Artikel Ilmiah Unit 99.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Ilmiah Unit 99.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,445
  • Pages: 11
PELATIHAN USAHA KREATIF PENGOLAHAN COCONUT COIR MENJADI MEDIA TANAM COCO PEAT DAN PEMBENTUKAN BUMDES DI DESA DILEM KECAMATAN KEMIRI Edi Safitri, M.Si, Yudi Wiratno, S.T, Dwi Adi Purnama, Ratu Desti Wulandari, Bahrul Falah, Masagus Zahidal Hakim, Miranda Primadini, Nur Muhammad Al Aziz, Sri Astuti, M. Nugroho Adi Saputro Universitas Islam Indonesia Email: [email protected] Abstract Dilem Village has a huge coconut potential that located in Kemiri District. This area is coconut production. In Dusun II Desa Dilem consist of 116 heads of families mostly have at least 10 coconut palms productive coconut trees up to even reach 50 productive palm trees is owned large. However, coconut especially coconut husk has not been utilized optimally. Therefore, coconut coir utilization training was used to be some products such as coco potty, coco doll, and coco pot. There are several methods applied in the implementation of the Coco Peat Plant Development Training program, such as counseling, training, introduction of pemsaran, and the establishment of BUMDES. The result obtained is that the target dudun II can process coconut coir into coco peat and several products such as coco potty, coco doll, and coco potted from coco peat, and the establishment of BUMDES DIMAS JAYA as a marketing natural product for dilem. Keyword : Coconut Coir, Coco Peat, Dilem, BUMDES

Abstract Desa Dilem memiliki potensi kelapa yang sangat besar dimana Desa Dilem yang berada di Kecamatan Kemiri ini merupakan daerah dengan produksi tanaman kelapa. Di Dusun II Desa Dilem yang terdiri dari 116 Kepala keluarga sebagian besar memiliki tanaman kelapa minimal 10 pohon kelapa produktif hingga bahkan mencapai 50 pohon kelapa produktif jika lahan yang dimiliki besar. Namun, kelapa terutama sabut kelapa belum dimanfaatkans secara optimal. Sehingga,dilakukan adanya pelatihan pemanfaatan coconut coir menjadi coco peat dan beberapa produk seperti coco potty, coco doll, serta coco pot. Terdapat beberapa metode yang diterapkan dalam pelaksanaan program Pelatihan Pembuatan Media Tanam Coco Peat, diantaranya adalah penyuluhan, pelatihan,

pengenalan pemsaran, dan pembentukan BUMDES. Hasil yang diperoleh yaitu masyarakat sasaran dusun II dapat mengolah sabut kelapa menjadi beberapa produk seperti coco potty, coco doll, dan media tanam coco peat, serta adanya pembentukan BUMDES DIMAS JAYA sebagai media pemasaran hasil alam didesa Dilem. Key word : Sabut Kelapa, Media Tanam, Dilem, BUMDES

1. PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan industri secara global terbilang cukup maju. Hal ini dibuktikan oleh munculnya UKM maupun Perusahaan yang ikut serta dalam meramaikan dunia usaha di Indonesia. Perkembangan Industri di Indonesia secara keseluruhan hampir selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimulai dari industri jasa, makanan, fashion, peralatan elektronik, hingga otomotif. Begitu pula yang terjadi pada industri kecil lainnya yang melibatkan golongan masyarakat kecil menengah dalam membangun usaha guna meningkatkan pendapatan secara finansial keluarga.

Pendapatan ekonomi keluarga dapat ditingkatkan oleh beberpa aktivitas kegiatan yang memiliki nilai guna yang tinggi, seperti bekerja sehari-hari dan melakukan aktivitas lainnya. Permasalahan ini juga dirasaakn oleh masyarakat yang ada didaerah Purworejo khususnya Desa Dilem Kecamatan Kemiri. Mata Pencaharian warga Desa Dilem adalah mayoritas petani kelapa. Menurut BPS (1992) dalam Adiyati (1999), di Indonesia limbah buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per tahunnya mencapai sekitar 19,05 juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65% serbuk sabut kelapa. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu 3,76 juta hektar (Setiadi, 2001). Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya (Agustian, et al., 2003). Peningkatan jumlah kelapa yang dihasilkan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah limbah kelapa di daerah tersebut. Limbah hasil pengupasan buah kelapa seperti sabut kelapa belum ditanggulangi secara maksimal di daerah tersebut sehingga dapat menjadi penumpukkan limbah sabut kelapa. Limbah sabut kelapa dapat dianfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi di daerah tersebut.

Gambar 1. Limbah Sabut Kelapa Di sisi lain, Desa Dilem memiliki potensi kelapa yang sangat besar dimana Desa Dilem yang berada di Kecamatan Kemiri ini merupakan daerah dengan produksi tanaman kelapa. Di Dusun II Desa Dilem yang terdiri dari 116 Kepala keluarga sebagian besar memiliki tanaman kelapa minimal 10 pohon kelapa produktif hingga bahkan mencapai 50 pohon kelapa produktif jika lahan yang dimiliki besar. Oleh karena itu, tidak heran apabila mata pencaharian utama warga adalah petani nira dan penjual buah kelapa. Sayangnya hingga saat ini, kelapa yang dijual hanya dimanfaatkan isinya saja dan menyisakan bagian sabut kelapa yang kemudian menumpuk sehingga menjadi sampah atau malah dibakar yang menyebabkan pencemaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya dalam penyadaran dan penguatan warga Desa Dilem yang mempunyai kekayaan alam berupa kelapa agar pemanfaatannya bisa optimal. Berdasarkan aspek SDM, sumber daya manusia yang dimiliki dapat dikatakan masih sangat terbatas. Rata-rata penduduk desa hanya berijazah SMP atau SMA.Banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan beberapa faktor antara lain jarak tempuh yang jauh untuk mencapai lokasi SMP maupun SMA, keterbatasan biaya untuk melanjutkan sekolah, Sedangkan untuk biaya hidup di daerah perkotaan banyak warga yang merasa tidak bisa menyanggupi. Mereka merasa lebih baik untuk berladang bersama orang tuanya. Hal tersebut megakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan untuk memajukan baik secara keluarga maupun masyarakat,serta kurangnya pemahaman untuk memanfaatkan potensi desa semaksimal mungkin karena hal tersebut. Selama masa observasi dapat disimpulkan bahwa Desa Dilem memiliki potensi produksi yang terbilang cukup melimpah namun belum dikelola secara maksimal oleh masyarakat desa yang mana dalam pengelolahannya masih terbilang belum secara kolektif atau masih secara individual. Dengan kata lain belum ada sinergi antar masyarakat desa dan juga belum adanya kesadaran dalam pembentukan lembaga perekonomian atau Badan Usaha Milik Desa yang dapat mengelola potensi sumber daya alam sebagai suatau wadah yang dapat mensejahterakan masyarakat desa serta pembangunan perekonomian desa Dilem dan upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Dilem. Hal tersebut membuat masih adanya kesejangan sosial dan ekonomi di Desa Dilem.

Artikel ini akan membahas mengenai pelatihan pembuatan usaha kreatif produk media tanam coco peat dari coconut coir yang bertujuan untuk melatih warga dalam membuat suatu jenis usaha kreatif yang baru sehingga diharapkan dapat membantu warga dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, kemudian pelatihan ini juga diharapkan mampu di implementasikan oleh warga sehingga memperoleh output atau hasil yang tampak secara riil dan bisa dirasakan manfaatnya baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Selain itu, adanya pembentukan dan pengelolaan BUM Desa. Sehingga aset kekayaan dan potensi desa belum dapat digali dan dikelola secara maksimal.

2. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan pelatihan di lakukan melalui pelatihan di Dusun II di Desa Dilem melalui pelatihan langsung pada setiap RT dan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang ditujukan kepada organisasi muda Desa Dilem untuk pemasaran produk unggulan Desa dilem. Objek sasaran yang dituju pelatihan media tanam coco peat adalah ibu-ibu PKK yang mampu dan mau meikuti kegiatan ini guna menambah skill dan wawasan dan objek sasaran yang dituju pada pembentukan BUMDES yaitu pemuda di Desa Dilem. Terdapat beberapa metode yang diterapkan dalam pelaksanaan program Pelatihan Pembuatan Media Tanam Coco Peat, diantaranya adalah penyuluhan, pelatihan, pengenalan pemsaran, dan pembentukan BUMDES. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi yang ada di Desa Dilem, terutama dalam hal aktifitas warga. Pelatihan sebagai kegiatan inti dilakukan untuk melatih warga sasaran untuk mampu membuat produk kreatif dengan cara langsung dan diambil 3 titik lokasi pelatihan di satu dusun II di Desa Dilem. Harapannya, warga sasaran dapat memahami pelatihan ini dengan baik dan dapat mengimplementasi dengan membuat produk kain batik abstrak yang skala besar sehingga produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan, baik digunakan oleh diri sendiri maupun dijadikan sebagai usaha baru dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Berikut ini merupakan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan: 2.1 Penyuluhan Tahap penyuluhan merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan program. Dalam tahap ini yang dilakukan yaitu penyuluhan mengenai ekonomi kreatif dan pemanfaatan limbah sabut kelapa atau coconut coir. 2.2 Pelatihan Penguraian Coconut Coir menjadi Coco Peat

Tahap ini dilakukan dengan menguraikan limbah sabut kelapa menjadi serbuk kelapa pada masing-masing RT di Dusun II Desa Dilem. Kegiatan dilakukan melalui pelatihan secara langsung kepada Ibu-Ibu PKK. 2.3 Pelatihan Pembuatan Media Tanam dari Coco Peat Tahap Pelatihan pemanfaatan coco peat merupakan tahap inti. Pelatihan dilakukan 3 titik disetiap RT di Dusun II Desa Dilem kepada Ibu-Ibu PKK. Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Potty Ibu PKK Dusun II diberikan pelatihan mengenai cara membuat Coco Potty Dari serbuk kelapa atau coco peat dari hasil penguraian sabut kelapa. Coco Potty merupakan sebuah pot boneka potty yang unik dimana bagian dalam boneka berisi serbuk sabut kelapa (coco peat). b. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Doll Ibu PKK Dusun II diberikan pelatihan mengenai cara membuat Coco Doll. Coco Doll adalah sebuah boneka khas yang terbentuk dari pintalan serabut kelapa sehingga dihasilkan boneka souvenir yang ramah lingkungan seperti boneka wisuda maupun boneka unit coco peat. c. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Pot Ibu PKK Dusun II diberikan pelatihan mengenai cara membuat Coco Pot. Coco Pot adalah sebuah pot pembibitan yang terbuat dari serabut kelapa. Coco Pot dapat membantu mengurangi jumlah penggunaan pot plastik dan pot karet yang berbahaya untuk lingkungan. 2.4 Pelatihan Pengemasan Produk Pengemasan produk ditujukan untuk mendukung pemasaran produk yang telah dihasilkan agar lebih menarik. 2.5 Pembentukan BUMDES untuk pemasaran produk Tujuan dari program kerja adalah tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa di Desa Dilem, diantaraya adalah untuk merumuskan pokok-pokok pikiran yang akan menjadi bahan dan dasar bagi penyusunan Rancangan Peraturan Desa (Raperdes) tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa Dilem Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Sasaran dari program kerja penulis adalah para perangkat desa dan masyarakat desa di Desa Dilem. Langkah pembentukan BUMDES melalui kegiatan penyusunan program kegiatan dan penyusunan anggaran dasar rumah tangga (ADRT) tentang BUMDES DIMAS JAYA.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uraian Kegiatan Dalam menjalankan keseluruhan program yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tahapan dalam rangkaian kegiatan yang berjalan. Berikut merupakan uraian kegiatan yang telah berjalan selama beberapa hari berada di lokasi KKN : 1. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan mengenai ekonomi kreatif dan pemanfaatan limbah sabut kelapa yang dapat dijadikan produk bernilai. Ibu-Ibu PKK di setiap RT memiliki antusiasme akan materi yang diberikan dikarenakan Ibu-Ibu PKK belum mengetahui manfaat sabut kelapa sebelumnya. 2. Pelatihan Penguraian Coconut Coir menjadi Coco Peat Sabut kelapa atau coconut coir yang sebelumnya menjadi limbah atau hanya digunakan sebagai bahan bakar, dapat dimanfaatkan serbuknya dalam bentuk coco peat dengan cara menguraikan sabut kelapa yang ada, kemudian serbuk kelapa akan jahtuh dan dapat dikumpulkan. Hasil dari kegiatan ini, Ibu-Ibu PKK di 3 RT Dusun II mendapatkan coco peat berupa serbuk kelapa.

Gambar 2. Penguraian Serbuk Kelapa Coco Peat 3. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Potty Serbuk kelapa yang dihasilkan pada tahap sebelumnya diolah menjadi coco potty oleh ibu-ibu PKK di setiap RT Dusun II di Desa Dilem. Coco Potty merupakan sebuah pot boneka potty yang unik dimana bagian dalam boneka berisi serbuk sabut kelapa (coco peat). Hasil yang diperoleh yaitu Ibu-Ibu PKK dapat membuat coco potty melalui pelatihan dengan cara memasukan coco peat atau serbuk kelapa ke dalam stocking yang kemudian dibentuk menjadi coco potty.

Gambar 3. Hasil Produk Coco Potty

4. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Doll Serbuk kelapa yang dihasilkan diolah menjadi coco doll oleh ibu-ibu PKK di setiap RT Dusun II di Desa Dilem. Coco doll merupakan sebuah boneka khas yang terbentuk dari pintalan serabut kelapa sehingga dihasilkan boneka souvenir yang ramah lingkungan seperti boneka wisuda maupun boneka unik coco peat. Hasil yang diperoleh yaitu IbuIbu PKK dapat membuat coco doll melalui pelatihan dengan cara memasukan coco peat atau serbuk kelapa ke dalam stocking yang kemudian dibentuk menjadi coco doll misalnya seperti boneka wisuda maupun boneka unik lain.

Gambar 4. Hasil Produk Coco Doll 5. Pelatihan dan Praktik Pembuatan Coco Pot Selain menjadi coco potty dan coco, serbuk kelapa yang dihasilkan diolah menjadi coco pot oleh ibu-ibu PKK di setiap RT Dusun II di Desa Dilem. Coco doll merupakan sebuah pot pembibitan yang terbuat dari serabut kelapa. Hasil yang diperoleh yaitu Ibu-Ibu PKK dapat membuat coco pot melalui pelatihan dan menanam melalui media tanam coco peat.

Gambar 5. Hasil Produk Coco Pot

6. Pelatihan Pengemasan Produk Pengemasan produk dilakukan menggunakan kain kassa pada hasil produk coco potty dan coco doll yang dapat dijadikan peluang usaha baru dengan cara pemasaran produk yang lebih menarik.

Gambar 6. Hasil Pengemasan Produk

7. Pembentukan BUMDES untuk pemasaran produk Penyusunan Program Kegiatan, diantaranya adalah sosialisai tentang Pembentukan BUMDES yang dilakukan dari tanggal 29 Januari hingga tanggal 12 Februari 2018. Tahapan pertama adalah sosialisasi tentang Bumdes yang diisi oleh bapak Ali Masyaruki, dari DPPM Universitas Islam Indonesia, sekaligus dengan pembentukan BUMDES yang dinamakan BUMDES DIMAS JAYA, (Dilem Makmur dan Jaya). Bersmaan dengan pembentukan BUMDES ini, kami juga membantu dalam pembentukan Surat Keputusan (SK) tentang pembuatan Peraturan Desa tentang BUMDES, kemudian pengangkatan

pengurus BUMDES. Dan pada akhirnya penandatanganan oleh Kepala Desa Dilem akan Perdes tentang BUMDES dan SK penunjukkan pengurus. Program selanjutnya adalah penyusunan Anggaran Dasar Rumah tangga tentang BUMDES Dimas Jaya. Setelah selesai penyusunan ADART, pembahasan ADART Bumdes Dimas Jaya dilakukan dengan tiga tahapan atau tiga kali pertemuan, yang mana pertemuan pertama membahas tentang peran dan tanggungjawab pengurus Bumdes. Pertemuan kedua adalah membahas tentang ruang lingkup Bumdes Dimas Jaya, yang pada akhirnya disepakati bahwa, ruang lingkup bumdes dimas jaya di antaranya adalah; produksi gula aren, produk-produk kerajinan, dan pembayaran online. Biaya yang telah terkumpul untuk BUMDES sendiri akan didanai modal awal Rp. 20.000.000 dari APBDes.

Gambar 7. Hasil Pembentukan BUMDES

4. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas dapat diketahui warga Dusun II Desa Dilem yang memiliki potensi tanaman kelapa melimpah namun belum ada pelatihan pemanfaatan sabut kelapa menjadi suatu produk yang dapat membantu warga untuk meningkatkan pendapatan keluarga secara finansial. Untuk Itu penulis merancang program pelatihan pembuatan usaha kreatif pengolahan coconut coir menjadi media tanam coco peat guna membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai tahapan proses, diantaranya penyuluhan, pelatihan pembuatan coco potty, coco doll, coco pot, pengemasan produk, serta pembentukan BUMDES. Objek sasaran yang ikut serta dalam melakukan pelatihan ini mampu membuat produk dengan baik dan menghasilkan produk coco potty, coco doll, dan coco pot yang memiliki keunikan produk yang menarik dan pemuda desa dapat menjadi pengurus adanya pembentukan BUMDES. Program ini diharapkan mampu memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh warga dalam meningkatkan kreatifitas segingga timbul konsep dalam membuat usaha kreatif serta dalam hal pemasaran produk melalui BUMDES.

5. REFERENSI Adiyati, NM. 1999. Kajian Komposisi dan Finansial pada Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa sebagai Media Tanam Lempengan [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Agustian, A., Friyatno, S., Supadi, & Askin, A. (2003). Analisis pengembangan agroindustri komoditas perkebunan rakyat (kopi dan kelapa) dalam mendukung peningkatan daya saing sektor pertanian. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. T.A. 2003. 38 hal. Setiadi, Anton. 2001. Kajian Teknologi dan Finansial Proses Pengolahan Sabut Kelapa di Mitra PT Sukaraja Putra Sejati, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Related Documents