AGRESI BELANDA I HINGGA JATUHNYA KERAJAAN ACEH DARUSSALAM
DI S U S U N OLEH : NAMA
MK PRODI DOSEN PEMBIMBING
: NURMAYANI : LIDA FAJAR URAISA : SEJARAH ACEH : PAI : AIDIL SAPUTRA, MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH - ACEH BARAT TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilal’amin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Agresi Belanda I Hingga Jatuhnya Kerajaan Aceh Darussalam“. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: kedua orang tua dan Dosen Pembimbing kami yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Meulaboh, Maret 2019
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................... Sulastomo ii ,(2009) BAB I PENDAHULUAN .Rekan Medis A. Latar Belakang .................................................................. dan 1 Kinerja B. Rumusan Masalah ............................................................. Puskesma 1 s, Cermin C. Tujuan Penulisan ............................................................... dunia1 BAB II
BAB III
Ke dokteran A. Kejayaan Kerajaan Aceh Darusssalan ............................. 2
PEMBAHASAN
B. Agresi Belanda I Berakibat Kemunduran Kerajaan AcehSulastomo, (2007) . Darussalam .......................................................................Reformasi 3 Perumahs C. Runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam ...........................akitan4 Indonesia, PENUTUP Bagian Penyusuna A. Kesimpulan .......................................................................n 7
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
ii
8 Pro gra m dan Lap ora n Ditj en Pel aya nan Me dik, De part em en Kes eha tan RI – W HO
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting yang harus diketahui di masa perkembangan setelahnya. Perkembangan islam di Indonesia juga tidak terlepas dari sejarah kerajaan Islam terdahulu yang sudah menjadi cikal bakal berkembangnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan Aceh adalah salah satu dari beberapa kerajaan yang sangat mendukung dalam penyebaran Islam di indonesia. Kerajaan yang bertahan sampai awal abad ke 20 ini menjadikan Aceh di masa sekarang begitu unik dan tak terelakan karena masih menggunakan Hukum Islam. Aceh adalah daerah yang tidak menjadi lupa jati dirinya sebagai muslim dan menjadikan inti ajarannya sebagai hukum yang berjalan dalam setiap sendi kehidupannya. Kerajaan Aceh juga menjadi simbol sebagai kebesaran Islam di masa lalu.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah kejayaan, kemunduran dan runtuhnya kerajaan Aceh Darussalam?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mempelajari dan mengetahui sejarah kejayaan, kemunduran dan runtuhnya kerajaan Aceh Darussalam,
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam Kesultanan Aceh berdiri tepat setelah keruntuhan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14. Ibu kota kesultanan Aceh adalah Kutaraja yang sekarang ini dikenal oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Banda Aceh. Sejarah telah terukir bahwa kesultanan Aceh di masa lalu memiliki kemegahan karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, perjuangannya yang tak terkalahkan dalam mengusir penjajahan dan imperialisme bangsa barat dari tanah serambi Makkah. Selain itu sistem pemerintahannya sudah sangat teratur dan sistematik, memiliki pusat pengkajian ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang pesat kala itu dan memiliki kemampuan dalam hal hubungan diplomatik dengan negara lain. Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah semufakat hukum dengan adat. Untuk itu, saat seorang sultan dinobatkan, ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan, sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri.1 Hukum Adat Makuta Alam memberikan gambaran kekuasaan Sultan Aceh, seperti berikut:
Mengangkat panglima sagi dan ulebalang, pada saat pengangkatan mereka mendapat kehormatan bunyi dentuman meriam sebanyak 21 kali
1
Mengadili perkara yang berhubungan dengan pemerintahan
Menerima kunjungan kehormatan termasuk pedagang-pedagang asing
Mengangkat ahli hukum (ulama)
https://www.pelajaran.id/2018/18/sejarah-berdirinya-kerajaan-aceh-raja-kehidupan-kejayaan-dan-keruntuhan-kerajaan-
aceh.html
2
Mengangkat orang cerdik pandai untuk mengurus kerajaan
Melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan para pejabat kerajaan. Dalam menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim
ulama, kadi dan Dewan Kehakiman. Tugas utama mereka adalah memberi peringatan kepada sultan terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat berjuang anti penjajahan yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah
B. Agresi Belanda I Berakibat Kemunduran Kerajaan Aceh Darussalam Setelah era kebesaran Sultan Iskandar Muda berakhir, Belanda mencium peluang kembali untuk mendapatkan wilayah aceh dan sekitarnya. Memasuki abad ke-18, Aceh mulai terlibat konflik dengan Belanda dan Inggris, lalu memasuki akhir abad akhir ke-18, wilayah aceh di semenanjung Malaya, yaitu Kedah dan Pulau Pinang dikuasai Inggris. Tahun 1871 Belanda mengancam Aceh. Dan pada 26 Maret 1873 Belanda melancarkan Agresi I dan secara resmi menyatakan Perang dengan Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam perang tersebut Belanda gagal menaklukan Aceh. Pada 1883, 1892, dan 1893, perang kembali meletus, namun, lagi lagi Belanda gagal merebut Aceh.2 Setelah mangkatnya Sultan Iskandar Tsani (1636-1641), Aceh masuk dalam kepemimpinan Sultanah. Diawali oleh janda dari Sultan Iskandar Tsani, yang merupakan anak dari Sultan Iskandar Muda (Ratu Safiatudin Tajul Alam) hingga Ratu Zainattudin Kamalat Syah, tanah rencong mengalami kegoncangan. Setelah ini, Aceh dipimpin oleh sebelas orang sultan yang tidak berarti. Tiga orang keturunan arab (1699-1726), dua orang melayu (1726), dan enam orang bugis (1727-1838). Pada masa kepemimpinan mereka wilayah Aceh yang luas sudah tak terkendali dengan baik, negeri-negeri tetangga seperti Johor dan Minangkabau terus-terusan menggerogoti wilayah kekuasaan Aceh, hingga pada akhir abad ke 18 Aceh tak lebih besar dari wilayah provinsi Naggroe Aceh
2
http://www.atjehcyber.net/2011/04/kesultanan-aceh-darussalam-full.html dalam tulisan “Sejarah Lengkap: Kesultanan
Aceh Darussalam (Mengulas Lebih Detail)”
3
Darussalam sendiri kala ini. Bahkan beberapa wilayah Aceh seperti di Meulabouh dan Tapaktuan masuk ke dalam koloni dagang Minangkabau. Mundurnya angkatan perang Aceh juga disebabkan oleh pudarnya dominasi Turki di lautan tengah. Negara-negara barat macam Inggris dan Belanda, sudah tak takut lagi dengan pengaruh militer Turki Utsmani di Aceh.3 Kemunduran Kerajaan Aceh juga dikait-kaitkan karena terlalu berhasilnya kerajaan Aceh di masa sebelumnya. Terlalu luasnya wilayah Aceh hingga banyak memberikan celah kemerosotan, baik itu di bidang kekuasaan karena banyaknya pemberontakan, maupun perekonomian di karenakan banyaknya rakyat yang kekurangan lahan dan tanah potensial, di bidang pertanian dan kurang strategisnya lahan dagang. Kekuasaan luas juga menyusahkan kerajaan Aceh yang sudah tanpa kepala tegak itu mengatur orang orang kaya dan berkuasa di sekitar wilayah Aceh baru. Namun dengan terus melemahnya Aceh, dan hilangnya taring dan gemanya, Aceh masih tetap Aceh, Aceh berulang kali di serang dan masih bertahan meski tidak seluas dan sehebat di masa sebelumnya terutama daerah Aceh Besar.4
C. Runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam Setelah berulang kali mengirimkan pasukan untuk terus merebut Aceh, Belanda tetap mengalami kegagalan. Akhirnya Belanda memutuskan untuk mengirimkan pengintai atau mata-mata yang bisa mempelajari dan melemahkan Kerajaan Aceh yang notabene adalah Kerajaan Islam dan dihuni penduduknya yang notabene muslim juga untuk mengetahui kelemahan masyarakat Kerajaan Aceh. Adalah dr. Snouck Hurgronje, dr. Snouck Hurgronje sendiri adalah salah seorang sarjana ahli tentang islam, Snouck Hurgronje lahir di Tholen, provinsi Oosterhout, 8 Februari 1857. Snouck melanjutkan pendidian di bidang Theologi. Namun sejak awal ia tertarik mempelajari Islam, dan menuntut ilmu tentang agama Islam ke Mekkah. Karena peraturan pemerintah Arab yang melarang orang yang bukan beragama Islam/ non muslim untuk menetap di kota suci Mekkah,
3
Afandi Adya, dalam tulisan yang berjudul “Bangkit dan Runtuhnya Kesultanan Aceh” yang di
postkan http://afandriadya.com/2012/02/21/bangun-dan-jatuhnya-kesultanan-aceh/ 4 www.informasiana.com/kerajaan-islam-di-indonesia-kerajaan-aceh-darussalam/
4
dengan segala akal busuknnya Snouck menggunakan nama samaran dengan memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Gaffar.5 Setelah belajar berbagai hal tentang Islam dan Aceh yang menjadi tujuan utamanya, dr. Snouck menyarankan kepada pemerintahan Belanda untuk mengubah arah serangan yag biasanya di arahkan kepada Sultan untuk di rubah kepada ulama, karena menurutnya ulama adalah tulang punggung kekuatan perlawanan rakyat Aceh. Secara detail, dr. Snouck Hurgronje menyarankan kepada pemerintah dan gubernur Belanda yang ada disana untuk, antara lain : “Hentikan usaha mendekati sultan dan orang besarnya Jangan mencoba-coba menugaskan rundingan dengan musuh aktif terutama jika mereka terdiri dari para ulama. Rebut lagi Aceh Besar Untuk mencapai simpati rakyat Aceh, giatkan pertanian, kerajinan, dan perdagangan Membentuk biro informasi untuk staf staf sipil, yang keperluannya memberi mereka penerangan dan mengumpulkan pengenalan mengenai hal ihwal rakyat dan negeri Aceh Membentuk kader-kader pegawai negeri yang terdiri dari anak bangswan Aceh dan membikin korps Pangrehpraja senantiasa mereasa diri kelas memerintah.”6 Masukan ini di laksanakan dengan baik oleh gubernur Belanda dan pemerintahan Belanda kala itu, dan hasilnya sangat luar biasa. Aceh kalah telak dan takluk di tangan Belanda, dan lalu setelah sultan M. Daur menyerahkan diri kepada Belanda, karena keluarganya sudah di sandera Belanda, setahun kemudian Aceh benar-benar kalah dan lumpuh oleh Belanda, tepatnya di tahun 1904. Melihat kondisi tersebut akhirnya para pemimpin Aceh yang telah berhasil ditangkap dan menyerah dipaksa menandatangani surat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa sang Raja harus mengakui bahwa daerah Aceh merupakan
5
Restu Fauzi dalam tulisan yang berjudul “PERANAN Dr. SNOUCK HURGRONJE DALAM PERANG ACEH (TANAH
GAYO DAN ALAS) “ yang di postkan dihttp://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/peranan-dr-snouck-hurgronjedalam.html 6 http://www.atjehcyber.net/2011/04/kesultanan-aceh-darussalam-full.html dalam tulisan” Sejarah Lengkap: Kesultanan Aceh Darussalam (Mengulas Lebih Detail)
5
bagian dari daerah Belanda dan Raja tidak boleh mengadakan perjanjian dengan negara lain serta berjanji akan mematuhi semua perintah yang ditetapkan oleh Belanda. Meskipun begitu, Aceh tetap tidak bisa dikuasai oleh Belanda sepenuhnya karena pada saat itu tetap terjadi perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat Aceh. Hal tersebut berlanjut sampai Belanda angkat kaki dari Nusantara dan digantikan oleh penjajah baru yaitu Jepang.
6
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan Sebagai salah satu negara dengan mayoritas muslim, tentunya kita harus tahu jati diri kita sebagai muslim dengan cara mengetahui sejarah yang membentuk masyarakat kita di masa kini. Tujuan dari pembelajaran ini tentunya diharapakan selain mengetahui kesultanan aceh, kita juga bisa membudayakan budaya keislaman kita sebagai penerus kerajaan islam di masa lalu. Kami selaku pemakalah pula sangat meminta maaf dengan segala keterbatasannya isi yang di sajikan dalam isi makalah ini. Dengan referensi yang tentu kurang memuaskan karena kutipannya berupa alamat web yang bisa diakses di mana saja. Dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat kami terhadap penulisan karya ilmiah, kami memohon maaf yang sebesar besarnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
www.id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Aceh.com http://www.atjehcyber.net/2011/04/kesultanan-aceh-darussalam-full.html dalam tulisan “Sejarah Lengkap: Kesultanan Aceh Darussalam (Mengulas Lebih Detail)” https://www.pelajaran.id/2018/18/sejarah-berdirinya-kerajaan-aceh-rajakehidupan-kejayaan-dan-keruntuhan-kerajaan-aceh.html Afandi
Adya,
dalam
tulisan
yang
berjudul “Bangkit
dan
Runtuhnya
Kesultanan Aceh” yang
di
postkan http://afandriadya.com/2012/02/21/bangun-dan-jatuhnyakesultanan-aceh/ www.informasiana.com/kerajaan-islam-di-indonesia-kerajaan-aceh-darussalam/ Restu Fauzi dalam tulisan yang berjudul “PERANAN Dr. SNOUCK HURGRONJE DALAM PERANG ACEH (TANAH GAYO DAN ALAS)
“
yang
di
dihttp://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/peranan-dr-snouckhurgronje-dalam.html
8
postkan