Apa Sih Arti Atau Makna Tabayyun

  • Uploaded by: Julian Risqi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Apa Sih Arti Atau Makna Tabayyun as PDF for free.

More details

  • Words: 2,283
  • Pages: 7
Apa itu Tabbayun? Tabayyun mempunyai arti dalam dua pengertian yaitu secara bahasa yang mempunyai arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga benar-benar jelas keadaannya. Sedangkan secara istilah tabbayun sendiri mempunya arti tidak tergesa-gesa dalam memutuskan suatu hukum dan bijak dalam memutuskan, menyeleksi atau meneliti berita dan lain-lain sehingga permasalahannya menjadi benar-benar jelas. Tabayyun merupakah salah satu akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian agama islam dan dalam mejaga hubungan dalam pergaulan. Dalam hubungan sosial masyarakatpun Tabayyun sangat diperlukan agar tidak timbulnya fitnah dan salah faham atau yang lebih parahnya tidak terjadi permusuhan dan adanya pertumpahan darah antar sesama masyarakat. Oleh sebab itu, Allah swt memerintahkan kita sebagai seorang yang beriman agar selalu Tabayyun terhadap berita yang kita dapatkan dan kita sampaikan agar tidak terjadinya penyesalan diakhir. Seperti dalam dalil Allah QS AlHujurat:6

َ‫علَ ٰى َما فَعَ ْلت ُ ْم نَاد ِِمين‬ ْ ُ ‫صيبُوا قَ ْو ًما بِ َج َهالَ ٍة فَت‬ َ ‫صبِ ُحوا‬ ِ ُ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم فَا ِس ٌق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أ َ ْن ت‬ ,” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”.

Bagaimana jika seseorang mengabaikan Tabayyun? 1. Menuduh orang yang tidak bersalah dengan kedustaan Fitnah yang melanda umat di zaman Utsman yaitu Pembakaran mushaf. Di zaman Utsman terdapat kejadian dimana mushaf-mushaf al-Qur’an dibakar. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pembakaran mushaf yang tidak sesuai dengan standarisasi khalifah. Seperti yang kita ketahui, di masa Utsman inilah al-Qur’an berhasil terkumpul dalam satu mushaf dan dikenal dengan Mushaf Utsmani. Mushaf hasil pengumpulan dari panitia pengumpul Qur’an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ini lalu disalin ke dalam 7 salinan dan dikirim ke pusat-pusat daerah Islam seperti Syam, Kufah, Bashrah, Madinah, dan Yaman. Sementara itu, Utsman memerintahkan agar mushaf-mushaf yang tersebar yang tidak sesuai dengan mushaf Utsmani ini untuk dibakar. 2. Timbulnya kecemasan dan penyesalan Disaat seseorang menyebarkan berita yang belum jelas asal-usulnya yang belum jelas kebenarannya apalagi berita yang disampaikannya merupakah berita yang salah, maka dapat dipastikan seseorang tersebut pasti akan merasakan penyesalan yang mungkin saja bisa membuat namanya buruk dan mendapat cemoohan dari orang lain yang mengetahui bahwa berita yang ia sebarkan adalah salah. Seperti salah satu sahabat yang pernah mempercayai sebuah berita yang mengabarkan Aisyah r.a yang berselingkuh dengan seorang pria, kemudia

si sahabat tersebut merasakan penyesalan yang teramat sangat sampai turunnya Dalil Allah QS Al-hujurat:6. 3. Terjadinya kesalah fahaman Kadang sebuah berita yang disebar tanpa diteliti terlebih dahulu dapat menyebabkan salah paham antar sesama karena adakalanya berita yang disebar tersebut dapat mempunyai arti ganda yang membuat seseorang kurang senang dan merusak reputasinya jadilah ia salah paham dan marah kepada si penyebar berita.

Apakah penyebab tidak ada Tabayyun dalam diri seseorang? 1. Masa kecilnya Seseorang yang hidup bersama orangtua tetapi tidak diajarkan bagaimana bersikap tabayyun maka pada kehidupan dewasanya ia akan sulit untuk membedakan mana berita yang benar dan mana yang salah. Sikap tabayyun tersebut tidak meresap ke jiwanya sehingga jiwa anak tersebut merupakan cerminan bagaimana orangtuanya. 2. Terbuai dengan kata-kata manis Kadangkala pendengaran seseorang mendengar sesuatu yang manis dan menarik baginya lantas akan mudah percaya, cepat mengambil kesimpulan dan tidak tabayyun terhadap apa yang didengarnya. Karena itulah Nabi saw bersabda tatkala merasakan gejala ini, “Sesungguhnya kalian mengajukan perkara kepadaku, dan barangkali sebagian dari kamu lebih pintar berbicara dengan alasanalasannya daripada yang lain, maka barangsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena kepintarannya bermain katakata, maka berarti aku telah mengambilkan untuknya sepotong bara api neraka, maka janganlah ia mengambilnya”[HR. Bukhari]. 3. Tidak mengindahkan apa dampak buruknya Seringkali orang-orang tidak memperdulikan apa dampak yang ditimbulkan jikalau mereka meninggalkan sikap tabayyun pada dirinya seperti mencemarkan nama baiknya maupun orang lain, tidak dipercaya lagi, dan lain-lain. Apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan sikap Tabayyun? 1. Selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT karena dengan begitu Allah akan memberikan “furqan” kepadanya, yaitu bisa membedakan mana yang hak mana yang batil, seperti pada dalil Allah QS Al-Anfal:29

‫ض ِل ْال َع ِظ ِيم‬ ْ َ‫َّللاُ ذُو ْالف‬ َّ ‫سيِئ َاتِ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ۗ َو‬ َ ‫َّللا يَجْ َع ْل لَ ُك ْم فُ ْرقَانًا َويُ َك ِف ْر‬ َ ‫ع ْن ُك ْم‬ َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإ ْن تَتَّقُوا‬

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosadosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. 2. Banyak bergaul dengan orang yang bersikap tabayyun. Berteman dengan mereka yang bersifat tabayyun akan membawa kita juga ke dalam sikap yang kritis dan selalu memikirkan apa yang akan kita lakukan sehingga tidak tergelincir kedalam hal-hal yang dibenci Allah swt.

Apa sih arti atau makna TABAYYUN?? Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesagesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya. Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan. Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti keshahihannnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah faham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik. Oleh karena itu, pantaslah Allah swt memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari,” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”. Bahaya meninggalkan tabayyun 1. Menuduh orang baik dan bersih dengan dusta. Seperti kasus yang menimpa istri Rasulullaah saw yaitu Aisyah ra. Ia telah dituduh dengan tuduhan palsu oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul, gembong munafiqin Madinah. Isi tuduhan itu adalah bahwa Aisyah ra telah berbuat selingkuh dengan seorang lelaki bernama Shofwan bin Muathal. Padahal bagaimana mungkin Aisyah ra akan melakukan perbuatan itu setelah Allaah swt memuliakannya dengan Islam dan menjadikannya sebagai istri Rasulullaah saw. Namun karena gencarnya Abdullaah bin Ubai bin Salul menyebarkan kebohongan itu sehingga ada beberapa orang penduduk Madinah yang tanpa tabayyun, koreksi dan teliti ikut menyebarkannya hingga hampir semua penduduk Madinah terpengaruh dan hampir mempercayai berita tersebut. Tuduhan ini membuat Aisyah ra goncang dan stress, bahkan dirasakan pula oleh Rasulullaah saw dan mertuanya. Akhirnya Allaah swt menurunkan ayat yang isinya mensucikan dan membebaskan Aisyah ra dari tuduhan keji ini[baca QS Annuur 11-12]. 2. Timbul kecemasan dan penyesalan. Diantara shahabat yang terpengaruh oleh berita dusta yang disebarkan oleh Abdullaah bin

Ubai bin Salul itu adalah antara lain Misthah bin Atsasah dan Hasan bin Tsabit. Mereka itu mengalami kecemasan dan penyesalan yang dalam setelah wahyu turun dari langit yang menerangkan duduk masalahnya. Mereka merasakan seakan-akan baru memsuki Islam sebelum hari itu, bahkan kecemasan dan penyesalan tersebut tetap mereka rasakan selamanya hingga mereka menemui Rabbnya[QS AlHujurat 6]. 3. Terjadinya keslahfahaman bahkan pertumpahan darah. Usamah bin Zaid ra bertutur: Rasulullaah saw telah mengutus kami untuk suatu pertempuran, maka kami tiba di tempat yang dituju pada pagi hari. Kami pun meyerbu musuh. Pada saat itu saya dan seorang dari kaum Anshar mengejar salah seorang musuh. Setelah kami mengepungnya, musuh pun tak bisa melarikan diri. Di saat itulah dia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah. Temanku dari Anshar mampu menahan diri, sedangkan saya langsung menghujamkan tombak hingga dia tewas. Setelah saya tiba di Madinah, kabar itu sampai kepada Rasulullaah saw. Beliau bersabda:” Hai Usamah, mengapa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah?Saya jawab:” Dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi diri”. Namun Rasulullaah saw terus mengulang-ulang pertanyaan itu, hingga saya merasa belum pernah masuk Islam sebelumnya{HR. Bukhari].(Dalam riwayat Muslim, Nabi saw bertanya kepada Usamah dengan “Apakah kamu telah membedah hatinya?”). Hadits ini memberi pemahaman bahwa Nabi saw marah kepada Usamah bin Zaid ra karena ia telah membunuh musuhnya yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, hingga Nabi saw bertanya “Apakah engkau telah teliti dengan jelas (tabayyun) sampai ke lubuk hatinya bahwa ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah itu karena ia takut senjata dan ingin melindungi diri….dst?”. Penyebab tiada tabayyun 1. Pada masa kanak-kanak. Sesorang yang hidup di bawah asuhan orang tua yang tidak memiliki sikap tabayyun, maka sikap tersebut kelak akan meresap ke dalam jiwa anaknya hingga akhirnya anak itupun menjadi potret dari kedua orang tuanya yaitu tidak memiliki sikap tabayyun. 2. Tertipu oleh kefasihan kata. Adakalanya telinga seseorang itu jika mendengarkan kata-kata manis dan menarik lantas menjadi tertipu, padahal itu hanyalah rayuan dan bunga-bunga perkataan, sehingga ia lalai dan tidak tabayyun. Karena itulah Nabi saw bersabda tatkala merasakan gejala ini, “Sesungguhnya kalian mengajukan perkara kepadaku, dan barangkali sebagian dari kamu lebih pintar berbicara dengan alasanalasannya daripada yang lain, maka barangsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena kepintarannya bermain katakata, maka berarti aku telah mengambilkan untuknya sepotong bara api neraka, maka

janganlah ia mengambilnya”[HR. Bukhari]. 3. Lalai terhadap dampak buruknya. Seseorang tidak menyadari bahaya buruk meninggalkan tabayyun. Padahal akibatnya akan mencemarkan nama baik orang, penyesalan diri dll. Terapi terhadap sikap tiada tabayyun 1. Senatiasa meningkatkan ketaqwaan, karena salahsatu di antara keutamaan taqwa adalah Allaah akan memberikan ‘Furqan’ kepadanya, yaitu kemampuan membedakan yang haq dari yang batil, yang benar dari yang bohong[QS AlAnfal 29]. 2. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki sikap tabayyun. Hal ini akan banyak memberi manfaat baginya kepada sikap kritis, penuh pemikiran dan pertimbangan hingga ia selamat dari ketergelinciran dan salah langkah dalam mengambil langkah dan tindakan. 3.Membaca, memahami,merenungi dan mengamalkan ayat-ayat yang membahas tabayyun (misalnya AlHujurat 6, Annisaa 94). 4. Membiasakan diri untuk selalu berprasangka baik terhadap muslim lainnya (QS. Annuur 12). ” Ya Allaah, lapangkanlah dada kami, tenangkanlah jiwa dan fikiran kami, karuniakanlah sifat tabayyun pada diri kami, sehingga kami dapat menyikapi semua berita yang sampai kepada kami dengan benar sesuai kehendak-Mu”. Semoga bermanfaat… Sumber: http://bit.ly/vQv3cW

Makna Tabayyun dalam Islam Article Artikel ILMU Islam kehidpan Pendidikan Terbaru Terkini

Apa itu tabayyun, Arti Tabayyun? Pengertian tabayyun dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian secara bahasa dan istilah. Secara bahasa tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya. Sementara secara istilah yaitu meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai jelas benar permsalahnnya.

Baca artikel ini Juga : Debat dalam Doa Pembuka Hati Seseorang

Pandangan

Islam

Tabayyun merupakan salah satu akhlak mulia dan salah satu prinsip penting dalam menjaga kemurnian agama Islam dan keharmonisan di dalam pergaulan. Kalau kita melihat para ulama dalam meneliti hadits-hadits Rasulullah selalu menerapkan prinsip tabayyun. Begitu juga dalam kehidupan bermaasyarakat seseorang akan terhindar dari permusuhan antar sesama muslim atau manusia yang lain karena bisa bertabayyun dengan sempurna. Allah swt bahkan memerintahkan agar selalu bertabayyun dalam mencari kebenaran dari apa yang telah kita dengar, karena memang disitulah setan dengan liciknya menggoda iman kita untuk langsung menghakimi seseorang bersalah tanpa bertanya tentang kebenaran yang sesungguhnya, hal ini begitu sangat mengkahwatirkan terutama ketika kita bermasyarakat atau bersosial pada umumnya. Seperti firman Allah swt sebagai berikut :

Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian

menjadi

menyesal

atas

perlakuan

kalian.[al-Hujurât/49:6].

Sudah diketahui di atas bahwa prisip tabayyun yaitu sikap berhati-hati lebih baik untuk mengecek ulang kembali informasi yang telah kita terima. Apa lagi masa sekarang merupakan masa informasi yang begitu terbukanya, diibaratkan kita tinggal menyentuh atau mengklik suatu tautan di internet dengan mudahnya kita akan mendapatkan informasi yang kita inginkan. Media sosial yang begitu berkembang sangat pesat sejak mulai periode 2008 atau 2009 dan berkembang luar biasa saat ini. Orang dengan mudah mengShare suatu tautan tanpa melihat dan menelusuri sumbernya apakah itu benar atau hanya berita bohong semata. Dan berita ini menjadi viral di kalangan masyarakat yang mana masyarakat yang menerima informasi ini juga sama tidak melakukan prinsip tabayyun yang akhirnya menjadikan pembodohan publik dimana-mana. Terutama jika kita melihat kondisi masyarakat kita yang begitu senang ketika membicarakan keburukan orang lain, namun begitu sukar mengakui kebaikan orang lain, namun inilah mental yang dimiliki masyarakat dijaman milenia ini. Orang lebih suka bergosip dengan riang gembira bahkan ditempat pengajian pun dimana pengajian hanya mendengarkan 30 menit dan dua jam selanjutnya hanya digunakan untuk bergosip semata. Ini sudah terjadi dikalangan kita semua dari mulai kalangan bawah sampai orang-orang berpendidikan pun seperti itu. Seolah-olah tidak ada filter yang menyaring informasi yang masuk dan sang penerima informasi tidak bersikap tabayyun dengan menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya tanpa mencari tahu kebenarannya. Banyak sekali hal berbahaya jikalau kita tidak bertabayyun menanggapi sebuah berita dan perbedaan yang ada di tengah-tengah kehidupan kita. Diantaranya yaitu kita bisa menuduh orang yang sebenarnya baik bahkan bersih hanya karena berita yang berhembus tanpa tahu siapa yang memulai berita tersebut. Hal ini pernah terjadi kepada istri Rasulullah saw yaitu Aisyah ra yang dituduh berselingkuh dengan Sofwan bin Muathal. Jika masyarakat ketika itu tidak bertabayyun pastikan menjadikan sebuah fitnah yang luar biasa, hal tersebut benar-benar mengkhawatirkan.

Kejadian ini perlu sikapi dengan serius. Baik Al Qur'an maupun Hadits sudah menjelaskan bahwa kita harus bertabayyun dalam segala hal informasi atau berita dari mulut ke mulut sekali pun yang terdengar oleh telinga kita, supaya tidak terjadi pembodohan di kalangan masyarakat luas. INGAT!! Segala macam informasi meskipun kelihatannya benar perlu dicari sumbernya, terpercayakah atau hanya bersifat mengahasut semata. Selalu berprasangka baik kepada orang meskipun kita telah mendengarkan berbagai macam info keburukannya sebelum kita menghakimi orang tersebut. Hal tersebut bisa menjauhkan diri kita dari munculnya fitnah yang keluar dari lidah kita yang jika fitnah itu terucap bisa menjadikan dosa besar pada diri kita.

Related Documents

Apa Sih Diet Itu.docx
December 2019 16
Apa Sih Eter Itu?
May 2020 9
Apa Sih Tawassul.docx
July 2020 7
Apa Sih Os Itu..??
April 2020 24

More Documents from "dwianto agung siwitomo"

Puebi.docx
October 2019 8
Teori Belajar Sosial.docx
October 2019 15
Bibliografi.docx
October 2019 14
Tokoh Psikologi.docx
October 2019 19