Anemia Ibu Hamil.docx

  • Uploaded by: ninah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Ibu Hamil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,471
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007). Data

World Health Organization (WHO) 2010, 40%

kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013). Data survei demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2010

menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Develpomen Goals (MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011). Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan terbanyak. Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan kesehatan nyatanya masih belum mampu menurunkan jumlah penderita anemia kehamilan secara signifikan. Ketidakberhasilan program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya cara mengkonsumsi tablet Fe yang sesuai, baik dari segi waktu maupun cara mengkonsumsinya (Admin, 2012). 1

Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester I, konsentrasi Hb tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada trimester II, yaitu pada usia kehamilan 30 minggu. Pada trimester III terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada pemeriksaan pertama (Prawirohadjo, 2009). Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju maupun Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan sering kali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan pendarahan (Hoffbrand, 2005). Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan pemeriksaan ANC selama hamil sedikitnya 4 x pelayanan antenatal yaitu satu kali untuk trimester I, satu kali untuk trimester II, dan dua kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi khususnya anemia kurang gizi, hipertensi. Bidan juga memberikan nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya. Dalam setiap kunjungan ANC bidan menonjolkan kepada ibu hamil apakah persediaannya cukup (Mufdlilah, 2009). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana analisis masalah kesehatan ibu dan anak khususnya pada anemia kehamilan dan intervensi keperawatan?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui masalah kesehatan ibu dan anak khususnya pada anemia kehamilan ibu dan intervensi keperawatan.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia pada Ibu Hamil Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah atau haemoglobin kurang dari 10.5 sampai dengan 11.0 g/dl, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebeutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Anemia kehamilan terjadi karena adanya peningkatan cairan tubuh (cairan plasma) yang tidak sebanding dengan penambahan sel darah sehingga terjadi pengeceran darah (Hemodilusi) selama kehamilan maka terjadi penurunan pada kadar Hb. Selama kehamilan, anemia di definisikan sebagai Hb 10 g
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil Djaja at all (1994) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil adalah sebagai berikut : Faktor dasar sosial ekonomi

Biomedis Ibu

Anemia pada ibu hamil

Faktor sosial ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan tingkat pengetahuan merupakan salah satu penyebab mendasar terhadap penyebab anemia. Faktor biomedis ibu meliputi umur ibu hamil, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran. Serta konsumsi tablet Fe. Sedangkan menurut (Mochtar, 2005) penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik. a.

Pendidikan Faktor sosial ekonomi juga akan mempengaruhi pada pola konsumsi makan, pola konsumsi makan sangat berdampak pada cukup tidaknya zat besi dalam makanan (Djaja at all, 1994). Menurut (Manuaba, 2010) anemia defisiensi besi mencerminkan kemampuan sosial ekonomi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dalam jumlah dan kualitas gizi. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dalam kesehatan keluarga, (Hermina, 1992). Ibu hamil dengan pendidikan rendah yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD sebanyak 66.15% menderita anemia dan merupakan prevalensi terbesar dibandingkan dengan kategori pendidkan sedang maupun tinggi (Wijianto, 2002). Ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah akan mengalami resiko anemia lebih tinggi dibanding dengan ibu hamil yang tingkat pendidikannya tinggi (Achadi, 1995). Menurut Arisman (2004) faktor pendidikan juga berpengaruh saat pemberian tablet besi. Efek samping dari tablet besi yang dapat mengganggu seperti mual muntah sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Handayani (2000) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang dicapai seseorang mempunyai hubungan nyata dengan pengetahuan gizi dari makanan yang dikosumsinya.

4

b.

Pekerjaan Berat ringannya pekerjaan ibu juga akan mempengaruhi kondisi tubuh dan pada akhirnya akan berpengaruh pada status kesehatannya. Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makan yang tidak seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Wijianto, 2002).

c.

Pengetahuan Anemia masih banyak dijumpai karena kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang makanan sehat. Bahkan pada waktu hamil banyak makanan yang ditabukan karena kurangnya pengertian tentang makanan sehat yang bergizi sehingga anemia semakin parah (Manuaba, 2010). Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin banyak pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo, 1989). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993).

d.

Umur Faktor biomedis ibu meliputi umur ibu hamil, paritas, usia kehamilan, jarak kelahiran, dan pemberian tablet Fe. Bila umur ibu pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan beresiko terkena anemia. Hal itu dikarenakan pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhakn zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan umur di atasnya. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dengan bayinya (Wijianto, 2002). Menurut Depkes (2001), kadar Hb 7.0 10.0 g/dl banyak ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%) dan kelompok umur 35 tahun atau lebih (48%).

e.

Usia kehamilan Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh pemasukan yang cukup, maka cadangan zat besi akan menurun dan dapat 5

mengakibatkan anemia (Lila, 1992). Darlina (2003), meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6, yaitu bertambahnya volume plasma dan mencapai puncaknya pada minggu ke-26 sehingga terjadi penurunan kadar Hb. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir. Kebutuhan zat besi ibu hamil sehari akan meningkat 6 kali lebih besar pada trimester terakhir dibandingkan wanita yang tidak hamil (Sin sin, 2008). Hasil penelitian (Martuti, 1996) menyimpulkan adanya kecenderungan hubungan negatif antara umur kehamilan dengan kadar Hb ibu hamil. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6 yaitu bertambahnya volume plasma yang mencapai puncaknya pada minggu ke-26, sehingga mengakibatkan penurunan kadar Hb. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama dengan nilai Hb terendah pada ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga. (Sarwono, 2010). f.

Paritas Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008). Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia, menurut Soebroto (2010) bahwa ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali juga dapat meningkatkan resiko mengalami anemia. Menurut Wijianto (2002) menyatakan bahwa prevalensi anemia pada kelompok paritas 0 lebih rendah daripada paritas 5 ke atas. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg. Hal tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak melahirkan relatif pendek. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Saifuddin, 2008). Badan koordinasi keluarga berencana naasional (BKKBN, 1998) menganjurkan agar kesehatan ibu selama hamil dapat 6

optimal dalam menyongsong persalinannya maka jumlah persalinan yang telah dialami tidak lebih dari 2 kali. g.

Jarak kelahiran Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran yang pendek (Darlina, 2003). Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dari pemulihan faktor hormonal (Darlina, 2003). Menurut data Badan Koordinasi Berencana Nasional (BKKBN, 1998), jarak persalinan yang baik adalah minimal 24 bulan. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung (Wiknjosastro, 2005). Jarak kelahiran mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).

h.

Tablet Fe Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe (Djamilus dan Herlina, 2008). Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi per hari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009). Wanita hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah menjadi janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Berikut gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan : Meningkatkan sel darah ibu

500 mgr Fe

Terdapat dalam plasenta

300 mgr Fe

Untuk darah janin

100 mgr Fe Jumlah

900 mgr Fe

7

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas (Manuaba, 2010). i.

Konsumsi Vitamin C Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Setiap orang harus mengkonsumsi minimal satu jenis bahan makanan dari tiap-tiap golongan bahan makanan (sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, buah) dalam sehari dengan jumlah yang mencukupi (Darlina, 2003). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil, terutama di pedesaan Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan hewani, dan buah dalam jumlah yang tidak memadai (Hardinsyah, 2000). Hal tersebut berimplikasi pada tidak terpenuhinya kebutuhan energi, protein, dan berbagai mineral yang penting bagi kehamilan seperti Fe, I, dan Zn serta vitamin, terutama vitamin C (Riyadi, 1997). Vitamin C adalah derivat heksosa yang cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan oksalat. Vitamin C stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan, apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampua reduksinya dan dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi (Suharjo,1992). Berikut merupakan tabel Angka Kecukupan Vitamin C : Tabel 2. Angka Kecukupan Vitamin C Kelompok Umur

V itamin C

0 - 11 bulan

40

1 - 3 tahun

40

4 - 9 tahun

45

Pria (tahun) 10 – 12

50

13 – 15

75

16 - 80+

90

Wanita (tahun) 10 – 12

50

13 – 15

65 8

16 - 80+

75

Hamil

+10

Menyusui

+25

Sumber : Kartono Djoko, 2012 Tabel 3. Nilai Vitamin C Berbagai Bahan Makanan Bahan Makanan (mg)

Bahan Makanan (mg)

Daun singkong (275)

Jambu monyet (197)

Daun katuk (200)

Gandaria (110)

Daun melinjo (150)

Jambu biji (45)

Daun pepaya (140)

Pepaya (78)

Sawi (102)

Mangga muda (65)

Kol (50)

Mangga masak (41)

Kembang kol (65)

Durian (53)

Bayam (60)

Kedondong (50)

Kemangi (50)

Jeruk manis (45)

Tomat masak (40)

Jeruk nipis (27)

Kangkung (30)

Nanas (24)

Ketela (30)

Rambutan (58)

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998 Dalam absorbsi dan metabolisme zat besi, vitamin C mereduksi ferri menjadi ferro dalam usus halus sehingga mudah di absorbsi. Vitamin C menghambat hemosiderin yang sukar di mobilisasi untuk membebaskan besi jika diperlukan. Absprbsi besi dalam bentuk non heme meningkatkan empat kali lipat jika ada vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin didalam plasma ke feritin hati (Almatsier, 2002). Vitamin C diperlukan dalam penyerapan zat besi, dengan demikian vitamin C berperan dalam pembentukan hemoglobin, sehingga mempercepat penyembuhan Anemia (Moehji, 2002). j.

Infeksi dan penyakit Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat 9

menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang diidap ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006). Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2006). Literatur jurnal: Berdasarkan penenitian Tanziha dkk tahun 2016 menunjukkan bahwa usia, pendidikan, jumlah kelahiran, frekuensi kehamilan, jarak kehamilan dan antenal care tidak berhubungan dengan anemia. Faktor risiko utama anemia ibu hamil di Indonesia adalah status gizi (Kurang Energi Kronis/KEK). Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu dan janin (Allen 2000). Oleh karenanya status KEK pada ibu hamil dapat berdampak pada kejadian anemia ibu hamil juga pada kejadian BBLR dan stunting (Dekker et al. 2010). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Aminin et al. (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kekurangan energi kronik (KEK) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian Husnawati dkk tahun 2015 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan tingkatan anemia pada ibu hamil anemia di Puskesmas Sentolo II Kulon Progo dengan p value sebesar 0,011 (p < 0,05). Sedangkan status sosial ekonomi, paritas, frekuensi ANC tidak ada hubungan dengan tingkatan anemia pada ibu hamil.

10

Konsumsi tablet Fe merupakan faktor langsung yang menyebabkan anemia pada masa kehamilan, karena kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Zat besi yang diperlukan selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang bergizi baik (Arisman, 2005). Ibu hamil yang kurang minum tablet besi atau dalam seminggu hanya mengkonsumsi satu tablet memiliki resiko mengalami anemia dua belas kali lipat dibanding dengan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet rutin setiap hari (Khatijah, 2010). Rendahnya tingkatan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, cara benar minum obat, efek samping tablet Fe dan perilaku petugas kesehatan dalam mensosialisakan tentang pentingnya tablet Fe serta dukungan suami.

C. Tanda dan Gejala Anemia pada Kehamilan Berkurangnya konsentrasi Hb selama masa kehamilan mengakibatkan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia. Pada umumnya gejala yang dialami oleh ibu hamil anemia antara lain : ibu mengeluh merasa lemah, lesu, letih, pusing, tenaga berkurang, pandangan mata berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, melalui pemeriksaan fisik akan di temukan tanda-tanda pada ibu hamil seperti : pada wajah di selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Bahkan pada penderita anemia yang berat dapat berakibat penderita sesak napas atau pun bisa menyebabkan lemah jantung, (Syaftrudin, 2011) .

D. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil Selama

kehamilan

terjadi

peningkatan

volume

darah

(hypervolemia).

Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi haemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu 11

hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan haemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010). Bila haemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia dalam kehamil dan Hb ibu akan menjadi 9, 5-10 gr% (Sarwono, 2002).

E. Jenis Anemia Pada Kehamilan Jenis anemia yang sering terjadi selama kehamilan diantaranya adalah : 1. Anemia Defisiensi Besi Kondisi anemia yang terjadi pada ibu hamil ketika tubuh mengalami kekurangan asupan zat gizi, kurang zat besi dalam gizi/ makanan sehingga haemoglobin tidak mencukupi. Penyebab anemia defisiensi besi terjadi salah satunya adalah tidak dapat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi yang berasal dari daging hewan, buah dan sayuran. Disamping itu, ibu hamil memerlukan zat besi yang lebih tinggi sekitar 1,25 mg /hari pada saat tidak hamil menjadi 6 mg /hari selama kehamilan yang disebabkan karena besi di gunakan oleh tubuh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan pembentukan darah ibu. Penanganan anemia defisiensi gizi adalah pemberian suplementasi tablet besi yang merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar haemoglobin (Hb) dalam jangka waktu pendek, (Mulyawati, 2003). 2. Anemia Defisiensi Asam Folat /Vitamin B9 Asam folat masuk dalam kelompok vitamin B9. Tubuh membutuhkan folat dalam pembentukan sel darah Merah. Kekurangan folat pada ibu hamil akan menyebabkan kondisi tubuh tidak dapat membuat sel darah merah yang cukup untuk menyangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sekitar 20-40 % wanita mengalami defisiensi asam folat karena kandungan asam folat dalam makanan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil karena kebutuhan asam folat selama hamil 2 kali lipat sebelum hamil. Peningkatan kebutuhan ini diakibatkan meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan janin. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), pemantangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta. Kekurangan asam folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis) dan

12

gangguan saluran cerna, (Almatsier, 2001). Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan neural tube defect. (Arisma , 2004). 3. Anemia Defisiensi Vtamian B12 ( Pernicious Anemia) Suatu keadaan dimana terjadi penurunan sel darah merah ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan. Vit B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah dalam tubuh, memproduksi DNA dan Ribonucleic Acid atau Asam Ribonukleat (RNA) dan menormalkan fungsi saraf otak. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12 ibu hamil dapat mengkonsumsi daging hewani yang banyak protein dan sayuran fermentasi seperti tahu dan tempe. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf, Almatsier (2001). Vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan Red Blood Cell (RBC). Pada umumnya negara berkembang prevalensi defisiensi vitamin B12 ditemukan pada semua umur yang disebabkan intake makanan yang rendah. (Ramakrishnan, 2001).

F. Dampak Anemia pada Kehamilan Ibu hamil dengan anemia tidak mampu memenuhui kebutuhan zat besi pada tubuh sehingga dapat menimbulkan ganngguan dan hambatan sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak dan mengakibatkan masalah kesehatan bagi ibu dan janin. Berikut ini dampak anemia pada kehamilan menurut berbagai sumber dan para ahli, antara lain : Menurut Tarwoto and Wasnidar (2013), anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan keguguran, lahir sebelum waktu, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan setelah persalinan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan anak, Sedangkan menurut Yeyeh (2010). Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll. Menurut Proverawati akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah : 1.

Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortion, dan kelainan congenital.

13

2.

Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensasi kordis kematian ibu. Proverawati (2009). Menurut Marmi (2013), akibat kekurangan asupan zat gizi atau anemia pada

trimester I dapat menyebabkan hypermisis gravidarum, kelahiran premature, kematian janin, keguguran dan kelainan pada system saraf pusat. Sedangakn pada trimester ke II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu, BBLR. Selain itu, berakibat terjadi gangguan kekuatan rahim saat persalinan dan perdarahan postpartum. Adapun Pengaruh anemia pada kehamilan bagi ibu dan janin anatara lain : 1. Bahaya selama kehamilan a. Tumbuh kembang janin terlambat dengan berbagai manifestasi b. Menimbulkan hiperemesis gravidarum dan gestosis. c. Menimbulkan plasenta previa. d. Dapat menimbulkan solusio plasenta. 2. Bahaya terhadap persalinan a. Persalinan berlangsung lama. b. Sering terjadi fetal distress. c. Persalinan dengan tindakan operasi. d. Terjadi emboli air ketuban. 3. Bahaya selama Post Partum a. Terjadi perdarahan post partum. b. Mudah terjadi infeksi puerperium. c. Dapat terjadi retensio plasenta atau plasenta rest. d. Sub infolusi uteri. e. Bayi lahir dengan anemia. (Manuaba I.B.G,2000,) 4. Bahaya terhadap Janin a. Abortus. b. Terjadi kematian intra uterin. c. Persalinan prematureitas tinggi. d. Berat badan lahir rendah. e. Kelahiran dengan anemia. 14

kliniknya.

f. Dapat terjadi cacat bawaan. g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. h. Intelegensia rendah.( Manuaba I.B.G, 2000) 5. Pengaruh terhadap janin yakni kematian janin, kematian perinatal, prematur, cacat bawaan, cadangan Fe bayi kurang.

G. Upaya Pencegahan Anemia Ibu Hamil Pada saat hamil, tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi, vitamin dalam memenuhi kebutuhan untuk membentuk sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak agar kesehatan ibu dan janin sehat. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan anemia dalam kehamilan menurut para ahli antara lain : Menurut Waryana (2010) pencegahan anemia adalah sebagai berikut : 1. Istirahat yang cukup. 2. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam, dan susu. 3. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama hamil untuk mendapatkan Tablet Besi (Fe) dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makan-makanan yang bergizi tiga kali satu (3x1) hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak. Menurut Proverawati (2011), pencegahan anemia kehamilan antara lain mengkonsumsi makanan yang seimbang dan bernutrisi terutama makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran daun hijau, daging merah, sereal, telur dan kacang tanah), minum vitamin dan kunjugan pertama kehamilan di lakukan pemeriksaan/cek anemia. Menurut Arisman (2008) pendekatan dasar untuk pencegahan anemia defisiensi besi antara lain : 1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi, 2. Pendidikan dan uapaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan 3. Pengawasan penyakit infeksi 4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi. Untuk daerah dengan frekuensi anemia kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulphas ferrosus atau glukonat ferrosus 1 tablet sehari. 15

Selain itu, wanita dinasihatkan pula untuk mengkonsumsi lebih banyak protein, mineral dan vitamin. Makanan yang kaya zat besi antara lain kuning telur, ikan segar dan kering, hati, dagiung, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Makanan yang kaya akan asam folat yaitu daun singkon, bayam, sawi ijo, sedangkan makanan yang mengandung vitamin C adalah jeruk, tomat, mangga, papaya dan lain-lain. Wiknjosastro (2006).

H. Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil Perawatan di arahkan untuk mengatasi anemia yang di derita ibu hamil, bila tidak di tangani dengan baik akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bahkan janin didalam kandungan. Berikut ini penanganan anemia pada ibu hamil menurut beberapa ahli : Penanganan Anemia ringan dan sedang menurut Arisman (2004) adalah : 1. Anemia Ringan dengan kadar Haemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari. 2. Anemia Sedang pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. 3. Penanganan anemia berat menurut Prawirohardjo yaitu: Pemberian preparat parenteral yaitu dengan fero dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler. Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko transfuse bagi ibu dan janin. Menurut Syafrudin, dkk, (2011) penanganan untuk anemia ringan antara lain : 1. Ibu tidak membutuhkan supelement besi, lebih tepat bila ibu hamil memperbaiki menu makanan, misalnya dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengadung zat besi seperti: telur, susu, ikan, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau) sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk) dan buah-buahan (Jeruk, jambu biji dan pisang). 2. Perhatikan gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi ibu yang berdiet. 3. Biasakan untuk menambah substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti : vitamin C, air jeruk, daging, daging ayam dan ikan. 4. Hindari substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi. 16

Literatur Jurnal: Berdasarkan penelitian Rimawati dkk pada tahun 2018 mengenai “Intervensi suplemen makanan untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil” menunjukkan bahwa pemberian supplement Fe, konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti ubi jalar , dan konsumsi makanan yang mengandung zat pembantu penyerapan Fe (enhancer Fe) seperti tinutuan, buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jus jambu, bayam merah dan buah bit, serta makanan tinggi vitamin B9 dan B12 seperti kacang hijau dan rumput laut dapat meningkatkan kadar Hemoglobin darah pada ibu hamil serta menghindari mengkonsumsi makanan sumber Fe bersamaan dengan makanan yang dapat menghambat absorbsi Fe seperti teh, kopi dan susu. Berdasarkan penelitian Rosita tahun 2017 mengenai “Upaya pemenuhan zat besi pada ibu hamil trimester iii dengan anemia” menunjukkan upaya yang dilakukan untuk pemenuhan zat besi pada ibu hamil trimester ke III dengan anemia yaitu menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung Fe dan vitamin C, menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi suplemen penambah darah, mengajarkan cara pembuatan kombinasi jus bayam dan tomat, mengajarkan cara pembuatan ramuan daun ubi jalar, dan memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil dengan anemia. Berdasarkan penelitian Jannah dan Puspaningtyas tahun 2018 mengenai ”Peningkatan kadar HB ibu hamil dengan jus kurma dan sari kacang hijau di kota pekalongan” menunjukkan hasil tidak ada kenaikan Hb ibu hamil setelah mengkonsumsi jus kurma dan adanya kenaikan kadar Hb ibu hamil setelah mengkonsumsi sari kacang hijau. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi sari kacang hijau lebih efektif dalam meningkatkan kadar Hb ibu hamil.

17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah atau haemoglobin kurang dari 10.5 sampai dengan 11.0 g/dl, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebeutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Anemia kehamilan terjadi karena adanya peningkatan cairan tubuh (cairan plasma) yang tidak sebanding dengan penambahan sel darah sehingga terjadi pengeceran darah (Hemodilusi) selama kehamilan maka terjadi penurunan pada kadar Hb. Selama kehamilan, anemia di definisikan sebagai Hb 10 g
B. Saran Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan seorang perawat memegang peranan penting dalam mengurangi angka kejadian anemia pada ibu hamil, oleh karena itu penting bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan anemia ibu hamil. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah wawasan dan keterampilan dengan banyak membaca baik dari jurnal maupun literature lainnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Wahyuddin. (2004). Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, 2007 Jurnal Medical UNHAS, http:// med.unhas.ac.id/index.php?...studi-kasus-kontrol...anemia-ibu Cisilia Sero. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2008 [skripsi]. Corwin, Elizabeth. (2009). Patofisiologi. Jakarta: EGC Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Depkes RI. (2001). Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. Jakarta: Depkes RI _________. (2002). Standar Acuan Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta: Depkes RI _________. (2009). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. Jakarta: Depkes RI Djaja,S, S.Naseh, L.B.Ratna. (1994). Faktor resiko yang mempengaruhi anemia kehamilan. Buletin penelitian kesehatan Djamilus, Herlina. (2008). Faktor Risiko Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Kartono Djoko, dkk. (2012). Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Orang Indonesia. Jakarta: WNPG Wara. (2006). Faktor-Fator yang Mempengaruhi Status Anemia Pada Ibu Hamil di Kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Gizi

Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor Wibowo A, Basuki H. (2006). Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak pada Masyarakat Mendatang. The Jurnal of Public Health Indonesian Wijianto. (2002). Dampak Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah [skipsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan

RI

19

Tahun

2010

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/ Laporan_riskesdas_2010.pdf).

20

Related Documents


More Documents from "Umu Salamah"