Akhlak Dalam Keluarga.docx

  • Uploaded by: rimasariputri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akhlak Dalam Keluarga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,121
  • Pages: 3
Akhlak Dalam Keluarga Keluarga adalah jiwa masyarakat, sejahtera atau tidaknya suatu bangsa, kemajuan atau keterbelakangannya, pintar atau bodohnya adalah cerminan dari keadaan keluarga yang hidup pada masyarakat atau bangsa tersebut. Hakikat tersebut adalah kesimpulan pandangan seluruh pakar dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pakarpakar agama Islam. Oleh sebab itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga. Indikasinya bisa dilihat dari banyaknya ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang berbicara tentang hakikat tersebut. Allah SWT menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap manusia sehingga darinya bisa ditarik pelajaran yang amat berharga. Menurut al-Qur’an, kehidupan keluarga, di samping menjadi salah satu tanda dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Ilahi, juga merupakan nikmat yang harus dapat dimanfaatkan serta disyukuri. Allah SWT berfirman: Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Rum 30: 21) Dalam ayat tersebut jelas sekali bahwa tujuan dari pembentukan keluarga adalah terciptanya rasa aman, tentram, serta munculnya kasih sayang. Untuk mewujudkannya tentu tidak semudah membalik telapak tangan, diperlukan sebuah pengaturan yang bisa dipahami dan disepakati oleh semua anggota keluarga serta dibutuhkan konsistensi dari semua anggota keluarga untuk menjalankan aturan yang diberlakukan sehingga lahirlah keluarga yang dibingkai dengan keteraturan dan keseimbangan seperti yang diharapkan ajaran Islam. A. ASPEK AKHLAK Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT dalam mengelola alam semesta serta keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah seperti yang sudah diungkap sebelumnya, harus terimplementasi dalam kehidupan berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan diberlakukan di dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogiannya mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota keluarga tersebut. Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya: 1. Tanggung jawab Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga – sebagaimana halnya bangsa – tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah SAW bersabda:

‫عن َمسؤُ ل ُكلُّ ُكم َو َراع ُكلُّ ُكم‬ َ ‫َرا ِع َيتِ ِه‬

Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk

kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus menjadi karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan bangsa. 2. Kerjasama Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang lebih sederhana, kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa. 3. Perhitungan dan Keseimbangan Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat. Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan keseimbangan Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia” . Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul. 4. Disiplin Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah, ternyata berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya, membutuhkan sikap kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun ibadah-ibadah yang lain. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa

kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai. 5. Kasih sayang Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga adalah perasaan kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan waktunya untuk membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

‫س‬ َ ‫َكبِي َرنَا َح َّق َويَع ِرف‬ َ ‫ص ِغي َرنَا يَر َحم لَم َمن ِمنَّا لَي‬ Artinya: Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami. Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda:

‫ب فِي للاُ َج َعلَ َها‬ ُّ ِ ‫ ِع َبا ِد ِه ِمن شَا َء َمن قُلُو‬, ‫الر َح َما َء ِع َبا ِد ِه ِمن للاُ َير َح ُم َو ِإنَّ َما‬

Artinya: Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang suka mengasihi. Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan berusaha sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama, karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia dapatkan.

Related Documents


More Documents from "Haryoto,S.Pd"