Pre-planing Tak.docx

  • Uploaded by: Rikha Malik
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pre-planing Tak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,657
  • Pages: 46
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SRIKANDI RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

OLEH : KELOMPOK 7 1. 2. 3. 4. 5.

KADEK RIA GANGGA DWIJAYANTI MUNIFAH MUSTHOFIYAH NADIA ULFA DONELLA NI WAYAN LASTINI

(070117B036) (070117B048) (070117B049) (070117B050) (070117B052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2018 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stres yang serius (Kusumawati & Hartono, 2010). Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan

berbagai

faktor

biologis,

psikologis

dan

sosial

dengan

keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Depkes, 2016). Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015). Gangguan jiwa skizofrenia sifatnya adalah ganguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan dengan gangguan mental lain (Puspitasari, 2009). Data America Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan bahwa 1 % populasi penduduk dunia menderita skizofrena dan 75% penderita dari skizofrenia dapat terjadi pada usia 16-25 tahun (Depkes RI, 2015). Adapun data prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya penyakit ini timbul di usia sekitar 18-45 tahun, dan ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia (Gunarsa, 2012). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta

yaitu sebesar 20,3 per 1000 penduduk. Adapun menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, bahwa prevalensi psikosis atau skizofrenia tertinggi adalah di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7 per 1000 penduduk) (Riskesdas, 2007; Riskesdas, 2013). Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil dan gangguan jiwa terbanyak adalah Skizofrenia. Jawa tengah merupakan salah satu propinsi yang menempati urutan ke lima terbanyak penderita Skizofrenia. Prevalensi Skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0.23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional 0.17% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah menyebutkan, bahwa penderita gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah tergolong tinggi, dimana totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3 persen dari jumlah penduduk (Widiyanto, 2015). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009). Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas dalam

asuhan

keperawatan

khususnya

dalam

memberikan

tindakan

keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok klien yang memiiliki masalah keperawatan jiwa yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Kelompok adalah kumpulan yang memilki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama (Stuart dalam Kelitat, 2009). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, tajut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang

berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Di ruang Srikandi terdapat 30 kapasitas tempat tidur dan pasien yang ada di ruang Srikandi berjumlah 13 pasien (100%). Jumlah pasien yang didiagnosa skizofrenia tak terinci sebanyak 11 orang (%), skizofrenia paranoid sebanyak 1 orang (%) dan gangguan mental organik sebanyak 1 orang (%) sedangkan untuk masalah keperawatan di ruang Srikandi terdiri dari pasien dengan halusinasi sebanyak 10 orang (77%), resiko perilaku kekerasan sebanyak 2 orang (15%), waham sebanyak 0 orang (0%), harga diri rendah sebanyak 0 orang (0%), isolasi sosial 0 orang (0%), risiko bunuh diri sebanyak 0 orang (0%),

dan defisit perawatan diri 0 orang (0%), Risiko perilaku

kekerasan menempati urutan kedua terbanyak di ruang Srikandi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arisandy, dkk (2017) dengan judul Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan didapatkan hasil uji statistic nilai p-value = 0,01 > α (0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dengan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Penulisan makalah ini berjudul tentang Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Jiwa. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian RPK, tanda gejala RPK 2. Untuk mengetahui pengertian TAK 3. Untuk mengetahui tujuan TAK 4. Untuk mengetahui fungsi TAK BAB II TINJAUAN TEORI A. RISIKO PERILAKU KEKERASAN 1. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009). 2. Tanda Dan Gejala Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: Tanda dan gejala marah dapat dilihat dari aspek : -

Fisik : Muka merah, cemberut, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, nafas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan

-

darah meningkat. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, dendam,

jengkel. - Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. - Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan. - Spiritual : Keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreatifitas terlambat. Gejala klinis Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri ( Mengkritik atau menyalahkan diri ) Gangguan hubungan social ( menarik diri ) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan ) Menciderai diri ( akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang

-

suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya). Tanda dan gejala perilaku kekerasan/amuk : Data Subjektif : -

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang Klien suka membentak dan menyerang orang yang mnegusiknya jika

-

sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data objektif : - Mata merah, wajah agak merah dan tegang - Mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan - Nada suara tinggi dan keras, menjerit, berteriak, bicara menguasai - Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. - Merusak dan melempar barang-barang serta memukul benda / orang lain. - Mengancam secara verbal atau fisik - Jalan mondar-mandir 3. Etiologi A. Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah: 1. Teori Biologik Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a) Neurobiologik Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter

juga

mempunyai

peranan

dalam

memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara

konstan berinteraksi dengan pusat agresif. b) Biokimia Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress. c) Genetik Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY. d) Gangguan Otak Sindroma

otak

organik

terbukti

sebagai

faktor

predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. 2. Teori Psikologik a) Teori Psikoanalitik Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep

diri

rendah.

Agresi

dan

tindak

kekerasan

memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidak berdayaan dan rendahnya harga diri. b) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa. 3. Teori Sosiokultural Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut

dapat

berisiko

untuk

perilaku

kekerasan.

Adanya

keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu. a) Faktor Presipitasi Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009): 1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi. 3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. 4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa. 5) Adanya

riwayat

perilaku

anti

sosial

meliputi

penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi. 6) Kematian anggota

keluarga

yang

terpenting,

kehilangan pekerjaan, perubahan tahap B. Pengertian TAK Terapi Aktivitas Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa). Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya untuk menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang adekuat (Keliat, 2009). C. Tujuan TAK 1. Tujuan Umum: a. Meningkatkan kemampuan uji realitas b. Membentuk sosialisasi c. Meningkatkan

fungsi

psikologis dengan meningkatkan

kesadaran

tentang hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive d. Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif 2. Tujuan Khusus: a. Meningkatkan identitas diri

b. Menyalurkan emosi c. Keterampilan hubungan social 3. Tujuan Rehabilitatif: a. Meningkatkan kemampuan hidup mandiri b. Soialisasi di tengah masyarakat c. Empati d. Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian D. Macam-Macam TAK Ada beberapa terapi aktivitas kelompok yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan klien antara lain TAK kognitif/persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK orientasi realitas, TAK sosialisasi dan TAK penyaluran energi (Purwaningsih, 2009). 1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: klien dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal. Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus

kepadanya.

Sementara,

tujuan

khususnya:

klien

dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007). Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: Sesi pertama: mengenal halusinasi, sesi kedua: mengontrol halusinasi dan menghardik

halusinasi, sesi ketiga: menyusun jadwal kegiatan, sesi keempat: cara minum obat yang benar. 2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku. Bentuk stimulus: Stimulus suara (musik), stimulus visual (gambar), stimulus gabungan visual dan suara (melihat televisi, video) Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami : Peningkatan kepekaan terhadap stimulus, peningkatan kemampuan merasakan keindahan, peningkatan apresiasi terhadap lingkungan. Jenis TAK yaitu: TAK stimulasi suara, TAK stimulasi gambar, TAK stimulasi suara dan gambar. 3. Terapi aktivitas orientasi realita Terapi Aktivitas Kelompok Orentasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas disekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat. Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah: klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada, klien mengenal waktu dengan tepat, klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di

sekitarnya dengan tepat. Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu. Tahapan kegiatan: sesi pertama: orientasi orang, sesi kedua: orientasi tempat: sesi ketiga: orientasi waktu. 4. Penyaluran energy Merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan: menyalurkan energi, destruktif

ke

konstrukstif,

mengekspresikan

perasaan,

meningkatkan

hubungan interpersonal. 5. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk: memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi, menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan umum: mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota

kelompok,

berkomunikasi,

saling

memperhatikan,

memberi

tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Tujuan khusus: penderita mampu menyebutkan identitasnya, menyebutkan identitas penderita lain, berespon terhadap penderita lain, mengikuti aturan main, mengemukakan pendapat dan perasaannya. Karakteristik: penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, penderita sering berada ditempat tidur, penderita menarik diri, kontak sosial kurang, penderita dengan harga diri rendah, penderita gelisah, curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai

pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi dan sehat fisik. E. Tahap-Tahap TAK Menurut Yalom yang dikutip Stuart & Sundeen (1995), kelompok berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok dan fase terminasi kelompok (Purwaningsih, 2009): 1. Fase Prakelompok Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota,mtempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan beserta dana yang dibutuhkan. 2. Fase Awal Kelompok Fase ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu : a) Tahap Orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masingmasing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota. b) Tahap Konflik: Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. c) Tahap Kebersamaan: Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004). 3. Fase Kerja Kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Fase ini merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggota, perasaan negatif dan positif dapat dikoreksi dengan hubungan yang saling percaya yang telah terbina, semua naggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, tanggungjawab merata, kecemasana menurun, kelompok lebih stabil dan realistis, kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya dan fase ini merupakan fase penyelesaian masalah. 4. Fase Terminasi

Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota kelompok untuk memberi umpan balik pada tiap anggota. Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi haruus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test. BAB III PREPLANNING TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) TAK STIMULUS PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan, penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan akibat atau dampak dari perilaku kekerasan yang biasa dilakukan A. TOPIK TAK STIMULASI PERSEPSI : Perilaku Kekerasan Sesi 1: Mengenal prilaku kekerasan yang biasa dilakukan B. TUJUAN 1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya. 2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah). 3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan). 4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan. C. KRITERIA KLIEN 1) Kriteria: 1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat. 2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat. 2) Proses seleksi: 1. Mengobservasi pasein yang masuk kriteria. 2. Megidentifikasi pasien yang masuk kriteria.

3. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria. 4. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK. Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok. D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK Hari/tanggal

: Selasa, 4 Desember 2018

Waktu Pelaksanaan

: Pukul 10.00 – 12.30 WIB

Pembukaan

: 5 menit

Inti

: 20 menit

Penutup

: 5 menit

Tempat

: Ruang Srikandi RSJD Surakarta

Pembagian Tugas 

1 Leader

: Nadia Ulfa Donella



1 Co Leader

: Ni Wayan Lastini



1 Observer

: Kadek Ria Gangga Dwijayanti



2 Fasilitator

: Musthofiyah Munifah

E. METODE 1. Diskusi dan Tanya jawab 2. Bermain peran/ simulasi. F. ANTISIPASI MASALAH 1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. 2. Lama kegiatan 30 menit 3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. G. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kondisi

lingkungan

tenang,

dilakukan

ditempat

tertutup

dan

memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar. c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik. e. Leader,

Co-leader,

Fasilitator,

observer

berperan

sebagaimana

mestinya. 2. Evaluasi Proses a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. b. Leader mampu memimpin acara. c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah. f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir. 3. Evaluasi Hasil a. 100 % klien dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan. b. 100 % klien menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah). c. 100 % klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan). d. 100 % klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan. H. PROSES EVALUASI 1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien) 2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku anggota (klien) 3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok I. MEDIA/ALAT

1. Spidol

5. Balon

2. Kertas karton

6. Sendok

3. Tikar

7. Kelereng

4. Sedotan

8. Papan nama

J. SETTING 1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran. Posisinya terapis diantara 2 pasien. 2. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan : : Leader : Co Leader : Observer : Pasien : Fasilitator K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Memilih klien sesuai dengan indikasi (contoh : klien dengan perilaku kekerasan atau dengan riwayat prilaku kekerasan) b. Membuat kontrak dengan klien. c. Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan.

2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien 2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama) 3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama) b. Evaluasi dan validasi: menanyakan perasaan klien saat ini Menanyakan apakah klien masih sering merasa kesal, jengkel, marah, bahkan mengamuk c. Kontrak: 1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang datang 2) Terapis menjelaskan aturan main berikut: (a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. (b) Lama kegiatan 30 menit. (c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. d. Tahap kerja a) Mendiskusikan penyebab marah - Berdiskusi mengenai pengalaman masing-masing klien tentang penyebab marah a) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi - Berdiskusi mengenai perasaan masing-masing klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala) b) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri) - Berdiskusi mengenai perilaku yang dilakukan masing-masing klien saat marah c) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan.

d) Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan). e) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi. f) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan - Berdiskusi mengenai akibat perilaku kekerasan yang dilakukan g) Memberikan reinforcement pada peran serta klien h) Dalam menjalankan kegiatan poin a sampai h, upayakan semua klien terlibat i) Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala dan akibat perilaku kekerasan j) Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan e. Tahap terminasi a. Evaluasi - Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK sesi 1 - Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif. a. Tindak lanjut - Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang -

terjadi, serta akibat perilaku kekerasan. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan. b. Kontrak yang akan dating 1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan. 2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan, penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan akibat atau dampak dari perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 1. Evaluasi Kegiatan TAK sesi 1 diikuti oleh 5 pasien diantaranya Ny. P, Ny. PL, Ny. E, Ny. S dan Ny. H. Semua pasien mengikuti kegitan dari awal hingga akhir

dengan baik. Semua pasien mampu menjawab dan memperagakan instruksi dari terapis. Setelah dilakukan TAK sesi 1 semua pasien merasa senang. 2. Dokumetasi

No

1.

Nama Klien

Ny. P

Menyebutkan

Menyebutkan

Stimulasi

Respons Yang

Penyebab

Dirasakan Saat

Kemarahannya

Marah

Menyebutkan Reaksi Yang Dilakukan Saat Marah

Menyebut Akibat Perilaku Kekerasan

Ditinggal oleh

Merasa kesal dan

Merusak barang-

Tetangganya takut

suami dan

jengkel

barang di rumahnya

dengan klien

anaknya

2.

3.

Ny. PL

Ny. E

Merasa

Merasa kesal, dada Membenturkan

Badan menjadi sakit

diganggu oleh

berdebar-debar

dan luka

makhluk goib Mendengar

Bingung, kesal dan Mengeluarkan kata- Semua orang takut

kepala ke tembok

suara-suara yang jengkel

kata

kasar

menyuruh untuk

berteriak-teriak

dan dengan klien

marah 4.

Ny. S

Mertua

ikut Merasa kesal dan Mengeluarkan kata- Di

campur dengan jengkel urusan 5.

Ny. H

kata kasar

bawa

oleh

mertuanya ke RSJ

rumah

tangganya Menagih hutang Merasa kesal dan Mengamuk di rumah, Barang-barang tetapi dibayar

tidak jengkel

mengeluarkan kata kasar

kata- rumah rusak dibanting

di

menjadi karena

Sesi 2 : Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan Latihan Fisik Tarik Nafas Dalam dan Pukul Bantal A. TOPIK TAK Stimulasi Persepsi: Perilaku Kekerasan Sesi 2: Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan Latihan Fisik Tarik Nafas Dalam dan Pukul Bantal B. TUJUAN

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien. 2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan 3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal. C. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK Hari/tanggal

: Selasa, 4 Desember 2018

Waktu Pelaksanaan

: Pukul 10.00 – 12.30 WIB

Pembukaan

: 5 menit

Inti

: 20 menit

Penutup

: 5 menit

Tempat

: Ruang Srikandi RSJD Surakarta

Pembagian Tugas 

1 Leader

: Musthofiyah



1 Co Leader

: Munifah



1 Observer

: Nadia Ulfa Donella



2 Fasilitator

: Ni Wayan Lastini Kadek Ria Gangga Dwijayanti

D. METODE 1. Diskusi tanya jawab 2. Simulasi tindakan E. ANTISIPASI MASALAH 1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. 2. Lama kegiatan 30 menit 3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. M. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a)

Kondisi

lingkungan

tenang,

dilakukan

ditempat

tertutup

memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan

dan

b) c) d) e)

Posisi tempat di lantai menggunakan tikar Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan Alat yang digunakan dalam kondisi baik Leader, Co-leader, Fasilitator, observer

berperan

sebagaimana

mestinya 2. Evaluasi Proses a) b) c) d) e)

Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. Leader mampu memimpin acara. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung

f)

jawab dalam antisipasi masalah. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada

kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok g) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir 3. Evaluasi Hasil a) 100% klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien. b) 100 % klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan. c) 100 % klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan yaitu dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal. F. PROSES EVALUASI 1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien) 2. Observer mencatat semua proses yg terjadi & semua perubahan perilaku anggota (klien) 3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok G. MEDIA/ALAT 1. Bantal 2. Sound musik 3. Kertas Asturo 4. Spidol 5. Tikar 6. Papan nama H. SETING 1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang.

Setting tempat :

Keterangan : : Leader : Co Leader : Observer : Pasien : Fasilitator I.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Terapis membuat kontrak dengan klien b. Mempersiapkan alat dan setting tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik Terapis memberikan salam terapeutik pada klien b. Evaluasi / validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan serta akibat dari perilaku kekerasan. c. Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan 2) Menjelaskan aturan main berikut : - Klien bersedia mengikuti TAK sesi 2 - Berpakaian rapi dan bersih - Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok selama -

pelaksanaan TAK Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis - Lama kegiatan 30 menit - Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir 3. Tahap Kerja a) Melakukan hom pim pah untuk memilih klien yang akan mengikuti permainan. b) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh masing-masing klien. c) Berdiskusi mengenai kegiatan rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh klien. d) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat yaitu tarik napas dalam dan memukul kasur/bantal. e) Terapis mempraktikan dua kegiatan yaitu tarik napas dalam dan memukul kasur/bantal. f) Terapis bersama klien mempraktikan dua kegiatan yaitu tarik napas dalam dan memukul kasur/bantal. g) Klien melakukan redemontrasi. h) Memberikan reinforcement pada klien. i) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan. j) Upayakan semua klien berperan aktif. 4. Tahap Terminasi a. Evaluasi 1) Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku

kekerasan. 3) Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi. b. Tindak lanjut 1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan. 2) Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari. c. Kontrak yang akan datang a. Menyepakati TAK selanjutnya yaitu cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat 6 benar J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI Sesi 2 : Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan Latihan Fisik Tarik Nafas Dalam dan Pukul Bantal 1. Evaluasi Kegiatan TAK sesi 2 diikuti oleh 5 pasien diantaranya Ny. P, Ny. PL, Ny. E, Ny. S dan Ny. H. Semua pasien mengikuti kegitan dari awal hingga akhir dengan baik. Semua pasien mampu menjawab dan memperagakan instruksi dari terapis. Setelah dilakukan TAK sesi 2 semua pasien merasa senang. 2. Dokumentasi

No

Nama Klien

Mempraktekkan cara fisik yang

Mempraktekkan cara

pertama

fisik yang kedua

1

Ny. P

Mampu

tarik

nafas

dalam Mampu memukul bantal

2

Ny. PL

dengan benar Mampu tarik

nafas

dengan benar dalam Mampu memukul bantal

3

Ny. E

dengan benar Mampu tarik

nafas

dengan benar dalam Mampu memukul bantal

Ny. S

dengan benar Mampu tarik

nafas

dengan benar dalam Mampu memukul bantal

Ny. H

dengan benar Mampu tarik

nafas

dengan benar dalam Mampu memukul bantal

4 5

dengan benar

dengan benar

Sesi 3 : Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi Obat A. TOPIK TAK Stimulasi Persepsi : Resiko Perilaku Kekerasan Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat B. TUJUAN

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat 2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat 3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat C. KRITERIA KLIEN a. Kriteria : 1) Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat. 2) Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat. b. Proses seleksi: 1) Mengobservasi pasein yang masuk kriteria. 2) Megidentifikasi pasien yang masuk kriteria. 3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria. 4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK. Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok. D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK Hari/tanggal

: Selasa, 4 Desember 2018

Waktu Pelaksanaan

: Pukul 10.00 – 12.30 WIB

Pembukaan

: 5 menit

Inti

: 20 menit

Penutup

: 5 menit

Tempat

: Ruang Srikandi RSJD Surakarta

Pembagian Tugas 

1 Leader

: Ni Wayan Lastini



1 Co Leader

: Munifah



1 Observer

: Musthofiyah



2 Fasilitator

: Nadia Ulfa Donella Kadek Ria Gangga

E. METODE 1) Diskusi dan Tanya jawab 2) Bermain peran / simulasi. F. ANTISIPASI MASALAH

1.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada

terapis. 2. Lama kegiatan 30 menit. 3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. G. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan b) c) d) e) 2.

memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. Alat yang digunakan dalam kondisi baik. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana

mestinya. Evaluasi Proses a) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga b) c) d) e)

akhir. Leader mampu memimpin acara. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan

dan

bertanggung jawab dalam antisipasi masalah. f) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada

3.

kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. g) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir. Evaluasi Hasil a) 100 % klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat b) 100 % klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh

minum obat c) 100 % klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat H. PROSES EVALUASI a) Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien). b) Observer mencatat semua proses yg terjadi dan semua perubahan perilaku

I.

J.

anggota (klien). c) Observer memberikan umpan balik pada kelompok. MEDIA/ALAT 1. Kertas Asturo 2. Spidol 3. Beberapa contoh obat SETTING a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran. b) Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan : : Leader : Co Leader : Observer : Pasien : Fasilitator K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a) Memilih klien sesuai dengan indikasi (contoh : klien dengan resiko perilaku kekerasan). b) Membuat kontrak dengan klien. c) Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan. 2. Orientasi a) Salam terapeutik Salam dari terapis kepada klien b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama) c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama) d) Evaluasi dan validasi: menanyakan perasaan klien saat ini e) Menanyakan apakah klien masih merasa ingin marah 3. Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenali resiko perilaku kekerasan b) Terapis menjelaskan aturan main beriku t: 1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. 2) Lama kegiatan 30 menit. 3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 4. Tahap kerja 1) Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan tiap klien menyampaikan). 2) Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien. 3) Tuliskan di kertas asturo hasil dari poin a dan b. 4) Menjelaskan enam benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat dan benar kontinutas minum obat. 5) Minta klien menyebutkan enam benar cara minum obat secara bergiliran. 6) Berikan pujian pada klien yang benar. 7) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di kertas asturo). 8) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di kertas asturo). 9) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku kekerasan/ kambuh. 10) Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku kekerasan/ kambuh. 11) Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat. 12) Memberikan pujian setiap kali klien benar. 5. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan. 2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien. c. Kontrak yang akan datang 1)

Menyepakati TAK selanjutnya yaitu berlatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal.

2)

Menyepakati waktu dan tempat.

L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Kegiatan TAK sesi 3 diikuti oleh 5 pasien diantaranya Ny. P, Ny. PL, Ny. E, Ny. S dan Ny. H. Semua pasien mengikuti kegitan dari awal hingga akhir dengan baik. Semua pasien mampu menjawab dan memperagakan instruksi dari terapis. Setelah dilakukan TAK sesi 1 semua pasien merasa senang. 2. Dokumentasi NO 1. 2. 3. 4. 5.

Nama klien Ny. P Ny. PL Ny. E Ny. S Ny. H

Menyebutkan

Menyabutkan

Menyebutkan

lima benar minum

keuntungan minum

akibat tidak patuh

obat √ √ √ √ √

obat √ √ √ √ √

minum obat √ √ √ √ √

Sesi 4 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal A. TOPIK TAK Stimulasi Persepsi: Resiko Perilaku Kekerasan

Sesi 4: Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal B. TUJUAN 1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa 2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan C. KRITERIA KLIEN a. Kriteria : 1) Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat. 2) Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat. b. Proses seleksi: 1) Mengobservasi pasein yang masuk kriteria. 2) Megidentifikasi pasien yang masuk kriteria. 3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria. 4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK. Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok. D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK Hari/tanggal

: Selasa, 4 Desember 2018

Waktu Pelaksanaan

: Pukul 10.00 – 12.30 WIB

Pembukaan

: 5 menit

Inti

: 20 menit

Penutup

: 5 menit

Tempat

: Ruang Srikandi RSJD Surakarta

Pembagian Tugas 

1 Leader

: Kadek Ria Gangga Dwijayanti



1 Co Leader

: Nadia Ulfa Donella



1 Observer

: Munifah



2 Fasilitator

: Musthofiyah Ni wayan Lastini

E. METODE 1. Diskusi kelompok 2. Bermain peran/stimulasi

3. Dinamika kelompok F. ANTISIPASI MASALAH 1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari ruangan. 2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya. 3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok. G. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan. b. Alat dan tempat siap. c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat. d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas. e. Terapis dan klien siap.

2. Evaluasi Proses a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana. b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan. 3. Evaluasi Hasil a. 100 % Klien memperagakan

dapat cara

memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak

yang

baik,

memperagakan

cara

mengungkapkan kekerasan yang baik untuk mengontrol perilaku kekerasan sosial/verbal. b. 95 % Klien dapat memperagakan cara meminta tanpa paksa.

c. 90% Klien dapat memperagakan cara menolak yang baik. H. PROSES EVALUASI 1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien) 2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku anggota (klien) 3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok I. MEDIA/ALAT 1. Kertas asturo 2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen 3. Beberapa contoh obat J. SETTING TEMPAT 1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang. 3. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran. 4. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan : : Leader : Co Leader

: Observer : Pasien : Fasilitator K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 3 b. Terapis membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis klien 2) Klien dan terapis pakai papan nama b. Evaluasi/ validasi 1) Menayakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan 3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan. c. Kontrak 1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol perilaku kekerasan sosial/verbal. 2) Terapis menjelaskan aturan main berikut  Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis  Lama kegiatan 30 menit  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 3. Tahap Kerja a. Terapis menjelaskan pentingnya mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain. b. Terapis meminta menuliskan cara – cara yang disampaikan klien. c. Terapis mendemontrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu, ” Saya perlu/ingin/minta....., yang akan saya gunakan untuk.....”.

d. Terapis memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin c. e. Ulangi d sampai semua klien mencoba f. Berikan pujian atas keberhasilan klien g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu,” Saya tidak dapat melakukan....”atau ”Saya tidak menerima dikatakan....”atau ” saya kesal dikatakan seperti....”. h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara poin g. i. Ulangi h sampai semua klien mencoba j. Memberikan pujian pada peran serta klien. 4. Tahap Terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK 2) Terapis menanyakan TAK mengontrol Perasaan Marah

yang

sudah di latih 3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok b. Tindak lanjut Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol perilaku marah yaitu latihan fisik seperti tarik nafas dalam dan pukul bantal, patuh minum obat , dan latihan cara mengontrol perasaan marah dengan berbicara yang baik dan sopan. c. Kontrak yang akan datang 1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol perilaku kekerasan dengan melakukan kegiatan ibdah seperti berdzikir , mempraktikan wudhu, niat sholat wajib 2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI Sesi 4 : Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal atau berbicara dengan cara yang baik N O

Aspek yang dinilai

Nama klien Ny. P

Ny. PL

Ny.E

Ny.S

Ny.S

1

Memperagakan cara √









2

meminta tanpa paksa Memperagakan cara √









3

menolak yang baik Memperagakan cara √









mengungkapkan kekerasan yang baik

Sesi 5 : Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Fisik dengan Spiritual A. TOPIK TAK Stimulasi Persepsi : Resiko Perilaku Kekerasan Sesi 5 : Berlatih Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Fisik dengan spiritual B. TUJUAN Klien dapat melakukan kegiatan beribadah seperti berdzikir, berwudhu, membaca surat-surat pendek, sholat wajib C. KRITERIA KLIEN Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan resiko perilaku kekerasan. 1. Kondisi pasien kooperatif 2. Jumlah antara 5 orang 3. Pasein bersedia mengikuti TAK D. JADWAL KEGIATAN Hari/tanggal

: Selasa, 04 Desember 2018

Waktu Pelaksanaan

: 10.00-12.30 WIB

Pembukaan

: 5 menit

Inti

: 20 menit

Penutup

: 5 menit

Tempat

: Ruang Srikandi RSJD Arif Zainudin Surakarta

E. METODE 4. Diskusi dan Tanya jawab 5. Bermain peran / simulasi. F. Media dan Alat 1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis 2. Buku catatan dan pulpen 3. Balon beriisi perintah 4. Sedotan 5. Kelereng dan sendok 6. Jadwal kegiatan klien G. PENGORGANISASIAN Pembagian Tugas 

1 Leader

: Munifah



1 Co Leader

: Musthofiyah



1 Observer

: Ni Wayan Lastini



2 Fasilitator

: Kadek Ria Gangga Dwijayanti Nadia Ulfa Donella

H. ANTISIPASI MASALAH 1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. 2. Lama kegiatan 30 menit. 3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. I. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan. b. Alat dan tempat siap. c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat. d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas. e. Terapis dan klien siap. 2. Evaluasi Proses a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana. b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan. 4. Evaluasi Hasil a. 100 % Klien dapat memperagakan atau mengikuti instruksi yang ada di dalam balon. b. 95 % Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah c. 90% Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah J. PROSES EVALUASI 1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien) 2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku anggota (klien) 3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok K. SETTING TEMPAT a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran b. Ruangan nyaman dan tenang. c. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran. d. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan : : Leader : Co Leader : Observer

: Pasien : Fasilitator L. LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi b. Menyiapkan alat dan tempat 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien 2) Klien dan terapis pakai papan nama b. Evaluas/validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan

3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan. c. Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan. 2) Menjelaskan aturan main berikut. a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis. b. Lama kegiatan 30 menit c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 3. Tahap kerja a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien. b. Permainan - Melakukan permainan hompimpa untuk menentukan orang yang memecahkan balon yang disediakan, kemudian melakukan intruksi yang -

tertulis di kertas yang terdapat di dalam balon. Melakukan permainan dengan mengambil sedotan secara acak, dan yang mendapat sedotan dengan warna berbeda di ujungnya akan mendapat giliran memecahkan balon, kemudian melakukan intruksi yang tertulis

-

di kertas yang terdapat di dalam balon. Tiga orang terakhir melakukan permainan dengan membewa kelereng dengan sendok (siapa yang mencapai batas finish terlebih dahulu akan memecahkan balon pertama kali), kemudian memecahkan balon yang tersedia. Selanjutnya klien harus melakukan intruksi yang tertulis di

dalam kertas setelah memecahkan balon c. Klien mempraktikan instruksi yang ada di dalam balon yang berisi kegiatan ibadah seperti berdzikir, berwudhu, niat sholat d. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien. e. Memberikan pujian pada penampilan klien. 4. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari. 3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar. b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi. 2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur. 3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien. c. Kontrak yang akan dating 1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur. 2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya. M. KRITERIA EVALUASI 1.Evaluasi Struktur a. Kondisi b. c. d. e.

lingkungan

tenang,

dilakukan

di tempat

tertutup

dan

memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. Alat yang digunakan dalam kondisi baik. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.

2.Evaluasi Proses a. b. c. d. e.

Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. Leader mampu memimpin acara. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung

jawab dalam antisipasi masalah. f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir. 3.Evaluasi Hasil e. 100% klien dapat mengenal tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan. f. 100%

klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah

perilaku kekerasan.

N. EVALUASI DAN DOKUMENTASI Sesi 5 Stimulasi persepsi: Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan Spiritual atau Kegiatan Ibadah N O

Aspek yang dinilai

Nama klien Ny. P

Ny. PL

Ny.E

Ny.S

Ny.S

1

Klien

bersedia √









2

mengikuti TAK Mengikuti permainan √

























untuk 3

memecahkan

balon Memecahkan dan

balon √

mengikuti

instruksi yang ada di 4

dalam balon Mempergakan kegiatan ibadah yang sudah di tuliskan di dalam balon



DAFTAR PUSTAKA Arisandy, dkk. 2017. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 2015. Peran Keluarga Dukungan Kesehatan Jiwa Masyarakat Keliat, BA., dkk. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Kusumawati & Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :salemba medika Yosep. 2011. Buku Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

More Documents from "Rikha Malik"