6 INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan terbaik diantara alternatif yang tersedia. karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang pula. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut pemilihan alternatif diantara berbagai alternatif yang tersedia, maka informasi akuntansi yang bermanfaat adalah informasi akuntansi yang berbeda diantara alternatif yang tersedia. PENGERTIAN Informasi Akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan dan biaya dalam alternatif tindakan tertentu dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Selain untuk mengumpulkan harga pokok, informasi biaya juga dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan. Sehubungan dengan itu dikenal Informasi biaya diferensial yang memiliki kriteria (1) biaya yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dan (2) Biaya tersebut berbeda diantara alternatif keputusan yang dipertimbangkan. Apabila akuntan mencatat biaya untuk pengambilan keputusan antara relevan dan tidak relevan, berarti menyalahi prinsip akuntansi. Sebab aturan akuntansi mengharuskan mencatat atau mengakui hanya biaya historis (historical cost). Manajemen dapat menggunakan konsep biaya kesempatan (opportunity cost) dalam pengambilan keputusan, namun tidak dapat menyajikan biaya ini dalam laporan rugi laba untuk publik. Meskipun ada perbedaan antara konsep biaya untuk penyajian laporan keuangan dengan kepentingan pengambilan keputusan, namun konsep untuk pengambilan keputusan ini sangat panting dalam membantu manajemen untuk pengambilan keputusan. Berikut ini adalah konsep biaya untuk pengambilan keputusan tersebut: 1. Biaya relevan (relevant costs) Istilah relevan memiliki pengertian berhubungan dengan sesuatu. Suatu biaya disebut biaya relevan jika biaya tersebut berhubungan dengan tujuan perekayasaan biaya tersebut. jika manajemen ingin mengetahui cost produk yang diproduksi dalam bulan tertentu, maka harus mengumpulkan biaya produksi sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk produksi dalam bulan yang bersangkutan. Biaya produksi sesungguhnya tersebut merupakan biaya relevan karena sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengumpulan informasi biaya tersebut. Menurut definisi, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dinilai dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. jadi dari pengertian tersebut tidak ada satupun biaya yang tidak relevan, karena setiap biaya memang direkayasa untuk memenuhi tujuan tertentu. Biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan disebut dengan istilah yang lebih tepat: Biaya diferensial. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut pemilihan alternate masa yang akan datang dan untuk dapat melakukan pemilihan, pengambil keputusan harus mampu membedakan diantara alternate yang tersedia, maka informasi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang dan yang berbeda diantara alternate yang akan dipilih. 2. Biaya masa lalu dan biaya masa yang akan datang (historical costs and future costs) Pengambilan keputusan merupakan pemilihan berbagai alternate untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi biaya yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah biaya masa yang akan datang (future Cost). Future cost adalah biaya yang dapat diperkirakan akan terjadi dalam periode yang akan datang. Karena biaya ini merupakan biaya yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang, maka jumlahnya harus ditaksir dan terjadinya harus diramalkan. Manajemen sangat berkepentingan dengan biaya masa yang akan datang ini, dengan alasan bahwa biaya tersebut merupakan satu-satunya biaya yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Biaya historis hanya dapat diamati dan dinilai terjadinya. jika biaya
historis, manajemen hanya dapat mengajukan pertanyaan : “apa yang salah ?" di lain pihak, biaya masa yang akan datang dapat direncanakan untuk dikurangi. jika biaya masa yang akan datang terlalu tinggi, manajemen dapat mengajukan pertanyaan: "apa yang dapat kami lakukan terhadap hal ini?”. Apabila biaya masa yang akan datang tidak hanya sekedar diharapkan, tetapi dituangkan dalam bentuk rencana kegiatan menyeluruh perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan datang, biaya tersebut disebut " Biaya yang dianggarkan" (budgeted cost) 3. Biaya tunai dan biaya terbenam (out of pocket costs and sunk costs) Biaya yang akan memerlukan pengeluaran kas sekarang atau dalam jangka waktu dekat sebagai akibat dari keputusan manajemen disebut sebagai Out of Pocket Cost. Sebagai contoh manajemen memutuskan untuk menerima pesanan pembuatan produk dari pelanggan. Dalam hal ini biaya bahan baku dan tenaga kerja adalah contoh biaya tunai. BOP selain biaya depresiasi dan amortisasi juga merupakan biaya tunai. Biaya depresiasi aktiva tetap dalam pengambilan keputusan jangka pendek bukan merupakan biaya tunai. Pembayaran kas (atau setidaknya kesanggupan untuk membayar kas) telah terjadi pada masa lalu, yaitu pada saat aktiva tersebut diperoleh. Biaya depresiasi, deplesi dan amortisasi merupakan biaya terbenam (sunk cost) dan bukan merupakan biaya yang relevan dalam pengambilan keputusan jangka pendek. Sunk cost merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari pengambilan keputusan yang telah lalu. 4. Biaya kesempatan (opportunity costs) Opportunity cost adalah potensi keuntungan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternate tertentu. Sebagai contoh, suatu ruang usaha saat ini disewakan dengan pendapatan sewa Rp 300.000 per bulan. Pimpinan mempertimbangkan akan menggunakannya untuk keperluan perdagangan barang X dan menghentikan persewaan ruang toko usaha tersebut. Dari hasil perdagangan barang X misalkan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 375.000. dari perhitungan disimpulkan bahwa penghentian sewa dan menggunakan sendiri ruang toko tersebut untuk perdagangan barang X merupakan alternate yang seharusnya dipilih. Biaya sewa yang dikorbankan jika alternate menggunakan sendiri ruang usaha merupakan contoh dari opportunity cost. 5. Biaya tambahan (incremental costs) Incremental cost adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika suatu alternatif yang berkaitan dengan perubahan volume kegiatan dipilih. Biaya tambahan merupakan informasi akuntansi manajemen yang diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penambahan atau pengurangan volume kegiatan. Sebagai contoh, volume produksi perusahaan saat ini adalah 100.000 unit per tahun dengan total biaya produksi Rp 150.000.000. suatu usulan telah disiapkan untuk menaikkan volume produksi menjadi 150.000 unit per tahun dengan total biaya Rp 180.000.000. Dengan demikian biaya tambahan apabila alternatif untuk menaikkan volume produksi tersebut dilakukan yaitu sebesar Rp 30.000.000. jika biaya tambahan dihubungkan dengan suatu alternatif tindakan yang kemungkinan akan dilaksanakan atau mungkin juga tidak dilaksanakan oleh manajemen, biaya tambahan mungkin dapat terjadi mungkin juga tidak. Apabila alternatif yang diusulkan bukan merupakan penambahan kegiatan melainkan berupa peniadaan suatu kegiatan yang sekarang ada, maka biaya tertentu yang ada saat ini dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari ini disebut biaya yang dapat dihindari (avoidable cost), yaitu biaya yang tidak akan terjadi jika suatu alternatif dipilih. Sesungguhnya biaya yang dapat dihindari atau Biaya yang tidak dap-at dihindari (unavoidable cost) merupakan variasi biaya tambahan. Oleh karena itu biaya yang dapat dihindari sering disebut dengan istilah penghematan biaya tambahan (incremental cost saving atau negative incremental cost). NILAI WAKTU UANG DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PANJANG Dalam pengambilan keputusan jangka panjang, nilai waktu dari uang memegang peranan penting. Uang Rp 1.000 saat ini berbeda nilainya dengan Rp 1.000 yang akan diterima satu tahun kemudian. jika seseorang diberi pilihan apakah uang Rp 1.000 lebih baik diterima sekarang atau setahun kemudian, maka ia tentu akan memilih menerima uang tersebut sekarang. jika tingkat bunga 20 % setahun dan kemudian la menanamkannya untuk memperoleh pendapatan bunga selama setahun, maka investasi Rp 1.000 sekarang akan menjadi Rp 1.200 setahun kemudian. Begitu juga Rp 1.000 setahun kemudian adalah sama dengan Rp 833,33 (Rp 1.000 : 1,2) sekarang, karena Rp 833,33 ditambah bunga 20 % sama dengan Rp 1.000. Hal ini merupakan inti dari nilai waktu uang (time value of money). Oleh karena itu, seseorang akan
lebih menyukai menerima uang sekarang dari pada ditunda kemudian dan ia akan mau menukarkan sejumlah uangnya sekarang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang. la akan memegang prinsip bahwa jumlah uang pada masa yang akan datang harus lebih besar daripada jumlah sekarang. Nilai Rp 1.000 yang diinvestasikan saat ini pada tingkat bunga majemuk 20 % per tahun, akan bertambah pada akhir setiap tahun selama 5 tahun disajikan pada gambar 6.l. dibawah ini. Tahun 0. 1. 2. 3. 4. 5.
Perhitungan Rp 1.000,00 Rp 1.200,00 Rp 1.440,00 Rp 1.728,00 Rp 2.073,60
+ + + + +
0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
(Rp (Rp (Rp (Rp (Rp
1.000.00) 1.200,00) 1.440,00) 1.728,00) 2.073,60)
Nilai Investasi Rp 1,000.00 Rp 1,200.00 Rp 1,440.00 Rp 1,728.00 Rp 2,073.60 Rp 2,488.32
Gambar 6. 1. Nilai Akhir Investasi Nilai investasi pada tahun ke-n, dengan tingkat bunga sebesar i dihitung dengan rumus : In = Io (1 + i)n in = Investasi pada tahun ke-n I0 = Investasi pada tahun ke-0 i = Tingkat bunga n = jangka waktu untuk pengambilan keputusan investasi semua arus kas yang diperkirakan akan diterima dan dikeluarkan selama umur investasi harus dinyatakan nilainya pada nilai tahun ke-0, dengan kata lain harus dihitung nilai tunainya (Present value) agar dapat dibandingkan. Rumus perhitungan nilai tunai adalah sebagai berikut Nilai Tunai = Arus Kas x
1 (1 + i) n
Contoh 1. PT. Rifani merencanakan akan menanamkan uangnya dalam perolehan sebuah kendaraan seharga Rp 75.000.000. jika kendaraan tersebut diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir tahun kelima dianggap tidak mempunyai nilai residu serta setiap tahun menghasilkan arus kas bersih Rp 22.500.000 per tahun (selisih pendapatan tunai dengan biaya), maka dengan tarif kembalian investasi (return on investment) 10 % per tahun, jumlah nilai tunai arus kas bersih dihitung seperti disajikan pada gambar 6.2 dibawah ini : Tahun 1. 2. 3. 4. 5.
Arus kas bersih per Nilai tunai Rp. 1 tahun Rp 22.500.000 Rp 0,909 Rp 22.500.000 Rp 0,826 Rp 22.500.000 Rp 0,751 Rp 22.500.000 Rp 0,683 Rp 22.500.000 Rp 0,621 Jumlah Nilai Tunai
Nilai tunai arus bersih per tahun Rp 20.452.500 Rp 18.585.000 Rp. 16.897.500 Rp. 15.367.500 Rp. 13.972.500 Rp. 85.275.000
kas
Gambar 6.2. Nilai Tunai Arus Kas Masuk Bersih Dari gambar 6.2. diatas, rencana investasi tersebut dapat diterima karena jumlah investasi pada tahun ke-0 sebesar Rp 75.000.000 tersebut dapat menghasilkan arus kas yang jika dinilai tunaikan berjumlah Rp 85.275.000. jadi, jumlah kas yang akan diterima lebih besar Rp 10.275.000 (Rp 85.275.000 - Rp 75.000.000) bila dibandingkan dengan pengorbanan yang akan dilakukan.
MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Sebagai pendalaman terhadap pemahaman tentang informasi akuntansi diferensial, berikut ini akan diuraikan manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek. Umumnya manajemen menghadapi berbagai macam pengambilan keputusan jangka pendek dibawah ini: 1. Membeli atau membuat sendiri (make or buy decision) 2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk (sell or process further) 3. Menghentikan atau melanjutkan produksi dari produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan (stop or continue product line) 4. Menerima atau menolak pesanan khusus (s pedal order decision) 5. Optimalisasi penggunaan sumber daya (resources optimalization) Membeli atau Membuat Sendiri (make or buy decision) Keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai komponen dan memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, memang pemasok dan' luar dapat memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah dari pada biaya untuk memproduksi sendiri komponen tersebut (outsourcing). Oleh karena itu, salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk membeli atau memproduksi sendiri adalah penawaran harga dari pemasok luar untuk suatu komponen produk yang berada dibawah biaya produksi sendiri komponen tersebut. Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri juga dapat timbul karena adanya taksiran penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat sendiri oleh perusahaan (in-house sourcing). Ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh perusahaan dalam hal membeli atau membuat sendiri, yaitu : a. Perusahaan sebelumnya memproduksi sendiri produknya, kemudian mempertimbangkan akan membeli produk tersebut dari pemasok luar. b. Perusahaan sebelumnya membeli produk tertentu dari pemasok luar kemudian mempertimbangkan untuk memproduksi sendiri produk tersebut. Kemungkinan pertama, umumnya merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang tidak menyangkut investasi jangka panjang. Dua kemungkinan yang dihadapi oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan ini antara lain: a. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat dimanfaatkan jika produk dihentikan produksinya karena manajemen memilih alternatif membeli dari luar. jika perusahaan sebelumnya membuat sendiri kemudian mempertimbangkan akan membeli dari luar, manfaat dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya diferensial yang berupa biaya terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan membuat sendiri dihentikan. Sedangkan pengorbanan dari alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok luar. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih menguntungkan jika dipilih. Sebaliknya jika pengorbanan lebih besar dari manfaat, alternatif membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih b. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan untuk usaha lain yang menghasilkan laba, jika produk dihentikan produksinya, karena manajemen memilih alternatif membeli dari luar. Dalam pengambilan keputusan ini, manajemen tidak hanya mempertimbangkan biaya diferensial, tapi juga perlu mempertimbangkan pendapatan diferensial sebagai hasil pemanfaatan fasilitas yang dihentikan pemakaiannya. Manfaat dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya diferensial berupa avoidable cost jika kegiatan membuat sendiri dihentikan dan pendapatan diferensial (differentials revenue) dari pemanfaatan fasilitas dalam bisnis yang lain. Sedangkan pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok luar.
Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih menguntungkan jika dipilih. Sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih. Contoh 2. PT. Rizki berusaha dalam bidang perakitan. Suku cadang X dari produk rakitannya selama ini diproduksi sendiri dalam pabriknya. Kebutuhan suku cadang jenis ini berjumlah 100.000 unit setahun. Biaya produksi suku cadang jenis ini disajikan dibawah ini. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap terhindarkan Biaya overhead pabrik tetap bersama /tak terhindarkan Total biaya per urut
Rp 750 500 300 250 300 Rp2.100
Sedang apabila membeli dari luar, perusahaan akan mengeluarkan biaya sebagai berikut : Harga beli Rp 1.800 per unit, biaya penyimpanan Rp 100 per unit dan biaya pemesanan total Rp 1.000.000 per tahun. Misalnya, didalam pengambilan keputusan fasilitas-fasilitas untuk memproduksi suku cadang X tersebut dianggap tetap menganggur jika alternatif membeli dari luar dipilih. Meskipun sepintas PT. Rizki terlihat lebih menguntungkan untuk membeli dari luar, karena harga beli dari luar lebih rendah, tetapi Jawabannya tidak selalu demikian. Untuk memilih alternatif mana yang menguntungkan, ada dua pendekatan yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu pendekatan manfaat dan pengorbanan (cost benefit) dan pendekatan perbandingan (comparative) Pendekatan cost benefit. Manfaat (benefit) : Biaya Diferensial (biaya terhindarkan) Biaya-biaya variabel (bahan baku, tenaga kerja langsung dan BOP) Rp 1.550 Biaya tetap terhindarkan Rp 250 jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar Rp 1.800 Pengorbanan (cost) : Harga beli jika membeli dari luar Biaya penyimpanan Biaya pemesanan jumlah biaya jika membeli dari luar
Rp 1.800 Rp 100 Rp 10 Rp 1.910
Dari perhitungan diatas, jelas terlihat bahwa alternate tetap memproduksi sendiri yang menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp 1.910 per unit sedangkan penghematan yang diperoleh (biaya yang terhindarkan) hanya sebesar Rp 1.800 per unit. jadi bila perusahaan membeli dari luar, perusahaan akan mengalami kerugian Rp 110 (1.910 - 1.800) per unit atau secara keseluruhan sebesar Rp 11.000.000 (Rp 110 x 100.000 unit)
Pendekatan perbandingan
Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya Variabel BOP tetap terhindarkan Harga Beli Biaya penyimpanan Biaya Pemesanan Jumlah
(100.000 unit x Rp 750) (100.000 unit x Rp 500) (100.000 unit x Rp 300) (100.000 unit x Rp 250) (100.000 unit x Rp 1.800) (100.000 unit x Rp 100)
Membuat Sendiri Rp 75.000.000 Rp 50.000.000 Rp 30.000.000 Rp 25.000.000 Rp.
180.000.000
Membeli Rp Rp Rp. Rp.
180.000.000 10.000.000 1.000.000 191.000.000
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa, bila perusahaan untuk memenuhi kebutuhan suku cadang tersebut dibeli dari luar, perusahaan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 191.000.000, tetapi apabila perusahaan tetap memproduksi sendiri hanya dikeluarkan biaya produksi sebesar Rp 180.000.000, dengan demikian perusahaan lebih menguntungkan apabila tetap memproduksi sendiri kebutuhan suku cadang X. Contoh 3. Dalam contoh 2 fasilitas yang digunakan untuk memproduksi suku cadang X tetap menganggur jika suku cadang X dibeli dari luar. Apabila fasilitas tersebut dapat dipakai dalam aktivitas produksi lain yang menghasilkan laba atau dapat disewakan kepada pihak luar, maka dalam hal ini terdapat opportunity cost dalam membuat sendiri suku cadang X tersebut. Jika misalnya fasilitas yang tidak digunakan tersebut dapat disewakan kepada pihak luar dengan pendapatan sewa sebesar Rp 20.000.000. Apabila kondisinya seperti itu, maka PT. Rizki apabila membeli suku cadang dari luar terdapat opportunity cost sebesar Rp 20.000.000, yaitu sejumlah pendapatan yang dikorbankan karena pemilihan alternate tetap membuat sendiri suku cadang X. Mengenai alternatif mana yang dipilih dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini:
Biaya produksi suku cadang X Biaya kesempatan (hasil sewa) Jumlah biaya diferensial
Jumlah biaya yang dikeluarkan Membuat Sendiri Membeli Rp 180.000.000 Rp 191.000.000 Rp 20.000.000 Rp 200.000.000 Rp 191.000.000
Biaya Diferensial Rp 11.000.000 Rp 20.000.000 Rp 9.000.000
Dari tabel diatas PT. Rizki lebih menguntungkan untuk membeli suku cadang X dari pemasok luar Kemungkinan kedua, dalam keputusan membeli atau memproduksi sendiri merupakan keputusan manajemen jangka panjang, karena kemungkinan menyangkut investasi dana dalam jumlah yang besar untuk pengadaan mesin dan perlengkapan produksi. Dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan ini a. Keputusan. tetap membuat sendiri tidak memerlukan tambahan fasilitas produksi, karena manajemen dapat memanfaatkan kapasitas yang masih menganggur dari mesin dan peralatan yang telah dimiliki sebelumnya. Jika perusahaan sebelumnya membeli dari luar dan kemudian mempertimbangkan akan membuat sendiri, manfaat dari alternatif membuat sendiri adalah besarnya biaya diferensial yang berupa avoidable cost sebagai akibat membeli produk dari pemasok luar. Sedangkan pengorbanan dari alternate ini adalah timbulnya biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri produk tersebut jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternate membuat sendiri lebih menguntungkan. Sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternate membuat sendiri sebaiknya tidak dipilih. b. Keputusan membuat sendiri yang memerlukan tambahan investasi untuk mesin dan peralatan. jika perusahaan sebelumnya membeli dari luar dan kemudian mempertimbangkan akan membuat sendiri, serta memerlukan mesin dan equipment untuk memproduksi sendiri, manfaat pemilihan alternate membuat sendiri adalah besarnya biaya diferensial yang berupa avoidable cost sebagai akibat membeli produk dari pemasok luar. Sedangkan pengorbanan dari alternate ini adalah timbulnya biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri. Manfaat bersih yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan besarnya investasi dalam mesin dan ekuipmen untuk memutuskan
apakah manfaat bersih yang diperoleh sebanding dengan investasi yang akan dilakukan. Karena keputusan ini menyangkut jangka waktu panjang maka dalam mengukur manfaat dan pengorbanan harus diperhitungkan nilai waktu uang. Contoh 4. PT. Amelia berusaha dalam bidang perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya selama ini dibeli dari pemasok luar dengan harga Rp 1.750 per unit. Kebutuhan suku cadang tersebut berjumlah 100.000 unit per tahun. Manajemen perusahaan mempertimbangkan untuk memproduksi sendiri suku cadang tersebut. Taksiran biaya produksi suku cadang A jika di produksi sendiri adalah sebagai berikut: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap terhindarkan jumlah biaya produksi
Per unit Rp 400 600 350 250 Rp 1.600
100.000 unit 40.000.000 60.000.000 35.000.000 25.000.000 Rp 160.000.000 Rp
Dari taksiran biaya produksi diatas, terlihat bahwa alternatif memproduksi sendiri lebih menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp 1.750 per unit per tahun, sedangkan taksiran biaya produksi jika suku cadang tersebut dibuat sendiri hanya sebesar Rp 1.600 atau Rp 160.000.000 per tahun. Sehingga apabila perusahaan memilih memproduksi sendiri suku cadang A, Perusahaan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 150 per unit (Rp 1.750 - Rp 1.600) atau Rp 15.000.000 per tahun (Rp 150 x 100.000 unit) Adapun perhitungan kedua alternatif tersebut dengan pendekatan cost benefit adalah sebagai berikut per unit
Total
Manfaat (benefit) Biaya Diferensial (biaya terhindarkan) Harga beli jika membeli dari luar
Rp 1.750
Rp
175.000.000
Pengorbanan (cost) Taksiran biaya produksi suku cadang A Keuntungan jika memproduksi sendiri
Rp 1.600 Rp 150
Rp Rp
160.000.000 15.000.000
Contoh 5. Misalkan dari contoh 4 diatas, PT. Amelia membutuhkan tambahan mesin dan perlengkapan untuk memproduksi suku cadang A yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar. jumlah investasi dalam fasilitas produksi diperkirakan Rp 30.000.000 dengan taksiran umur ekonomis selama 3 tahun. Manajemen puncak telah menetapkan target kembalian investasi (return on investment) untuk setiap usulan investasi sebesar 30%. Pertanyaan yang timbul "apakah penghematan yang dihasilkan dari memproduksi sendiri suku cadang A sebesar Rp 150 per unit atau Rp 15.000.000 per tahun tersebut sepadan dengan besarnya investasi sebesar Rp 30.000.000?" Untuk pengambilan keputusan, informasi yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut adalah seperti dibawah ini: Jumlah Penghematan Biaya Discount factor Nilai Tunai
Rp 27.241.500
Tahun Ke 1 Rp 15,000,000 0,7692 Rp 11,538,000
Tahun ke 2 Rp 15.000.000 0,5917 Rp 8.875.500
Tahun ke 3 Rp 15.000.000 0.4552 Rp 6.828.000
Dari perhitungan di atas ternyata PT. Amelia lebih baik tetap membeli suku cadang A dari pemasok luar dari pada memproduksi sendiri, karena nilai tunai penghematan biaya selama ekonomis mesin hanya Rp 27.241.500 lebih rendah dari investasi yang diperkirakan akan dilakukan (Rp 30.000-000) Sebagai pedoman untuk pemilihan alternatif dalam keputusan membeli atau membuat sendiri dapat dilihat pada gambar 6.3. dibawah ini :
Fasilitas yang digunakan untuk membuat sendiri dihentikan pemakaiannya Biaya diferensial berupa biaya terhindarkan A Biaya diferensial berupa harga beli B Perusahaan saat ini membuat dan mempertimbangkan akan membeli dari pemasokluar (outsourcing).
Keputusan : Jika A > B, alternatif membeli dapat dipilih Jika A < B, alternatif membeli tidak dapat dipilih Fasilitas yang digunakan untuk membuat dapat disewakan atau dioperasikan untuk kegiatan lain Biaya diferensial berupa biaya terhindarkan A Pendapatan diferensial B Biaya diferensial berupa harga beli C
Membuat atau membeli
Keputusan : jika (A + B) > C, alternatif membeli dapat dipilih jika (A + B) < C, alternatif membeli tidak dipilih Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi Biaya diferensial : Harga beli yg dapat dihindari A Biaya diferensial : Biaya untuk membuat B Perusahaan saat ini membeli dan mempertimbangkan akan membuat sendiri (in-house sourcing)
Keputusan: jika A > B, alternatif membuat dapat dipilih jika A < B, alternatif membuat tidak dapat dipilih Diperlukan tambahan fasilitas produksi Biaya diferensial : Harga beli yg dapat dihindari A Biaya diferensial : Biaya untuk membuat B Aktiva diferensial : Investasi dalam fasilitas C Keputusan : Jika selama umur ekonomis fasilitas produksi jumlah nilai tunai (A - B) > C, alternatif membuat sendiri dapat dipilih
Gambar 6.3. Berbagai Kemungkinan Alternatif Dalam Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Suatu Produk (sell or process further) Terkadang manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual produk tertentu pada kondisinya saat ini atau memproses lebih lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan seperti ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lanjut dipilih. Berbagai kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk dapat dilihat pada gambar 6.4.
Pendapatan diferensial
Rp. xxxx
Biaya diferensial
Rp. xxxx _ A
Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi
menjual atau memproses lebih lanjut
Keputusan : Jika A positif, pilih alternatif memproses lebih lanjut Jika A negatif, janganpilih alternatif memproses lebih lanjut
Pendapatan diferensial Biaya diferensial Diperlukan tambahan fasilitas produksi Aktiva diferensial
Keputusan
Rp. xxxx Rp. xxxx _ A B
: Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih besar dari B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya dipilih Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih kecil dari B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya tidak dipilih
Gambar 6.4. Berbagai Kemungkinan Alternatif dalam Keputusan Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Contoh 6. Pada kondisinya saat ini harga jual produk A adalah Rp 15.000 per unit dengan biaya per unit ini sebagai berikut : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap Biaya administrasi dan umum tetap Biaya pemasaran tetap Total Biaya Perunit
Per Unit Rp 4.500 1.500 2.500 2.000 1.000 1.250 Rp. 12.750
10.000 Unit Rp 45.000.000 15.000.000 25.000.000 20.000.000 10.000.000 12.500.000 Rp. 127.500.000
Dari data diatas, pada kondisi sekarang produk A mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 22.500.000 (Rp 150.000.000 - Rp 127.500.000) pada volume penjualan 10.000 unit Misalnya, di pasar telah terjadi perkembangan baru dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk Al pada harga jual Rp 24.000 per unit. Produk Al merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari produk A. jika hanya dilihat dari tambahan pendapatan jika produk A diolah lebih lanjut menjadi produk Al, perusahaan akan memperoleh pendapatan diferensial Rp 9.000. Namun untuk memutuskan apakah tetap dijual pada kondisi sekarang atau diproses lebih lanjut, informasi pendapatan diferensial tersebut harus ditandingkan dengan informasi biaya diferensialnya. Dalam perhitungan biaya diferensial, jika alternatif pengolahan lebih lanjut produk A menjadi produk Al dipilih, perlu dipertimbangkan kondisi berikut ini: a. Pengolahan lebih lanjut tidak memerlukan investasi tambahan. Pengambilan keputusan mengolah lebih lanjut ini merupakan pengambilan keputusan jangka pendek dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan adalah pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Jika pendapatan diferensial lebih tinggi daripada biaya diferensial, maka alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk dapat dipilih. Sebaliknya jika pendapatan diferensial lebih rendah dari biaya diferensial, maka alternatif mengolah lebih lanjut suatu produk ditolak. b. Pengolahan lebih lanjut memerlukan investasi tambahan
Jika dalam pengolahan lebih lanjut suatu produk membutuhkan investasi dalam mesin dan ekuipmen, maka hal ini menyangkut pengambilan keputusan jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan ini informasi yang relevan tidak hanya pendapatan dan biaya diferensial saja, namun menyangkut juga aktiva diferensial. Contoh 7. Misalkan pengolahan produk A menjadi produk Al tersebut tidak membutuhkan investasi tambahan, tetapi hanya membutuhkan biaya pengolahan lebih lanjut sebesar Rp. 7000 per unit, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Pendapatan diferensial (Rp. 24.000 - Rp 15.000) x 10.000 unit Rp 90.000.000 Biaya diferensial (Rp 7.000 x 10.000 unit) Rp 70.000.000 Laba diferensial Rp 20.000.000 Karena alternatif pengolahan lebih lanjut produk A menjadi Al tersebut menghasilkan pendapatan diferensial lebih tinggi dari biaya diferensial, maka alternatif pengolahan lebih lanjut produk A tersebut dapat diterima. Contoh 8. Manajemen PT. X menghadapi pemilihan alternatif memproses lebih lanjut produk A menjadi Al atau menjual pada kondisi yang ada saat ini. Kapasitas produksi adalah 10.000 unit per tahun. Biaya penuh untuk produk A adalah Rp 12.750 per unit atau Rp 127.500.000 per tahun dengan harga jual Rp 15-000 per unit. Dengan tambahan biaya pengolahan Rp 7.000 per unit, produk A tersebut dapat diubah menjadi produk Al dengan harga jual Rp 24.000 per unit. jika pengolahan lebih lanjut produk A tersebut misalnya memerlukan investasi tambahan untuk mesin dan ekuipmen sebesar Rp 80.000.000 dan diperkirakan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. jika return yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 20 % per tahun, maka pemilihan alternatif tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan informasi yang disajikan di bawah ini. Pendapatan diferensial (Rp. 24.000 - Rp 15.000) x 10.000 unit Rp 90.000.000 Biaya diferensial (Rp 7.000 x 10.000 unit) 70.000.000 Laba diferensial Rp 20.000.000 Nilai tunai laba differensial: Tahun ke 1 : 0,83333* x Rp 20.000.000 Tahun ke 2 : 0,69444** x Rp 20.000.000 Tahun ke 3 : 0,57870 x Rp 20.000.000 Tahun ke 4 : 0,48225 x Rp 20.000.000 Tahun ke 5 : 0,40187 x Rp 20.000.000 jumlah nilai tunai laba diferensial Investasi Nilai tunai bersih
Rp 16.666.600 13.888.800 11.574.000 9.645.000 8.037.400 Rp 59.811-800 80.000.000 Rp 20.188.200
1 (1 + 20 %) 1 ** (1 + 20 %) 2
*
dari perhitungan diatas tambahan investasi dalam mesin dan ekuipmen sebesar Rp 80.000.000 tersebut lebih besar daripada nilai tunai yang diharapkan dari investasi tersebut, sehingga alternatif mengolah lebih lanjut produk A tidak dapat dipilih. Usulan pengolahan lebih lanjut produk A menjadi Al ini dapat diterima apabila misalnya nilai tambahan investasi ini lebih rendah dari nilai tunai selama umur ekonomis dari investasi untuk mesin dan ekuipmen tersebut. ulp Menghentikan atau Melanjutkan Produksi Produk atau Kegiatan Usaha Departemen Tertentu (stop or continue product line)
Dalam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam keluarga produk (product line) atau yang memiliki berbagai departemen penghasil laba, seringkali manajemen menghadapi salah satu produknya atau salah satu departemennya mengalami kerugian usaha yang diperkirakan akan berlangsung terus. Dalam menghadapi kondisi ini manajemen , perlu mempertimbangkan keputusan untuk menghentikan atau tetap melanjutkan produk atau kegiatan usaha departemen yang mengalami kerugian tersebut. Ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan menghentikan atau melanjutkan produksi atau kegiatan dapat disajikan pada gambar 6.5. Informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya diferensiall dan pendapatan diferensial. Dengan dihentikannya produksi produk tertentu atau kegiatan departemen tertentu perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari produk atau departemen tersebut. Pendapatan yang hilang (forgone revenues) ini merupakan informasi pendapatan diferensial dan merupakan pengorbanan yang ditanggung karena pemilihan alternatif tersebut. Di sisi lain, dengan dihentikannya produksi atau kegiatan usaha tertentu perusahaan memperoleh manfaat berupa biaya terhindarkan (avoidable cost) yang merupakan informasi biaya diferensial. Jika biaya terhindarkan lebih besar dari pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha tertentu, maka alternate penghentian tersebut sebaiknya dipilih. Namun jika biaya terhindarkan lebih kecil dari pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha tertentu, maka alternate penghentian tersebut sebaiknya tidak dipilih. Fasilitas produksi yang lama dihentikan pemakaiannya
menghentikan atau melanjutkan produksi atau kegiatan
Rp. xxxx
Pendapatan Diferensial (Forgone revenues)
Rp. xxxx_ A
Keputusan : Jika A positif, penghentian produksi sebaijnya dipilih Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih
Fasilitas produksi lama dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bisnis yang lain
Keputusan
Biaya diferensial (avoidable cost)
Biaya diferensial : - Avoidable cost - Opportunity cost Jumlah biaya diferensial Pendapatan diferensial (forgone revenues)
Rp. xxxx Rp. xxxx_ Rp. xxxx Rp. xxxx_ A
: Jika A positif, Penghentian produksi produk sebaiknya dipilih Jika A negatif, Penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih
Gambar 6.5. Berbagai Kemungkinan Alternatif dalam Keputusan Menghentikan Produksi atau Kegiatan Contoh 9. Suatu perusahaan memiliki 3 departemen, departemen X, Y dan Z, laporan rugi laba tiap departemen pada tahun 2003 adalah:
Penjualan Biaya Variabel Contribution Margin (a) Biaya tetap terhindarkan Biaya tetap tak terhindarkan Total Biaya tetap (b) Laba (rugi) bersih (a-b)
Departemen X Rp 150.000.000 80.000.000 Rp 70.000.000 Rp 40.000.000, 10.000.000 Rp 50.000.000 Rp. 20.000.000
Departemen Y Rp 100.000.000 60.000.000 Rp 40.000.000 Rp 20.000.000 10.000.000 Rp 30.000.000 Rp. 10.000.000
Departemen Z Rp 100.000.000 70.000.000 Rp 30.000.000 Rp 25.000.000 10.000.000 Rp 35.000.000 (Rp. 5.000.000)
Jika manajemen memperkirakan kerugian yang dialami oleh departemen Z akan berlangsung terns di masa yang akan datang, maka manajemen perlu mempertimbangkan untuk menghentikan atau melanjutkan kegiatan usaha departemen Z tersebut. Informasi akuntansi diferensial yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut sebagai berikut : Manfaat (benefit) Biaya diferensial berupa avoidable cost karena dihentikannya Dept Z. Biaya variabel Rp 70.000.000 Biaya tetap terhindarkan 25.000.000 Total Manfaat Rp 95.000.000 Pengorbanan (cost) Pendapatan diferensial yang berupa pendapatan yang hilang dengan ditutupnya kegiatan usaha departemen Z Rp 100.000.000 Manfaat lebih kecil dari pengorbanan jika alternatif menghentikan Rp 5.000.000 kegiatan usaha departemen Z dipilih Menerima atau Menolak Pesanan Khusus (special order) Pada umumnya perusahaan dalam membangun pabriknya telah dirancang untuk dioperasikan pada kapasitas yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi untuk beberapa tahun yang akan datang. Dengan berbagai keterbatasan pada perusahaan, misalnya keterbatasan modal kerja, sumber daya manusia, maupun permintaan akan produk perusahaan yang masih terbatas, adakalanya kapasitas yang mampu digunakan tidak sebesar yang diharapkan. Jika perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi permintaan pasar saat ini, sehingga dengan demikian perusahaan memiliki kapasitas yang menganggur, yang sering kali mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak berdampak terhadap penjualan reguler. Sebelum membahas beberapa kondisi yang menyebabkan perusahaan harus menetapkan harga khusus kepada produknya, sebelumnya perlu dipahami pengertian dari “Range Fleksibilitas" Total biaya variabel Total biaya tetap Target laba Target harga jual
Rp xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx
batas bawah range fleksibilitas batas atas
Batas atas merupakan harga jual dengan _pendekatan absorption atau full costing, sedangkan batas bawah merupakan harga jual bila kita menggunakan pendekatan kontribusi atau variable costing. Diatara kedua batas tersebut terdapat jarak atau ruang gerak bagi perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan harga jual yang disebut range fleksibilitas. Pada umumnya pada kondisi-kondisi khusus yang akan dijelaskan nanti menggunakan konsep biaya dengan pendekatan kontribusi. Beberapa kondisi yang menyebabkan perusahaan menetapkan harga khusus pada pesanan tertentu antara lain: a. Perusahaan memiliki kapasitas yang masih menganggur (idle capacity) Pada perusahaan yang masih memiliki kapasitas yang menganggur, kapasitas yang belum dimanfaatkan tersebut tidak dapat digunakan untuk memperluas penjualan reguler dengan harga reguler aula. Apabila kapasitas yang masih menganggur tersebut dapat dimanfaatkan, walaupun tidak dengan harga reguier, tetapi bila harga jual masih diatas biaya variabel (diatas batas bawah), maka laba netto perusahaan akan bertambah. b. Perusahaan menghadapi kondisi yang sulit Kondisi sulit yang dihadapi perusahaan dapat berupa penurunan permintaan yang tajam dan dalam waktu yang singkat, dapat mendorong perusahaan untuk bersifat luwes dalam menetapkan harga jualnya. Perusahaan untuk itu misalnya dapat menurunkan harga jual dibawah harga jual regulernya sampai mendekati batas bawah. Keputusan ini diharapkan mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan atau suatu produk. Namun apabila kondisi sulit ini berlangsung lama, perusahaan akan sulit dan dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan atau menutup perusahaan. Dimana dalam konsep
penutupan usaha ini, perusahaan akan ditutup apabila dalam )angka panjang hasil penjualannya tidak mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap tunainya (out of pocket cost). c. Perusahaan menghadapi persaingan yang tajam atas produk tertentu. Adanya persaingan yang tajam, memaksa perusahaan tidak boleh kaku dalam penetapan harga jualnya. Range fleksibilitas merupakan ruang gerak yang mungkin dapat dimanfaatkan perusahaan dalam menetapkan harga jualnya. Dalam menghadapi masalah ini manajemen juga harus memahami hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara harga jual, volume dan biaya (C" analysis). Contoh 10. PT. Ori memproduksi Produk X dalam pabrik yang berkapasitas 200.000 unit per tahun. Pada tahun anggaran mendatang perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual produk X sebanyak 150.000 unit dengan harga jual Rp 2.400 per unit. Anggaran biaya untuk tahun tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut : Biaya variabel Biaya produksi variabel Biaya komersial variabel Biaya tetap : Biaya produksi tetap Biaya komersial tetap Total biaya
Per unit
100.000 unit
Rp
850 300
Rp 120.000.000 30.000.000
400 250 Rp 1.800
75.000.000 45-000-000 Rp 270.000.000
Misalnya, perusahaan menerima pesanan khusus (di luar penjual reguler) sebanyak 40.000 unit dan' perusahaan lain. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp 1.450 per unit. Jika diperhatikan sepintas, harga yang diminta oleh pemesan tersebut jauh dibawah harga jual normal, bahkan berada di bawah biaya penuh produk X tersebut, sehingga seolah-olah dengan menerima pesanan khusus tersebut perusahaan akan menderita kerugian. Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, informasi akuntansi diferensial yang relevan adalah pendapatan diferensial dan biaya diferensial. jika pendapatan diferensial yang berupa tambahan pendapatan dengan diterimanya pesanan khusus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan biaya diferensial yang berupa tambahan biaya karena memenuhi pesanan khusus tersebut, maka pesanan khusus tersebut sebaiknya diterima. Tetapi apabila pendapatan diferensial lebih rendah daripada biaya diferensialnya, maka pesanan khusus tersebut sebaiknya ditolak. Analisis dan keputusan apakah menerima atau menolak pesanan khusus tersebut, disajikan dibawah ini: Pendapatan diferensial: Pendapatan dari hasil penjualan (40-000 unit x Rp 1.450) Biaya diferensial: Biaya produksi variabel (40.000 unit x Rp 850) Biaya komersial variabel (40.000 unit x Rp 300) Laba diferensial
Rp 58.000.000
Rp 34.000.000 12.000.000 Rp 46.000.000 Rp 12.000.000
Hasil perhitungan diatas juga dapat dicari dengan membandingkan antara harga yang ditawarkan pembeli dengan biaya variabel yang selanjutnya dikalikan dengan jumlah pesanan khusus tersebut (Rp 1.450 - Rp 1.150) x 40.000 unit = Rp 12.000.000 Dari hasil perhitungan diatas disimpulkan bahwa sebaiknya perusahaan menerima pesanan khusus tersebut, karena bila pesanan khusus tersebut diterima, maka laba perusahaan akan bertambah sebesar Rp 12.000.000 Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya (resources optimalization) Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat berupa dana, peralatan (kapasitas) , karyawan, dll.. Biasanya sumber daya ini bersifat terbatas. Sedangkan pemanfaatannya dapat digunakan untuk berbagai alternatif, sehingga perlu dipilih alternatif pemanfaatan yang paling menguntungkan.
Sebagai contoh misalnya gudang yang dapat digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang, tapi ' karena memiliki kapasitas yang terbatas, sehingga perlu dipilih jenis barang mana yang akan diperdagangkan, yaitu barang yang menguntungkan (yang memberikan contribution margin terbesar). Contoh serupa juga terjadi untuk mesin, tenaga kerja, dan sebagainya. jadi masalahnya adalah sumber daya yang kita miliki tersebut lebih baik dipakai untuk menjual atau membuat produk yang mana ? Contoh 11. Sebuah perusahaan membuat 2 macam produk (A dan B). masing-masing produk tersebut memberikan kontribusi terhadap laba perusahaan, sebagai berikut:
Harga jual per unit Biaya variabel per unit Contribution margin per unit Contribution margin ratio
Produk A Rp 15.000 11.250 Rp 3.750 25 %
Produk B Rp. 25.000 15.000 Rp. 7.500 40%
Data tambahan : -
kapasitas yang masih tersedia 2.000 jam mesin Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi produk A = 1 jam Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi produk B = 2 jam Diasumsikan bahwa pasar mampu menyerap berapapun kedua produk tersebut ditawarkan Sepintas kita cenderung memilih untuk memproduksi produk B, karena memberikan laba kontribusi yang lebih besar. Tetapi sebelum memutuskan, sebaiknya kita analisis terlebih dahulu dengan perhitungan berikut ini.
Harga jual per unit Jam mesin yang dipergunakan perunit Contribution margin per unit Total Contribution margin untuk 2000 jam mesin
Produk A Rp 15.000 1 Rp 15.000 Rp 30.000.000
Produk B Rp. 25.000 2 Rp. 12.500 Rp 25.000.000
Dari perhitungan diatas jelas bahwa kapasitas jam mesin yang ada lebih baik dimanfaatkan untuk memproduksi A, sebab total laba kontribusinya lebih besar daripada produk B. Keterbatasan bukan hanya dalam bentuk kapasitas jam mesin, tetapi dapat juga keterbatasan dalam hal lain. misalnya keterbatasan dana untuk promosi masing-masing produk, kemampuan pasar dalam menyerap masing-masing produk, keterbatasan kapasitas gudang dan keterbatasan lainnya. Berbagai keterbatasan harus ikut dipertimbangkan, sehingga mungkin saja keputusan bukan hanya dalam bentuk meniadakan atau menghentikan suatu produk untuk kemudian memperbanyak produk lainnya. Tetapi dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kombinasi antara 2 produk atau lebih yang paling menguntungkan dari berbagai keterbatasan yang ada. Pilihan kombinasi produk yang paling menguntungkan ini seringkali dihadapi oleh perusahaan, karena dalam praktek biasanya produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidak hanya satu dan perusahaan memiliki aktiva tetap yang dapat digunakan untuk memproduksi dua atau lebih jenis produk. Perusahaan untuk itu harus mampu memilih salah satu atau keduanya untuk diproduksi tergantung mana yang memberikan laba total paling besar. SOAL LATIHAN 1. Apakah yang dimaksud dengan biaya relevan dan karakteristik dari biaya relevan tersebut 2. Berikan pengertian dari istilah berikut : incremental cost, opportunity cost, avoidable cost dan sunk cost 3. Morgan company mempertimbangkan untuk menghentikan salah satu lini produknya. Biaya apa saja yang relevan dalam memutuskan masalah ini ? biaya apa saja yang tidak relevan. 4. Perusahaan penerbangan kadang-kadang mengurangi tarif pada waktu-waktu tertentu atau perusahaan telekomunikasi yang juga dapat mengurangi tarif pada waktu-waktu tertentu. Bagaimanakah konsep biaya relevan dimasukkan dalam keputusan untuk mengurangi tarif seperti itu. 5. Manajemen puncak suatu perusahaan mempertimbangkan keputusan make or buy. Sebelumnya perusahaan tersebut membeli salah satu suku cadangnya dari pemasok luar sebanyak 1.000 unit setahun
dengan harga per unit Rp 4.750. Menurut taksiran, biaya untuk memproduksi sendiri satu unit suku cadang tersebut adalah Rp 2.900, Untuk memproduksi sendiri suku cadang tersebut perusahaan harus membeli mesin dan ekuipmen seharga Rp 5.000.000. diperkirakan mesin tersebut memiliki umur ekonomis 4 tahun. Rate of return yang diinginkan oleh manajemen puncak untuk setiap investasi adalah 10 %. Diminta : a. Sebutkan informasi akuntansi diferensial yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan tersebut. b. Bagi manajemen apakah lebih baik tetap membuat sendiri atau membeli dari luar, sertakan perhitungan saudara. 6. Sebagai pengusaha catering, Ny. Suharti saat ini sedang mempertimbangkan apakah saos tomat yang selama ini dibeli dari luar, saat ini akan dibuat sendiri saja Diminta : a. Data apa saja yang diperlukan oleh Ny. Suharti b. Model analisis seperti apa yang anda lakukan c. Buat contoh dengan angka-angka kongkrit dan keputusan yang diambil 7. Suatu lembaga bimbingan belajar menyelenggarakan program bimbingan belajar untuk siswa SMU kelas tiga. Dalam menetapkan tarif, biaya yang harus dibayar oleh sedap peserta bimbingan belajar ini adalah sebagai berikut: Komponen Jumlah Keterangan Modul belajar Rp 5.000 Per siswa Kertas dan alat tulis Rp 10.000 Per siswa Honor pengajar Rp 200.000 Per bulan per kelas Listrik, air dan telepon Rp 100.000 Per bulan per kelas Biaya penyusutan Rp 50.000 Penyusutan ruangan dan peralatan per bulan Lain-lain Rp 25.000 Per bulan per kelas Yang harus dibayar siswa Rp 100.000 Per bulan, kapasitas per kelas Setiap angkatan dimulai setiap awal bulan, sedangkan pendaftaran akan ditutup setiap tanggal 25. Tetapi pada bulan April 2002 ini sudah tanggal 27, ada satu kelas yang pesertanya baru 20 orang kapasitas siswa 24 orang. Kebetulan datang seorang guru dengan membawa empat orang siswanya, ingin mendaftar, namun hanya mampu membayar Rp 300.000 per bulan untuk empat siswa. Diminta : Bagaimana menurut saran anda, apakah keempat siswa tersebut dapat diterima oleh lembaga bimbingan belajar tersebut ? Berikan penjelasan dengan perhitungan yang lengkap. 8. PT. Mutiara sebuah perusahaan batu bata press saat ini memiliki kapasitas untuk berproduksi sebanyak 500.000 unit per tahun. Saat ini hanya mampu dimanfaatkan sebesar 80 % dari kapasitas tersebut dengan harga jual normal Rp 900 per unit. Biaya produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit batu bata tersebut adalah sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp 360 Biaya tenaga kerja langsung Rp 140 Biaya overhead pabrik variabel Rp 75 Biaya overhead pabrik tetap Rp 150 atau Rp 75.000.000 per tahun Harga pokok per unit Rp 725 Pada bulan ini, sebuah perusahaan kontraktor memesan batu bata tersebut untuk proyek perumahan sebanyak kapasitas yang belum dimanfaatkan tersebut dengan harga Rp 650 per unit. Apabila pesanan tersebut diterima PT. Mutiara masih mengeluarkan ongkos kirim sampai ke tempat pemesan yang diperkirakan sebesar Rp 1. 500.000. Diminta : Dengan pendekatan perbandingan (comparative) berikan advis kepada PT. Mutiara, apakah sebaiknya pesanan khusus tersebut diterima atau ditolak, sertakan perhitungan dan analisis saudara.