BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini. 1.2
Tujuan Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep difteri dan keperawatan difteri pada anak Tujuan khusus a. b. c. d. e. f.
Definisi difteri Etiologi Anatomi fisiologi Patofisiologi Manifestasi klinis Penatalaksanaan
1
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Penyakit 1. DEFINISI Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf. 2. ETIOLOGI Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae. Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria, bakteri gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, aerobic dan dapat memproduksi eksotoksin (Sudoyo Aru,dkk 2009). Klasifikasi penyakit difteri secara klinis adalah menurut lokasinya : 1. Difteri Nasal Anterior 2. Diste ri Nasal Posterior 3. Difteri Fausial (Farinks) 4. Difteri Laryngeal 5. Difteri Konjungtiva 6. Difteri Kulit 1. Difteri Vulva/Vagina Menurut tingkat keparahannya : (Sudoyo Aru,dkk 2009) 1. Infeksi ringan, apabila pseudo membrane hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya pilek dan nyeri waktu menelan. 2. Infeksi sedang, apabila pseudo membrane telah menyerang sampai faring dan laring sehingga keadaan pasien terlihat lesu dan agak sesak. 3. Infeksi berat, apabila terjadi sumbatan nafas yang berat dan adanya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh eksotoksin seperti miokarditis, paralisis dan nefritis
2
3. ANATOMI FISIOLOGI Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut: 1. Hidung Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 (dua) lubang (cavum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Fungsi hidung dari:
Bekerja sebagai saluran pernafasan Sabagai penyaring udara pernafasan yanh dilakukan oleh bulu-bulu hidung. o Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa. o Membunuh kuman kuman yang masuk bersama-sama udara pernafasan oleh leukost yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung Sebagai alat penciuman yang terletak dipuncak hidung. 2. Pharink Merupakan persimpangan antara saluran pernafasan dan saluran rongga makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Pharink dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang dibawahnya terdapat otot pharink, otototot pharynk ini penting untuk mekanisme menelan. 3. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian pharing sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang yang berfungsi pada waktu menelan makana menitupi laring. 4. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk 16 s/d 20 cicin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia hanya bergerak kearah luar. Pasang trake 9s/d11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan 5. Bronkus Merupakan cabang trakea setinggi vertebra thoracalis 5 yaitu setinggi bronkus kiri dan kanan. Bronkus dibentuk oleh cincin tulang rawan dan lebih panjang sedangkan bronkus kanan lebih lebar vertikal dan lebih pendek. 3
6. Brokiolus Merupakan cabang dari bronkus yang mempunyai struktur sama hanya ukurannya berbeda.Bronkiolus sudah memasuki lobus paru-paru akan bercabang menjadi bronkiolus terminal dan ujungnya terdapat rongga udara (alveculus). 7. Paru-paru Terletak dalam rongga dada terdiri dari paru-paru kiri dan kanan. Diantara paru-paru kiri dan kanan terdapat jantung, pembuluh darah besar, trake, bronkus dan esopagus. Paru-paru kana terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus, jaringan paru bersifat elastis sehingga dapat mengembang dan mengempis pada waktu bernafas. 4. PATOFISIOLOGI Basil hidup dan berkembang biak pada respiratoris bagian atas berlebih bila terdapat peradangan kronis dan tonsil, sinus dll walaupun jarang. Basil ini dapat puala hidup pada daerah vulva, telinga dan kulit.Basil dapat membentuk Pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.pseudomembran dapat timbul lokal kemudian menyebar dari parng/tonsil ke laring dan seluruh saluran nafas atas sehingga menimbulkan gajala yang lebih, kelenjer getah bening sekitarnya akan mengalami hiperplasia dan mengandung toksin. Eksotoksin dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diabsopsi. Dapat mengemai jantung dan menyebabkan miokarditis toksik ataum mengenai jaringan saraf periper sehingga timbul paralisis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat menimbulkan nekrosis fokal hati dan ginjal. Kematian terutama disebabkan oleh sumbatan membran pada laring dan trakea, gagal jantung,dan gagal pernafasan. (ilmu keseharan Anak :5510)
5. MANIFESTASI KLINIS Difteri terjadi tergantung kepada : 1. Lokasi infeksi. 1. Imunitas penderitanya. 2. Ada/tidaknya toksin difteri yang beredar dalam sirkulasi darah. Secara hati-hati periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kehati-hatian diperlukan untuk pemeriksaan tenggorokan karena dapat mencetuskan obstuksi total saluran napas. Pada anak dengan difteri faring terlihat jelas bengkak pada leher (bull neck). (BS pelayanan kesehatan anak di RS) Secara klasik bermanifestasi pada anak berusia 1-9 tahun, tetapi dapat terjadi pada orang dewasa yang tidak diimunisasi. Terjadi tergantung pada lokasi infeksi, imunitas penderita, ada/tidaknya toksik difteri yang beredar dalam sirkulasi darah. Masa inkubasi umumnya 2-5 hari. (range 1-10 hari), pada difteri kutan ada 7 hari sesudah infeksi primer pada kulit.
4
Keluhan-keluhan : (Sudoyo Aru, dkk 2009) 1. 2. 3. 4. 5.
Demam yang tidak tinggi sekitar 38°C Kerongkongan sakit dan suara paru Perasaan tidak enak, mual, muntah dan lesu Sakit kepala Rinorea, berlendir kadang-kadang bercampur darah
6. PENATALAKSANAAN 1) Perawatan umum
Tirah baring Isolasi pasien Pengawasan ketat atas kemungkinan komlikasi antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu Pasien dirawat selama 3-4 minggu
2) Pengobatan khusus
Antidiphtheria srum (ADS) dengan dosis 20.000 u/ hari selama dua hari berturut-turut dengan sebsebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata. Antibiotik , penisilin prokain 50.000 u/ kg BB/ hari sampai 10 hari Kortikosteroid, digunakan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat membahayakan, dengan memberikan prednison 2 mg/kg BB / hari selama 3-4 minggu Bila ada komplikasi otot diberikan strikinin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg setiap hari, 10 hari berturut-turut .
(Arif Mansjoer, 200 : 432) B. Asuhan keperawatan secara teoritis
Asuhan keperawatan (DPP PPNI, 1999): Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang meliputi tahap: –
pengkajian
–
diagnosa keperawatan
–
perencanaan (intervensi)
–
pelaksanaan (implementasi)
–
evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
5
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah (Nursalam, 2001:6).
B. Tujuan Asuhan Keperawatan untuk mengidentifikasi masalah klien, apakah keadaan klien sehat atau sakit.
1) Pengkajian Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : a. Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual (baru), absah (valid). b. Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis, data sosial, data spiritual. c. Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan. 2) Diagnose Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat. 3) Perencanaan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan . Komponen perencanaan keperawatan meliputi : a. Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama., masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. b. Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu. c. Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan
6
yang berlaku, lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti. Intervensi Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria : a.
Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b.
Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga. d.
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e.
Menggunakan sumber daya yang ada.
f.
Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.
g Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan pasien. h.
Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien. j.
Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k.
Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar meliputi: 1. Memenuhi kebutuhan oksigen. 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit. 3. Memenuhi kebutuhan eliminasi. 4. Memenuhi kebutuhan keamanan. 5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik. 6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. 7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani. 8. Memenuhi kebutuhan spiritual. 9. Memenuhi kebutuhan emosional. 10. Memenuhi kebutuhan komunikasi
7
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis. 12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan. 13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan. 14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi. 4) Implementasi Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995). 5) Evaluasi Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk menilai perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan sesuai standar.
8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIFTERI
A. IDENTITAS PASIEN 1. Biodata Pasien Nama
: An.A
Umur
: 4 thn
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: TK besar
Suku Bangsa
: Minang
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Jl. Pasar Usang tj. Belit Airtiris
Tanggal Masuk
: 9 Mei 2018
No. Medical Record
: 68.15.36
Ruang Rawa
: murai I
Gol. Darah
:A
Diagnose Medik
: Difteri
2. Biodata Penanggung Jawab 1. Ayah Nama
: Tn.A
Umur
: 45 thn
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh Harian
Alamat
: Jl.Pasir Usang tj. Belit Airtiris
9
2. Ibu Nama
: Ny.R
Umur
: 35 thn
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl.Pasir Usang tj. Belit Airtiris
3. Identitas Saudara Kandung No Nama 1 2
Yusman Ridwan
Usia
Hubungan
18 tahun 10 tahun
Kakak Kakak
Status kesehatan Sehat Sehat
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG 1. Keluhan Utama/Gejala Sesak napas disertai dengan nyeri menelan 2. Riwayat Kesehatan Saat Ini Klien panas dari rumah mulai pada minggu jam 10 pagi, kemudian orang tua klien memberi minum paracetamol dan bodrexin panas turun, tapi beberapa hari kemudia klien demam lagi. Orang tua mengompres dengan air hangat dan oran tua mengatakan klien malas makan di rumah karena mengeluh nyeri menelan. Pada keesokan harinya klien mnegeluh sesak napas, sakit kepala, BAB dan BAK lancer tidak ada keluhan. Hari senin klien dibawa ke RS 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien pernah mengalami demam, flu dan ispa pada umur 3 tahun. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita alergi, asma, TB hipertensi, stroke, DM. ibu klien pernah mengalami Difteri saat masih kanak-kanak.
10
Genogram
IB U Uu
Keterangan :
: laki laki
:permpuan
:klien
:ibu klien
11
C. RIWAYAT immunisasi No
Jenis Immunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi setelah pemberian
1
BCG
1 bulan
Demam
2
DPT(I,II,III)
2 bulan (DPT I)
3
Polio
Lupa
Demam
4
Campak
9 bulan
demam
5
Hepatitis 2 kali
Lupa
D. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG a. PERTUMBUHAN FISIK 1. Berat badan : 18 kg 2. Tinggi badan : 110 cm 3. Waktu tumbuh gigi : 9 bulan b. PERKEMBANGAN TIAP TAHAP Usia anak saat ini : 1) Berguling : lupa 2) Duduk :lupa 3) Merangkak : lupa 4) Berdiri :9bulan 5) Berjalan : 11 bulan 6) Senyum ; lupa 7) Bicara : lupa 8) Berpakaian : lupa RIWAYAT NUTRISI A. PEMBERIAN ASI 1) Pertama kali disusui :satu jam setelah lahir 2) Cara pemberian :setiap kali menangis 3) Lama pemberian :15 menit 4) Diberikan sampai usia :2 tahun B. Pemberian Susu formula 1) Alas an pemberia 2) Jumlah pemberian 3) Cara pemberian
: untuk menambah makanan asi : sesuai takaran dan disesuaikan dengan umur bayi : dengan mempergunakan dot
12
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian 1. O-4 bulan Asi Sampai 2 tahun 2. 4-12 bulan Asi + pisang yang Sampai 2 tahun 3. Saat ini dihaluskan Nasi + kecap+ telur/ikan
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Anak tinggal bersama orang tua Lingkungan berada di kota Rumah tidak ada tempat bermain Di rumah tidak ada ruang bermain dan di rumah tidak ada tangga yang membahayakan Hubungan anggota keluarga harmonis Anak diasuh oleh orang tua RIWAYAT SPRITUAL
Anggota keluarga taat melakukan ibadah sesuai ajaran agama yang dianut
REAKSI HOSPITALISASI a. Pengalaman keluarga tentag sakit an rawat inap o Orang tua membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir dan cemas akan keadaan anaknya o Dokter menjelaskan sebagian besar kondisi anaknya dan kelihatannya orang ua mengerti hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul sekitar keadaan anaknya o Orang tua masuk rumah sakit sangat merasa khawatir dengan keadaan anaknya, namun sekarang sudah mulai agak tenang karena anaknya sudah diobati dan dirawat di RS o Orang tua menjaga anaknya dengan cara bergantian b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap o Mengapa keluarga/orang tua membawa kami ke rumah sakit? Anak tidak menjawab hanya tersenyum o Klien belum bias menceritakan penyebab ia sakit o Klien tidak menceritakan apa perasaannya selama di rawat di rumah sakit
13
AKTIVITAS SEHARI-HARI A. Nutrisi Kondisi 1. Selera makan 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan pantanga 5. Pembatasan pola makan 6. Cara makan 7. Ritual saat makan
B. Cairan Kondisi 1. Jenis minuman 2. Frekuensi minum
Sebelum sakit Kurang ada nafsu makan Nasi rutin tidak ada variasi
Saat sakit Makan kurag Bubur + ikan+ tempe makana yan diberikan sering tidak dihabiskan
2 kali sehari Tidak ada Tidak ada
Sering dengan jumlah yang sedikit Tidak ada Tidak ada
Makan sendiri Tidak ada
Disuapi orang tua Tidak ada
Sebelum sakit air putih + susu + minuman mani setelah selesai makan + bila haus tidak diketahui karena ibu klien tidak tahu berat badan sebelum sakit minum
Saat sakit Air putih dan susu jarang
Kondisi Sebelum sakit 1. Tempat pembuangan WC dalam rumah 2. Frekuensi BAK = sering BAB = 1 x sehari
Saat sakit Pispot BAK = jarang BAB = 1 x sehari
3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemberian
2000 cc
Jarang minum dan infus
C. Eliminasi (BAB da BAK)
3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar
Padat Tidak ada Tidak pernah digunakan
14
Sedikit encer Tidak ada Tidak pernah digunakan
D. Itirahat/tidur Kondisi 1. Jam tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur
Sebelum sakit Kadang-kadang Jam 20.00-06.00 Tidur dilakukan pada siang dan malam hari sebelum Tidak ada
3. Kebiasaan tidur 4. Kesulitan tidur
E. Olahraga Kondisi 1. Program olahraga 2. Jenis dan frekuensi 3. F. Personal Hygiene Kondisi 1. Mandi - Cara - Frekuensi - Alat mandi 2. Cuci rambut - Frekuensi - Cara 3. Gunting kuku - Frekuensi - Cara 4. Sikat gigi - Frekuensi - Cara G. Aktivitas/mobilitas Fisik Kondisi 1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadwal harian 3. Penggunaan alat bantu aktifitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh
Tidak ada
Sebelum sakit -
Saat sakit Jam 14.00-15.30 Jam 20.00-07.30 Tidur pada siang dan malam Tidak ada Tidak ada
Saat sakit -
Sebelum sakit
Saat sakit
Dimandikan orang tua 2 x sehari Sabun
Hanya dilap 2 x sehari Waslap
Tidak tentu Dibantu orang tua
Belum dilakukan
Setiap kali kuku terlihat panjang Dikerjakan oleh orang tua
Belum dilakukan
Kadang Dibantu orang tua
2 x sehari Dibantu orang tua
Sebelum sakit Bermain dan bersekolah Tidak ada
Saat sakit Istirahat ditempat tidur Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
15
H. Rekreasi Kondisi 1. Perasaan saat sekolah
Sebelum sakit Klien senang karena dapat bermain dengan teman sebayanya di Tk
2. Waktu luang 3. Kegiatan hari libur
Bermain Bermain
PEMERIKSAAN FISIK 1. Umum Keadaan umum
: lemah dan gelisah
Tingkat kesadaran
: Komposmentis
Tinggi badan
: 90 cm
Berat badan
: 28 kg
2. Tanda-tanda Vital Suhu
: 37,8° C
Nadi
: 120 x /i
Pernafasan
: 28 x/i
Tekanan Darah
: 95/60 mmHg
3. Antropometri Tinggi badan : 90 cm Berat badan
: 28 kg
Lingkar lengan atas
: 15 cm
Lingkar kepala
: 50 cm
Lingkaran dada
: 55 cm
Lingkaran erut
: 52 cm
Integumen Kulit Inspeksi Kebersihan kulit
: Bersih
Warna kulit
: sawo matang
Kelembaban
: kering
16
Saat sakit -
Palpasi
: Suhu : Hangat
Tekstur
: Kasar
Turgor
: Elastis
4. Kuku Inspeksi
: Warna : Normal Bentuk : Normal Sedikit kotor
Lesi Keadaaan Palpasi
:: Bersih : Capillary refill : Normal
5. Rambut dan Kepala Inspeksi : Kuantitas
: Tipis
Distribusi
: Normal
Palpasi : Tekstur
: Halus
Kulit Kepala
: Normal
Keadaan rambut
: Bersih
Tekstur
: Halus
6. Wajah/Muka Inspeksi Ekspresi wajah Masalah keperawatan
: Simetris : ya : Meringis : Gangguan rasa nyaman nyeri
7. Mata Inspeksi : kesejajaran
: Normal
Palpera
: Normal
Sclera
: Tidak Ikterik
Conjungtiva
: Tidak anemis
17
Pupil
: Isokor
Reaksi pupil thd cahaya
: Mengecil
Keadaan mata
: Bersih
Palpasi : Nyeri tekan
: Tidak
8. Telinga Inspeksi
: Normal
Keadaaan Telinga
: Bersih
9. Hidung dan Sinus Inspeksi : Simetris
: Ya
Kesulitan Bernafas
: ya
Warna kulit hidung
: Cokelat
Pembekakan
: Tidak
Mukosa
: Lembab
Perdarahan
: Tidak
Keadaan Hidung
: terdapat sekret
Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan Frontal
: Tidak
Maxilaris
: Tidak
10. Mulut Inspeksi
: Bibir : Normal Gusi : Normal Gigi : Normal Lidah : Simetris Keadaan Mulut : kotor
11. Leher Inspeksi
: Warna : Normal
Palpasi
: Leher : Hangat
18
12. Thorax/Dada dan Paru-paru Inspeksi
: Postur : Normal Bentuk : Normal Pola nafas : Reguler Sifat nafas : Dada Retraksi Torakalis : Normal Batuk : Palpasi : Normal Ekspansi paru pd sisi knan & kiri : Simetris Taktil Fremitus : Anterior : Normal Posterior : Normal Perkusi Paru : Resonan/normal Auskultasi : Vesikuler
13. Payudara Inspeksi
: Normal
Palpasi
: Normal
14. Kardiovaskuler Inspeksi Jantung
: Pulsasi Apikal : -
Inspeksi dan Palpasi
: Pulsasi Apikal : Normal
15. Abdomen/Perut a. Abdomen Inspeksi
: Normal
Auskultasi
: Bising usus : hiperaktif
Perkusi Hepar
: Pekak
Limpa
: Redup
Abdomen
: Timpani
Palpasi Ringan
: Normal
19
b. Anus
: Normal
16. Genitalia Inspeksi
: Normal
Kateter
: Terpasang, warna urin kuning,
Palpasi
: Normal
17. Muskuloskeletal Inspeksi Otot : Ukuran
: Normal
Kontraktur
: Ada
Tremor
: Tidak
Tulang
: Tidak normal
Tulang Belakang
: Normal
Sendi ROM
: Terputus : Tidak sempurna
Palpasi Otot
: TidakNormal
Tulang
: Tidak Normal
Sendi
: TidakNormal
Lain-lain
:-
Masalah Keperawatan
: Immobilisasi fisik
18. Persarafan/Neurologi GCS (3-15)
: 15
Orientasi
: Orang
Atensi
: Baik
Berbicara
: Normal
Sensasi
: Sentuhan
Penciuman
: Baik
20
Pengecapan
: Baik
Ingesti-digesti
: Mengunyah : sedikit sulit Menelan : nyeri
Gerakan
: Berjalan : mampu namun lemah
Pemeriksaan Tingkat Perkembangan 6 tahun ke atas Perkembangan kognitif : klien mampu bekerjasama dengan orang lain hal ini dibuktikan dengan klien sering bermain bola bersama teman temannya waktu sebelum sakit XIII. Hasil Laboratorium tangga LED/BBS : 12/35 WBC: 6,4 X 10 µl RBC : 4,08 X 10 µl HGB = 10,5 gr/dl HCT : 32,9 % MCV : 225,7 MCHC31,9 gr PLT = 219 X 10 µ
21
XIV. Analisa Data NO 1.
Data DO: - P : 28 - Klien tampak sesak TD: 95/60 mmHg
Etiologi
Masalah
Cynobacterium difteriae
Bersihan jalan nafas tidak efektif
↓
N : 120-x/i
Masuk melalui saluran pernapasan
RR: 28x/i
↓
S : 37,8 C
Membentuk pseudomonas ↓
DS: -
Mengeluarkan toksin Klien menangis dan ↓ mengatakan sulit bernafas Klien mengeluh sakit perut Local dan sistemik ↓ Infeksi nasal,trakea dan laring ↓ Produksi meningkat
secret
↓ Penimbunan secret ↓ Obstruksi jalan nafas 2.
DO: -
Mengeluarkan tosin ↓
Ekspresi wajah meringis saat menelan
TD: 100/70 mmHg N : 120-x/i
Local dan sistemik ↓ Insfeksi nasal, trakea
22
nyeri
RR: 24x/i
dan laring ↓
S : 37,5 C
P : nyeri adanya luka di bagian rongga Reaksi peradangan mulut ↓ Q : nyeri seperti tertuuk jaru Menekan serabut R : dibagian tenggorokan syaraf nyeri ↓
S : klien mengatakan skalanya 7
T ; klien mengatakan setiap kali Nyeri dipersepsikan menelan DS: 3.
Klien mengatakan nyeri pada daerah leher
DO: -
Proses peradangan ↓
Saat disentuh badan klien panas
TD: 100/70 mmHg
Perubahan set point
N : 110-x/i
↓
RR: 24x/i
Reaksi peningkatan suhu tubuh
S : 38C
↓
DS: -
Peningkatan suhu tubuh b.d proses inflamasi
Klien mengatakan badannya panas
Reaksi demam
XV. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret dan pembesaran kelenjar pseudomembran ditandai dengan klien merasa sesak 2. Nyeri b.d proses inflamasi pada tonsil dan laring ditandai dnegan klien mengatakan nyeri pada saat menelan 3. Peningkatan suhu tubuh b.d proses inflamasi
23
XVI. INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret dan pembesaran elanjar pseudomembran
TUJUAN Tupan : bersihan jalan nafas teratasi Tupen : penumpukan sekret dan pembesaran kelenjar pseudomembr an teratasi
KRITERIA HASIL Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan: 1. Jalan nafas kembali bersih
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi paru
1. Dapat mengetahui keadaan umum klien
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius
2. Bunyi nafas menurun/tidak ada bila jalan nafas obsruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil
3. Kaji ttv klien 3. Dapat mengetahui keadaan umum klien
2.
3.
Nyeri b.d proses inflamasi pada tonsil dan laring
Meningkatkan suhu tubuh b.d proses inflamasi
Tupan : nyeri teratasi Tupen : inflamasi pad tonsil dan laring teratasi
Tupan : Suhu tubuh kembali normal Tupen : Proses inflamasi teratasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan: 1. Nyeri berkurang
Setelah dilakukan tindakan keperawata n selama 1x 24 jam diharapkan: 1. Suh u tubu 24
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 lembab 1. Kaji tingkat nyeri
4. Agar kebutuhan O2 klien terpenuhi 1. Memberikan data dasar untuk memnetukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan 2. Mneingkatkan relaksasi klien
2. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya: music atau televise)
3. Mengurangi nyeri dab spasme otot
3. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter 1. Kaji klien saat klien sedang demam
1. Untuk mengidentifikasi pola demam klien
2. Obsrvasi ttv tiap 3 jam 3. Kompres hangat
2. Mengetahui keadaan umum klien 3. Kompes hangat dapat menurunkan suhu tubuh
h klien kem bali nor mal
4. Kolaborasi untuk anti peritik
4. Obat antiperitik mebnatu menurunkan suhu tubuh
XVII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tanggal
Jam
No. Dp 1.
1.
2.
3. 4.
Implementasi Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi paru Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius Kaji ttv klien Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2
Evaluasi S: - Klien menangis dan mengatakan sulit bernafas O: - Klien tampak sesak - pernafasan : 28 TD: 95/60 mmHg N : 120-x/i RR: 28x/i S : 37,8 C A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dilanjutkan
2.
1. Kaji tingkat nyeri 2. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya: music atau televise) 3. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
S: - Klien mengatakan nyeri dibagian leher O: -
Klien Nampak meringis saat menelan
TD: 100/70 mmHg
25
TTD
N : 120-x/i RR: 24x/i S : 37,5 C - Pengkajian nyeri P : nyeri adanya luka di bagian rongga mulut Q : nyeri seperti tertuuk jaru R : dibagian tenggorokan S : klien mengatakan skalanya 7 T ; klien mengatakan setiap kali menelan A : Masalah teratasi sebagian.
3.
1. Kaji klien saat klien sedang demam 2. Obsrvasi ttv tiap 3 jam 3. Kompres hangat 4. Kolaborasi untuk anti peritik
P : Tindakan dilanjutkan. S : Klien mengatakan badannya terasa panas O: -
Saat disentuh badan klien panas TD: 100/70 mmHg N : 110-x/i RR: 24x/i S : 38C
A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dihentikan.
26
XIII. CATATAN PERKEMBANGAN TANGGAL/
NO. DX
JAM
TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN 1
-
-
-
-
-
Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi paru Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan alat bantu/pelebaran nasal Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius seperti krekel, mengi, gesekan pleural Atur posisi yang nyaman/ semi powler Tingkatkan intake cairan Pertahankan posisi lingkungan minimum seperti debu Donor latihan nafas abdomen atau bibir Kolaborasi dengan
S: - Klien menangis dan mengatakan sulit bernafas O: - Klien sesak
tampak
- pernafasan : 28 TD: 95/60 mmHg N : 120-x/i RR: 28x/i S : 37,8 C A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dilanjutkan
dokter dalam pemberian O2 lembab atau inhalasi, bila
dibutuhkan
trachcostomi 2
-
-
-
Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri) Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya: music atau televise) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Berikan analgesic sesuai
27
S: Klien mengatakan nyeri dibagian leher O: -
Klien Nampak meringis saat menelan
TTD
kebutuhan nyeri
TD: mmHg
100/70
N : 120-x/i RR: 24x/i S : 37,5 C -
Pengkajian nyeri P : nyeri adanya luka di bagian rongga mulut Q : nyeri seperti tertuuk jaru R : dibagian tenggorokan S : klien mengatakan skalanya 7 T ; klien mengatakan setiap kali menelan A : Masalah teratasi sebagian. P
:
Tindakan
dilanjutkan. 3
-
-
- Kaji klien saat klien sedang demam Obsrvasi ttv tiap 3 jam Anjurkan klien untuk minum banyak Beri kompres hangat Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian tebal Kolaborasi untuk anti peritik 28
S: Klien mengatakan badannya terasa panas O: -
TD:
Saat disentuh badan klien panas 100/70
mmHg N : 110-x/i RR: 24x/i S : 38C
A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dihentikan.
29
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
4.2
Saran
Mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mampu memahami pengetahuan mengenai difteri pada anak.
30
Daftar Pustaka
•
Monica Ester. EGC. Jakarta
• Doengoes E Marlynn, dkk (1999) Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester. EGC. Jakarta Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
31