1.1.1. Persetujuan prinsip PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan bijih nikel, akan melakukan pengolahan bijih nikel dalam rangka memanfaatkan potensi sumber daya alam di kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Hal ini didasari atas prinsip dari Bupati Konawe Selatan Nomor : 540/1381 Tahun 2014. Pengolahan bijih nikel yang akan dikembangkan oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia menggunakan metode pelebur-murnian (smelting) dengan teknologi Mini Blast Furnace (MBF) untuk menghasilkan produk Ferronickel (FeNi), yang berlokasi di kecamatan Palangga Selatan. 1.1.2. Alasan Wajib AMDAL Salah satu kewajiban PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia sebelum melakukan aktivitas perlu mendapat izin kelayakan lingkungan yang diwujudkan dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan amanat Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan lainnya seperti Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL, rencana pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnnya, yang akan dilakukan oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Syarat wajib AMDAL bagi rencana kegiatan pengolahan bijih nikel adalah besaran kapasitas produksi. Pelaksanaan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel, dengan fasilitas penunjangnnya yang dilakukan oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan, berpeluang memberikan dampak lingkungan yang dapat mengubah rona lingkungan hidup, sehingga PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia wajib menjunjung tinggi azas berkelanjutan pembangunan dan berwawasan lingkungan. Olehnnya itu, diperlukan usaha-usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup guna mengoptimalkan dampak positif serta menekan dampak negatif dari kegiatan tersebut. Implementasi dari hal itu, PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia akan mematuhi semua regulasi yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 1.1.3. Komisi AMDAL Dokumen AMDAL berisikan uraian tentang rencana kegiatan usaha, rona lingkungan hidup awal, perlingkupan komponen/parameter lingkungan yang diduga akan terkena dampak akibat adannya kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnnya, serta upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dokumen AMDAL diharapkan menjadi pedoman bagi pemrakarsa maupun instansi/lembaga yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan. Selanjutnnya untuk melihat kelengkapan administrasi dan konsistensi dan kedalaman studi AMDAL, maka dokumen AMDAL Terpadu ini oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana ketentuan pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tatalaksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel termasuk jenis kegiatan strategis. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnnya yang dilakukan oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara akan di nilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) Provinsi Sulawesi Tenggara. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kelengkapan administrasi dokumen AMDAL, konsistensi penyusunan, serta kedalaman, serta kedalaman study AMDAL yang dilakukan. 1.2
TUJUAN RENCANA KEGIATAN
Tujuan rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnnya PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan sebagai berikut :
a) Mengambil manfaaat dari potensi sumber daya bijih nikel yang ada di Kabupaten Konawe Selatan b)Mendorong kapasitas produksi logam dalam hal ini bijih nikel dalam negeri c) Menyediakan produk akhir pengolahan dan/atau pemurnian sebagai bahan baku industri untuk kebutuhan dalam negeri d)Meningkatkan produk ekspor Kabupaten Konawe Selatan e) Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Konawe Selatan khususnnya dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnnya Dengan adannya pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnnya oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia di Kabupaten Konawe Selatan, manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut : a)Turut berperan secara aktif dalam pengembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Konawe Selatan b) Berperan dalam pengembangan diversifikasi kegiatan perusahaan di bidang pertambangan c) Memperoleh laba dari penjualan bijih nikel dari hasil produksi d) Meningkatkan laju perekonomian di wilayah Kabupaten Konawe Selatan e)Menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Konawe Selatan dari retibusi yang diberikan oleh Pemrakarsa usaha/kegiatan C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja berdasarkan peraturan yang berlaku. Masyarakat setempat yang memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu akan direkrut. Akan kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan di datangkan dari daerah lain bila tenaga dengan kualifikasi tertentu tidak dapat dipenuhi dari penduduk lokal. Kebutuhan tenaga kerja operasional pabrik pengolahan nikel oleh PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia sekitar 303 orang tenaga kerja untuk 2 line MBF (Sampai tahun kedua), 824 orng tenaga kerja untuk 7 line MBF (mulai tahun ke tiga) yang meliputi tenaga kerja manajemen dan operasi pabrik, dengan rincian seperti pada Tabel II-2. Tabel II-2 Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Operasi ( Untuk 2 line MBF) No A 1 2 3 4 5 6
Spesifikasi Management General Manager Staf Fungsional Safety Officer Safety Supervisor Enviromental Supervisor Medical
B
Ore Handling
1
Manager Ore Handling
2
Supervisor
3 4
Data Treatment Logistic Maintenance
5
Jml
No E 1 2 3 4 5 6
Spesifikasi Refining Plan Mnager Refing Plan Supervisor De-S Operation L/C Converter Operation Slag Treatment Overhead Crane
Jml
7
Prehead Ladge
4
1
8
Brick Work
4
4
9
Casting/Ingot & Shot Making
8
& 1
F
8
1
Transportation of Raw & Slag Manager Transportation 1
Sreening & Crushing
16
2
Supervisor
4
6
Control room of R/D
4
3
Forman
4
7
Rotary Dryer
16
4
Bulldozer
1 6 2 4 4 3
&
1 4 16 4 4 4
Escavator 20
Operator 8
Mixing House
C
Calcining Plan
1
Manager Calcining Plan
2
8
5
Dumtruck Driver
16
6
Pay Loader Operator
12
1
7
Maintenance
12
Supervisor
4
G
Human Resource
3
Calcining
4
1
HR Manager
1
4
Dust Treatment
8
2
Administration
4
5
Rotary Klin
8
3
Logistic
2
6
Control Room
8
4
Driver
6
7
Coal firing facility
8
5
Security
24
8
Maintenance
8
6
Office Boy
4
D
Smelting Plan
H
Finance
1
Supervisor
4
1
Finance Manager
2
Container Wagon
4
2
Finance Storage
administration
Jumlah
1 & 8 303
Sumber : PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia, 2014 Proses penerimaan tenaga kerja PT.Kinlin Nickel Industry Indonesia harus melalui berbagai tahap dan memenuhi Standard Operational Procedor (SOP) yang tetap ditetapkan perusahaan maupun peraturan perundangan yang berlaku (UndangUndang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Proses penerimaan tenaga kerja diawali dengan mempublikasikan pengumuman secara terbuka melalui media masa, selanjutnnya dilakukan proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap kegiatan pertambangan, baik kegiatan penambangan maupun kegiatan pengolahan dan pemurnian, factor keselamatan dan kesehatan kerja adalah factor yang penting. PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia, membentuk organisasi ke-3, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Divisi K3 dipimpin oleh seorang Health savety and Environment (HSE) Manager, yang bertanggung jawab kepada Operation Manager, dan membawahi Dokter Perusahaan, Health Superintendet, Savety Superintendet, dan Environment Superintendet. Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi ini, diprediksi akan menimbulkan dampak potensial yaitu migrasi penduduk,kesempatan kerja, kesempatan berusaha,peningkatan pendapatan masyarakat, serta menimbulkan dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat khususnnya masyarakat Desa Lalowua. 2.
Mobilisasi Bahan Bakar, Bahan Baku,Hasil Produksi dan Terak
a.
Mobilisasi Bahan Bakar
PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia akan memerlukan bahan bakar jenis solar, premium dan oli. Bahan bakar ini diperuntukan untuk bahan bakar generator set dan dan berbagai peralatan kendaraan operasional pabrik. Terkait dengan penggunaan bahan bakar ini , PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia berkomitmen menggunakan bahan bakar industry sesuai dengan peraturan Gubernur Sultra No.39 Tahun 2014, melalui kontrak pembelian BBM industry. b.
Mobilisasi Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi ferronickel (Fe-Ni) adalah bijih nikel laterit, kokas (untuk pembuatan sinter, bahan reactor dan peleburan) serta batu kapur. Bijih nikel yang menjadi bahan baku utama diperoleh dari tambang PT. Jagad Raya Tama dan PT. Generasi Agung Perkasa yang sudah beroperasi di Kecamatan Palangga Selatan. Tingkat kadar bijih laterit yang digunakan sebagai acuan adalah pada kadar >1,8% Ni,25%Fe,<35% SiO2 , <3% Al2O3.
Kokas akan digunakan sebagai bahan energy utama untuk pengeringan dan reduksi pemurnian. Kualitas batubara yang dibutuhkan adalah dengan kadar karbon sekitar 40-60% dan VM sekitar 25%-35%,ash, air dan belerang relaktive rendah. Kokas yang dibutuhkan adalah berkadar sekitar >73%C, <10% Ash,dan <10%S. Kadar air serendah mungkin. Kualitas kokas terendah digunakan untuk sumber panas, baik proses pemanasan maupun pemurnian BF. Kebutuhan kokas ini akan didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara, melalui pelabuhan khusus dari PT. Sambas Mineral Minng dan PT.Triple Eight Energy, yang sebelumnnya telah melakukan kerjasama penggunaan pelabuhan khusus. Batukapur dibakar dilokasi untuk mendapatkan produk kapur CaO. Kapur digunakan untuk pemurnian titik lebur terak dan/atau sebagai peningkat unsur/senyawa pengotor dari masukkan bahan baku bijih laterit dan/atau dari kokas dan antrasit. Kadar CaO 18%. Kebutuhan batukapur ini diperoleh dari lokasi-lokasi penambangan batukapur disekitar lokasi kegiatan. Flourit atau karbit dibutuhkan untuk proses desulfurisasi dan/atau defosforisasi. Selain itu, gas oksigen dan aluminium juga dibutuhkan untuk proses refining logam cairan, terutama untuk menurunkan kadar gas terlarut seperti hydrogen dan nitrogen serta unsur-unsur pengotor lainnya. Kebutuhan bahan minor dan perlengkapannya biasannya kurang dari 0,6 % dari total biaya produksi. C.
Mobilisasi Hasil Produksi dan Ternak
Hasil produksi pabrik pengolahan bijih nikel PT. Kinlin Nickel Industri Indonesia yang berupa Fe-Ni akan di ekspor ke cina. Mobilisasi ini melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat ditempuh dari lokasi pabrik ke pelabuhan khusus, sedangkan jalur laut ditempuh dari pelabuhan khusus ke Cina. Sedangkan hasil sampingan lain pabrik pengolahan bijih nikel PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia yang berupa terak atau slag akan dimobilisasi dari lokasi pabrik ke lkasi penimbunan slag. Kegiatan mobilisasi bahan bakar, bahan baku, hasil produksi dan slag ini menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan hidup berupa gangguan transportasi darat, penurunan kualitas udara ambient, peningkatan kebisingan, potensi terjadinnya penyakit, serta potensi adanya keresahan masyarakat. 3. Pengoperasian Pabrik dan Fasilitas Pendukung a. Pengoperasian pabrik Pengolahan Nikel (1) Preparasi Bahan Moisture Content bijih nikel dari lokasi tambang berkisar dari 30%-35% dengan berbagai ukuran besaran bijih nikel ini di pisahkan berdasarkan ukurannya, namun memisahkan bijih nikel dalam kondisi basah sangat sulit sehingga diusahakan dalam kondisi kering dengan menggunakan screener. Bijih nikel dengan Ni rendah, dibuang dan dipakai untuk pengerasan jalan, sedangkan kandungan Ni tinggi dilakukan pemecahan menggunakan jaw chruser. Pada umumnnya, proses pengolahan mempersyaratkan batuan menjadi sekitar 50 m, dengan kadar kerikil ukuran dibawah 5 mm tidak lebih dari 8 %. Selain itu dipersyaratkan pula batuan yang akan masuk ke dalam tungku pelebur (MBF) adalah relatif kering dengan kadar air sekitar 10 %. Bijih nikel yang berukuran kecil (undersieve) dikirim ke rotary dryer, pemanasan pada dryer menggunakan gas panas 8000C, yang dialirkan sejajar dengan arah raw bijih nikel dari tempat inlet dan dryer, sehingga dapat kontak langsung dengan bijih nikel didalam dryer, hasil pengeringan adalah bijih nikel dengan moisture content 22%. Hal ini untuk mencegah debu pada proses pemisahan dan pemecahan. Debu pada gas buangan dari dryer ditangkap menggunakan dust collector dan dibuang dengan mengayakan dengan Vibrating screen berukuran 30mm, oversize ore hasil pengayakan dikirim ke impact crusher, untuk dipecahkan menjadi ukuran 30 mm. (2) Proses reduksi dan Peleburan Bijih nikel dimasukkan ke dalam hooper dengan berat yang telah ditentukan, ditampung dalam batcher I. Demikian pula untuk bahan baku imbuhan berupa
Limestone ditampung dalam bather II. Bahan bakar yang dipergunakan adalah kokas yang dimasukkan ke dalam bather III. Bijih nikel, limestone bersama-sama dengan reductant, di masukkan dalam mixing plan, melalui masing-masing batcher idengan perbandingan berdasarkan jumlah dan kualitas yang telah diperhitungkan. Kemudian dimasukkan dalam container/skip car dan dikirim ke Mini Blast Furnace (MBF), menggunakan belt conveyor dimasukkan ke top bins/hopper. Peleburan bijih nikel menggunakan Mini Blast Furnace (MBF) menghasilkan Ferronickel (Fe-Ni). Pengggunaan kokas tidak hanya diperlukan sebagai bahan bakar tetapi sangat berguna untuk reduction gas, yaitu didalam MBF mengubah hematite (Fe2O3) menjadi wustite (FeO), sedangkan Limestone (CaCo3) sebagai bahan imbuh untuk pengaturan keasaman slag (terak). Proses peleburan biji nkel di dalam furnace, dimana bahan baku berupa sinter bijih nikel dan kokas diumpankan dari atas tanur dan dari bawah dihembuskan udara panas (O2) pada temperature 500oC. Udara ini sangat menentukan pembakaran karbon dengan oksigen untuk pembentukan gas karbon monoksida (CO), dimana gas ini diperlukan terutama untuk mereduksi oksida logam seperti NiO,Fe2O3, reaksi antara bahan reduktor dan gas O2 yang menghasilkan energy panas yang cukup efisien. Kelebihan gas CO dari proses oksidasi di dalam furnance dapat dikeluarkan pada bagian atas MBF dan dapat dimanfaatkan untuk pemanasan udara yang ditiupkan kembali ke dalam MBF sebagai bahan oksidasi karbon melalui tuyere. Selain itu kelebihan gas CO dapat juga digunakan pemanasan cetakan, dan dimanfaatkan sebagai energy pembuatan sinter. Proses produksi berlangsung kontinyu selama 24 jam/hari didalam MBF yang bekerja pada temperature antara 1500oC hingga 1700oC. Temperature yang terjadi di dalam MBF dapat diuraikan sebagai berikut: temperatur bagian pengumpanan (throat) bagian atas menjadi pada tenperatur antara 200-350oC, kemudian turun di daerah stack atas dengan temperature berkisar antara 400-450oC. Kemudian di daerah stack tengah temperature naik lagi sekitar 450-700oC dan masuk ke stack bawah temperature naik lagi sekitar 700-1200oC, lalu masuk kedaerah belly dengan dengan temperature sekitar 1200-1400oC. Selanjutnnya masuk ke daerah bosh tempat berlangsungnnya daerah pembakaran karbon dan dengan oksigen, di mana di daerah ini temperature mencapai sekitar 1700oC. Disini semua material mencair dan ditampung di daerah hearth kemudian cairan hot metal dan slag di keluarkan pada selang waktu tertentu. Hot metal yang telah terakumulasi di dasar MBF di-tapping keluar melalui lobang dinding furnace, ditampung dalam ladge atau torpedo car, kemudian dikirim untuk proses selanjutnnya. Sementara itu slag dalam MBF di-tapping melalui 2 lobang yang letaknnya berlawanan arah dengan lobang tappingmetal dan dikirim ke slag pon yang letaknnya agak jauh dari MBF untuk di dinginkan. Hot metal dari MBF di inginkan secara tepat dengan menyemprotkan air dengan tekanan tinggi, kemudian masuk dalam hopper dan dengan belt conveyor di kirim ke fine crusher/ball mill untuk dihaluskan dan kemudian dikirim ke Magnetic Seperator untuk dipisahkan antara FeNi yang magnetic, sedangkan yang non magnetic merupakan pengotor dikirim ke tailing pond. Rangkaian proses pendinginan sampai pemisahan dengan magnetic separator dilakukan secara otomatis. Methoda untuk menghilangkan kandungan sulfur (desulfurization) pada crude Fe-Ni adalah dengan menambahkan calcium (CaC2) dan soda Ash (Na2CO3) dan untuk menghilangkan sulfur dengan mengikat menjadi CaS dan Na2S, sehingga sisa sulfur pada metal setelah proses sulfurisasi menjadi kira-kira 0,015%. Slag hasil proses sulfurisasi masih terkandung antara 9-10% Ni dan 7-9% S, namun harus dicrushing menggunakan limestone crusher dan pemisahan +10 mm. Dengan proses ini di peroleh 70% Ni dalam desulfurisasi slag dan 91% S dapat di hilangkan. Selanjutnnya untuk produksi low carbon Fe-Ni, pengotor yaitu C, Si dan P, dibersihkan dengan menyemprotkan oxygen dalam shaking converter. b. Pengoperasian Fasilitas Pendukung Pengoperasian fasilitas pendukung terdiri dari pengoperasian kantor, gedung, bengkel, poliklinik, sumber tenaga listrik (genset), sumber air, laboratorium, IPAL, serta beberapa sarana lainnya. Pengoperasian fasilitas pendukung ini akan
memberikan kontribusi terhadap meningkatnnya beban cemaran yang ada disekitar lokasi kegiatan. Produk samping yang paling banyak dihasilkan dari kegiatan ini adalah meningkatnnya limbah cair dan limbah padat. Kegiatan pengoperasian pabrik dan fasilitas pendukung ini menimbulkan dampak potensial berupa : kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, limbah padat dan cair, debit aliran permukaan, penurunan kualitas air, gangguan biota perairan, gangguan fauna penurunan sanitasi lingkungan, potensi terjadinnya penyakit, serta perubahan sikap dan persepsi masyarakat. 4. Penanganan Limbah Dalam pengoperasian pabrik pengolahan nikel dan fasilitas pendukung lainnya akan menghasilkan limbah, terutama limbah padat, cair, gas, dan debu. Limbahlimbah yang dihasilkan ini ada yang bersifat limbah B3 sehingga perlu penanganan khusus. Limbah B3 seperti bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang di gunakan saat proses atau sisa proses seperti filter-filter berkas, potongan waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastic bekas kemasan bahan kimia, dan oli bekas akan dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah disiapkan khusus, kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga ( off-site treatment) yang mempunyai izin pengelolaan limbah B3. Apabila limbah yang dihasilkan tidak dikelola demgan baik, dapat menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini tentu tidak diharapkan, baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat umum. a. Penambangan Limbah Slag Jumlah slag hasil peleburan sangat besar sekitar 82% dari awal raw material, dan bila kadar nikel dalam bijih semakin rendah, maka akan menghasilkan volume slag yang lebih banyak. Slag dikirim ke slag pond yang letaknnya agak jauh dari MBF untuk di inginkan kemudian dikirim ke tailing pond. Limbah slag ini sangat panas, maka perlu penyiraman air yang banyak untuk didinginkan sehingga juga menghasilkan lumpur endapan. Air siraman ini di alirkan ke IPAL untuk menetralkan lumpur dan pembersihan dari logam berbahaya. Slag mengandung MgO dan SiO2, yang secara kimia stabil dan bebas dari substansi berbahaya dan memiliki berbagai sifat yang baik seperti densitas tinggi, kekerasan dan kekuatan, penempatan yang baik dengan permeabilitas air yang tinggi, serta ketahanan api yang tinggi dengan pengembangan termal (pemuaian) rendah. Dengan sifat-sifat tersebut, slag ini kemungkinan dapat digunakan dalam berbagai tujuan , misalnnya pemadatan badan jalan kendaraan. Namun demikian pemanfaatan slag ini, PT. Kinlin Nickel Industry Indonesia akan mengajukan izin ke Kementerian Lingkungan Hidup. Selain itu slag dapat langsung ditimbun di landfill lokasi tambang sebagai material reklamasi kemudian di tutup dengan top soil selanjutnnya dilakukan penghijauan. b. Penangan Limbah Cair Dalam proses produksi akan menggunakan jumlah air yang besar yaitu untuk pendinginan dan pencucian. Penggunaan air untuk pendinginan (perlindungan MBF dari luar)penyemprotan air tekanan tinggi secara cepat pada hot metal MBF dengan water sprayer. Limbah cair lain dari pencucian presipitator elektrostatik (ESP) yang digunakan untuk penangkapan gas serta dari pendinginan slag hasil peleburan. Air bekas pendinginan dan pencucian tersebut melalui drainase di alirkan ke IPAL kemudian dilakukan treatment dan air tersebut di pergunakan lagi dalam sirkulasi tertutup untuk penghematan penggunaan air. Limbah dari kakus akan diproses dalam septic tank, sementara air limbah dari kamar mandi dan dapur langsung di alirkan ke instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Air hujan yang turun pada wilayah kompleks perkantoran serta air buangan saat pembersihan dan pencucian lantai dan atau fasilitas produksi dialirkan melalui saluran drainase dan di alirkan ke IPAL.