AKANKAH TOKO ONLINE MEMBUNUH TOKO OFFLINE? Oleh Bambang Pratama (Maret 2017) Tiga tahun belakangan ini, fenomena e-commerce di Indonesia menunjukkan geliat pertumbuhannya. Masyarakat juga mulai terbiasa melakukan transaksi online untuk membeli berbagai keperluan. Bagi sebagian masyarakat yang terbiasa melakukan belanja di toko online tentunya tidak asing dengan model pembayaran cash on delivery (COD), virtual rekening, rekening bersama, dan sebagainya. Saat ini, semakin banyak orang Indonesia yang melakukan transaksi online, sehingga implikasi toko online mulai menunjukkan tanda aktivitasnya yang bergerak naik. Ada banyak pendapat menyatakan bahwa belanja di toko online lebih murah dibandingkan dengan belanja di toko offline. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan adalah murahnya biaya operasional untuk menjalankan toko online dibandingkan dengan toko offline. Dengan menekan biaya operasional: sewa tempat, biaya pegawai, dan biaya pajak toko maka tentunya toko online bisa menjual barangnya lebih murah. Selain itu, industri perbankan khususnya sistem pembayaran juga mulai berani untuk memfasilitasi para penggunanya untuk bisa melakukan transaksi secara online, dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu. Dampak dari bermunculannya toko online beberapa tahun belakangan ini bagi sebagian kalangan dianggap menjadi ancaman bagi toko offline. Berbagai pusat perbelanjaan dirasakan cukup sepi, sehingga banyak pedagang berpendapat sepinya penjualan disebabkan oleh banyaknya konsumen yang memilih untuk melakukan belanja secara online. Bahkan sebagian kalangan pemerhati Internet beranggapan bahwa konsep toko online di Indonesia adalah salah, karena penjual berlomba-lomba untuk menjual barang dengan harga semurah-murahnya, akibatnya kemunculan toko online bisa membunuh toko offline. Padahal, jika fenomena ekonomi dilihat secara utuh, ada aspek kelesuan ekonomi yang juga menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, sehingga keberadaan toko online tidak bisa langsung dijustifikasikan negatif. Selain itu, secara nature kompetisi bisnis yang mengejar efisiensi dengan cara menekan biaya produksi, distribusi dan konsumsi adalah hal yang lumrah untuk dapat menjual dengan harga serendah mungkin. Oleh sebab itu, argumentasi terhadap kesalahan konsep toko online yang menjual barangnya secara murah menjadi tidak beralasan. Terlepas dari diskursus pemikiran tentang konsep toko online di Indonesia, pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah kemungkinan toko online membunuh toko offline adalah pertanyaan yang perlu dijawab secara tuntas. Jawaban atas pertanyaan di atas adalah tidak mungkin toko online membunuh toko offline. Tetapi, toko online tentunya bisa membunuh sebagian toko offline yang berkompetisi mengandalkan harga jual murah. Bagi toko offline yang tidak berkompetisi dengan harga murah tetapi berkompetisi dengan keunikan yang dimiliki seperti toko-toko kreatif maka toko online bukanlah ancaman. Mengapa? Karena memang beda wilayah persaingan.
Terkait penjelasan tentang toko online, Amazon seringkali dijadikan case study untuk melihat bidang e-commerce secara lebih luas. Amazon, merupakah salah satu toko online yang paling tua dan merupakan toko online yang paling inovatif dibandingkan dengan lainnya. Pasalnya, Amazon tidak hanya mengembangkan toko online menjadi market-place semata tetapi perusahaan ini mengembangkan perangkat pintar seperti e-book reader, Amazon Echo (perangkat asisten pintar), dan Amazon Go (sistem pembayaran toko secara otomatis). Selain inovasi yang dikembangkan, Amazon juga merupakan salah satu toko online acuan yang seringkali digunakan untuk membeli buku. Ini menunjukkan bahwa toko buku konvensional tidak mati, meski dalam industrinya ada toko online yang ikut bersaing. Belajar dari pengalaman yang dialami Amazon, secara umum ada dua hal yang bisa diambil, yaitu: pertama; toko online memiliki perbedaan segmentasi pasar dengan toko offline. Ini berarti bagi toko offline ada hal yang tidak bisa disamakan dengan toko online, yaitu tentang user experience. Pada toko offline, pelanggan bisa dengan mudah mencoba, memegang dan merasakan langsung barang yang akan dibelinya. Berbeda dengan toko online yang menawarkan barangnya sebatas gambar saja. Kedua; toko online yang hanya mengandalkan menjual dengan harga murah tanpa inovasi di dalamnya bukanlah jaminan kesuksesan sehingga keberadaannya menjadi ancaman bagi toko offline. Pasalnya, fluktuasi harga sewaktu-waktu bisa saja berubah karena dalam jalur produksi dan distribusi ada banyak faktor yang mempengaruhi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu inovasi bisnis sehingga bisnis bisa bertahan. Dalam persaingan bisnis, inovasi adalah suatu keharusan untuk bisa berkompetisi. Oleh sebab itu apapun bentuk bisnisnya, baik online maupun offline pelaku harus melakukan berbagai inovasi. Mengaitkan dengan kondisi persaingan toko antara online dengan offline sudah seharusnya masing-masing mengenali segmetasi bisnisnya, sehingga keberadaan toko online pada prinsipnya tidak membunuh toko offline. Dengan demikian, pelaku bisnis offline seharusnya tidak perlu khawatir untuk berkompetisi dengan pelaku bisnis online selama dalam bisnisnya melakukan inovasi baik untuk meningkatkan efisiensi ataupun inovasi untuk memberikan pengalaman lebih kepada pelanggannya (customer experience). http://business-law.binus.ac.id/2017/03/31/akankah-toko-online-membunuh-toko-offline/