Akh.kenediy Taufik Hidayat Nim 10617006.docx

  • Uploaded by: Kelvin Yusuf Sie Berotot
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akh.kenediy Taufik Hidayat Nim 10617006.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,707
  • Pages: 19
Nama

: Akh.Kenediy Taufik Hidayat

Nim

: 10617006

KELOMPOK 1 TUGAS FARMAKOLOGI

ASPIRIN 1. Dosis Aspirin Kondisi

Dosis

Demam

325 - 650 mg setiap 4 - 6 jam sekali, tergantung kondisi. Maksimal 4 g/hari.

Serangan jantung

75 - 325 mg/hari.

Rheumatoid arthritis

80 - 100 mg perhari, dibagi 5 - 6 kali, untuk kondisi akut, bisa dikonsumsi sampai 130 mg/hari.

Gangguan persendian

Dosis awal 2,4 - 3,6 g/hari, selanjutnya 3,6 - 5,4 g/hari

Stent implantation

325 mg 2 jam sebelum prosedur, diikuti dengan 160 – 325 mg/hari setelah prosedur dilakukan.

Indikasi Aspirin Aspirin termasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun panas, anti-nyeri, dan anti-radang. Komponen yang terdapat dalam aspirin adalah asam salisilat yang pada awalnya hanya dipakai sebagai obat luar. Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot. Fungsi lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit) yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung, dan juga pada pasien yang sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung. Kontraindikasi Aspirin Aspirin dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas / alergi terhadap komponen dari aspirin, jenis salisilat lain, atau obat – obatan anti-inflamasi nonsteroid lain, asma, ulkus peptik yang aktif / riwayat sakit maag, kelainan perdarahan, gangguan fungsi hati yang berat, gangguan fungsi ginjal yang berat, gagal jantung yang berat,

kehamilan pada trimester ke 3, anak dibawah 16 tahun (kecuali secara spesifik diindikasikan seperti pada penyakit Kawasaki). Selain itu, penggunaan obat ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus pada pasien dengan asma di mana dapat memicu serangan pada pasien dengan hipersensitivitas, polip nasal, penyakit saluran napas kronik, anemia, gagal jantung, dehidrasi, defisiensi enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase, gout (asam urat tinggi), pasien dengan gejala perdarahan tertentu, pasien dengan reaksi kulit yang berlebihan. Efek Samping Aspirin Efek samping yang umum terjadi adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya perdarahan spontan dan rasa tidak enak pada lambung. Efek samping lain yang mungkin terjadi seperti sesak napas, serangan asma, perdarahan menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran cerna, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan fungsi hati, biduran, sindrom Steven-Johnsons, gangguan fungsi ginjal dan keracunan salisilat. Interaksi Obat-obat Aspirin berpotensi menimbulkan interaksi antar obat jika dikonsumsi bersamaan dengan beberapa jenis obat tertentu. Interaksi antar obat itu bisa menyebabkan perubahan efek pada aspirin, bahkan meningkatkan risiko timbulnya efek samping dari penggunaan aspirin. Oleh karena itu, interaksi antar obat harus diperhatikan.Obat-obatan yang berpotensi menimbulkan interaksi dengan aspirin contohnya obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), obat-obatan steroid, obat-obatan antikogulan, obat-obatan antidepresan, obat-obatan untuk menangani tekanan darah tinggi dan epilepsi, serta obat-obatan lain yang mengandung aspirin.

ASAM MEFENAMAT 2. Dosis Asam Mefenamat Asam mefenamat umumnya dikonsumsi sebanyak tiga kali sehari dengan dosis maksimal 500 mg. Dosis obat ini bisa berubah, tergantung kepada kondisi pasien, tingkat keparahan rasa sakit, serta respons tubuh terhadap obat. Untuk anak-anak di atas enam bulan, dosisnya adalah 25 mg/kg, tiga kali sehari, dan dikonsumsi selama maksimal tujuh hari. Indikasi Asam Mefenamat Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, dan nyeri pada persalinan.

Kontraindikasi Asam Mefenamat  

Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.

Efek Samping Asam Mefenamat  Gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.  Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari, asam mefenamat dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik. Interaksi obat-obat  

 

Obat yg terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin, sulfonylurea). Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor. Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium di ginjal. Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung.

KALIUM DIKLOFENAK 3. Dosis Kalium Diklofenak Obat ini hanya untuk digunakan para orang dewasa dan remaja. Berikut ini dosisnya:

Dewasa: Takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg setiap hari 2 sampai 3 kali.

Remaja: Untuk kasus sedang pasien cukup diberikan 75-100 mg sehari 2 sampai 3 kali konsumsi Orang Tua: Dosis efektif terendah dan durasi tersingkat yang boleh diberikan kepada pasien. Jika tidak ada efek 2 jam setelah dosis pertama, maka pasien bisa mengonsumsi dosis 50 mg lagi. Apabila masih tidak memberi efek, pasien bisa mengonsumsi 50 mg lagi dengan interval 4 – 6 jam asalkan tidak melebihi dosis total 200 mg per hari.

Indikasi Kalium Diklofenak Obat Kalium diklofenak ini biasanya diresepkan untuk pasien yang memiliki indikasi di bawah ini:       

Nyeri akut jangka pendek. Inflamasi akut jangka pendek Rasa sakit yang timbul akibat terkilir, terpukul, terbentur, memar, dan patah tulang Peradangan pada tulang dan sendi, seperti osteoartritis (pengapuran tulang), radang sendi asam urat (gout), dan sebagainya. Setelah operasi gigi atau tulang Mengobati sakit kepala, sakit gigi sampai migrain. Nyeri hebat akibat infeksi hidung, telinga atau tenggorokan.

Kontraindikasi Kalium Diklofenak  Tukak lambung  Hipersensitif terhadap zat aktif  Seperti halnya dengan anti inflamasi non steroid lainnya, kalium diklofenak dikontraindikasikan pada pasien dimana serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut ditimbulkan oleh asam asetilsalisilat atau obat-obat lain yang mempunyai aktivitas menghambat prostaglandin sintetase

Efek Samping Kalium Diklofenak Gangguan saluran cerna, gangguan pembekuan darah, gangguan kardiovaskuler, reaksi hipersensitif, gangguan fungsi ginjal Interaksi Obat – obat Bila diberikan bersama dengan sediaan yang mengandung litium atau digoksin, diklofenak dapat meningkatkan konsentrasi obat-obat tersebut dalam plasma tetapi belum pernah dilaporkan terjadi tanda-tanda klinis overdosis. Berbagai obat anti-inflamasi nonsteroid dapat menghambat aktivitas diuretik. Pemberian bersama diuretik hemat kalium kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kadar kalium serum, sehingga perlu dimonitor. Pemberian bersama dengan senyawa anti-inflamasi nonsteroid sistemik dapat meningkatkan terjadinya efek sampuling. Walaupun penelitian klinis tidak menunjukkan diklofenak mempunyai pengaruh terhadap efek anti-koagulan, terdapat laporan khusus mengenai peningkatan resiko perdarahan dengan terapi kombinasi penggunaan diklofenak dan anti-koagulan. Karena itu pada penderita yang demikian, disarankan dilakukan monitoring ketat. Seperti anti-inflamasi nonsteroid lainnya, diklofenak dosis tinggi (200 mg) dapat menghambat agregasitrombosit untuk sementara. Penelitian klinis menunjukkan bahwa diklofenak dapat diberikan bersama dengan obat antidiabetik oral tanpa mempengaruhi efek klinisnya. Namun terdapat laporan bahwa efek hipoglikemik dan hiperglikemik diklofenak mengharuskan penyesuaian dosis obat-obat hipoglikemik. Perlu diperhatikan bila obat anti-inflamasi nonsteroid diberikan kurang dari 24 jam sebelum atau sesudah pengobatan dengan metotreksat, karena kadar dan toksisitas metotreksat dapat meningkat. Peningkatan nefrotoksisitas siklosporin terhadap prostaglandin ginjal mungkin terjadi melalui efek obat anti-inflamasi nonsteroid.

IBU PROFEN 4. Dosis Ibu Profen   

Dosis dewasa: 3 – 4 x 200 – 400 mg per hari. Dosis anak: 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Efek ibuprofen timbul 30 – 60 menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 4 – 8 jam. Dosis maksimal ibuprofen adalah 1200 mg/hari. Dosis maksimal pada anak dengan berat badan < 30 kg adalah 500 mg/hari. Ibuprofen lebih baik diminum segera setelah makan.

Indikasi Ibu Profen Ibu profen adalah salah satu jenis anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, nyeri setelah operasi, nyeri pada penyakit sendi (seperti pengapuran sendi atau rematik), nyeri otot, nyeri haid, serta menurunkan demam. Ibuprofen juga memiliki efek anti-radang dan anti-pembekuan darah yang lemah.

Kontraindikasi Ibu Profen Kontraindikasi absolut atau orang yang tidak dapat menggunakan ibuprofen adalah orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non–steroid (AINS) seperti aspirin. Kontraindikasi relatif antara lain gangguan perdarahan, luka pada lambung/usus 12 jari, sariawan, penyakit lupus, kolitis ulseratif, dan wanita hamil trimester 3 (karena dapat menyebabkan penutupan prematur pembuluh darah jantung). Orang yang mengalami asma, radang mukosa hidung, atau biduran jika menggunakan aspirin atau obat AINS lain sebaiknya tidak menggunakan ibuprofen. Hindari penggunaan pada penderita gangguan hati berat dan gangguan ginjal. Efek Samping Ibu Profen Efek samping yang paling sering timbul (1 – 10%) adalah mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri perut atau rasa terbakar pada perut bagian atas, ruam kulit, penurunan kadar trombosit, penurunan kadar limfosit darah, dan gangguan penglihatan. Efek samping yang lebih jarang adalah luka pada kerongkongan, gagal jantung, penyempitan saluran napas, gangguan ginjal, reaksi alergi kulit berat, dan peningkatan kadar kalium darah. Ibuprofen dapat mencetuskan serangan asma yang pada sebagian kecil orang dapat berakibat fatal. Penggunaan ibuprofren jangka panjang dan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian jaringan ginjal, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung. Penderita yang berisiko besar mengalami hal tersebut adalah penderita lanjut usia, kekurangan cairan, mengalami gagal jantung atau gangguan hati. Gejala overdosis ibuprofen antara lain nyeri perut, muntah, mengantuk, sakit kepala, terlinga berdenging, perdarahan saluran cerna, gangguan fungsi hati, gagal ginjal, dan koma.

Interaksi Obat AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif. Glikosida jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan konsentrasi plasma glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau perdarahan lambung. Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan. Antiplatelet dan golongan SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko perdarahan lambung. Asetosal: meningkatkan risiko efek samping. Anti hipertensi: menurunkan efek anti hipertensi. Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium: mempercepat eliminasi litium. Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat. Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan risiko nefrotoksik. Zidovudin: meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon: meningkatkan risiko kejang. Aminoglikosida: menurunkan eksresi aminoglikosida. Mifepriston: jangan gunakan AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston karena dapat mengurangi efek mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan.

KETOPROFEN 5. Dosis Ketoprofen Kondisi Nyeri sendi, nyeri otot, atau nyeri pasca operasi ortopedi

Rheumatoid arthritis

Pereda nyeri

Bentuk Obat

Dosis

Suntik

5-100 mg, tiap 4 jam. Maksimal 200 mg per hari, selama 3 hari.

Tablet

100-200 mg per hari, yang dibagi ke dalam 2-4 jadwal konsumsi. Maksimal 300 mg per hari. Kurangi dosis pada pasien usia 75 tahun ke atas.

Suppositoria

100 mg, digunakan pada malam hari.

Tablet

25-50 mg, tiap 6-8 jam. Maksimal 300 mg per hari yang dibagi ke dalam beberapa jadwal konsumsi. Kurangi dosis pada pasien usia 75 tahun ke atas.

Gel

Oleskan 2-4 kali sehari, selama 10 hari.

Indikasi Ketoprofen 

 

Gangguan muskuloskeletal yaitu gangguan pada otot maupun tulang misalnya penyakit osteoartritis, reumatoid artritis, gout (asam urat), mialgia (nyeri otot), bursitis (radang kantong cairan sendi), tendinitis (radang tendon), sakit pinggang dan sakit punggung. Pasien paska operasi, paska persalinan dan paska bedah gigi. Nyeri haid dan sakit kepala

Kontraindikasi Ketoprofen Ketoprofen tidak boleh digunakan oleh orang dengan kondisi sebagai berikut:    

Memiliki alergi terhadap ketoprofen atau obat golongan AINS lainnya serta komponen-komponen obat lain di dalamnya. Penderita tukak peptik aktif, pendarahan saluran cerna, ulceratif kolitis atau penyakit inflamasi aktif pada saluran cerna lainnya. Gangguan ginjal dan gangguan hati berat. Wanita hamil terutama pada periode kehamilan akhir karena dapat menyebabkan penutupan duktus arteriosus yang prematur pada janin. Duktus arteriosus adalah pembuluh darah janin selama dalam kandungan yang digunakan untuk sistem

    

pernapasan. Pada kondisi normal, secara otomatis duktus arteriosus akan menutup saat bayi dilahirkan. Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui. Penderita dengan kelainan darah atau pendarahan. Memiliki riwayat asma bronkial atau bronkospasme (penyempitan dinding bronkial) berat. Tidak boleh digunakan untuk anak-anak karena keamanannya belum terbukti. Pasien sebelum dan setelah melakukan operasi bypass jantung karena dapat meningkatkan risiko infark miokardiak dan stroke.

Efek Samping Ketoprofen        

Gangguan pencernaan meliputi mual, muntah, nyeri perut, disepsia, diare, konstipasi, ulkus peptik, pencarahan saluran cerna dan perforasi. Reaksi alergi berupa gatal, bengkak dan ruam di kulit serta kesulitan bernafas. Sakit kepala, vertigo dan pusing. Gangguan fungsi hati dan ginjal. Gangguan daras seperti trombositopenia dan gangguan pembekuan darah. Insomnia (gangguan tidur). Bronkospasme yaitu penyempitan bronki yang dapat memicu asma. Penglihatan kabur dan gangguan keseimbangan.

Interaksi Obat  

 





Ketoprofen tidak boleh dikombinasikan dengan NSAID lain atau kortikosteroid, karena hal ini meningkatkan resiko perdarahan saluran pencernaan. NSAID dapat mengurangi efek antihipertensi ACE-inhibitor seperti captopril dan enalapril. Sama dengan NSAID lainnya, pemberian bersamaan dengan aspirin umumnya tidak dianjurkan karena potensi efek samping meningkat. NSAID dapat mengurangi efek natriuretik furosemide dan tiazid. Hidroklorotiazid, saat diberikan bersamaan dengan Ketoprofen, menghasilkan penurunan kalium urin dan ekskresi klorida lebih tinggi dibandingkan dengan hidroklorotiazid saja. Oleh karena itu pasien yang memakai diuretik dan ketoprofen memiliki resiko lebih besar terkena gagal ginjal sekunder. NSAID menyebabkan meningkatkan kadar plasma lithium dan mengurangi klirens lithium. Jika obat-obat golongan NSAID dan lithium diberikan bersamaan, harus diamati secara seksama terhadap adanya tanda-tanda toksisitas lithium. Probenesid meningkatkan kadar plasma Ketoprofen sehingga meningkatkan efek sampingnya.

KETOROLAC 6. Dosis Ketorolac Berikut ini adalah dosis yang umumnya diresepkan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien: Kondisi

Konjungtivitis alergi

Peradangan mata

Nyeri pasca operasi

Bentuk obat

Dosis

Tetes

Dewasa: 1 tetes (0.5%) di bagian mata yang terinfeksi, 4 kali sehari.

Tetes

Dewasa: 1 tetes (0.5%) di bagian mata yang terinfeksi, 4 kali sehari selama 24 jam setelah operasi katarak. Dosis dapat dilanjutkan selama 2 minggu.

Tablet

Dewasa: 20mg sebagai dosis awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimum per hari adalah 40 mg, dengan jangka waktu maksimal 5 hari.Lansia: 10mg sebagai dosis awal, dilanjutkan dengan setiap 4-6 jam. Dosis maksimum per hari adalah 40 mg.

Bagi yang memerlukan obat ketorolac dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan dengan kondisi pasien di rumah sakit. Indikasi Ketorolac   

Nyeri tingkat sedang sampai berat setelah operasi Profilaksis peradangan pasca operasi mata Gatal pada mata karena konjungtivitis alergi musiman

Kontraindikasi Ketorolac      

Ulkus peptikum Bronkospasme, alergi rinitis dan urtikaria karena asetosal Hipersensitif terhadap ketorolac Gangguan ginjal atau hati derajat berat Anak di bawah 16 tahun Risiko perdarahan yang tinggi.

Efek Samping Ketorolac  Sakit perut, mual atau muntah ringan, diare, konstipasi  Heartburn ringan, nyeri perut, kembung  Pusing, sakit kepala, mengantuk  Berkeringat; atau  Telinga berdenging Interaksi Obat  Warfarin, penghambat ACE, diuretik, agen nefrotoksik, obat-obat antiepilepsi, obat psikoaktif.  Penggunaan bersama dengan metotrexat dan beberapa NSAID dilaporkan dapat menurunkan klirens dari metotrexat, sehingga meningkatkan toksisitas metotrexat.  Penggunaan bersama dengan probenecid dapat menyebabkan penurunan klirens ketorolac.  Penghambatan klirens lithium di ginjal telah dilaporkan.  Obat-obat nefrotoksik. Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik seperti antibiotik aminoglikosida harus dihindari bila sedang memakai ketorolac.  Obat-obat anti-epilepsi. Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadis selama penggunaan ketorolac bersama dengan obat-obat anti-epilepsi.  Obat-obat psikoaktif. Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila ketorolac diberikan pada pasien yang sedang mengguanakan obat psikoaktif.

MOFIN 7. Dosis Mofin Pemberian dosis morfin disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien , berat badan juga termasuk menjadi pertimbangan untuk penetapan dosis khususnya untuk dosis anak-anak. Untuk dosis anak berat bdan minimal 50 kg. Dokter akanmenyuntikan morfin kepada pasien dengan frekuensi 4 jam sekali 3 -5 mg. Dosis untik sediaan tablet 5 – 20 mg / 4 jam sekali. Indikasi Mofin Morfin adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sakit atau nyeri yang parah. Morfin masuk ke dalam kategori analgesik narkotika (opiate). Obat ini bekerja di dalam otak untuk mengubah cara tubuh dalam merespon dan merasakan rasa sakit. Kontraindikasi Mofin     

Hipersensitivitas terhadap morfin. Pasien dengan depresi napas dan tidak tersedia alat resusitasi. Asma akut atau berat. Keadaan hiperkarbia. Dicurigai atau sudah pasti mengalami ileus paralitik.

Efek Samping Mofin mual dan muntah (khususnya pada permulaan), konstipasi, dan rasa mengantuk; dosis lebih besar menyebabkan depresi napas, hipotensi, dan kekakuan otot; efek samping lain termasuk kesulitan kencing, spasme bilier atau ureter, mulut kering, berkeringat, sakit kepala, muka memerah, vertigo, bradikardia, takikardia, palpitasi, hipotensi postural, hipotermia, halusinasi, disforia, perubahan suasana hati (mood), kertergantungan, miosis, menurunnya libido atau potensi, ruam kulit, urtikaria, dan pruritus; overdosis: lihat Perawatan Darurat pada Keracunan; untuk memperbaiki depresi napas yang ditimbulkan oleh opioid Interaksi Obat 



Obat yang menyebabkan depresi SSP (sedatif, hipnotik, anestesi umum, antiemetik, fenotiazin, atau alkohol) dapat meningkatkan risiko depresi napas, hipotensi, sedasi dalam, atau koma akibat morfin. Jika ingin digunakan bersamaan, dosis morfin sebaiknya diturunkan Morfin dapat meningkatkan efek blok dari obat golongan pelemas otot dan risiko depresi napas

CODEINE 8. Dosis Codeine Dokter akan menyesuaikan dosis codeine dengan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan ini. Berikut adalah dosis yang umumnya disarankan untuk codeine bentuk oral atau tablet: Kondisi

Dosis

Nyeri ringan hingga berat

Dewasa: 15-60 mg tiap 4 jam. Dosis maksimal per hari adalah 360 mg. Anakanak di atas 12 tahun: 0.5-1 mg/kgBB yang diberikan tiap 4 atau 6 jam. Maksimal dosis per hari adalah 240 mg.

Gejala batuk

Dewasa: 15-30 mg tiap 3-4 jam. Anakanak: 3 mg untuk anak usia 2-5 tahun, dan 7.5-15 mg untuk anak usia 6-12 tahun. Dosis umumnya diberikan tiap 3-4 jam.

Diare akut

Dewasa: 15-60 mg tiap 3-4 jam.

Bagi yang memerlukan pengobatan menggunakan codein suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter dengan kondisi pasien di rumah sakit. Indikasi Codeine Diterapkan untuk mengurangi atau menghilangkan batuk untuk penyakit bronkial dan paruparu (termasuk bronkopneumonia, bronkitis, emfisema). Kontraindikasi Codeine Insufisiensi pulmonal, serangan akut asma bronkial, peningkatan sensitivitas terhadap kodein. Jangan gunakan pada anak-anak di bawah usia 1. Efek Samping Codeine  



Dari sistem pencernaan: jarang - mual, muntah, sembelit. SSP dan sistem saraf perifer: mungkin sakit kepala, mengantuk, bila digunakan dalam dosis tinggi atau pada pasien yang rentan dapat memburuk koordinasi gerakan bola mata dengan gangguan penglihatan, mengembangkan depresi pernafasan; jarang peningkatan nada otot polos (pada dosis di atas 60 mg). Reaksi alergi: jarang - kulit gatal, eksantema oleh tipe urtikaria.

Interaksi Obat 



 

Sedangkan penggunaan obat yang memiliki efek depresan pada sistem saraf pusat (termasuk analgesik opioid, barbiturat, benzodiazepin, clonidine), dapat meningkatkan aksi kodein. Dengan penggunaan derivatif morfin secara bersamaan, adalah mungkin untuk mengintensifkan efek penghambatan pada pusat pernapasan; dengan ibuprofen - efek analgesik meningkat; dengan carbamazepine - dapat meningkatkan efek analgesik, tampaknya karena peningkatan pembentukan metabolit dari normorphine kodein, yang memiliki efek yang lebih kuat. Dengan aplikasi simultan dengan quinidine, efek analgesik dari kodein menurun atau secara praktis menghilang. Dengan aplikasi simultan, kodein meningkatkan efek etanol pada fungsi psikomotor.

FENTANYL 9. Dosis Fentanyl Dosis fentanyl untuk tiap pasien berbeda-beda. Biasanya, dosis ditentukan dokter berdasarkan kondisi penyakit dan respons tubuh tiap pasien. Untuk fentanyl dalam bentuk tablet dosis yang biasa diresepkan dokter adalah 100 mikrogram setiap episode rasa sakit. Jika perlu, fentanyl berdosis sama bisa diberikan kembali dengan jeda waktu 15 sampai 30 menit. Namun, pemberian fentanyl maksimal hanya 4 kali setiap hari. Untuk fentanyl suntik dan plaster, dosis yang diberikan dokter akan ditentukan sesuai kondisi dan respons tubuh pasien. Berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan dosis bagi anak-anak, yang biasanya disesuaikan dengan berat badannya. Indikasi Fentanyl  

Meredakan rasa sakit kronis dan parah. Sebagai obat bius untuk redakan rasa sakit saat prosedur bedah.

Kontraindikasi Fentanyl Hipersensitivitas pada Fentanyl adalah sebuah kontraindikasi. Sebagai tambahan, Fentanyl tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:       

Concurrent penggunaan monoamine oxidase inhibitor Hipovolemia atau hipotensi Laktasi Myasthenia gravis Peningkatan tekanan intrakranial depresi pernafasan penyakit saluran napas obstruktif

Efek Samping Fentanyl  Mual.  Konstipasi umumnya. Tapi beberapa orang diare.  Gangguan pernapasan.  Berkeringat.  Mulut kering dan sariawan.  Ruam kulit yang gatal.  Mengantuk.  Kelelahan dan pusing.  Sakit perut.  Perubahan mood.  Sakit kepala.

Interaksi Obat

Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan. Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : potensiasi efek depresi sistem saraf pusat. Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular. Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan. Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung. Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioid

TRAMADOL 10. Dosis Tramadol Dosis lazim dewasa dan anak > 17 tahun untuk nyeri sedang dan parah Obat immediate–release : 50 – 100 mg secara oral diberikan setiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimum : 400 mg / hari Dosis lazim dewasa untuk sakit kronis Obat immediate-release : Dosis awal : 25 mg secara oral 1 x sehari. titrasi : naikkan 25 mg tiap 3 hari untuk mencapai dosis 25 mg 4 x sehari. Setelah itu bisa dinaikkan menjadi 50 mg, sehingga dosis menjadi 50 mg 4 x sehari. Dosis pemeliharaan : Setelah titrasi, 50 – 100 mg secara oral setiap 4 – 6 jam, sesuai kebutuhan. Dosis maksimal : 400 mg / hari Obat extended-Release : Dosis awal : 100 mg secara oral 1 x sehari. titrasi : naikkan 100 mg tiap 5 hari, berikan sesuai kebutuhan. Dosis maksimal : 300 mg / hari secara oral Usia 65 tahun atau lebih : berikan dosis terendah. Usia 75 tahun atau lebih : dosis maksimum 300 mg / hari diberikan dalam dosis terbagi.

Indikasi Tramadol kegunaan tramadol adalah untuk mengobati nyeri sedang sampai berat, baik itu nyeri akut maupun kronis misalnya nyeri pasca operasi. The European League Against Rheumatism merekomendasikan penggunaan tramadol untuk pengobatan fibromyalgia, suatu kondisi nyeri yang terjadi hampir di seluruh tubuh, terutama jika ditekan pada bagian tubuh. Kontraindikasi Tramadol  

Jangan diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada tramadol atau opioid analgetic lainnya. Tidak boleh diberikan pada penderita yang sedang diterapi dengan obat-obat monoamine oxidase (MAO) inhibitors, obat-obat yang berefek hipnotik dan sedatif, analgetik dan obatobat lain yang mempengaruhi sistem saraf pusat lainnya.

  

Jika anda pengguna alkohol sebaiknya jangan menggunakan obat ini. Pasien yang menderita depresi pernapasan yang signifikan, harus hati-hati jika menggunakan obat ini. Obat ini juga kontraindikasi pada penderita asma akut atau asma bronkial berat.

Efek Samping Tramadol Seperti obat analgetic yang bekerja di sistem saraf pusat lainnya, efek samping tramadol yang umum misalnya, mual, muntah, pusing, sedasi, rasa lelah, sakit kepala, berkeringat, pruritis, kulit kemerahan, mulut kering, dispepsia dan sembelit. Meskipun obat ini bekerja dengan cara mengikat secara stereospesifik reseptor µ-opioid di sistem saraf pusat, efek samping berupa ketergantungan obat sampai sekarang relatif jarang terjadi. Interaksi Obat   



obat-obat yang bekerja di sistem saraf pusat seperti tranquiliser, hipnotik dan sedatif meningkatkan efek analgetic dan sedatif tramadol. Carbamazepine mengurangi efek analgesik tramadol. penggunaan bersamaan kedua obat ini tidak dianjurkan. Tramadol bisa menyebabkan kejang, oleh karena itu hindari penggunaan bersamaan dengan obat-obat selective serotonine reuptake inhibitors, anorectic, anti depresan trisiklik, senyawa opioid lain, MAO inhibitors, atau obat lain yang menurunkan ambang kejang lainnya. Penghambat enzim CYP2D6 (amitriptyline, quinidine, fluoxetine, paroxetine) dan penghambat enzim CYP3A4 (ketokonazole, erythromycin), mengurangi klirens tramadol dari ginjal sehingga meningkatkan resiko efek samping yang serius.

Related Documents

Nim
August 2019 44
Nim
November 2019 39
Taufik Andila
June 2020 20
Hidayat-tugas
April 2020 21

More Documents from ""