ANALISA JURNAL TENTANG DISASTER NURSING Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Bencana
Disusun Oleh : NAMA
: PUTRI WIDYASTUTI
KELAS
: 2C
NPM
: 017.01.3480
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN MATARAM 2018
ANALISA JURNAL
Judul
Disaster Readiness among Nurses in Japan: Current Status Following the Great East Japan Earthquake
Jurnal
International Journal of Nursing
Download
https//doi.org/DOI: 10.15640/ijn.v3n1a3
Volume dan
Vol. 3, No. 1
Halaman Tahun
2016
Penulis
Takayo Maeda, Sayaka Kotera, Nobuko Matsuda, & Glen D. Edwards
Reviewer
Putri Widyastuti
Tanggal
15 Oktober 2018
Kata Kunci
keperawatan bencana, kesiapan keperawatan, kompetensi, indeks kemampuan penggelaran
Abstark
Abstrak disini menggunakan satu bahasa yaitu hanya bahasa inggris. Abstrak pada penelitian ini mampu menggambarkan secara umum isi dari penelitian tentang Kesiapan Bencana di antara Para Perawat di Jepang
Pendahuluan
Jepang telah mengalami berbagai macam bencana alam, termasuk dua ruang lingkup besar dalam 22 tahun terakhir. Gempa Besar Hanshin-Awaji - berkekuatan 7,2 skala Richter - adalah bencana paling dahsyat
di
Indonesia
memposting perang Jepang,
menyebabkan 5.488 kematian dan lebih dari 36.000 cedera, dan meninggalkan 320.000 orang kehilangan tempat tinggal. Itu Gempa bumi mengungkap kerapuhan infrastruktur kota yang sangat maju dan ketidakcukupan Jepang tanggap bencana ketika menghadapi bencana besar. Ketika bencana melanda, perawat dari seluruh Jepang dikirim dari rumah sakit swasta dan pemerintah, klinik, dan layanan kesehatan
pemerintah prefektur untuk membantu korban. Mereka sering melayani untuk jangka waktu yang lama di lingkungan yang menantang.Karena besarnya dampak yang ditimbulkan, banyak perawat yang bertahan hidup di wilayah bencana di daerah asal mereka kemudian menjadi peserta aktif. Dengan pengalaman 33 tahun sebagai direktur keperawatan, penulis studi ini mengamati banyak perawat yang dikirim ke daerah bencana yang tidak yakin dengan peran mereka dan yang menunjukkan gejala stres dan kecemasan selama dan sesudahnya kembali dari penempatan mereka. Kurangnya kesiapan perawat menjadi masalah utama di Jepang setelah Great Hanshin-Awaji 1995 Gempa bumi. Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, MHLW didekati untuk memasukkan keperawatan bencana ke dalam pendidikan keperawatan dasar. Akibatnya, sebuah sekolah teknik pascasarjana didirikan pada tahun 2005 untuk melatih perawat dalam pengiriman bantuan pasca bencana. Pada tahun 2007, MHLW telah mengusulkan mendirikan lima sekolah pascasarjana untuk mendidik perawat dalam kesiapan dan manajemen bencana. Pada tahun 2014, program pascasarjana yang didanai pemerintah selama lima tahun untuk master dan mahasiswa keperawatan tingkat doktoral dimulai. Meskipun ada minat dan kemajuan dalam mengajarkan subjek bencana kepada perawat, masalah cara memilih perawat untuk dikirim ke daerah bencana telah diabaikan. Tantangan lain yang tersisa adalah kesenjangan program kesiapan bencana rumah sakit masing-masing. Penulis menemukan bahwa pendidikan dalam respon bencana, perencanaan bencana, dan kapasitas lonjakan umumnya tidak dilaksanakan dengan baik atau standar dalam pengaturan perawatan akut dan kesenjangan dalam kesiapsiagaan bencana masih belum ada.
Tujuan
Jurnal ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kesiapan
Penelitian
perawat Jepang yang dikirim untuk bekerja di daerah bencana dan isu-isu mengenai kesiapan perawat masa depan untuk menanggapi bencana.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan a kuantitatif, non-eksperimental,
Penelitian
desain penelitian deskriptif. Sampel purposive peserta (N = 427) adalah diambil dari 171 dari 609 rumah sakit yang dipilih secara acak dari semua rumah sakit secara nasional, termasuk bencana dasar rumah sakit. Data dikumpulkan menggunakan Estimasi Kesiapan dan Kemampuan Deploy Indeks Versi Jepang (READIJV), yang mengevaluasi kompetensi yang dilaporkan sendiri dalam tujuh dimensi dengan 67 item pengukuran kesiapan keperawatan untuk bencana. Kompetensi ini diperlukan untuk mengatasi pekerjaan bencana yang tak terduga lingkungan. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis varian satu arah (ANOVA).
Hasil
Secara keseluruhan,
perawat
melaporkan tingkat
kesiapan
Penelitian
moderat; tingkat rendah dilaporkan hanya beberapa item. Perawat dengan pengalaman pengiriman sebelumnya, dan spesialisasi keperawatan memiliki nilai total yang lebih tinggi. The ANOVA juga mengungkapkan perbedaan yang signifikan dalam semua tujuh dimensi READI-JV. Semakin awal waktu dari pengiriman mereka ke bantuan gempa bumi dan tsunami, semakin banyak responden yang melaporkan memiliki
kesiapan
berpartisipasi
paling
yang
tinggi.
intens
Agaknya,
dalam
upaya
mereka
yang
bantuan
awal
memperoleh pengetahuan terbesar dari pengalaman; sebagai alternatif, mereka mungkin sudah menjadi responden yang terlatih terbaik atau mungkin telah menjadi lebih serius komitmen untuk mendapatkan pelatihan bencana . Para peserta yang tidak menghadiri bencana pelatihan untuk setidaknya dua tahun
memiliki skor READI-JV lebih rendah daripada perawat lain. Hasil ini menunjukkan bahwa bencana tahunan pelatihan sangat penting dalam mempersiapkan perawat untuk respons bencana. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan yang dirasakan perawat Jepang yang dikirim sebagai tanggapan terhadap
yang
kompetensi
Gempa
dan
Jepang
kegiatan
Timur
yang
berkenaan
diperlukan
dengan
dalam
misi
pascabencana. The READI-JV adalah alat yang dapat diandalkan untuk
menentukan
kesiapan
perawat
Jepang
dalam
hal
keterampilan keperawatan klinis dan operasional mereka serta keterampilan bertahan hidup mereka. Berdasarkan bukti yang diberikan oleh penelitian ini, READI-JV dapat berguna dalam bencana pendidikan keperawatan dan pelatihan bencana dengan mengidentifikasi mereka yang paling cocok untuk tugas dan bidang
yang
terkait
dengan
bencana
membutuhkan pelatihan lebih lanjut.
di
mana
mereka
ANALISA JURNAL
Judul
Efektifitas Disaster Training Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap
dan
Keterampilan
Perawat
Dalam
Kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di Kota Blitar Jurnal
Jurnal Ners dan Kebidanan
Download
download.portalgaruda.org/article
Volume dan
Vol. 2, No. 2
Halaman Tahun
2014
Penulis
Agus Khoirul Anam, Sri Winarni, Budi Susati
Reviewer
Putri Widyastuti
Tanggal
15 Oktober 2018
Kata Kunci
Kesiapsiagaan, Perawat, Disaster Training
Abstark
Abstrak disini menggunakan satu bahasa yaitu hanya bahasa Indonesia. Abstrak pada penelitian ini mampu menggambarkan secara umum isi dari penelitian tentang efektifitas Disaster Training perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Gunung Kelud di Kota Blitar
Pendahuluan
Indonesia adalah daerah rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Selain itu Indonesia merupakan Negara yan paling banyak mempunyai gunung api di dunia yaitu 500 gunung api yang tersebar di Indonesia dan 129 diantaranya merupakan gunung api aktif , sekita 70 dari gunung tersebut sering meletus. Perawat sebagai bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang berda di daerah mempunyai lini terdepan pelayanan masyarakat namun, pengetahuan perawat masih kurang dalam manajemen bencana meliputi pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana, tanggap bencana, dan pemulihan setelah bencana. Menurup Chapman
(2008), menyatakan bahwa 80% perawat yang menjadi relawan bencana tidak mempunyai pengalaman dalam tanggap bencana serta 23%
perawat hanya pernah mendapat pendidikan
kesiapsiagaan bencana dasar dan tidak ada pendidikan selanjutnya. Menurut Bella (2011) perencanaan yang jelas oleh institusi pelayanan kesehatan, koordinasi antar instansi dan pendidikan kompetensi yang berkelanjutan mempengaruhi kesiapsiagaan perawat disaster.
Disaster training adalah pelatihan tanggap
bencana dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berhasil guna dan berdaya guna. Tujuan
Tujuan penelitian adalah efektifitas Disaster training dalam
Penelitian
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Gunung Kelud di Kota Blitar
Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental pretest posttest
Penelitian
design mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan eksperimen yaitu memberikan perlakuan, dimana observasi dilakukan dua kali sebelum dan sesudah eksperimen. Analisa data menggunakan uji wilxocon
Hasil
Berdasarkan pengalaman pelatihan sebanyak 83% responden
Penelitian
belum pernah mengikuti pelatihan tentang penanggulangan bencana. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perubahan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Gunung Kelud di kota Blitar sebelum mengikuti disaster training. Peningkatan pengetahuan dari pengetahuan kurang 83% menjadi berpengetahuan baik sebesar 93,3%.
Kesimpulan
Pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Blitar sebelum mengikuti disaster training adalah kurang. Pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Blitar setelah mengikuti disaster training adalah baik. Disaster training efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Blitar
RESUME:
Berdasarkan hasil analisa jurnal diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa disaster nursing yang ada di Negara kita Indonesia dengan Negara Jepang berbeda. Yaitu d Jepang sejak tahun 2005 sudah ada sekolah yang khusus melatih perawat dalam pengiriman bantuan pasca sarjana selain itu di Jepang juga sudah memasukkan keperawatan bencana kedalam pendidikan keperawatan dasar. Tujuannya untuk menentukan kemampuan keperawatan dasar dalam penanggulangan respon bencana. Namun berbeda dengan di Indonesia, walaupun Indonesia tergolong Negara yang sering terjadi bencana alam baik gunung meletus maupun gempa bumi tidak ada pendidikan khusus/dasar tentang penanggulangan bencana. Hal ini seharusnya perlu dipertimbangkan oleh pemerintah terkait untuk memasukkannya pula kedalam kurikulum sekolah untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berdayaguna dan berhasil guna. Pelatihan kesiapsiagaan bencana sangat penting karena semua bencana memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan membutuhkan tanggapan yang berbeda pula. Setelah mendapat pelatihan bencana dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat diterapkan dalam menanggapi bencana sehingga lebih banyak korban yang selamat. Berdasarkan jurnal Disaster Readiness among Nurses in Japan: Current Status Following the Great East Japan Earthquake (2016), menemukan bahwa peserta yang sudah mengikuti pelatihan bencana dua atau lebih banyak pelatihan lebih siap daripada peserta yang sama sekali atau baru satu kali mengikuti pelatihan dalam menghadapi bencana. Pengetahuan tentang penanggulangan bencana dapat mempengaruhi kesiapsiagaan perawat dalam menanggulangi bencana sehingga diharapkan perawat mampu meningkatkan pengetahuan tentang penanggulangan bencana dengan memahami kompetensi perawat dalam disaster manajemen. Selain itu perawat dapat mengikuti pendidikan formal kekhususan tentang penanggulangan bencana atau pelatihan, wokshop dan seminar tentang penanggulangan bencana. Program peningkatan pengetahuan ini juga harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang tepat sehingga memberikan peluang perawat untuk menambah wawasan dan kompetensi penanggulangan bencana.