Bab 1-1.docx

  • Uploaded by: ninah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,209
  • Pages: 49
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik akibat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksi secara efektif, dan menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat

(American Diabetes Association, 2009).

DM tipe 2 merupakan diabetes yang tidak dipengaruhi oleh kadar insulin. Diabetes tipe ini lebih dipengaruhi oleh

gaya hidup seseorang dan

merupakan faktor yang dapat diubah. Pada negara maju tecatat sebanyak 85% sampai 95% mengalami diabetes tipe 2 dari total kejadian diabetes. Presentase tertinggi terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah. DM tipe 2 adalah kondisi yang paling umum dan

masalah

kesehatan global yang serius (International Diabetes Federation, 2013) Diabetes Mellitus (DM) salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk dunia dan menempati urutan ke empat penyebab kematian di negara berkembang. Setiap tahun lebih dari empat juta orang meninggal akibat DM. Menurut survei Word Health Organization (WHO) penderita DM sebanyak 347 juta penduduk dunia. Negara dengan jumlah penderita DM terbanyak adalah Amerika Serikat yaitu 30,3 juta orang serta penderita DM Negara Indonesia berjumlah sekitar 21,3 juta orang dan berpotensi meningkatkan dua kali lipat atau lebih pada tahun 2030 tanpa ada intervensi (WHO, 2013). Kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes atau kencing manis semakin mengkhawatirkan terutama pada masyarakat dinegara berkembang.

International

Diabetes

Federation

(IDF)

tahun

2012

menyebutkan prevalensi angka kejadian diabetes melitus mencapai 371 juta jiwa di dunia, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 mencapai 95% dari populasi diabetes melitus di dunia. Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke tujuh di dunia

2

dengan jumlah penderita Diabetes Melitus yang berumur 20-79 tahun mencapai 8,5 juta jiwa. Hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi DM adalah 1,1 % dan pada Riskesdas tahun 2013 penderita DM meningkat sebesar 2,1%. (Witasari, 2009). Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2010 yaitu 8,4 juta dari 230 juta jiwa, dan jumlahnya akan meningkat melebihi 21,3 juta jiwa (Depkes, 2009). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi DM di Indonesia berdasarkan wawancara pendata yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala DM sebesar 2,1 persen. Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%) dan Sulawesi Utara (2,4%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), sedangkan Provinsi Bengkulu adalah prevalensi yang terdiagnosis dokter 0,9 persen dan yang terdiagnosis dokter dengan gejala 1,0 persen (Depkes, 2014). Angka kejadian diabetes di Kota Bengkulu terus mengingkat setiap tahunnya . Berdasarkan Dinas Kesehataan Kota Bengkulu tahun 2014 terdapat 741 orang yang menderita diabetes, tahun 2015 terdapat 1108 data tersebut terus meningkat di tahun 2016 yaitu 1129 penderita diabates melitus. (Dinas Kesehatan Kota Begkulu, 2016). Berdasarkan survei awal Puskesmas Lingkar Timur jumlah penderita DM yang terdata di wilayah Lingkar Timur

terus

meningkat sebagai berikut pada tahun 2014 tercatat 76 orang pasien yang terdiagnosa DM, pada tahun 2015 tercatat 180 orang yang terdiagnosis DM, sedangkan pada tahun 2016 tercatat 261

orang yang terdiagnosis DM

(Dinkes, 2016). Angka kejadian penderita DM yang besar berpengaruh peningkatan komplikasi. Menurut Soewondo dkk (2010) sebanyak 1785 penderita diabetes melitus di Indonesia yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (6%), mikrovaskuler (6%), dan kaki diabetik (15%).

3

Penatalaksanaan DM menurut konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2011 terdiri atas 4 pilar yaitu edukasi, pengelolaan diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakaologis. Pelaksanaan diet diabetes melitus hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu pola makan bagi penderia diabetes melitus berdasarkan jumlah, jadwal, dan jenis (Sulistyowati, 2011). dengan interval waktu 3 jam (Perkeni, 2011). Perencanaan makan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DM. Perancanaan makan bertujuan membantu penderita DM memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa, lemak dan tekanan darah (Waspadji, 2009). Hotl (2010) menyatakan bahwa makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes terutama setelah makan. Pengolahan diet yang tepat membutuhkan kepatuhan pasien dan partisipasi aktif serta pendampingan keluaraga dan masyarakat (Delima, 2010). Kepatuhan diet pasien merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan diharapkan, sehingga proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan terkontrol. Pengaturan diet yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi sesuatu yang sangat membosankan dan menjemukan, jika dalam diri pasien tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga kesehatannya. Perubahan perilaku diet bagi pasien DM yang diharapkan adalah mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur menjadi diet yang terencana (Darbiyono, 2011) Penelitian yang lebih spesifik tentang kepatuhan dalam pengobatan DM pada umumnya masih rendah, 80% pasien DM menyuntik insulin dengan cara tidak tepat, 58% menyuntik insulin dengan dosis yang tidak sesuai, 77% memantau dan menginterprestasikan gula darah secara tidak tepat, dan 75% tidak mau makan sesuai dengan anjuran (Sukraniti & Ambartana 2011). Dibuktikan penelitian yang dilakukan oleh Phitri & Widiyaningsih 2013 memperlihatkan bahwa kepatuhan menjalankan program diit sebagian besar tidak patuh sebanyak (56,9%).

4

Cara yang tepat agar pasien DM patuh melaksanakan diet yaitu dengan memberikan informasi tentang diet DM yang meliputi pola makan yang seimbang yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, pembatasan makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi serta jadwal makan yang tepat (Purwanto, 2011). Pendidikan kesehatan juga memberikan informasi mengenai manfaat diet DM, sehingga pasien DM mempunyai keyakinan yang positif jika melaksanakan diet DM. Jadi bila seseorang mendapatkan informasi maka kontrol perilaku dan sikap akan semakin besar, hal ini akan memunculkan sebuah niat yang besar dan positif dan hasil akhirnya adalah menampilkan suatu tingkah laku yang nyata.

Dalam penelitian Dedy Arif (2016)

menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendampingan terhadap diet terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes dengan nilai P value sebesar 0,009 < 0,05. Kendala utama pada penanganan diet Diabetes Mellitus adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner & Suddart, 2002). Upaya dalam melaksanakan pengendalian DM perlu pemahaman tenatang pengelolahan penyakit DM dirumah,motivasi yang tinggi dari penderita untuk melaksanakan serta pendampingan oleh orang disekitar. Pendampingan pada penderita dan keluarga dalam pemahaman pengelolah penyakit DM dan peningkatan motivasi dapat dilakukan perawat melalui kunjungan rumah (Delima, 2010). Dukungan keluarga didefinisikan sebagai suatu faktor yang penting dalam kepatuhan manajemen penyakit kronik untuk remaja maupun dewasa. Dukungan keluarga merupakan indikator yang kuat yang dapat memberikan suatu dampak positif terhadap perawatan diri pada pasien dengan diabetes (Hensarling, 2009). Menurut Lina M & Sulityarini T (2013)

5

pendampingan dapat mempengaruhi kepatuhan karena dapat menekan munculnya stres, memberi informasi yang dapat memotivasi pasien dan keluarga

untuk

meningkatkan

kepatuhan,

memberikan

dukungan

esmosional.(Delima, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilalukan

di Puskesmas

Lingkar Timur hasil wawancara salah satu pegawai mengatakan belum pernah ada penyuluhan pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet pada penderita DM hanya pendidikan kesehatan tentang DM pada penderita DM, edukasi tidak dilakukan secara rutin dan tidak terstruktur. Dan hasil wawancara 4 dari 8 orang penderita DM mengatakan telah mendapat pendidikan kesehatan oleh perawat tentang DM pada saat berobat. Penderita mengatakan belum mengetahui bagaimana pola diet DM secara rinci, perawat hanya melarang mengkonsumsi makanan yang manis-manis secara berlebihan. 2 dari 4 orang mengatakan

keluarga tidak pernah mendampingi dalam

pengaturan makanan karena pasien merasa tubuhnya tubuhnya baik-baik saja biar pun mengkonsumi makanan manis yang berlebih. 2 dari 4 orang lainnya mengatakan keluarga tidak pernah membedakan makanan pasien dengan makanan anggota keluarga lainnya. Dari uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang : pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuahan

diet DM tipe 2

diwilayah kerja Puskesmas Lingkat Timur Kota Bengkulu.

B. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini adalah terus mengingkatnya penderita DM setiap tahun. Belum optimalnya pemberian edukasi tentang kepatuhan diet DM tipe 2 sehingga penderita belum mengetahui bagaimana pola diet DM tipe 2 dan belum adanya pendampingan dari keluarga tentang pola pengaturan mkanan pendertia DM. Oleh karena itu, muncul pertanyaan peneliti untuk mengetahui “ apakah ada pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu 2017”.

6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur

Kota

Bengkulu. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui

gambaran

karakteristik

responden

(usia,

tingkat

pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan,). b. Mengidentifikasi rerata kepatuhan diet DM tipe 2 sebelum diberi pendampingan oleh keluarga pada kelompok kontrol dan intervensi. c. Mengidentifikasi rerata kepatuhan diet DM tipe 2 sesudah diberi pendampingan oleh keluarga pada kelompok kontrol dan intervensi. d. Mengidentifikasi perbedaan rerata pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet DM tipe 2 pada kelompok kontrol dan intervensi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan sebagai sumber pustaka yang berhubungan dengan pendampingan terhadap kepatuhan diet DM tipe 2. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu sebagai pedoman edukasi, masukan, solusi dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan Diabetes melitus tipe 2 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai informasi dan referensi penelitian selanjutnya tentang pendampingan keluaraga dalam kepatuhan diet DM tipe 2,serta dapat menambah pengalaman dalam penenerapan pendampingan khusus pada pasien DM tipe 2.

7

4. Bagi Masyarakat Menambah referensi bagi masyaarakat umum akan pentingnya kesehatan dan menjaga pola hidup.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diabetes Melitus (DM) 1. Defisini Diabetes Melitus Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik akibat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksi secara efektif, dan menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah

meningkat. (American

Diabetes

Association, 2009) Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl. DM adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen ditandai dengan hilangnya toleransi tubuh terhadap glukosa (Nanda, 2012) 2. Klasifikasi Diabetes Melitus a. Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014). b. Diabetes tipe 2 Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar

9

merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014). c. Diabetes gestational Gestational

diabetes

mellitus

(GDM)

adalah

diabetes

yang

didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO,

2014).

Wanita

dengan

diabetes

gestational

memiliki

peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014). d. Tipe diabetes lainnya Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi

gen serta mengganggu sel

beta pankreas,

sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015) 3. Manifestasi Klinis Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya : a. Pengeluaran urin (Poliuria) Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak

sanggup

untuk

mengurainya

dan

berusaha

untuk

mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011)

10

b. Timbul rasa haus (Polidipsia) Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009). c. Timbul rasa lapar (Polifagia) Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011). d. Peyusutan berat badan Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi. 4. Faktor- Faktor yang mempengaruhi DM Faktor risiko yang dapat diubah a. Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009). b. Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014). c. Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012), obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity). Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO (2014), yaitu: IMT = BB(kg)/TB(m2).

11

d. Tekanan darah tinggi

Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) tekanan darah tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah a. Usia Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart Association [AHA], 2012). Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh. b. Riwayat keluarga diabetes melitus Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Fakta menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Sahlasaida, 2015). c. Ras atau latar belakang etnis Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009) d. Riwayat diabetes pada kehamilan Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsa, 2010). 5. Komplikasi DM Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :

12

a. Komplikasi metabolik akut Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya: 1) Hipoglikemia Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008). 2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006). 3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2006). b. Komplikasi metabolik kronik Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya: 1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu : (a) Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan

retina

mata

(Retinopati)

adalah

suatu

mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009). (b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

13

Kerusakan

ginjal

pada

pasien

DM

ditandai

dengan

albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal. (c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009). 2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner. (a) Penyakit jantung koroner Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012). (b) Penyakit serebrovaskuler Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008). 6. Penatalaksaanan DM Penatalaksanaan dan pengelolaan DM tipe 2 dititik beratkan pada 4 pilar utama yaitu (Perkeni, 2011): a. Edukasi Tujuan pendidikan kesehatan kesehatan bagi penyandang DM adalah meningkatkan

pengetahuan,

perubahan

sikap

sehingga

dapat

14

meningkatkan kualitas hidup. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. b.

Terapi gizi medis Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari. Prinsip diet yang dianjurkan adalah teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan. Pengaturan diet pada penderita DM diatur dalam 3 makanan utama (pagi, siang, sore) dan 2-3 makanan selingan diantara makanan utama jarak waktu makan dilakukan tiap 3 jam (Waspadji, 2015).

c. Latihan jasmani Latihan jasmani secara teratur (3 – 5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. d. Intervensi farmakologis Dalam pengendalian DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologi, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Namun, jika dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan penggunaan obat/pengelolaan farmakologis yang terdiri dari:

15

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi beberapa golongan:

pemicu

penambah

sekresi

sensitifitas

insulin terhadap

(insulin

secretagogue),

insulin,

penghambat

glukoneogenesis, penghambat absorpsi glukosa, dan DPP-IV inhibitor. 2) Insulin Insulin diperlukan pada keadaan: penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO. Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dL dan sesudah makan < 200 mg/dL), demikian pada kadar lipid, tekanan darah, dll mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjur dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan interaksi obat (Waspadji, 2015).

B. Diet Diabetes Melitus 1. Pengertian Diet DM Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2009) keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya,dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terap ipenyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan berat badan . Diet diabetes melitus adalah diet yang diberikan

16

kepada

penyandang diabetes

melitus,

dengan

tujuan

membantu

memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control metabolik yang lebih baik dengan cara: menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral ataupun insulin dan aktivitas fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipida dalam normal. 2. Tujuan Diet Pada Diabetes melitus Tujuan diet pada diabetes melitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup (Hasdianah, 2012). 3. Syarat Diet Diabetes melitus Menurut Krisnatuti dkk (2014) syarat umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu, diantaranya sebagai berikut : a. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan keadaan metabolik, umur, berat badan, dan aktivitas tubuh. b. Jumlah kalori disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakannya. c. Cukup protein, mineral dan vitamin dalam makanan. d. Menggunakan bahan makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah 4. Pengaturan Diet DM Menurut Fauzi (2014) bagi penderita diabetes, kecenderungan perubahan kadar gula darah yang drastis akan terjadi pada saat sehabis makan. Sehabis makan maka kadar gula akan tinggi. Namun beberapa lama tidak mendapat asupan makanan maka kadar gula darah akan rendah sekali. Harus dilakukan penjadwalan makan dengan teratur untuk mencegah terlalu besarnya rentangan kadar gula darah. Pola 3J harus diingat bagi penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-hari. a. Jumlah

17

Pada umumnya, pengaturan jumlah makanan dibuat berdasarkan tinggi badan, berat badan, jenis aktifitas, dan juga umur. Berdasarkan hal ini, akan dihitung dan ditentukan jumlah kalori untuk masingmasing penderita.Penderita harus makan dalam jumlah sedikit tapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut : 1) Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 20% dari total kebutuhan kalori sehari. 2) Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10%dari total kebutuhan kalori sehari. 3) Makan siang jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total kebutuhan kalori sehari. 4) Snack kedua jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan kalori sehari. 5) Makan malam jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total kebutuhan kalori sehari. 6) Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan kalori sehari. Tabel 2.1 jumlah bahan makanan sehari menurut standar diet Gol.Bahan maknana Nasi/penukar Ikan/penukar Daging/penukar Tempe/penukar Sayuran/penukar A Sayuran/penukar B Buah/penukar Susu/penukar Minyak/penukar

Standar diet 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkak 21/2 3 4 5 51/2 6 7 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 21/2 21/2 3 3 3 S S S S S S S 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 6 7 7

Sumber : Almatsier 2013

2500 kkal 71/2 2 1 5 S 2 4 1 7

18

Keterangan: 1 penukar nasi = 100 gr(3/4 gelas) 1 penukar daging = 35 gr (1ptg sdg) 1 penukar ikan = 40 g (1 ptg sdg) 1 penukar tempe = 50 gr (2 ptg sdg) 1 penukar sayuran = 100 gr (1 gls) 1 peunkar susu = 20 gr (sdm) 1 penukar minyak = 5 gr (sdt) 1 penukar buah = setara dengan 1 bh peapaya potongan besar (110g) b. Jadwal Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut : 1) Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 06.30-07.30 wib 2) Snack pertama dikonsumsi pada pukul 09.31-07.30 wib 3) Makan siang dilakukan pada pukul 12.30-13.30 wib 4) Snack kedua dikonsumsi pada pukul 15.31-13.30 wib 5) Makan malam dilakukan pada pukul 18.30-19.30 wib 6) Snack ketiga dikonsumsi pada pukul 20.31-21.30 Usahakan makan tepat pada waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa terjadi hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula. c. Jenis Makanan Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu: 1. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah: a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu.

ss

19

b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan. c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar. 2. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes mellitus adalah: a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis. b) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan. c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006)

C. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sendangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Menurut Slamet, (2007) mengidentifikasi Kepatuahan (ketaatan ) sebagai tingkat pendertia melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan dokter atau orang lain,juga dapat diidentifakasi sebagai prilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah menurut Niven (2008) : a. Pendidikan b. Akomodasi c. Perubahan model terapi d. Usia

20

e. Dukungan Keluarga 3. Dimensi kepatuhan Kepatuhan

merupakan

fenomena

yang

multidimensional,

dimana

ditentukan oleh lima dimensi, kelima dimensi tersebut adalah dimensi sosial ekonomi, dimensi sistem kesehatan, dimensi kondisi penyakit, dimensi terapi dan dimensi sosial (Prihandana 2012), a. Faktor sosial ekonomi terdiri dari sosial ekonomi rendah, kemiskinan, pendidkan yang rendah, pengangguran, kurangnya dukungan sosial serta budaya dan keyakinan tentang penyakit dan terapi serta disfungsi keluargaa. b. Faktor sistem pelayanan kesehatan merupakan kondisi yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien sehingga terjadinya hubungan yang baik antara pasien dengan tenaga kesehatan. c. Faktor kondisi penyakit berpengaruh terhadap kepatuhan adalah beratnya gejala yang di alami pasien, tingkat ketidak mampuan pasien baik fisik, sosial, psikologi maupun keparahan penyakit. d. Faktor terapi yang berpengaruh adalah durasi dari terapi, kegagalan terapi sebelumnya, frekuensi perubahan terapi serta ketersediaan dukungan medis. e. Faktor pasien yang menjadi hambatan dalam meningkatkan kepatuhan pasien adalah kurangnya informasi dan ketrampilan dalam menejemen diri, kesulitan dalam memotivasi pesien serta kurang dukungan dalam perubahan perilaku (Prihandana, 2012) 4. Kepatuhan diet DM Hasil penelitian sebagian besar responden tidak patuh dalam melakukan diit, dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Phitri & Widiyaningsih 2013 memperlihatkan bahwa kepatuhan menjalankan program diit yang tidak patuh sebanyak (56,9%). Menurut Niven (2002) responden yang tidak patuh terhadap anjuran disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, meningkatnya umur/usia responden menyebabkan terjadinya penurunanan daya ingat (lupa). Sedangkan Arsana (2008)

21

menjelaskan kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada diabetes, para penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang boleh dimakan setiap hari. Tetapi demi kesehatan dan keselamatannya, para penderita diabetes harus memiliki disiplin tinggi untuk mengurangi beban tambahan yang dapat meningkatkan kandungan gula darah di dalam tubuhnya melalui makanan ataupun minuman.

D. Pendampingan (Coaching) 1. Definisi Pendampingan

adalah

kunci

pembuka

potensi

seseorang

untuk

memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada untuk membantu seseorang dalam belajar dari pada mengajarinya. Menurut wilson (2011) Coaching adalah suatu proses kolaborasi yang berfokus pada hasil dan sistematias, dimana choach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup dan pengembangan pribadi. 2. Prinsip dasar Coaching Menurut wilson (2011) Terdapat 7 prinsip yang peru dipahami oleh coaching atau coachee yaitu: a. Kesadaraan Tujuan dari proses coaching adalah diperolehnya kesadaran bagi coachee, dimana mereka mngenali tujuan mereka senidri dan mau melakukan perubahan. b. Tanggung jawab Prinsip utama dari proses coaching adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dengan apa yang sudah menjadi kepuasan kita. Yang diperlukan dari proses coaching adalah dukungan dan dorongaan yang terus mencoba. Coaching bertangggung jawab terhadap proses dan coachee terhadap isi. c. Percaya diri

22

Orang mengembangkan keprcayand diri dengan diberi ruang untuk belajar dengan baik melakukan kesalahan maupun berusaha mencapai tujuan. d. Tidak menyalahakan Dalam pendampingan kesalahan merupakan pengalmaan belajar. Pendampingan hadir bukan untuk merumuskan mengenai benar atau salah.. e. Fokus pada solusi Ketika kita mendapatkan suatu masalah,maka persoalan itu menjadi besar tetapi ketika fokus pada solusi persoalan dapat dianganin. f. Tantangan Pada umunya kita mempunyai tantangan dan berupaya untuk menggapainya, dalam sebuah lingkungan yang mendukung kita tidak menyadari terdapat batasan baik dalam diri maupun lingkungan untuk mecapai sasaran yang melebihi dari seharusnya, petugas pelatih pendampingan adalah memberikan perspektif baru bagi pasien untuk mealtih segala sesuatu dengan profesional. g. Tindakan Pendampingan menyiapkann perspektif dan kesadaran baru,ketika pasien mendapatakan wawasan baru dan memiliki banyak pilihan yang akan menimbulkan keinginan untuk betindak dan berubah maka pendampingan mengarahakan tindakan dan peruabhan perilaku yang tepat.

E. Pengaruh Pendampingan Keluaraga Terhadap Kepatuahan Diet Diabetes Melitus Menurut Friedman, Bowden & Jones (2010) dan Sudiharto (2007), salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga. Masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas.

23

Dalam penelitian Ni Putu Wulan dkk (2014) tentang “Peran keluarga dalam merawat klien diabetik “ dalam proses pengaturan diet DM di rumah oleh keluarga didapatkan bahwan peran keluarga sebagai koordinator (67%) adalah mengatur, merencanakan, menyiapkan, mengingatkan dan mengawasi pola makan anggota keluarganya yang sakit DM, dengan cara mengatur, mengingatkan jadwal makan, merencanakan dan menyiapkan menu makanan serta mengawasi jumlah porsi dan jenis makanan yang boleh dimakan. Menurut Mei lina Susanti dkk (2013) dengan judul penelitian “ Dukungan keluarga meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus diruang rawat inap RS. Baptis Kediri” Hasil penelitian menunjukan terbukti dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus diruang rawat inap Rs.Baptis Kediri berdasarkan taraf kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan bahwa ρ= 0,00 dan ρ≤ α yang dimana pendampingan dapat mempengaruhi kepatuhan karena dapat menekan munculnya stres, memberi informasi yang dapat memotivasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan esmosional.. Penelitian yang di lalukan oleh Ayu Rosiana (2014) dengan judul “ Pengaruh pendampingan perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita hipertensi dikampung sanggrahan.” Hasil penelitian menunjukan kepatuhan responden sudah mengikuti pendampingan memilki kepatuhan tinggi berbeda dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami peningkatan kepatuhan diet hipertensi. Hal tersebut ditunjukan dari hasil pre test post test deangn anaslisa Marginal Homogenity terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Karena hasil posttest diketahui bahwa hasil P value 0,003 .Sehingga p value < 0,005 dapat dinyatakan bahwa pendampingan perilaku diet hipertensi memliki pengaruh terhadap kepatuhan pada penderita hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh diet pada kelompok yang dibei pendampingan .

24

F. Kerangka Teori Diabetes Melitus

Pendampingan

Penatalaksanaan DM : -Edukasi -Terapi Diet -Aktivitas Fisik -Penggunaan Obat Faktor mempengaruhi Kepatuahn diet : Kepatuhan Diet

Kestabilan Kadar Gula Darah

yang

1. Pendidkan 2. Akomodasi 3. Perubahan model terapi 4. Usia 5. Dukungan Keluaraga

Bagan 2.1 KerangkaTeori

Sumber: ADA (2009) ), Niven (2008) , Perkeni (2011), Wilson (2011), (Smeltzer & Bare, 2008)

25

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Notoadmojo, 2010, Hidayat, 2007). Variabel Independen

Variabel Dependen

Pendampingan Keluarga

Kepatuhan Diet DM

Variabel Perancu 1. 2. 3. 4.

Pendidikan Akomodasi Perubahan model terapi Usia

5. Dukungan Keluarga Keterangan

: : area yang diteliti : area tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

26

B. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau penyataan penelitian (Nursalam,2008). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada perbedaan rerata kepatuhan diet DM tipe II sebelum dan setelah dilalukan pendampingan keluarga pada kelompok kontrol. 2. Ada perbedaan rerata kepatuhan diet DM tipe II sebelum dan setelah dilalukan pendampingan keluarga pada kelompok intervensi. 3. Ada perbedaan pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet DM tipe II.

C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel

Definisi

Variabel Independen Pendampin Pendampingan gan perawat kepada Keluarga anggota keluarga dalam mengingatkan jadwal makanan, merencanakan dan menyiapkan menu makanan serta mengawasi jumlah porsi dan jenis makanan yang boleh dimakan. Variabel Dependen Kepatuhan Ketaatan penderita diet DM DM dalam menjalani aturan diet yang telah disiapkan berdasarkan jumlah, jadwal, dan jenis makanan.

Cara /Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Penkes tentang diet DM tipe II selama 1015 menit.

1. Diberi Ordinal pendmpin gan pada kelompok intervensi 2. Diberikan leaflet pada kelompok kontrol

Kuesinoner kepatuhan diet DM dengan 10

Skor Interval kepatuhan Diet DM 1040

pernyataan dengan mengguna kan skala liket 1-4 Skala likert. Skor setiap jawaban : Selalu (4)

27

Sering (3) Jarang (2) Tidak pernah (1)

28

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan pendekatan quasi eksperimental. Menggunakan rancangan pre-test and post-test with control group design. Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet DM tipe II. Responden pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol diobservasi tanpa dilakukan intervensi, kelompok intervensi diobservasi dan dilakukan intervensi (Nursalam, 2008; Setiadi, 2007). Rancangan penelitian digambarkan pada skema berikut: Tabel 4.1 Rancangan penelitian digambarkan pada skema berikut:

A B O1 O2 X1 X2

Kelompok

Pretest

Perlakuan

Post test

A

O1

X1

O1a

B

O2

X2

O2a

: Responden kelompok kontrol : Responden kelompok intervensi : Pengukuran awal kepatuhan diet pada kelompok kontrol : Pengukuran ahkir kepatuhan diet pada kelompok intervensi : Kelompok kontrol diberikan leaflet : Kelompok intervensi dengan pendampingan keluarga

B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pendampingan keluarga yang merupakan variabel independen (yang mempengaruhi), sedangkan kepatuhan diet DM sebagai variabel dependen (yang di pengaruhi).

29

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pendampingan Keluarga

Kepatuhan Diet DM

Bagan 4.1 Variabel Penelitian C. Waktu dan Tempat Penelitia 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari s.d Maret tahun 2018. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu. D. Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah yaitu seluruh pasien DM yang berkunjung ke Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu . dengan estimasi berdasarkan jumlah pengunjung pasien DM tahun 2016 , yaitu 261 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sample pada penelitian ini adalah sebagian DM tipe 2 yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur. Dalam

30

penelitian ini sampel diambil menggunakan consecutive sampling yaitu dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampe kurun waktu tertentu sehingga jumlah sample terpenuhi. Sugiyono, 2010 ). Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus beda 2 mean seperti dibawah ini : 𝑛=[

2 𝜎 2 (𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 ] (µ1 − µ2)2

Keterangan : n

=

Besar sampel

Z𝛼 =

Standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 = 1,96)

Zβ =

Standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β = 0,842)

µ1

=

Nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur

µ2

=

Nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literatur

σ

=

Estimasi standar deviasi dari beda mean pretest dan post test literatur (Dharma,2012

Berdasarkan penelitian Dyah Restuning (2015) tentang efektifitas edukasi diabetes dalam meningkatkan kepatuhan pengaturan diet pada DM tipe 2 .Dengan nilai mean kelompok kontrol (µ1 = 1,54), nilai mean kelompok intervensi (µ2 = 1,85), perbedaan standar deviasi dari beda mean yang ditetapkan = 1,3 Besaran sampel yang diperoleh :

𝑛 = [

2.(0.31)² (1,96+0,842)² (1.85−1.54)²

] =[

1.507 0.096

]

= 15,6 = 16 16 x 10% = 1,6 =16 + 1,6 = 17.6 = 18 Orang

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 18 orang kelompok kontrol dan 18 kelompok intervensi, sehingga jumlah seluruh sampel penelitian adalah 36 orang.

31

Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi : a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) yaitu : 1) Pasien menderita DM tipe 2 2) Usia 40 -75 tahun 3) Mampu berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pendengaran yang baik 4) Bersedia menjadi responden. 5) Pasien yang memliki anggota keluaraga di rumahnya b. Kriteria Eklusi 1) Dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia 2) Pasien mengundurkan diri

E. Pengumpulan Data dan Instrumen Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti mengenai kepatuhan diet pada penderita DM tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data rekam medik mengenai jumlah pasien diabetes di puskesmas Lingkar Timur dan dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesinoer atau angket yang mengacu pada kerangka teori. Intrumen penelitian terdiri dari 2 bagian : 1. Data demografi Kuesioner karakteristik responden terdiri dari indentitas penderita DM. Tipe 2 meliputi usia, jenis kelamin ,pendidikan, pekerjaaan, TB, BB, dan Aktivitas. 2. Kuesioner kepatuhan diet DM Kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang kepatuhan diet DM yang diisi oleh penderita. Koesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan no

32

1,2,4,6,,8,10) dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian koesioner ini dengan menggunakan skala Likert. Skor untuk setiap pertanyaan positif,yaitu : Selalu = 4, Sering = 3, Jarang = 2, Tidak pernah = 1. Skor untuk pertanyaan negatif yaitu : Selalu = 1, seriing = 2, jarang = 3, tidak pernah = 4. Responden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) Kuesioner diadopsi dari Anggita Puspita Delianty (tahun 2015) dengan uji validitas dan uji reability hasil uji reabilitas koesioner kepatuhaan diet pada penderita DM, pada penelitian ini dengan melihat cronbach alpha yaitu 0,832, koesioner dikatakan reliable jika nilai alpha > 0,60 (Hidayat, 2008) sehingga kuesioner kepatuhaan diet ada penderita DM, yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

F. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan komputer, dengan tahap sebagai berikut ; 1. Editing (Pemeriksaan Data) Kegiatan ini meliputi pemeriksaan serta melengkapi dan memperbaiki data yang telah ada secara keseluruhan. 2. Coding (Pengkodean Data) Pengkodean atas jawaban responden untuk mempermudah pengolahan data. 3. Scoring Menentukan jumlah nilai jawaban sesuai dengan pilihan jawaban responden pada kuesioner. 4. Entry Data (Memasukkan Data) Tahap memasukkan data ke dalam komputer sesuai dengan variabel yang sudah ada. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis sesuai jenis dan kegunaan data.

33

5. Cleaning Data (Pembersihan) Setelah data disusun dan selesai maka dilakukan kembali pemeriksaan data agar data-data tersebut bebas dari kesalahan. 6. Pengolahan Data Pada penelitian ini pengolahan data dengan menggunakan perangkat komputerisasi.

G. Analisa Data Data yang sudah diperoleh akan diolah secara manual dengan melakukan pengkodean dan penilaian. Setiap item judul pertanyaan di rata-ratakan. Selanjutnya semua nilai dijumlahkan dan dihitung menggunakan perhitungan persentase. 1. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel karakteristik responden dan rata-rata tingkat kepatuhan diet DM sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan keluarga.

Analisa univariat dengan

data

kategorik menggunakan distribusi frekuensi dan presentase meliputi, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Analisis univariat dengan data numerik menggunakan mean, median, standar deviasi, min-max meliputi usia, TB dan BB responden. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilalukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dan berkolerasi (Notoadmodjo, 2010). Uji yang digunakan untuk mengetahui rata-rata perbedaan pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet

pre-post

pada kelompok

kontrol

dan intervensi

menggunakan uji wilcoxon. Sedangkan untuk membandingkan perbedaan rata-rata pengaruh pendampingan keluarga terhadap kepatuhan diet dm tipe 2 antara

kelompok kontrol dengan kelompok

menggunakan uji Mean Whitney.

intervensi

34

H. ALUR PENELITIAN Sebelum di lakukan pengambilan data penelitian, peneliti melakukan tahapan penelitian yang dimulai dari mengatahui data kelompok memlilih pasien yang dapat mewakili sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok,lalu diberi pendampingan. Bagan pnelitian sebagai berikut : Perizinan penelitian

Pasien diabetes melakukan kontrol di Puskesmas

Responden sesuai dengan kriteria peneliti

Pengumpulan data demografi, inform concent

Kelompok Kontrol

Kelompok Intervensi

Pre test Kepatuhan diet DM

Pre test kepatuhan diet DM

Diberikan leaflet

Pendampingan Keluaraga

Post test Kepatuhan diet DM

Post test Kepatuhan diet DM

Bagan 4.2 Alur Penelitian

35

I. Etika Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian, mempertimbangkan prinsip etik. Adapun prinsip etik tersebut adalah (Guido, 2006): 1. Otonomi Prinsip Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah dalam bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk ikut dalam penelitian atau menolak dan peneliti menghormati serta menghargai keputusan responden tersebut. 2. Beneficence Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Peneliti melakukan penelitian dengan memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi responden. 3. Justice (keadilan) Prinsip Justice (keadilan) dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. 4. Veracity (kejujuran) Prinsip Veracity (kejujuran) berarti penuh dengan kebenaran. Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya. Peneliti memberikan informasi yang sebenar-benarnya tentang diet DM sehingga hubungan antar peneliti dan responden dapat terbina dengan baik dan penelitian ini dapat berjalan sesuai tujuan. 5. Normaleficence Prinsip Normaleficence berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera, bebas dari ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologik. Prinsip ini juga mencegah atau mengurangi tindakan yang dapat merugikan responden..

36

6. Fidelity Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Peneliti akan berusaha untuk menepati janji yang telah dibuat serta menjunjung tinggi komitmen yang telah disepakati bersama. 7. Confidentiality (kerahasiaan) Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang responden harus dijaga privasinya. Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden dan tidak menyampaikan kepada orang lain. Indentitas responden dibuat kode, hasil pengukuran hanya peneliti yang mengetahui.

37

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Alur Penelitian 1. Jalannya penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dari tanggal Januari sampai Maret 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendampingan keluaraga terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur kota Bengkulu. Tahap pertama yang dilakukan pada awal penelitian adalah persiapan yang meliputi survey awal, study pustaka untuk acuan penelitian, pembuatan proposal penelitian, meminta surat izin penelitian masing-masing dari Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bengkulu, , Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi,Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. Setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, peneliti mengurus izin penelitian ke Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu. Kemudian mendapatkan surat izin melakukan penelitian dan mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar pengumpulan data dan kuesioner kepatuhan diet. Penelitian ini dilakukan wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penederita DM tipe 2 yang beradalah di wilayah kerja puskesmas lingkar timur. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok,18 pasien intervensi diberikan pendampingan oleh keluaraga dan 18 orang pasien sebagai kelompok Kontrol hanya dibagikan leaflet. Penelitian ini dilakukan dengan cara lansung mendatangin setiap responden dirumah. Responden mengisi lembar koesioner pre-test dilakukan

38

± 15 menit pada minggu pertama, pretest dilakukan satu kali. . Penulis memberikan pendampingan pada kelompok intervensi berupah pemberian informasi tentang diet DM, pendampingan dilalukan dirumah masing-masing selama 30 menit. Pada kelompok kontrol hanya diberikan leaflet saja. Penulis melakukan post-test mengisi koesioner pada minggu kedua. Koesioner diisi oleh responden dan didampingin oleh penulis ± 15 menit,post test dilakukan satu kali. Data yang telah terkumpul kemudian direkapitulasi dan dicatat dalam master tabel untuk selanjutnya dianalisis. Setelah data diolah dan dianalisis dengan menggunakan descriptive statistics untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kenormalan data, dan kesetaraan data. Untuk melihat perbedaan skor kepatahan diet DM pretest dan posttest dilakukan uji t-paired test. Untuk mengetahui perbedaan skor kepatuhan diet DM pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan uji independent sample t-test.

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat Analisa univariat pada penelitian ini untuk melihat karakteristik responden dan nilai rata rata pengetahuan responden sebelum dan sesudah di beri intervensi kepada kedua kelompok. 1)

Karakteristik responden Jumlah responden penelitian ini adalah 36 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Karakteristik responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan responden yang akan di teliti, yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Berikut ini adalah penjelasan karakteristik responden :

39

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Lingkar Timur (n=36) No

Variabel

Kelompok Intervensi Kontrol

P Value

1. Usia Mean Median SD Min-Max CI for Mean 95% 2. Pendidikan SMP SMA PT

57,72 60,00 6,497 41-65 54,49-60,95

52,06 52,00 7,588 42-67 48,28-55,83

6(33,3% ) 9 (50%) 3 (16,7%)

4 (22,2%) 9(50%) 5(27,8%)

0,638

3. Jenis kelamin Perempuan Laki-laki

13(72,2%) 5(27,8%)

8(44,4) 10(55,6)

0,91

4. Pekerjaan Wiraswata IRT

6 (33,3%) 12(66,7%)

8(44,4%) 4 (55,6 %)

0,494

0,782

Sumber: Data primer tahun 2018 Berdasarkan data pada table diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden pada kelompok intervensi berdasarkan usia memiliki rerata usia 57,72 (58). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia responden pada 54,49-60,95 tahun sendangkan kelompok kontrol rerata usia 52,06. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia responden pada penelitian ini 48,28-55,83.

40

Jenis kelamin responden sebagaian besar pada kelompok intervensi adalah perempuan (72,2%) dan kelompok kontrol sebagian besar adalaah laki-laki (55,56%). Tingkat

pendidikan

responden

sebagian

besar

pada

kelompok intervensi adalah SMA (50%) dan pada kelompok kontrol pendidikan sebagian besar adalah SMA (72,2%). Pekerjaan pada kelompok intervensi sebagian besar adalah ibu rumah tangga (66,7%) dan kelompok kontrol sebagian besar pekerjaan ibu rumah tangga (55,56%). Didapatkan hasil uji kesetaraan responden berdasarkan karekteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan yaitu setara dengan p value > 0,05. 2. Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan rata rata kepatuhan sebelum dan setelah di berikan pendampingan pada masing – masing kelompok intervensi (pendampingan keluaraga ) dan kelompok kontrol (leaflet) serta mengetahui perbedaan kepatuhan setelah di berikan pendampingan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji normalitas data dilakukan dengan metode Sapiro wilk . Dikatakan data berdistribusi normal jika nilai berada pada >0,05. Hasil dari uji normalitas data didapatkan bahwa vaiabel usia dan

skor prepost

berdistribusi normal (p value > α = 0,05). Hasil menunjukkan bahwa variable jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, berdistribusi tidak normal (p value < α = 0,05). Analisa univariat pada penelitian ini untuk melihat nilai mean, median, nilai minimal dan maksimal, standar deviasi dan 95% CI of mean sebelum dan setelah dilakukan pemberian pemberian pendampingan keluaraga.

41

Tabel 5.2 Rata-rata Tingkat Kepatuhan sebelum dan sesudah dilakukan Pendampingan pada kelompok intervensi dan kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu

Kelompo Variabel Mean Med k ian Intervensi Sebelum 25,39 25,0 (n=18) diberikan 0 pendamp ingan Kontrol Sebelum 22,50 20,0 (n=18) diberikan 0 leaflet Intervensi Sesudah 28,61 29,0 (n=18) diberikan 0 pendamp ingan Kontrol Susudah 22,22 20,5 (n=18) diberikan 0 leaflet Sumber: Data primer tahun 2018

Min – maks

95% CI P for Mean Value

4,94 8

18-34

22,9327,85

5,45 8

16-35

19,79- – 25,21

3,82 2

19-35

26,71 – 30,51

3,59 0

18,00 30,00

SD

0,796

0,000

20,4424.01

Dari tabel 5.2 di dapatkan hasil analisis rerata nilai responden sebelum di berikan pendampingan untuk kelompok intervensi adalah 25,39 dengan standard deviasi 4,948 dengan 95% CI berada pada rentang 22,93 sampai 27,85 dan untuk kelompok kontrol di dapatkan hasil analisis rerata nilai responden sebelum di berikan edukasi adalah 22,50 dengan standard deviasi 5,458 dengan 95% CI berada pada rentang 19,79 sampai 25,21. Sedangkan, hasil analisis rerata nilai responden sesudah di berikan pendampingan untuk kelompok intervensi adalah 28,61 dengan standard deviasi 3,822 dengan 95% CI berada pada rentang 26,71 sampai 30 ,51 dan hasil analisis rerata nilai responden sesudah di berikan edukasi pada kelompok kontrol adalah 22,22 dengan standard deviasi 3.590 dengan 95% CI berada pada rentang 20,441 sampai 24,01.

42

Berdasarkan uji kesetaraan sebelum diberikan perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol yaitu setara dengan p value > 0,05. dan berdasarkan uji beda dua kelompok untuk variabel pengetahuan pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dilakukan pemberian edukasi diperoleh p value > 0,000 Tabel 5.3 Frekuensi Kepatuhan Diet Pada Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur tahun 2018 Kelompok

Variabel

Intervensi (n=18) Kontrol (n=18)

Sebelum diberikan pendampingan Sebelum diberikan leaflet

Intervensi (n=18)

Sesudah diberikan pendampingan

Kontrol (n=18)

Susudah diberikan leaflet

Jumlah Kepatuhan Patuh

Tidak Patuh

10(55,6%)

8(22,2%)

6(33,3%)

12 (66,7)

14(77,8%)

4(22,2%)

3(16,7%)

15(83,3%)

Dari table 5.3 dapat dianalisis jumlah kepatuhan sebelum diberikan perlakuan pada kelompok intervensi adalah sebanyak 10 (55,%) dan kelompok kontrol sebanyak 6 orang (3,33%). Setelah diberi pelakuan terjadi peningkatan kepatuhan pada kelompok intervensi menjadi 14 orang (77,8%) sendangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan menjadi 3 orang (16,7

43

Tabel 5.4 Perbedaan Rata-rata Tingkat Kepatuhan sebelum dan sesudah dilakukan Pendampingan pada kelompok intervensi dan kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu

Kepatuhan

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

(n=18)

(n=18 )

Mean rank

Sum of ranks

0,00

0,00

P value

Mean rank

Sum of ranks

10.50

21,00

P value

Negative ranks

0,000

0,283

Positif ranks

9.00

153.00

5.00

45,00

*Wilcoxon Table 5.4 didapatkan hasil analisis Kepatuhan untuk kelompok intervensi menunjukan nilai P value = 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada beda rata rata antara tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian pendampingan Keluaraga. Sementara hasil analisis kepatuhan untuk kelompok kontrol menunjukan nilai P value = 0,0283 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan rata rata antara tingkat kepatuhan diet sebelum dan sesudah pemberian leaflet

44

Table 5.5 Perbedaan Tingkat Kepatuhan sebelum dan sesudah dilakukan Pendampingan pada kelompok intervensi dan kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu

Kelompok (n=36) Intervensi Kontrol **Mann Whitney

Sd 2,09 1,05

Kepatuahan Sum of Mean Rank ranks 23,61 425.00 13,39 241.00

P value 0,003

Table 5.6 didapatkan hasil analisis nilai P value = 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan Kepatuhan diet DM antara kelompok intervensi yang diberikan pendampingan keluaraga kelompok kontrol yang hanya diberikan leaflet.

dengan

45

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan rentang usia dengan responden terbanyak pada rentang 41 tahun sampai 65 tahun dengan rata-rata usia 57,72 tahun. Usia pada kelompok kontrol berada pada rentang 42 tahun sampai 67 tahun. Menurut Suyono (2009), kasus DM tipe -2 di indonesia biasanya meningkat diatas usia 40 tahun. Pada kasus DM, usia memiliki pengaruh terhadap kepatuhan dalam melakukan terapi non farmakologis salah satunya adalah diet, hal ini dikarenakan karena proses berpikir yang dimiliki oleh responden mengalami penurunan dalam hal mengingat dan menerima sesuatu hal yang baru (Isnarian, 2006). Semakin bertambah usia maka mempengaruhi penurunan pendengaran, penglihatan dan daya ingat seseorang maka mempengaruhi akan sulitnya menerima informasi. Pendidikan responden terbanyak pada penelitian ini adalah pendidikan SMA 50% pada kelompok intervensi dan pendidikan SMA 50% pada kelompok kontrol. Tingkat pendidikan menurut Anggara & Prayitno (2013) merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap kepatuhan pola hidup sehat karena pada masyarakat dengan pendidikan yang lebih rendah akan lebih sulit atau lebih lambat dalam menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan. Yulianti (2007) dalam Anagara dan Prayitno (2013) menyatakan bahwa hubungan ini tidak semata-mata diakibatkan perbedaan tingkat pendidikan, tetapi tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, dan sering berolah raga. Seseorang pasien DM memiliki latar belakang pendidikan yang kurang cenderung tidak dapat menerima perkembangan baru terutama menunjang kesehatanya.

46

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Jenis kelamin responden sebagaian besar pada kelompok intervensi adalah perempuan (72,2%) dan kelompok kontrol sebagian besar adalaah laki-laki (55,56%). Kejadian DM tipe – 2 juga dipengaruhi oleh jenis kelamin yang sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingan dengan laki-laki (Haryati & Jelatik, 2014). Perempuan lebih berpontensi terkena DM di bandingkan laki-laki karena aktifitas perempuan lebih kecil dibanding laki-laki apa lagi ibu rumah tangga. Pekerjaan responden pada kelompok intervensi sebagian besar adalah ibu rumah tangga (66,7%) dan kelompok kontrol sebagian besar pekerjaan ibu rumah tangga (55,56%). Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan

gerakan

secara

berulang

untuk

meningkatkan

atau

mempertahankan kebugaran fisik (Sigal, 2007).

B. Perbedaan Rata-rata skor Kepatuhan Diet DM tipe 2 Sebelum Dan Sesudah Di Berikan Pendampingan Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan dengan rerata skor kepatuhan diet DM

sebelum dilakukan pendampingan

pada

kelompok intervensi adalah 25,39 dan pada kelompok kontrol adalah 22,50 dengan

jumlah kepatuhan sebelum diberikan perlakuan pada

kelompok intervensi adalah sebanyak 10 (55,%) dan kelompok kontrol sebanyak 6 orang (3,33%). Setelah diberi pelakuan terjadi peningkatan kepatuhan pada kelompok intervensi menjadi 14 orang (77,8%) sendangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan menjadi 3 orang (16,7%).

47

Hasil analisis Kepatuhan untuk kelompok intervensi menunjukan nilai P value = 0,000 < 0,05 H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan ada beda rata rata antara tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian pendampingan Keluaraga. Sementara hasil analisis kepatuhan untuk kelompok kontrol menunjukan nilai P value = 0,0283 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan rata rata antara tingkat kepatuhan diet sebelum dan sesudah pemberian leaflet. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soegondo (2009) Perubahan perilaku kearah kepatuhan merupakan suatu proses yang memerlukan edukasi dan pendampingan secara terus menerus dan perlu evaluasi keberhasilan penanganan dengan melihat perubahan dari kriteria pengendalian (kadar gula darah dan IMT). Menurut Siregar (2006), penderita DM seharusnya menerapkan pola hidup sehat. . Kepatuhan dari program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur (Basble, 2002). Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) faktor yang mempengaruhi kepatuhan meliputi faktor predisposisi (meliputi sikap,kepercayaan,sosial budaya, adat istiadat dan tradisi), faktor pemungkin (meliputi jarak antara antara rumah dan konsul gula darah) dan faktor pendorong (meliputi sikap petugas kesehatan dan dukungan keluarga). Hal ini diperlukanpendidikan kesehatan bagi penderita maupun keluarganya agar pengetahuannya meningkat, terjadi perubahan sikap dan gaya hidup yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan pengelolaan sehingga meningkatkan kualitas hidup penderita tercapai (Delima, 2011)

C. Perbedaan selisih kepatuhan Diet DM tpe 2 Sesudah Diberi Pendampingan Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Dari hasil penelitian yang telah di lakukan di dapatkan hasil dan telah di lakukan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan selisih kepatuhan diet DM antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol

sesudah di beri

pendampingan , dan di peroleh angka signifikan sebesar 0,003, karna nilai P

48

value < dari 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol .

D. Perbedaan Rerata Tingkat Kepatuahan Diet Sebelum dan Setelah di Beri Pendampingan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Hasil penelitian ini didapatkan menujukkan rerata perbedaan tingkat kepatuahan diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi sebesar 23,61 dan kontrol 13,39. Hasil uji satistik menunjukkan nilan p value sebesar 0,003 (p<α) α=0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan rerata kepatuahan diet DM pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rosiana (2010) ada pengaruh pendampingan perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita hipertensi. Menurut Delima (2011) ada pengaruh model pendampingan terhadap terkontrolnya diabetes mellitus pada penderita DM tipe –II. Indriani (2014) ada pengaruh terhadap pendampingan keluarga meningkatkan kepatuhan minum obat. ada hubungan yang signifikan antara peran pendampingan spiritual dengan motivasi kesembuhan pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri (Dinda.K.K & Wahyuningih. A (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Helen, at all (2006) membuktikan bahwa penerapan pendampingan berpengaruh terhadap perubahan sikap pada

pasien

DM.

Penelitian

ini

menyatakan

pemberian

model

pendampingan berpengaruh terhadap penurunan kadar gua darah (Delima, 2011). Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan mau kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan dapat mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional.Penelitian ini menyatakan ada pengaruh efektifita pendampingan keluarga terhadap tingkat

49

kemandirian

diabetes

mellitus

lansia

dalam

mempertahankan

keseimbangan kadar gula darah di kelurahan purwoyoso (Istikharah, Nuraeni A, Supriyono M, 2015). E. Keterbatasan Penelitian Penelitian tentang “Pengaruh Pendampingan keluaraga Terhadap Kepatuhan diet DM tipe 2” memiliki keterbatasan diantaranya : 1. Pada penelitian ini tidak ada variabel perancu sehingga tidak diketahui faktor lain penyebab terjadinya kepatuahan diet DM tipe 2 Sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel perancu. 2. Sampel pada penelitian ini sampel dalam skala kecil jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang besar, maka diperlukan penelitian dengan jumlah sampel dalam skala besar

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"