Makalah Tranfusi Darah.docx

  • Uploaded by: adhe ratna
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tranfusi Darah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,122
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit melalui jalur IV (Potter, 2005).Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap darah sesuai dengan program pengobatan. Di rumah sakit, banyak terdapat pasien dengan perdarahan baik karena kecelakaan maupun post operasi, dalam keadaan seperti ini tentunya pasien membutuhkan darah untuk memenuhi kebutuhan darah. Tindakan untuk memenuhi kebutuhan darah ini dipenuhi dengan transfusi darah, dan sebagai seorang perawat kita sangat berperan dalam pemberian transfusi darah. Oleh karena itu, kemampuan perawat dalam pemberian transfusi darah perlu ditingkatkan. Dari penjabaran di atas, menjadi latar belakang kami untuk menyusun makalah yang berjudul “Transfusi Darah”. Dengan harapan makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang transfusi darah.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari transfusi darah? 2. Apakah indikasi pemberian transfusi darah? 3. Bagaimakah penggolongan darah pada pasien transfusi darah? 4. Apa saja komponen dari sel darah merah? 5. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi pemberian transfusi darah? 6. Bagaimanakah persiapan pasien dalam pemberian transfusi darah? 7. Bagaimanakah persiapan alat dalam pemberian transfusi darah? 8. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pemberian transfusi darah?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari transfusi darah. 2. Untuk mengetahui indikasi pemberian transfusi darah. 3. Untuk mengetahui penggolongan darah pada pasien transfusi darah. 4. Untuk mengetahui komponen dari sel darah merah. 1

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemberian transfusi darah. 6. Untuk mengetahui persiapan pasien dalam pemberian transfusi darah. 7. Untuk mengetahui persiapan alat dalam pemberian transfusi darah. 8. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemberian transfusi darah.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Transfusi Darah Penggantian darah atau transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur IV.Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang membutuhkan darah dana tau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi . Pemberian transfusi darah di gunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada operasi besar, pendarahan post partum, kecelakaan, lukabakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar hemoglobin atau kelainan darah.Tindakan transfusi darah juga dapat di lakukan pada pasien yang mengalami deficit cairan atau curah jantung menurun. Dalam pemberian darah harus diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golonngan darah, danperiksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak) , homogenitas (bercampur atau tidak ). Adapun tujuan dilakukannya transfusi darah adalah sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan. b. Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat. c. Untuk memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misalnya faktor-faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien penderita hemofilia).

B. Indikasi 1. Indikasi Untuk Transfusi Sel Darah Merah. a) Indikasi satu – satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu singkat. Kadar hemoglobin rendah tidak boleh menjadi satu – satunya alasan transfusi, karena banyak lagi factor yang penting; termasuk usia penderita, dan keadaan umum serta besarnya penurunan kadar hemoglobin. Penderita dengan 3

kadar hemoglobin yang menurun secara tiba – tiba akan merasa sakit dan memang membutuhkan transfusi. Walaupun kadar hemoglobin cukup rendah (misalnya 80 g/l), namun dapat ditoleransikan penderita yang tubuhnya masih mempunyai waktu untuk beradaptasi, karena penurunan kadar terjadi secara bertahap salama berminggu – minggu atau berbulan – bulan, sehingga penderita itu biasanya lebih baik diobati dengan cara lain. b) Kehilangan darah yang akut—Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yang harus diberikan; jika kurangn daripada separuh, maka konsentrat sel darah merah dan plasma expanders yang diberikan. c) Transfusi darah prabedah—Biasanya lebih aman memperbaiki anemia dengan hematinik yang sesuai, jika penyebabnya diketahui. Jika anemia prabedah tidak dapat diatasi dengan cara tersebut (misalnya, jika pembedahan bersifat darurat, atau penderita gagal dapat diatasi dengan hematinik), dan kadar hemoglobin 80 g/l atau kurang, maka setiap penderita boleh ditransfusi. Jika hemoglobin antara 80 dan 100 g/l, setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan. d) Anemia defisiensi besi—Penderita defisiensi besi tidak dapat ditansfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral. Transfuse pada defisiensi besi saja akan menjadi mahal, dan dapat berbahaya karena meningkatnya kadar hemoglobin, yang sebenarnya dapat meningkat sekitar 10 g/l/minggu dengan pengobatan peroral yang adekuat, jika tidak terdapat penyakit lain. e) Anemia megaloblastik—Transfusi harus dihindarkan pada penderita ini, karena dapat mencetuskan gagal jantung dan kematian karena peningkatan tegangan pada jantung. f) Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun—Kadang – kadang penderita penykit keganasan, arthritis rheumatoid, atau proses radang menahun tidak merespon terhadap hematinik, sehingga membutuhkan transfuse darah.

4

g) Gagal ginjal—anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharunya diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoietin manusia rekombinan. h) Gagal sumsum tulang—penderita gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksin, atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan buka saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain. i) Penderita yang tergantung transfusi—penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemi sideroblastik membutuhka tansfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal-bagi anak-anak, dan petumbuhan yang normal. j) Penyakit sel bulan sabit—beberapa penderita penyakit ini juga membutuhkan transfusi secara teratut, terutam setelah stroke, karena “sindrom dada” berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan. Pemilohan sel darah merarh pada penderita bukan keturunan eropa bagian utara, memerlukan penyaring tambahan terutama pada antigen Kell, dan semua antigen Rh. Beberapa penderita penyakit sel bulan sabit membutuhkan transfusi pengganti pada kedaruratan seperti hipoksia berat, stroke, priapisme. Tujuanya untuk mengurangi jumlah hemoglobin S sampai kurang daripada 20% total, sambil secara bertahap meningkatkan kadar hemoglobin total menjadi 120-145 g/I. k) Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia. 2. Indikasi lain untuk transfusi pengganti mencangkup beberapa kasus tertentu malaria berat karena plasmodium falciparum dan septicemia meningokokus. Hemolisis diperantarai imunitas—penderita penyakit ini tidak boleh dibiarkan menjadi rentan terhadap anemia berat. Walaupun demikian seleksi dan uji unit sel dara merah sebelum tranfusi tidak boleh dilaksanakan tanpa anjuran ahli hemtologi. 3. Indikasi pemberian transfusi darah antara lain : a) Untuk memberikan volume darah yang adekuat. b) Mencegah syok hemoragik. c) Meningkatkan kapasitas pembawaoksigen darah. d) Megganti trombosit atau faktor pembeku darah untukpertahankan hemostatis.

5

C. Penggolongan darah Sel darah merah penderita digolongkan pada ABO, Rh, dan serum diuji untuk memastikan golongan ABO penderita. Penggolongan ABO penting sekali karena sering terdapat antibody hemolitik yang terjadi secara alamiah dalam plasma orang yang tidak mempunyai antigen yang bersangkutan, sehingga, misalnya, sel darah merah golongan A selalu tidak sesuai dengan orang golongan B. Sebaliknya, alasan untuk pengujian sel darah merah resipien karena adanya antibody Rh adalah karena antigen D sangat imunogenik; secara kasar 90% golongan Rh negative ditranfusikan dengan satu atau lebih dari satu unit darah Rh positif akan menimbulkan anti-D. Antibodi Rh imun akan menghancurkan sel darah Rh positif dan dapat menyebabkan reaksi transfusi hemolitik, demikian pula dengan penyakit hemolitik pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Jadi, penting sekali bahwa wanita usia subur menerima darah yang digolongkan Rh-nya sebelum tranfusi. Wanita dengan Rh negative harus ditransfusikan hanya dengan darah negative Rh, tetapi jika terdapat kekurangan golongan darah tersebut, maka pria Rh negative yang tidak terimunisasi dapat dengan aman diberikan darah Rh positif.

D. Transfusi Sel Darah Merah Istilah “transfusi darah” seringkali diartikan melakukan transfuse darah merah. Keluhan terhadap kelemahan linguistic ini adalah bahwa darah sering kali ditransfusikan tanpa perhatian yang cukup pada kebutuhan spesifik penderita atau terhadap kemungkinan efek membahayakan dari transfusi. Karena itu sekarang akan dijelaskan sediaan sel darah merah yang umum tersedia, indikasi, beberapa kontraindikasi,penginfusan sel darah merah, dan efek samping transfusi sel darah merah. Tabel Perbandingan komponen sel darah merah: Komponen

Darah lengkap

Kemasan

Volume

Indikasi

volume sel

yang

utama

darah

diberikan

0,35 – 0,45

510 ml

Perhatian khusus

Kehilangan

Kemungkinan

darah

terjadinya kelainan

massif akut

hemostatis jika terjadi kehilangan darah, dan

6

penggantian melampaui dua kali volume darah Darah segar

0,35 –

510 ml

0,45

Tidak dapat

Darah yang tidak diuji

dibuktikan

secara mikrobiologis, adalah tidak aman

Konsentrat sel

0,55 –

darah merah

0,75

± 200 ml

Kehilangan

Tidak ada

darah menahun atau anemia

Konsentrasi

0,50 –

sel darah

0,70

Bervariasi Kehilangan

Tidak digunakan pada

darah

neonatus atau tansfusi

merah dalam

menahun

pengganti

larutan aditif

atau anemia

optimal Darah yang

Bervariasi

disaring

Bervariasi Reaksi

Dipergunakan dalam

transfusi

waktu 24 jam setelah

bukan

diambil jika

hemolitik

sidesiakan salam

dan

sistem ”terbuka”

pencegahan imunisasi HLA sebelum pencakokan Sel darah merah dicuci

Bervariasi

Bervariasi Reaksi

Digunakan dalam

transfusi

waktu 24 jam setelah

bukan

diambil

hemolitik terhadap

7

protein plasma Sel darah

Bervariasi

Berariasi,

Penderita

Digunakan dalam

merah beku,

tetapi

dengan

waktu 24 jam setelah

dicairkan, dan

biasanya

antibody

diambil

dicuci

<200 ml

langka

Darah lengkap adalah koleksi lengkap pendonoran tunggal atau “unit” darah sekitar 450 ml yang dimasukkan ke dalam larutan antikoagulan. Unit tersebut mengandung granulosit dan trombosit yang dilemahkan (namun masih bersifat antigenic), serta semua protein plasma, walaupun sebagai hasil penyimpan terjadi kekurangan aktivitas dengan

adanya factor koagulan V dan VIII:C, serta oleh

komplemen. Dokter seringkali meminta “darah lengkap segar” yang jarang tersedia, karena dibutuhkan waktu untuk mengumpulkannya, menggolongkannya, mengujinya terhadap

antibody

yang

berbahaya,

menguji

secara

mikrobiologis,

dan

mengantarkannya dari pusat tranfusi ke rumah sakit. Komponen sel darah merah yang disuplementasikan dengan plasma beku segar, dan konsentrat trombosit juga sama efektifnya. Konsentrat sel darah merah merupakan satu unit dari seorang donor, dengan sebagian atau sebagian besar plasma diendapkan melalui sentrifugasi atau sedimentasi. Konsentrat sel darah merah dalam larutan aditif optimal – larutan yang paling sering dipergunakan di Inggris dikenal sebagai SAG-M, yang berisi natrium klorida 140 mmol/l, adenine 1,5 mmol/l, glukosa 50 mmol/l, dan manitol 30 mmol/l. larutan ini memungkinkan pembuangan semua plasma guna produksi komponen darah, sambil memperpanjang lama penyimpanan sel darah merah dari empat menjadi lima minggu. Volume sel darah merah menyatu (packed cell) antara 0,50 dan 0,70, tetapi protein plasma tidak ada, sehingga mengurangi viskositas, dan memungkinkan transfusi lebih mudah dan cepat. Tidak boleh digunakan bagi neonatus atau transfusi pengganti, karena tidak terdapat protein plasma. Komponen sel darah merah, dengan leukosit minimal yang ttelah mengurai sebagian besar leukosit dan trombosit. Komponen ini diberikan pada penderita yang telah disitesiskan dengan HLA, granulosit, dan antigen trombosit—misalnya, mereka

8

yang telah mengalami transfuse berulang – berulang, dan yang telah mengalami reaksi demam

atau

mereka

yang

telah

terpapar

dengan

antigen

ini,

harus

dikontraindikasikan. Penyaring harus spesifik terhadap leukosituntuk menghilangkan sama sekali semua sel darah putih dan trombosit. Penyaring mikroagregat menghilangkan hanya agregat yang besar, trombosit tua, leukosit, serta fibrin, globulin tak larut pada suhu dingin, dan debris sel; deposit tersebut terbentuk pada darah yang disimpan, dan dapat lewat melaui penyaring perangkat pemberian darah secara

rutin.

Penyaring

mikroagregat

dipergunakan

untuk

mengurangi

mikroembolisasi jika sejumlah besar volume darah ditransfusikan secara cepat. Sel darah merah yang dicuci kini jarang dipergunakan lagi, dan mengandung protein plasma, juga leukosit dan trombositnya dihilangkan. Komponen ini biasanya diberikan pada penderita hemoglobinuria nokturna paroksimal, dan pada mereka yang telah diimunisasikan terhadap protein plasma—misalnya, penderita defisiensi IgA yang telah mengalami timbulnya antibody anti – IgA. Sel darah merah beku dan dicairkan yang telah dibersihkan dari leukosit, trombosit dan protein plasma, namun demikian jaras metabolic sel darah merah normal. Unit ini sangata mahal persiapannya, dan pencairannya, sehingga biasanya hanya diberikan pada penderita golongan darah langka atau antibody terhadap antigen umum, seperti Cart wright, Vel, atau Gerbich. Unit ini dapat disimpan sampai dengan 10 tahun. Setiap produk yang membutuhkan prosedur “terbuka”

(penyaringan,

pencucian, dan pembekuan) pada prosesnya mengalami resiko terkontaminasi bakteri. Karena itu produk seperti itu dihasilkan dengan masa kadaluarsa harus dibuang.

E. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Transfusi Darah 1. Golongan dan Tipe Darah Golongan darah yang paling penting untuk transfusi darah ialah sistem ABO, yang meliputi golongan berikut golongan berikut : A, B, O dan AB. Penetapan golongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu dengan antigen A, antigen B, atau tidak memiliki antigen yang termasuk dalam golongan darah A, B, dan O. Individu dengan antigen A dan B memiliki golongan darah AB (Long et al,1993).

9

2. Reaksi Transfusi. Reaksi transfusi adalah respons sistemik tubuh terhadap ketidak cocokan darah donor dengan darah resipien. Reaksi ini disebabkan ketidak cocokan sel darah merah atau sensitivitas alergi terhadap leukosit, trombosit atau komponen protein plasma pada darah donor atau terhadap kalium atau kandungan sitrat di dalam darah. Transfusi darah juga dapat menyebabkan penularan penyakit. Faktor

Lain Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Dan Kesejahteraan

Donor, antara lain: 1. Usia – Batas bawah (18 tahun) karena pertimbangan kebutuhan besi yang tinggi pada akhil balik, dan usia persetujuan. Batas atas menurut perjanjian di atur pada 65, karena meningkatnya insidensi penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskular pada usia lanjut, sehingga pengambilan darah sebanyak 450ml menjadi berbahaya. Donor pertama kali, yang semakin mengalami banyak insidensi kondisi buruk, tidak diterima selama usia 60 tahun, donor yang mapan dapat di izinkan untuk dilanjutkan melebihi usia 65 tahun. 2. Frekuensi pendonoran biasanya 2-3 kali setahun. Wanita usia subur terutama rentan terhadap kekurangan besi, kebanyakan pria, dapat mendonorkan lebih sering tanpa akibat buruk seperti itu. Perkiraan kadar hemoglobin sebelum pendengaran (biasanya dengan menggunakan teknik sederhana berdasarkan pada berat jenis setetes darah yang dimasukkan kedalam larutan tembaga sulfat) dirancang untuk menemukan donor dengan kekurangan besi yang nyata atau mendekati batas bawah, kadar minimum yang dapat di terima 135gr/l untuk pria dan 125 gr/l untuk wanita. 3. Volume pendonoran tidak boleh melebihi 13% volume perkiraan darah, untuk mencegah serangan vasovagal. Kantong pengumpulan di rancang dengan isi antara 405 dan 495 (rata-rata 450 ml) ml darah , dengan berat badan minimum 47 sampai 50 kg, kecuali pendonoran yang sedikit dapat dimasukkan kedalam kemasan yang sesuai. 4. Kemungkinan akibat buruk selama atau setelah pendonoran- Kadang- kadang donor pertama kali menjadi pingsan. Walaupun pingsan seperti itu tidak berkomplikasi, namun sang donor dapat mengalami akibat buruk- Sebagai contoh, jika keadaan itu terjadi lama kemudian, dan donor telah meninggalkan ruang perawatan. Keadaan pingsan yang berat merupakan kontraindikasi donor selanjutnya. Pertimbangan paling utama adalah 10

menghindari agen infektif yang menular, biasanya melalui kombinasi kriteria ketat untuk penyelsaian donor dan penggunaan uji penyaringan laboraturium. 5. Hepatitis – Hepatitis A bukan penyakit yang dikaitkan dengan transfusi. Uji untuk anti gen permukaan hepatitis B (HBsAg) selalu harus dikerjakan. Sebagian besar kasus hepatitis non-A ,non-B disebabkan oleh infeksi hepatitis C . Uji penyaringan anti bodi terhadap virus hepatitis C (anti-HCF) di mulai di Inggris pada tahun 1991. Riwayat ikterus (hepatitis) bukan indikator kemungkinan pembawa virus hepatitis yang dapat diandalkan 6. Penularan malaria melalui transafusi sel darah merah merupakan masalah yang dapat berakibat serius di Inggris. Pencegahan tergantung pada wawancara dengan donor secara cermat,tentang perjalanan keluar negeri, penundaaan pendonoran, oleh mereka yang baru saja mengunjungi daerah endemis penyakit tertentu, dan dalam beberapa kasus, uji imunologis untuk anti bodi malaria. 7. Virus imunodefisiensi manusia (HIV 1 dan 2) jarang ditularkan melalui transfusi di Inggris, namun demikian tetap merupakan keprihatinan utama masyarakat, walaupun penyaringan semua pendonoran telah dilakukan sejak 1985. Uji gabungan untuk antibody terhadap HIV 1 dan 2 digunakan pada penyaringan donor. Uji tersebut harus bersifat pelengkap, supaya tidak mengambil darah dari mereka yang dicurigai telah berisiko terkena infeksi, sehingga menghindarkan penggunaan darah yang didonorkan pada saat stadium awal infeksi, ketika uji penyaringan laboratorium dapat memberikan hasil negatif. 8. Sifilis lebih menimbulkan persoalan teoritis daripada masalah praktisnya, dan donor tidak ditanyakan secara spesifik tentang infeksi yang terjadi sebelumnya. Penyaringan rutin pendonoran darah masih terus dijalankan, walaupun mungkin lebih berguna untuk deteksi orang-orang berisiko infeksi penyakit akibat hubungan seks (termasuk HIV) daripada untuk pencegahan penularan sifilis. 9. Agen infektif lain dapat menjadi bahaya bagi resipien tertentu, sebagai contoh, sitomegalovirus pada penderita yang terimunosupresi. Dindikasikan supaya penyaringan pendonoran secara selektif dilakukan sebelum transfusi, karena riwayat kesehatan tidak membantu dalam penyeleksian donor yang “aman”.

11

10. Obat dan penyakit lainnya. Obat yang berada dalam aliran darah donor dapat menimbulkan efek merugikan resipien. Dengan minum obat tertentu berarti bahwa ada penyakit yang diderita, yang dengan sendirinya menjadi alasan untuk mencegah donor. Penderita penyakit menahun dan penyakit yang tidak diketahui etiologinya dilarang mendonorkan darahnya. Keganasan juga kontraindikasi, walaupun kekecualian mungkin dapat dilakukan jika terdapat kasus lesi invasive setempat yang telah diobati dengan baik dan tidak berulang setelah tindak lanjut yang adekuat (sebagai contoh, ulkus roden atau karsinoma serviks in situ). F. Langkah – Langkah yang Harus Diambil Untuk Menghindarkan Kesalahan Identifikasi Transfusi Darah. 1. Tabung yang berisi sampel darah harus secara jelas diberikan label nama lengkap penderita, tanggal lahir, dan nomer indeks rumah sakit. 2. Orang yang mengambil sample darah harus memastikan bahwa penderita telah diidentifikasi secara tepat, baik dengan berbicara langsung dengan penderita atau –jika penderita tidak sadar-dengan memeriksa gelang pergelangan tangan. Yang ideal, jika tabung diberikan label setelah terisi dengan darah. 3. Tidak boleh ada penyimpangan antara informasi dalam formulir permintaan yang terdapat pada tabung. 4. Bagi penderita dengan catatan bank darah sebelumnya, maka informasi mutakhir harus identik dengan catatan yang lama.

G. Persiapan Pasien Pastikan suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, supaya tidak terjadi lisis terhadap darah yang akan ditransfusikan.

H. Persiapan Alat Berikut merupakan alat-alat yang harus disiapkan dalam pemberian transfusi darah: 1. Transfusi set. 2. Cairan NaCl. 3. Persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah klien, sesuai dengan kebutuhan. 4. Sarung tangan bersih. 12

I. Prosedur Pelaksanaan 1. Beri tahu dan jelaskan prosedur kepada klien. 2. Bawa alat ke dekat klien. 3. Cuci tangan. 4. Pakai sarung tangan bersih. 5. Buat jalur intravena, gunakan selang infus yang memiliki filter dengan tipe-Y. 6. Berikan cairan NaCl terlebih dahulu, kemudian darahnya. 7. Atur tetesan darah per menit sesuai dengan program. 8. Lepas sarung tangan dan cuci tangan. 9. Bereskan alat-alat.

13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari penjelasan-penjelasan di atas, Kami dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang membutuhkan darah dan atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. 2. Indikasi dari transfusi darah adalah kebutuhan, untuk memberikan volume darah yang adekuat, mencegah syok hemoragik, meningkatkan kapasitas pembawa oksigen darah, megganti trombosit atau faktor pembeku darah untukpertahankan hemostatis. 3. Pengolongan darah digolongkan berdasarkan sistem ABO, serta memperhatikan Rh-nya. 4. Komponen sel darah merah digolongkan antara lain darah lengkap, darah segar,

konsentrat sel darah merah, konsentrat sel darah merah dalam larutan aditif optimal, sel darah merah yang dicuci , sel darah merah beku dan dicairkan. 5. Faktor-faktor yang memengaruhi transfusi darah yaitu golongan dan tipe darah, reaksi transfusi, usia, frekuensi pendonoran, volume pendonoran, dan penyakit menular.

B. SARAN Dalam memberikan transfusi darah, perlu diperhatikan kemungkinan yang dapat terjad seperti suhu tubuh selama dan setelah dilakukannya tindakan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Contreras, Marcelo.1995. Petunjuk Penting Transfusi Darah. Jakarta: EGC. Perry & Potter.2005. Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC. Saputra, Lyndor.2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Kemanusiaan.Jakarta:Binarupa Aksara Publisher.

15

Related Documents


More Documents from "Kms. Muhammad Amin"