Aku tinggal di di bawah kaki gunung sumbing, desa yang sangat indah. Udara yang sangat sejuk, dikelilingi prsawahan dan singai kecil yang mengaliri sawah. Aku tingal di senuah pondok pesantren, sebagai santriwati. Walau sudah setahun yang lalu menyelesaikan sekolahku, namun karena terbatasnya dana aku terpaksa tidak melanjutkan pendidikan seperti teman temanku yang lain. Dan karena bingung harus bekerja dimana, aku menawarkan diri untuk mengabdi saja di pesantren. Tidak apa apa tanpa di gaji, yang penting aku bisa makan sambil belajar di sini. Rumah orang tuaku tidak jauh dari pesantren, sekitar 2km. Kadang jika ada waktu aku meminta izin pulang sebentar. Tapi jangan sering sering, takutnya aku jadi kangen rumah terus dan tidak fokus belajar. Ibu dan bapakku adalah petani , tapi tidak memiliki sawah melaikan mengggarap sawah milik tetangga. aku memiliki 2 orang adik yang masih duduk di bangsu sekolah dasar. Aku senang tinggal di pesantren, karena bayak teman, dan bisa mendalami ilmu agama. Tugasku sekarang sudah berubah sejak aku bukan lagi anak sekolah,.aku menghabiskan waktu seharian di dapur pondok, membantu memasak, mencuci piring , membersihkan asrama dan wc santri putri. Namun di malam hari bakda magrib aku ikut belajar tafsir quran dan kitab kuning. Aku paling suka saat harus berbelanja ke pasar sayur. Biasanya kami bertiga di temanin mbah nyai, menggunkaan mobil rolli. Belanjaan bisa berkarung karung, strok untuk satu minggu. Perjalanan ke pasar sayur menjadi hiburan tersendiri bagiku, kaena jarang jarang aku bisa keluar adari halamn pondok. Perjalanan ke padsar kecatmatn memakan waktu sekitar 30 menit. Daftar belanja sangat banyak. Kami menggunakan karung yang di ikat tali rafia lantas kami tarik bersama. Beklanjaan bisanaya saturan yang haganya murah di kamdesa seperti labu siam, terong, kacang panjang, tempe tahu dan telur. Di pesantren santri wanita tidak boleh menggunakan celanaja, jadi walau harus koor kotor di pasar aku tetap menggunkan rok, j