Analisa Jurnal Jiwa.docx

  • Uploaded by: Rikha Malik
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisa Jurnal Jiwa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,447
  • Pages: 8
ANALISA JURNAL

A. SUBSTANSI PENELITIAN 1. Judul Penelitian Pengaruh

Terapi

Penerimaan

Dan

Komitment

(Acceptance

And

Commitment Theraphy) Pada Penurunan Nilai BPRS Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi 2. Tahun Peneltian Jurnal Pengaruh Terapi Penerimaan Dan Komitment (Acceptance And Commitment Theraphy) Pada Penurunan Nilai BPRS Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Diterbitkan Pada Bulan September Tahun 2016 3. Nama Peneliti Erna Irawan 4. Lokasi Penelitian Penelitian Dilakukan Di RSJ Provinsi Jawa Barat 5. Alamat Jurnal ISSN: 2338-7246, E-ISSN: 2528-2239 82 Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Jk 6. Pendahuluan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) merupakan salah satu psikoterapi baru yang dikembangkan oleh Hayes (1999) digunakan dalam membantu klien gangguan jiwa dimana menggunakan prinsip penerimaan dan komitmen dalam memperbaiki perilaku. ACT membantu seseorang

dalam

mengurangi

penderitaan

yang

dialami

dengan

meningkatkan kesadaran dan kemampuan seseorang tersebut terhadap apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Terapi ini melibatkan sepenuhnya penerimaan pengalaman sekarang dan penuh kesadaran untuk melepaskan hambatan. Penerimaan dalam pendekatan ini adalah tidak sekedar mentoleransi melainkan tidak

menghakimi serta aktif merangkul pengalaman saat ini. Berbeda dengan pendekatan CBT dimana kognisi ditantang atau diperdebatkan, di ACT kognisi yang diterima. Klien belajar bagaimana menerima pikiran dan perasaan mereka yang mungkin dicoba untuk ditolak. Selain penerimaan, komitmen untuk bertindak juga sangat penting. Komitmen melibatkan membuat keputusan secara sadar tentang apa yang penting dalam hidup dan apa yang bersedia dilakukan agar hidupnya dihargai. Hayes, menjelaskan bahwa ACT ini dapat diterapkan kepada semua pasien dengan gangguan jiwa yang ditandai dengan respon adaptif hingga maladaptif yang dapat membantu para penderita menjadi lebih nyaman dan tenang dengan menerima keadaan mereka serta meningkatkan ideal diri mereka menjadi sebuah komitment yang dapat terpenuhi. Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama. Menurut data RS. Jiwa Cisarua Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 menyatakan bahwa diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi merupakan kasus terbanyak di RSJ Cisarua dengan jumlah 1.535 pasien. Berdasarkan studi pendahuluan di ruangan Elang, Kasuari, Garuda, Perkutut dan Merak dengan jumlah sampel sebanyak 26 pasien mengalami gangguan sensori persepsi: halusinasi. Berdasarkan latar belakang sebelumnya rumusan masalah yang didapatkan adalah bagaimana pengaruh ACT dalam menurunkan nilai BPRS pada pasien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi. 7. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah “Quasy experimental pre-post test with control group” dengan intervensi Acceptance and Commitment Therapy. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gangguan presepsi sensori : halusinasi di RSJ Provinsi Jawa Barat dan sampel yang didapatkan adalah 26 pasien dari ruangan Elang, Kasuari, Garuda, Perkutut dan Merak.

8. Hasil Penelitian pada postest intervensi ditambah dengan ACT rata-rata hasil Pre test BPRS adalah 81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan tambahan ACT rata-rata hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 34%. Sedangkan Pada kelompok pasien dengan pengobatan seperti biasanya, sebelum diberikan intervensi rata-rata hasil Pre test BPRS adalah 80.15 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi rata-rata hasil Post test 77.42 pengobatan dengan menggunakan ACT perubahannya lebih cepat dibandingkan pengobatan seperti biasanya.. 9. Pembahasan ACT merupakan salah satu bentuk pengembangan dari terapi kognitif, dimana keduanya melibatkan strategi tingkah laku dan kognitif (Harris, 2006). Di sisi lain, ACT melibatkan sedikit sekali penentangan dan restrukturitas pikiran, Terapi ini menggunakan gabungan antara metafora , keterampilan mindfulness, dengan latihan eksperiensial agar individu mempu memahami secara lebih dalam makna dari konsep yang disampaikan oleh pemberi intervensi. Tujuan

Acceptance

Commitment

Theraphy

adalah

untuk

menciptakan kehidupan yang berarti dan bermakna sembari menerima rasa sakit yang tidak terelakan (Sanford & Hayes, 2010). ACT tidak bertujuan untuk mereduksi symptom dari permasalahan akan tetapi hal tersebut biasanya tereduksi dengan sendiri ketika terapi sedang dijalankan (Christenseen, P & Kenney, J. 2011). Berdasarkan penelitian Sulistiawaty (2012), terhadap gejala halusinasi dan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia, teknik pelaksanaan ACT dapat dilakukan dalam 4 sesi yang terdiri dari: enam prinsip ACT antara lain terdiri dari Acceptance, Cognitif defusion, being present, self as a contex, values and commitment action. Choose direction dan Take action (Sanford & Hayes, 2010)

Sebelum diberikan intervensi ditambah dengan ACT rata-rata hasil Pre test BPRS adalah 81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan tambahan ACT rata-rata hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 34%. Sedangkan Pada kelompok pasien dengan pengobatan seperti biasanya, sebelum diberikan intervensi rata-rata hasil Pre test BPRS adalah 80.15 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi rata-rata hasil Post test 77.42. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 20%. Ini menunjukan pengobatan dengan menggunakan ACT perubahannya lebih cepat dibandingkan pengobatan seperti biasanya.

B. Analisis Jurnal (PICO)

P

26 pasien dari ruangan Elang, Kasuari, Garuda, Perkutut

(Patient and

dan Merak di RSJ Provinsi Jawa Barat dengan gangguan

Clinical

persepsi sensori: halusinasi

Problem)

I

Sebanyak 26 pasien dengan gangguan persepsi sensori;

(Intervention)

halusinasi dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kemudian dilakukan pretest

menggunakan

BPRS.

selama

satu

minggu

kelompok kontrol diberikan intervensi pengobatan seperti biasa, sedangkan kelompok kontrol diberikan intervensi pengobatan seperti biasa dan ditambah dengan terapi ACT. setelah satu minggu kemudian dilakukan posttest dan dibandingkan hasil BPRS antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan untuk mengetahui pengaruh terapi ACT terhadap nilai BPRS pasein dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

C (Comparison)

Hasil penelitian oleh Jalil (2012) dengan judul Insight Dan Efikasi Diri Pada Klien Skizofrenia Yang Mendapatkan Terapi Penerimaan Dan Komitmen (ACT) Dan Program Edukasi Pasien Di Rumah Sakit Jiwa. pada 147 pasien szi yang dibagi menjadi tiga kelompok (kelompok TPK (Terapi penerimaan dan komitmen) dan PEP (Program Edukasi Pasien) berjumlah 50 klien, kelompok TPK 49 klien dan kontrol 48 klien). Hasil penelitian menunjukan insight dan efikasi diri klien skizofrenia yang mendapatkan TPK-PEP meningkat secara bermakna dan lebih tinggi secara bermakna. Hasil penelitian oleh pardede (2015, dengan judul Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat, ditemukan penurunan gejala risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah serta peningkatan kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan dan kepatuhan klien skizofrenia yang mendapatkan ACT dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan terapi ACT (p< 0,05). Terapi ACT dan

pendidikan

kesehatan

kepatuhan

minum

obat

direkomendasikan sebagai terapi keperawatan klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah.

O

Pada kelompok intervensi ditambah dengan ACT rata-rata

(Outcome)

hasil Pre test BPRS adalah 81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan tambahan ACT rata-rata hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 34%. Sedangkan Pada kelompok pasien dengn pengobatan seperti biasanya, sebelum diberikan intervensi rata-rata hasil Pre test BPRS adalah 80.15 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi rata-rata hasil Post test 77.42. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 20%. Ini menunjukan pengobatan dengan menggunakan

ACT

perubahannya

lebih

cepat

dibandingkan pengobatan seperti biasanya..

C. Kritik jurnal 1. Substansi a. Kelebihan Jurnal ini memberikan informasi mengenai pengaruh terapi ACT terhadap penurunan nilai BPRS pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi b. Kekurangan Dalam penelitian ini tidak disebutkan dalam satu minggu berapa sesi terapi ACT yang dilakukan dan tidak dijelaskan pengertian dari BPRS, point - point penilaian dan scoring pada BPRS,

untuk pasien

halusinasi 2. Teori pada pembahasan penulis sudah menyertakan teori – teori yang mendukung dari hasil penelitiannya, sehingga dapat memperkuat hasil yang telah didapat dan memperjelas bahasannya yang berdampak pada

mudahnya pembaca memahami maksud dari peneliti dalam membahas hasil penelitiannya. 3. Metodologi Penelitian ini mengguanakan desain Quasi Experiment dengan kelompok kontrol yang melibatkan 26 pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. sample dipilih dengan metode total sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditentukan. sayangnya dalam penelitian ini tidak disebutkan uji yang digunakan dalam menganalisis data. 4. Interpretasi penyajian hasil data disajikan dalam bentuk tabel pre dan post sehingga dapat dengan mudah dipahami, sayangnya dalam jurnal ini tidak disebutkan berapa nilai signifikansi (nilai p) yang didapat dari perbandingan nilai pretest dan posttest baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. 5. Gaya Penulisan Gaya penulisan jurnal mudah dipahami dan runut dari abstrak hingga daftar pustaka dengan sumber referensi yang terbaru.

D. Implikasi ACT mampu membentuk persepsi

yang positif.

Penerapan ACT

dianggap efektif dalam meningkatkan subjective well being atau kebahagiaan seseorang. Kondisi ini mendukung terciptanya kondisi atau persepsi yang positif terkait kondisi yang dialami. subjective well being berkaitan erat dengan

kondisi - kondisi positif yang membantu seseorang menjalankan

fungsinya secara

optimal. Kondisi positif inilah yang akan membentuk

persepsi yang positif pula, yang akan mempengaruhi penurunan gejala-gejala pada pasien dengan gangguan jiwa

ANALISA JURNAL “Pengaruh Terapi Penerimaan Dan Komitment (Acceptance And Commitment Theraphy) Pada Penurunan Nilai BPRS Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi”

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018

Related Documents


More Documents from "Anonymous nCZgR9DlxH"