A. PENILAIAN
STATUS
GIZI,
PENGETAHUAN
DAN
KONSUMSI
PADA
KELOMPOK SASARAN 1. Balita a. Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/U Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. (Almatsier, 2005).Status gizi balita dapat dilihat dari 3 indeks yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan/Panjang Badan menurut Umur (TB atau PB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/U Kategori N % GiziLebih
0
0
GiziBaik
0
0
GiziKurang
3
100
GiziBuruk
0
0
Jumlah
3
100
GiziLebih Baik Gizi 0%
%
Gizi Buruk 0%
Gizi Kurang 100%
Gambar 1 Grafik Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/U
Gambar 1 menunjukkan bahwa didapatkan balita yang memiliki status gizi kurang berjumlah 3 balita (100%) dan tidak ada balita yang memiliki status gizi baik, kurang ataupun buruk.
b. Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator TB/U Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. (Almatsier, 2005) Status gizi balita dapat dilihat dari 3 indeks yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan/Panjang Badan menurut Umur (TB atau PB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Tabel 2 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator TB/U Status Gizi TB/U N % SangatPendek
0
0
Pendek
2
75
Normal
1
25
Tinggi
0
0
Jumlah
3
100
Tinggi 0%
%
Sangat Pendek 0%
Normal 25%
Pendek 75%
Gambar 2 Grafik Status Gizi Berdasarkan Indikator TB/U
Gambar 2 menunjukkan bahwa sebanyak 2 sampel (75%) memiliki status gizi pendek, 1 sampel (25%) memiliki status gizi normal.
c. Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/TB Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. (Almatsier, 2005) Status gizi balita dapat dilihat dari 3 indeks yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan/Panjang Badan menurut Umur (TB atau PB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Tabel3 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/TB Status Gizi BB/TB n % SangatKurus
0
0
Kurus
1
25
Normal
2
75
Gemuk
0
0
Jumlah
3
100
Gemuk 0%
% Sangat Kurus 0%
Kurus 25%
Normal 75%
Gambar 3 Status Gizi Berdasarkan Indikator BB/TB Gambar 3 menunjukkan bahwa sebanyak 1 sampel (25%) memiliki status gizi kurus, 2 sampel (75%) memiliki status gizi normal.
d. Distribusi Sampel Menurut Pelayanan Kesehatan Defenisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang- Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Kategori
Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Pelayanan Kesehatan n %
Baik
3
100
Tidak Baik
0
0
Jumlah
3
100
%
Tidak Baik 0% 0%
Baik 100%
Gambar 4 Grafik Menurut Pelayanan Kesehatan Gambar 4 menunjukan bahwa sebanyak 3 sampel dengan pelayanan kesehatan baik (100%), dan tidak ada sampel dengan pelayanan kesehatan tidak baik.
e. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan Menurut UU RI No. 23 tahun 2003 tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Pengetahuan ibu balita akan berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan balita. Tabel 5 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita Tingkat Pengetahuan
N
%
Baik
2
75
Cukup
1
25
Kurang
0
0
Jumlah
3
100
% Kurang 0%
0%
Cukup 25%
Baik 75%
Gambar 5 Grafik Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita Gambar 5 menunjukkkan bahwa sebanyak 2 sampel (75%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 1 sampel (25%) memiliki pengetahuan cukup.
f. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Konsumsi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsusmsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Depkes, 2013)
Kategori
Tabel 6 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Konsumsi Balita Zat Gizi Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Defisit
3
0
3
3
Normal
0
3
0
0
Berlebih
0
0
0
0
Jumlah
3
3
3
3
3.5 3 2.5 energi
2
protein 1.5
lemak kh
1 0.5 0 Defisit
Normal
Berlebih
Gambar 6 Grafik Tingkat Konsumsi Balita Gambar 6 menunjukkan bahwa didapatkan balita yang memiliki tingkat konsumsi energi defisit berjumlah 3 balita (100%).
B. Ibu Hamil 1. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan Menurut UU RI No. 23 tahun 2003 tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan.Pengetahuan ibu hamil akan berpengaruh dalam perkembangan kehamilan serta lebih mudah dalam menyikapi segala yang berkaitan tentang kehamilan.
Kategori
Tabel 7 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pengetahuan N %
Baik
2
100
Cukup
0
0
Kurang
0
0
Jumlah
2
100
%
Cukup Kurang 0% 0% 0%
Baik 100%
Gambar 7 Grafik Tingkat Pengetahuan Gambar 7 menunjukkkan bahwa sebanyak 2 sampel (100%) memiliki pengetahuan baik dan tidak ada sampel yang memiliki pengetahuan cukup ataupun kurang. 2. Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan LILA
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis pada ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA). Ambang batas LILA adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supriasa, 2002).
Tabel 8 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Berdasarkan LILA n %
LILA Normal
2
100
KEK
0
0
Jumlah
2
100
% 0%
KEK 0% 0%
Normal 100%
Gambar 8 Status Gizi Berdasarkan LILA
Gambar 8 menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil tergolong baik karena sebanyak 14 sampel (100%) yang diukur, semua sampel memiliki nilai LILA normal.
3. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Konsumsi Energi Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan gizi yang lebih banyak dari yang dibutuhkan dalam keadaan biasa untuk menghindari defisiensi gizi yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung energi, protein, lemak, vitamin dan mineral dengan porsi yang seimbang dan sesuai dengan tahapan kehamilan.
Tabel 9 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Kategori
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Defisit
2
1
2
2
Normal
0
1
0
0
Berlebih
0
0
0
0
2.5
2
1.5
energi protein lemak
1
KH 0.5
0 Defisit
Normal
Berlebih
Gambar 9 Grafik Tingkat Konsumsi Bumil Gambar 9 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil mempunyai tingkat konsumsi energi yang defisit yaitu sebanyak 2 orang sampel (100%), memiliki tingkat konsumsi protein defisit sebanyak 1 orang (50%) dan memiliki protein normal sebanyak 1 orang (50%). Untuk konsumsi lemak sebanyak 2 orang (100%) ibu hamil memiliki konsumsi yang defisit. Sebanyak 2 orang (100%) ibu hamil memiliki tingkat konsumsi karbohidrat yang defisit.
B. PEMBINAAN KULINER TRADISIONAL BALI DI DAERAH TUJUAN WISATA Desa Suwat merupakan desa yang terletak di Kecamatan Gianyar kabupaten Gianyar. Berbagai kuliner tradisional Bali, khususnya jajanan dijual di desa tersebut, namun hanya sedikit yang yang melakukan produksi langsung. Salah satu jajanan tradisional Bali yang diproduksi di desa tersebut yaitu Jaje Lempog. Produksi jaje lempog terletak di Banjar Tegal Suwat Kaja Desa Suwat. Berbeda dengan jaje lempog pada umumnya, jaje lempog ini menggunakan bahan baku berupa ubi keladi. Pedagang melakukan produki sendiri dan langsung menjualnya. Berdasarkan hasil wawancara, konsumen yang biasa membeli yaitu masyarakat disekitar banjar Suwat Kaja,Triwangsa dan Suwat Kelod. Salah satu kompetensi gizi dalam mata Kuliah Kerja Nyata yaitu Pembinaan Kuliner Tradisional Bali. Pembinaan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan penerapan HACCP pada pedagang yang melakukan produksi kuliner tradisional salah satunya yaitu jajanan. Adapun hasil pengamatan HACCP jaje lempog yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. DESKRIPSI PRODUK a. Nama Produk
: Jaje lempog keladi
b. Bahan baku
: Ubi Keladi
c. Komposisi Produk
: Ubi keladi, beras ketan, garam, kelapa parut, gula merah
d. Sumber bahan
: Bahan pokok didapatkan dengan cara membeli di pasar
e. Konsumen
: Masyarakat di sekitar banjar Suwat kaja, Suwat Kelod, Triwangsa Desa
Suwat f.
Waktu kadaluarsa
: 1 hari
g. Cara Pengolahan a. Waktu
: ±60 menit
b. Alat yang digunakan
: waskom, sendok, panci, alat tumbuk
c. Penjamah
: 1 orang
2. Proses Pengolahan -
Ubi keladi dikupas, kemudian direndam dan dipotong kecil-kecil
-
Beras ketan dikukus sampai setengah matang
-
Kemudian kukus kembali ketan dan ubi keladi sampai matang
-
Setelah matang tumbuk sampai lembut dan tambahkan sedikit garam
-
Jaje lempog keladi siap disajikan dengan gula merah dan kelapa parut
3. Diagram Alir
Pembelian bahan baku
Pengupasan
Pencucian dan perendaman
Pengukusan
Penumbukan
Penyajian
Kelapa parut, gula merah
4. Identifikasi Bahaya Bahan Baku dan Cara Pencegahan Nama Kuliner : Jaje lempog keladi
Bahan
No
Mentah /
Bahaya
Ingredient /
B(M)/
Bahan
(K)/(F)
Jenis Bahaya
Sumber
Cara Pencegahan
Tambahan 1
Ubi Keladi
B (M)
Kapang, kamir
Bahan baku
dan bahaya
Cuci dan rebus sampai benar benar matang
B (F)
patogen
B (K)
Busuk
Pilih ubi keladi yang berkualitas,
Pestisida
Membersihkan dengan cara mengupas dan
mencucinya
dahulu
sebelum
dimasak.
2
Beras Ketan
B (M) B (F)
3
Garam
B (F)
Kapang.
Kotoran kerikil Menggumpal dan
Bahan baku Kontaminasi lingkungan Kontaminasi
Penyimpanan pada tempat yang kering dan tertutup Pemilihan bahan yang baik. Mengecek tanggal kadaluarsa garam.
kotoran
lingkungan
Menyimpan pada tempat yang tertutup rapat, kering dan terhindar dari sinar matahari.
4
5
Kelapa
B (M)
Kapang
Kontaminasi
Parut
B (F)
Kotoran
lingkungan
Gula Merah
B (F)
Kotoran
Menyimpan pada tempat yang tertutup rapat, dan kering
dan alat
Menggunakan alat yang bersih
Kontaminasi
Menyimpan pada tempat yang tertutup
lingkungan
rapat, kering dan terhindar dari sinar matahari.
5. Analisis Kategori Resiko Bahaya Kategori Resiko Makanan
Kategori Resiko
Karakteristik Bahaya
Keterangan
0
0 (tidak ada bahaya)
I
+
Mengandung satu bahaya B s/d F
II
++
Mengandung dua bahaya B s/d F
III
+++
Mengandung tiga bahaya B s/d F
IV
++++
Mengandung empat bahaya B s/d F
V
+++++
Mengandung lima bahaya B s/d F
VI
A+ (kategori khusus)
Tidak mengandung bahaya A s/d F
Kategori resiko paling tinggi (semua makanan yang mengandung bahaya A, baik dengan/tanpa bahaya BF)
Keterangan : A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi B = Mangandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan E = Kemungkinan penangan yang salah selama distribusi/konsumsi F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen Analisis Resiko Bahaya No
1
Bahan
Ubi Keladi
Kelompok Bahaya
Keterangan
A
B
C
D
E
F
Resiko
-
+
-
+
+
-
III
Keterangan Kategori Resiko
Mengandung tiga bahaya B s/d F
2
Beras Ketan
_
+
-
+
+
_
III
Mengandung tiga bahaya B s/d F
3
Garam
-
+
-
-
-
-
I
Mengandung satu bahaya B s/d F
4
Kelapa parut
-
+
-
+
+
-
III
Mengandung tiga bahaya B s/d F
5
Gula merah
-
+
-
+
+
-
III
Mengandung tiga bahaya B s/d F
6. Penetapan HACCP Pembelian Bahan baku
CCP 1
Pengupasan
Pencucian dan perendaman
Pengukusan
CCP 2
Penumbukan
CCP 3
Penyajian
Kelapa parut, gula merah
7. Penerapan HACCP Nama kuliner : Jaje lempog keladi Tahap
Jenis Bahaya
CCP
Proses
Cara
Batas Kritis
Pencegahan
Proses
Tindakan
Pemantauan
Koreksi
Catatan HACCP
Pembelian
Kapang, kamir dan
Pemilihan bahan
Pemilihan bahan Bahan baku
Dilakukan
Bahan tidak
Pada tahap
bahan baku
bahaya patogen
baku
baku
pemantauan
dibeli jika
pembelian bahan
busuk/rusak
perlu dilakukan
yang harus berkualitas
Busuk
berkualitas,
dimana tidak
secara langsung
Pestisida
Membersihkan
terdapat benda
mulai pada saat
pemilahan bahan yang berkualitas
dengan
cara asing serta
bahan dibeli,
mengupas
dan kotoran.
dan disimpan
mencucinya dahulu
sebelum
dimasak.
Pengukusan
Bahaya fisik (suhu)
Alat yang
Pencegahan
Kebersihan alat
Proses
Perubahan
Perlu dilakukan
Bahaya mikrobiologis
digunakan,
dilakukan
dan Higiene
pemantauan
perilaku
pemberian
hygiene sanitasi
dengan
sanitasi
dilakukan
penjamah agar
informasi kepada
penjamah
memperhatikan
penjamah yang
dengan cara
hygiene sanitasi
penjamah
hygiene sanitasi
baik
observasi
baik
mengenai higiene
(patogen) Bahaya kontaminasi (rambut, bulu, kerikil)
penjamah serta
perilaku
dan sanitasi yang
alat yang
penjamah dan
baik
digunakan
kebersihan alat
yang digunakan Penyajian
Bahaya fisik (debu)
Alat yang
Menyajikan
Kebersihan alat
Pemantauan
Apabila
Pada proses
Bahaya
digunakan,
makanan dengan
dan Higiene
dilakukan pada
peralatan
penyajian, tempat
mikroorganisme (lalat
hygiene sanitasi
alat dan tempat
sanitasi
proses
penyajian kotor
penyajian harus
pembawa patogen)
penjamah
yang bersih
penjamah yang
penyajian, alat
maka harus
terbebas dari
baik
penyajian dan
dibersihkan
serangga, kotoran,
tempat
kembali
dan pastikan saat
Bahaya kontaminasi (rambut, bulu, kerikil)
penyajian
makanan disajikan dalam keadaan tertutup
8. Pembahasan Pengamatan penerapan HACCP dilakukan terhadap salah satu jajanan tradisional yang diproduksi di Desa Suwat yaitu Jaje Jaje lempog keladi. Pengamatan dilakukan pada hari Minggu, 10 Februari 2019. Jaje Jaje lempog keladi merupakan jajanan tradisional Bali yang menggunakan bahan baku singkong, dan biasa disajikan dengan menggunakan kelapa parut. Namun jaje jaje lempog keladi yang dijual di Suwat berbeda, dimana bahan baku yang digunakan berupa ubi keladi. Pengamatan dilakukan mulai dari pengupasan bahan, pencucian bahan, pengukusan sampai penyajian. Proses yang menjadi CCP 1 yaitu pembelian bahan baku, dimana bahan baku yang berkualitas menjadi batas kritis dalam CCP. Karena pengamatan tidak dilakukan pada saat proses pembelian, maka untuk melihat kesesuaian batas kritis hanya dilakukan dengan mengamati bahan baku yang telah ada. Dimana berdasarkan pengamatan dilihat bahwa ubi keladi dan bahan baku lain memiliki kualitas yang baik.
Pengamatan diawali
pada proses pengupasan, dilanjutkan dengan pencucian dan perendaman. Setelah bersih dilanjutkan dengan proses pengukusan. Pengukusan merupakan proses yang termasuk CCP 2. Pengukusan memerlukan waktu yang cukup lama baik itu pengukusan ubi maupun pengukusan beras ketan. Pada saat pengamatan memrlukan waktu ±60 menit. Batas kritis dalam CCP 2 ini yaitu kebersihan alat dan higiene sanitasi penjamah yang baik. Pada saat pengamatan kebersihan alat dan higiene sanitasi penjamah sudah lumayan baik, dimana penjamah sudah mencuci tangan sebelum melakukan produksi dan semua alat yang digunakan sudah dicuci terlebih dahulu. Proses selanjutnya dalam pembuatan jaje jaje lempog keladi yaitu penumbukan. Penumbukan dilakukan terhadap ubi keladi dan beras ketan yang telah direbus. Penumbukan ini dilakukan agar didapatkan terstur yang lembut pada jaje jaje lempog keladi. Penumbukan ini dilakukan dengan menggunakan alat tumbuk yang telah dilapisi dengan alas berupa plastik. Setelah testur halus, jaje jaje lempog keladi siap disajikan. penyajian merupakan proses yang menjadi CCP 3. Pada CCP ini yang menjadi batas kritis yaitu kebersihan alat dan higiene sanitasi penjamah yang baik. Pada saat pengamatan kebersihan alat sudah baik dimana alat yang digunakan sudah dicuci terlebih dahulu, namun higiene penjamah kurang baik, dimana penjamah tidak menggunakan sarung tangan pada saat mengambil jaje jaje lempog keladi untuk disajikan. Melihat hal tersebut kami memberikan saran agar penjamah tersebut menggunakan sarung tangan untuk menjaga kebersihan sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Berdasarkan hasil pengamatan penerapan HACCP pada proses pembuatan jaje Jaje lempog keladi di Desa Suwat Gianyar, didapatkan hasil bahwa proses pembuatan jaje jaje lempog keladi sudah sesuai dengan SOP, hanya saja higiene sanitasi penjamah pada proses penyajian yang kurang baik, namun pengamat sudah langsung memberikan tindakan koreksi
dengan memberikan saran dan anjuran mengenai higiene sanitasi yang baik yaitu dengan selalu menggunakan sarung tangan pada setiap proses produksi.
C. KONSELING GIZI BERBASIS KELUARGA 1. BALITA a. Intervensi pada Balita I Komang Pande Tri Putra 1) Kondisi Masalah yang Dihadapi Hasil antropometri yang telah dilakukan disertai dengan analisis gizi dapat digambarkan masalah gizi yang dihadapi oleh klien, yaitu: Nama : I Komang Pande Tri Putra Umur : 36 bulan BB : 11,2 kg TB : 87,8 cm Status gizi balita kurang berdasarkan BB/U : -2,1 ( Gizi Kurang) BB/U : - 2,31 ( Pendek ) BB/TB : -1,24 ( Normal ) Kebutuhan sehari Energi :1125 kkal Protein : 26 gram Lemak : 44 gram Karbohidrat : 155 gram Hasil recall Energi : 725,3 kkal Protein : 23 gram Lemak : 24,71 gram Karbohidrat : 98,66 gram Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu : - Energi : 64% ( Kurang) - Protein : 88 % ( Baik ) - Lemak : 56 % ( Kurang ) - Karbohidrat : 63 % ( Kurang) Pola makan klien yang masih kurang baik Kurangnya pemahaman/pengetahuan tentang kebersihan makanan. Anak kurang suka mengkonsumsi sayuran. 2) Daftar Kehendak atau Pemilihan Keputusan
Keputusan yang sebaiknya dapat dipilih oleh klien untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: a) Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik sesuai pedoman makan dengan gizi seimbang. b) Menjalankan anjuran diet yang diberikan yaitu Diet Energi Tinggi Protein Tinggi. c) Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran. d) Menyarankan untuk memodifikasi resep untuk mengolah sayuran dan buah agar saat dimakan rasa sayur dan buah tidak terasa. e) Mengatur pola makan seimbang dan sesuai dengan pertambahan usianya 3) Konsekuensi Pilihan Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik dan merubah perilaku menjalankan anjuran diet yaitu Diet Energi Tinggi Protein. 1. Positif -
Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
-
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
-
Merubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat.
2. Negatif -
Melibatkan keluarga untuk ikut serta memantau dan menyediakan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan klien
-
Membutuhkan biaya yang lebih dalam pemenuhan kebutuhan yang masih kurang selama program dijalankan.
-
Membutuhkan upaya yang keras dan disiplin serta kemauan dalam keputusan ini karena menyangkut tentang perubahan pola makan.
4) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah satu minggu dilakukannya intervensi. Indikator yang digunakan yaitu antropometri dan status gizi, asupan dengan recall 24 jam dan indikator pengetahuan dengan cara menanyakan kembali isi kuesioner sebelumnya. Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi. NO
INDIKATOR
SEBELUM
SESUDAH
1
Antropometri dan status gizi
BB : 11,2 kg
BB : 11,3 kg
TB : 87,8 cm
TB : 87,8 cm
Status gizi balita kurang
Status gizi balita kurang
berdasarkan
berdasarkan
BB/U
:
-2,1
(
Gizi
BB/U : -2,1 ( Gizi Kurang)
Kurang)
BB/U : - 2,31 ( Pendek )
BB/U : - 2,31 ( Pendek )
BB/TB : -1,24 ( Normal )
BB/TB : -1,24 ( Normal ) Asupan
Intake asupan zat gizi klien Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu :
sedikit meningkat yaitu :
- Energi : 64% ( Kurang)
- Energi : 69% ( Kurang)
- Protein : 88 % ( Baik )
- Protein : 91 % ( Baik )
- Lemak : 56 % ( Kurang )
- Lemak : 60 % ( Kurang )
- Karbohidrat : 63 % (
- Karbohidrat : 72 % (
Kurang)
Kurang)
Skor
Skor pengetahuan ibu
Skor pengetahuan ibu
Pengetahuan
termasuk kategori cukup
meningkat baik menjadi 77
ibu
dengan skor 66
b. Intervensi pada Balita I Made Mardika a) Kondisi Masalah yang Dihadapi Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disertai dengan analisis gizi dapat digambarkan masalah gizi yang dihadapi oleh klien, yaitu: Nama : I Made Mardika Umur : 55 bulan BB : 13,1 kg TB : 102,5 cm Status gizi balita kurang berdasarkan BB/U : -2,18 ( Gizi Kurang) BB/U : - 0,95 ( Normal ) BB/TB : -2,54 ( Kurus ) Kebutuhan sehari
Energi :1600 kkal Protein : 35 gram Lemak : 62 gram Karbohidrat : 220 gram Hasil recall Energi : 670,35 kkal Protein : 32,43 gram Lemak : 29,22 gram Karbohidrat : 66,45 gram Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu : Energi : 41 % ( Kurang ) Protein : 92 % ( Baik ) Lemak : 47 % ( Kurang ) Karbohidrat : 30 % ( Kurang ) Pola makan klien yang masih kurang baik Kurangnya pemahaman/pengetahuan tentang kebersihan makanan. b) Daftar Kehendak atauPemilihan Keputusan Keputusan yang sebaiknya dapat dipilih oleh klien untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik sesuai pedoman makan dengan gizi seimbang. Menjalankan anjuran diet yang diberikan yaitu Diet Energi Tinggi Protein Tinggi. Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran. Menyarankan untuk memodifikasi resep untuk mengolah sayuran dan buah agar saat dimakan rasa sayur dan buah tidak terasa. c) Konsekuensi Pilihan Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik dan merubah perilaku menjalankan anjuran diet yaitu Diet Energi Tinggi Protein. 1. Positif -
Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
-
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
-
Merubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat.
2. Negatif -
Melibatkan keluarga untuk ikut serta memantau dan menyediakan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan klien
-
Membutuhkan biaya yang lebih dalam pemenuhan kebutuhan yang masih kurangselama program dijalankan.
-
Membutuhkan upaya yang keras dan disiplin serta kemauan dalam keputusan ini karena menyangkut tentang perubahan pola makan.
d) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah satu minggu dilakukannya intervensi. Indikator yang digunakan yaitu antropometri dan status gizi, asupan dengan recall 24 jam dan indikator pengetahuan dengan cara menanyakan kembali isi kuesioner sebelumnya. Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi. NO INDIKATOR 1 Antropometri dan status gizi
Asupan
SEBELUM
SESUDAH
BB : 13,1 kg
BB : 13,1 kg
TB : 102,5 cm
TB : 102,5 cm
Status gizi balita kurang
Status gizi balita kurang
berdasarkan
berdasarkan
BB/U : -2,18 ( Gizi
BB/U : -2,18 ( Gizi
Kurang)
Kurang)
BB/U : - 0,95 ( Normal
BB/U : - 0,95 ( Normal
)
)
BB/TB : -2,54 ( Kurus )
BB/TB : -2,54 ( Kurus )
Intake asupan zat gizi klien Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu :
sedikit meningkat yaitu :
Energi : 41 % ( Kurang )
- Energi : 46% ( Kurang)
Protein : 92 % ( Baik )
- Protein : 98% ( Baik )
Lemak : 47 % ( Kurang )
- Lemak : 60 % ( Kurang )
Karbohidrat : 30 % (
- Karbohidrat : 64 % (
Kurang )
Kurang)
Skor
Skor pengetahuan ibu
Skor pengetahuan ibu
Pengetahuan
termasuk kategori baik dengan
meningkat baik menjadi 100
ibu
skor 88
c. Intervensi pada Balita Ni Komang Gita Gayatri a) Kondisi Masalah yang Dihadapi Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disertai dengan analisis gizi dapat digambarkan masalah gizi yang dihadapi oleh klien, yaitu: Nama : Ni Komang Gita Gayatri Umur : 48 bulan BB : 10,5 kg TB : 90 cm Status gizi balita kurang berdasarkan BB/U : -2,55 (Gizi Kurang) BB/U : - 2,91 (Pendek) BB/TB : -1,32 (Normal) Kebutuhan sehari Energi :1600 kkal Protein : 35 gram Lemak : 62 gram Karbohidrat : 220 gram Hasil recall Energi : 835 kkal Protein : 31 gram Lemak : 17,2 gram Karbohidrat : 122 gram Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu : Energi : 52 % (Kurang) Protein : 88 % ( Baik ) Lemak : 27 % ( Kurang ) Karbohidrat : 55 % ( Kurang ) Pola makan klien yang masih kurang baik
Kurangnya pemahaman/pengetahuan tentang kebersihan makanan. b) Daftar Kehendak atauPemilihan Keputusan Keputusan yang sebaiknya dapat dipilih oleh klien untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:
Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik sesuai pedoman makan dengan gizi seimbang
Menjalankan anjuran diet yang diberikan yaitu Diet Energi Tinggi Protein Tinggi.
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
Menganjurkan memberikan susu 3 kali sehari.
Menyarankan untuk memodifikasi resep untuk mengolah sayuran dan buah agar saat dimakan rasa sayur dan buah tidak terasa.
Menganjurkan agar anak mengurangi mengkonsumsi jajanan dan minuman warung.
c) Konsekuensi Pilihan Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik dan merubah perilaku menjalankan anjuran diet yaitu Diet Energi Tinggi Protein. I.
Positif -
Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
-
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
-
Merubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat.
II.
Negatif -
Melibatkan keluarga untuk ikut serta memantau dan menyediakan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan klien
-
Membutuhkan biaya yang lebih dalam pemenuhan kebutuhan yang masih kurangselama program dijalankan.
-
Membutuhkan upaya yang keras dan disiplin serta kemauan dalam keputusan ini karena menyangkut tentang perubahan pola makan.
a. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah satu minggu dilakukannya intervensi. Indikator yang digunakan yaitu antropometri dan status gizi, asupan dengan recall 24 jam dan indikator pengetahuan dengan cara menanyakan kembali isi kuesioner
sebelumnya. Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi. NO INDIKATOR 1 Antropometri dan status gizi
SEBELUM
BB : 10,5 kg
BB : 10,5 kg
TB : 90 cm
TB : 90 cm
Status gizi balita kurang
Status gizi balita kurang
berdasarkan
berdasarkan
BB/U
Asupan
SESUDAH
:
-2,55
(Gizi
BB/U : -2,18 ( Gizi
Kurang)
Kurang)
BB/U : - 2,91 (Pendek)
BB/U : - 0,95 ( Normal )
BB/TB : -1,32 (Normal)
BB/TB : -2,54 ( Kurus )
Intake asupan zat gizi klien Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu :
sedikit meningkat yaitu :
Energi : 52 % (Kurang)
- Energi : 57% ( Kurang)
Protein : 88 % ( Baik )
- Protein : 92% ( Baik )
Lemak : 27 % ( Kurang )
- Lemak : 50 % ( Kurang )
Karbohidrat : 55 % (
- Karbohidrat : 60 % (
Kurang )
pengetahuan
Kurang)
Skor
Skor
ibu Skor
pengetahuan
ibu
Pengetahuan
termasuk kategori baik dengan meningkat baik menjadi 100
ibu
skor 77
2.IBU HAMIL a. Intervensi pada Ibu Hamil Desak Putu Sri Wahyuni Arianti a) Kondisi Masalah yang Dihadapi Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disertai dengan analisis gizi dapat digambarkan masalah gizi yang dihadapi oleh klien, yaitu: Nama : Desak Putu Sri Wahyuni Arianti Umur : 35 tahun
Umur kehamilan: 4 bulan LILA : 28,7 Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu : Energi : 70 % (Kurang) Protein : 116 % (Lebih) Lemak : 78 % ( Kurang ) Karbohidrat : 60 % ( Kurang ) Kebutuhan sehari Energi : 2450 kkal Protein : 77 gram Lemak : 70 gram Karbohidrat : 363 gram Hasil recall Energi : 1733 kkal Protein : 90 gram Lemak : 55 gram Karbohidrat : 219 gram Pola makan klien yang masih kurang baik. Kurangnya pemahaman/pengetahuan tentang kebersihan makanan. Ibu masih merasakan mual saat mau makan. b) Daftar Kehendak atauPemilihan Keputusan Keputusan yang sebaiknya dapat dipilih oleh klien untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:
Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik sesuai pedoman makan dengan gizi seimbang ibu hamil dan adanya zat gizi tambahan untuk ibu hamil.
Menganjurkan untuk meminum susu khusus ibu hamil.
Menyarankan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung asam folat dan zat besi yang tinggi.
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
Istirahat yang cukup, olah raga ringan serta menganjurkan pola makan porsi kecil tapi sering untuk menghilangkan rasa mual.
c) Konsekuensi Pilihan
Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik dan merubah perilaku menjalankan anjuran diet yaitu Diet Energi Tinggi Protein. 1. Positif -
Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
-
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
-
Merubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat.
2. Negatif -
Melibatkan keluarga untuk ikut serta memantau dan menyediakan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan klien
-
Membutuhkan biaya yang lebih dalam pemenuhan kebutuhan yang masih kurang selama program dijalankan.
-
Membutuhkan upaya yang keras dan disiplin serta kemauan dalam keputusan ini karena menyangkut tentang perubahan pola makan.
d) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah satu minggu dilakukannya intervensi. Indikator yang digunakan yaitu antropometri dan status gizi, asupan dengan recall 24 jam dan indikator pengetahuan dengan cara menanyakan kembali isi kuesioner sebelumnya. Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi. NO INDIKATOR 1 Antropometri dan status gizi Asupan
SEBELUM
LILA : 28,7
LILA : 28,7
Intake asupan zat gizi klien Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu :
sedikit meningkat yaitu :
Energi : 70 % (Kurang)
- Energi : 81% ( baik)
Protein : 116 % (Lebih)
- Protein : 92% ( Baik )
Lemak : 78 % ( Kurang )
- Lemak : 80 % ( baik )
Karbohidrat : 60 % (
- Karbohidrat : 70 % (
Kurang )
Skor
SESUDAH
Skor pengetahuan ibu
Kurang)
Skor pengetahuan ibu
Pengetahuan
termasuk kategori baik dengan
termasuk kategori baik dengan
ibu
skor 88
skor 100
b. Intervensi pada Ibu Hamil Putu Rahmantini a. Kondisi Masalah yang Dihadapi Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disertai dengan analisis gizi dapat digambarkan masalah gizi yang dihadapi oleh klien, yaitu: Nama : Putu Rahmatini Umur : 42 tahun LILA : 34,5 Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu : Energi : 41 % (Kurang) Protein : 32 % (Kurang) Lemak : 27 % ( Kurang ) Karbohidrat : 52 % ( Kurang ) Kebutuhan sehari Energi :2925 kkal Protein : 85 gram Lemak : 85 gram Karbohidrat : 434 gram Hasil recall Energi : 1213,4 kkal Protein : 27,94 gram Lemak : 23,23 gram Karbohidrat : 227,03 gram Pola makan klien yang masih kurang baik Kurangnya pemahaman/pengetahuan tentang kebersihan makanan. Pasien suka mengkonsumsi makanan yang di goreng. Pasien hanya makan 2 kali sehari. d) Daftar Kehendak atau Pemilihan Keputusan Keputusan yang sebaiknya dapat dipilih oleh klien untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:
Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik sesuai pedoman makan dengan gizi seimbang ibu hamil.
Menjalankan anjuran diet yang diberikan yaitu Diet Energi Tinggi Protein Tinggi.
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
Menyarankan untuk memodifikasi resep untuk mengolah sayuran dan buah agar saat dimakan rasa sayur dan buah tidak terasa.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi asam folat dan zat besi karena baik untuk kehamilan.
Menyarankan untuk tidak mengkonsumsi mi berbarengan dengan nasi.
e) Konsekuensi Pilihan Mulai memperbaiki pola makan menjadi lebih baik dan merubah perilaku menjalankan anjuran diet yaitu Diet Energi Tinggi Protein. 1. Positif -
Meningkatkanderajatkesehatansecarakeseluruhanmelaluigizi
yang
optimal. -
Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran.
-
Merubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat.
2. Negatif -
Melibatkan keluarga untuk ikut serta memantau dan menyediakan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan klien
-
Membutuhkan biaya yang lebih dalam pemenuhan kebutuhan yang masih kurangselama program dijalankan.
-
Membutuhkan upaya yang keras dan disiplin serta kemauan dalam keputusan ini karena menyangkut tentang perubahan pola makan.
f) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah satu minggu dilakukannya intervensi. Indikator yang digunakan yaitu antropometri dan status gizi, asupan dengan recall 24 jam dan indikator pengetahuan dengan cara menanyakan kembali isi kuesioner sebelumnya. Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi.
NO INDIKATOR 1 Antropometri dan status gizi Asupan
SEBELUM
SESUDAH
LILA : 34,5
LILA : 34,5
Intake asupan zat gizi klien Intake asupan zat gizi klien sangat kurang yaitu :
sedikit meningkat yaitu :
Energi : 41 % (Kurang)
- Energi : % ( baik) - Protein : 92% ( Baik )
Protein : 32 % (Kurang)
- Lemak : 80 % ( baik )
Lemak : 27 % ( Kurang ) Karbohidrat
:
52
%
- Karbohidrat : 70 % ( (
Kurang)
Kurang )
Skor
Skor pengetahuan ibu
Skor pengetahuan ibu
Pengetahuan
termasuk kategori baik dengan
termasuk kategori baik dengan
ibu
skor 100
skor 100
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang di dapat, masalah yang ada di Desa Suwat yaitu 3 orang balita dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U : -2,18 ( Gizi Kurang), BB/U : - 0,95 ( Normal ) dan BB/TB : -2,54 ( Kurus ), 2 orang Ibu Hamil dengan status gizi kurang. Dimana hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan Ibu tentang pola makan yang baik dan kebersihan makanan, pengetahuan Ibu yang kurang sebanyak 5 orang. Di Desa Suwat terdapat berbagai kuliner tradisional Bali, khususnya jajanan yang dijual di desa tersebut dan yang diproduksi langsung adalah Jaje Lempog. Berbeda dengan jaje lempog pada umumnya, jaje lempog ini menggunakan bahan baku berupa ubi keladi. Dimana pedagang melakukan produksi sendiri dan langsung menjualnya ke masyarakat. Dan berdasarkan hasil pengamatan terhadap jaje lempog keladi, dimana bahaya jaje lempog keladi memiliki resiko bahaya yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari analisis resiko bahanbahan yang digunakan beresiko sedang. Namun, secara umum pada proses pembelian bahan baku sudah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. Pada proses pengukusan dan penyajian sudah memperhatikan kebersihan alat, namun kurang baik pada higiene penjamah, namun pengamat telah melakukan tindak koreksi sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya kontaminasi dan jaje lempog keladi aman untuk dikonsumsi.
B. Saran Sebaiknya pengetahuan Ibu tentang gizi terutama pada pola makan dan kebersihan makanan ditingkatkan dengan lebih banyak membaca berbagai artikel kesehatan yang terkait dengan hal tersebut, jadi dapat diaplikasikan atau diterapkan langsung, sehingga kebutuhan asupan gizi anak dan Ibu Hamil dapat terpenuhi dan dapat meminimalkan status gizi kurang yang ada. Dan juga pada proses pembuatan jaje lempog keladi sebaiknya penjamah selalu menggunakan sarung tangan pada setiap proses produksi, mulai dari pencucian hingga penyajian jaje lempog keladi, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi silang.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Adelina,dkk. 2016. Hubungan Karakteristik, Gaya Hidup Dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Aek Habil Kota Sibolga. Medan Boyolali. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Fatma. Gambaran Pola Makan dan Perilaku Sehat Ibu Hamil di Kotif Depok. 2009. Pusat Pene Notoadmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta Notoatmojo S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Pakasi, A. M., Korah, B. H., & Imbar, H. S. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Suhardjo. (2003). berbagai cara pendidikan gizi. bumi aksara.