan standar. Larutan baku berfungsi untuk memastikan konsentrasi dari hidrokuinon yang akan dianalisis. Serbuk padatan hidrokuinon ditimbang 15mg (0,015 gram) kemudian dimasukkan dalam labu takar 25ml dan timbahkan 15 ml etanol, kocok dan encerkan sampai tanda batas. Larutan kemudian dipipet 1 ml dimasukkan dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan metanol sampai tanda batas. Setelah larutan baku dan larutan standar siap maka dianalisis menggunakan uvvis dengan panjang gelombang 293 nm didapatkan data absorbansi larutan standar sebagai berikut :
Selanjutnya didapatkan data abosbansi larutan sampel sebagai berikut:
Dari data absorbansi larutan sampel krim siang dapat diketahui bahwa krim siang mengandung hidrokuinon karena pada panjang gelombang 293 nm muncul nilai serapan gelombang dari krim siang yaitu 0.015 (kelompok 2 karena data absorbansi yang besar) yang menandakan bahwa pada sampel terdapat kandungan hidrokuinon karena pada panjang gelombang 293 merupakan panjang gelombang hidrokuinon. Sedangkan pada krim malam muncul nilai serapan dari larutan sampel krim malam di panjang gelombang 293nm dengan nilai absorbansi 0.020 (kelompok 4 karena data absorbansi yang besar). Setelah mendapatkan nilai absorbansi diketahui kemudian menghitung nilai kadar hidrokuinon dan didapatkan kadar hidrokuinon pada krim siang kelompok 1 sebesar 0% sedangkan pada krim siang kelompok 2 didapatkan kadar hidrokuinon sebesar 5,25% didapatkan kadar berbeda dikarenakan beberapa faktor seperti terkontaminasi udara, tidak bersih membersihan kuvet sehingga terdapat kotoran yang mempengaruhi pembacaandata pada instrumen uv-vis. Pada sampel krim malam kelompok 4 didapatkan kadar hidrokuinon
sebesar
6,16%
.
Sedangkan
menurut
permenkes
No.
376/Menkes/Per/VII/1990 kadar hidrokuinon pada sediaan kosmetik tidak boleh lebih dari 2%. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel krim siang dan krim malam merk pasir padi temulawak mengandung hidrokuinon dan tidak aman digunakan karena kadarnya lebih dari 2%
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Praktikum kali ini dapat diketahui kandungan hidrokuinon dari sampel krim pemutih siang dan malam. Pada krim siang didapatkan nilai absorbansi larutan sebesar 0,015 pada panjang gelombang 293 nm. Sedangkan pada krim malam Sedangkan pada krim malam didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,020 pada panjang gelombang 293 nm. Dapat disimpulkan bahwa kandungan hidrokuinon lebih tinggi pada krim malam dibandingkan dengan krim siang.
Daftar Pustaka Citra, M. D. 2007. Hati-hati pakai pemutih,http://cybermed.cbn.net.id/ cbprt/health news. Di akses pada tanggal 18 Desember 2013. Yogyakarta. Sunarko, Th dan Riana M. 2007. Analisis Unsur-unsur Toksik dalam Sampel Krim Pemutih Wajah dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Jurnal penelitian Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (BTBIN). Tangerang. Wasitaatmadja S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta. BPOM
RI.
2011.
Persyaratan
HK.03.1.23.08.11.07517. Jakarta.
Teknis
Kosmetika.
Nomor
LAMPIRAN
PERHITUNGAN 1.
Krim siang Kelompok 1 dan 2 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑠𝑟𝑜𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖 1,00 𝑝𝑝𝑚 0,027 = 𝑥 0,017 0,017 0,027
𝑥=
𝑥 = 0,62 𝑝𝑝𝑚 Kadar hidrokuinon = konsentrasi x Fp 10 𝑚𝑙
= 0,62 ppm x50 𝑚𝑙 = 0,12 ppm Maka kadar dalam 60 ppm sampel krim siang sebanyak 0,12 ppm 0,12 𝑝𝑝𝑚
% kadar hirokuinon = 0,62 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100% = 0,19% 2.
Krim malam Kelompok 3 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖 1,00 ppm x
=
=
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖
0,027 0,015
0,015
x = 0,027 = 0,55 ppm Kadar Hidrokuinon = konsentrasi x Fp 10 𝑚𝑙
= 0,55 ppm x 50 𝑚𝑙 = 0,11 ppm hidrokinon Maka dalam 60 ppm sampel krim malam sebanyak 0,11 ppm % Kadar hidrokinon =
0,11 𝑝𝑝𝑚 60 𝑝𝑝𝑚
x 100% = 0,18 %
3.
Krim malam Kelompok 4 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖 1,00 𝑝𝑝𝑚 𝑥
=
=
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖
0,027 0,020
0,020
x = 0,027 = 0,74 ppm Kadar Hidrokuinon = konsentrasi x Fp 10 𝑚𝑙
= 0,74 ppm x 50 𝑚𝑙 = 0,148 ppm hidrokinon Maka dalam 60 ppm sampel krim malam sebanyak 0,148 ppm % Kadar hidrokinon =
No 1
2
Gambar
0,148 𝑝𝑝𝑚 60 𝑝𝑝𝑚
x 100% = 0,24 %
Keterangan
Sampel krim siang
Sampel krim malam
Hidrokkuinon
Larutan sampel
Instrument uv-vis