Aeb (angga,windha,fachri,ainun).pptx

  • Uploaded by: ainun rifah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aeb (angga,windha,fachri,ainun).pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,906
  • Pages: 31
ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA

NAMA KELOMPOK Ainun Rif’ah 2. Windha Ayu S 3. Fachri Aan S 4. Angga Priyambada 1.

1609035002 1609035009 1609035028 1609035029

METODE PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU

Dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena itu persediaan bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok persatuan yang berbeda- beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi.

Untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (materials

costing method), diantaranya adalah :

1. 2.

3. 4. 5. 6.

Metode identifikasi khusus. Metode masuk pertama keluar pertama. Metode masuk terakhir keluar pertama. Metode rata-rata bergerak Metode biaya standart. Metode rata – rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.

1. METODE IDENTIFIKASI KHUSUS Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudang harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.

Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah terletak dalam penyimpanan bahan baku di gudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama, namun jika harga pokok per satuannya berbeda, bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah, agar mudah identifikasi pada saat pemakaiannya nanti.

O Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam

penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, namun sering kali tidak praktis. Metode ini sangat efektif dipakai apabila bahan baku yang yang dibeli bukan merupakan barang standard dan dibeli untuk memenuhi pesanan tertentu. Perusahaan yang memakai metode harga pokok pesanan seringkali memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku yang tidak disediakan dalam persediaan gudang (yang hanya secara incidental dibeli untuk memenuhi spesifikasi pemesan) dan memakai metode penentuan harga pokok yang lain untuk bahan baku yang biasa dipakai dalam produksi.

Cara identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengann arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan pada harga pokoknya dan untuk tiap-tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barangbarang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Cara ini dapat digunakan untuk perusahaanperusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan metode fisik maupun perpetual.

Pertanyaan: O Riko O 1. Kelebihan dari metode identifikasi O O O O O

khusus? 2. Penggunaan metode identifikasi khusus? 3. Contoh soal metode identifikasi khusus! Hardiansah 1. Apa tujuan dari pemisahan bahan pokok pada saat masuk gudang? 2. Apakah setiap harga penjualan berbeda?

2. METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (FIFO)

Metode masuk pertama keluar pertama, menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang dipergunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan disini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

Contoh

Bila menggunakan cara Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul dengan yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.

Metode fisik :

Misalnya perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 28 Februari 2015 menunjukkan jumlah 300 kg, terdiri dari : Pembelian 24 Februari 100 kg @Rp. 126 = Rp. 12.600 Pembelian 15 Februari 200 kg @Rp. 116 = Rp. 23.200 Jumlah 300 kg Rp. 35.800 Sesudah diketahui jumlah persediaan akhir maka harga pokok penjualan dapat dihitung sebagai berikut : Rp. 112.000 – Rp. 35.800 = Rp 76.200

Metode Perpetual (buku) : Apabila digunakan metode perpetual maka setiap jenis persediaan akan dibuatkan kartu persediaan yang terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat mutasi persediaan.

tabel menghitung hpp dengan metode fifo perpetual Dari kartu barang di atas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal 28 Februari 2015 sebesar 300 kg dengan harga pokok sebesar Rp. 35.800. Jumlah persediaan yang dihitung dengan cara FIFO dengan metode fisik akan menunjukkan hasil yang sama dengan metode perpetual (buku).

3. METODE MASUK TERAKHIR KELUAR PERTAMA (LIFO) Metode masuk terakhir keluar pertama, menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

CONTOH Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 2007 terdiri dari: 600 unit @ Rp 2000,- = Rp 1.200.000,400 unit @ Rp 2100,- = Rp 840.000,-

Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 2007 adalah sebagai berikut: Tanggal 6/1 15/1 17/1 21/1

Transaksi Pemakaian Pembelian Pembelian Pemakaian

Kuantitas unit 700 1200 500 1100 -----------Jumlah pembelian 1700

Harga beli/ unit

Rp 2.200,Rp 2.400,-

Jumlah

Rp 2.640.000,Rp 1.200.000,----------------------------Rp 3.840.000,-

Dengan data di slide sebelumnya dikerjakan menggunakan metode LIFO. Dengan metode pencatatan mutasi persediaan atau perpetual

Sekarang mari pelajari tabel tadi! a.

b. c.

d.

Pertama kita menganggap bahwa bahan yang pertama masuk persediaan adalah 600 unit @ Rp 2000,- kemudian baru masuk lagi 400 unit @ Rp 2100,-. Jadi pemakaian 700 unit pada tanggal 6 Januari pertama mengambil dari bahan dengan harga Rp 2100,- ( yang terakhir masuk ) sebanyak 400 unit, dan yang 300 unit ( 700 400 ) dari bahan dengan harga Rp 2000 sehingga yang tersisa adalah 300 unit @ Rp 2000,Pada tanggal 15 Januari membeli 1200 unit @ Rp 2200,- maka persediaan menjadi 300 unit @ Rp 2000,- dan 1200 unit @ Rp 2200,Pada tanggal 17 Januari beli lagi 500 unit dengan harga Rp 2400,per unit sehingga persediaan sekarang menjadi 300 unit @ Rp 2000,dan 1200 unit @ Rp2200,- ditambah 500 unit @ Rp 2400,Pada tanggal 21 Januari pemakaian bahan sebanyak 1100 unit, yaitu diambilkan dari 500 unit @ Rp 2400,- dan sisanya 600 unit ( 1100 – 500 ) dengan harga Rp 2200,- per unit. Sehingga sisanya adalah 300 unit @ Rp 2000,- dan 600 unit ( 1200 – 600) dengan harga Rp 2200,- per unit

Berikut ini apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan metode persediaan fisik : Persediaan awal Pembelian

1000 unit 1700 unit

Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah Persediaan akhir (dengan MTKP) 600 unit @ Rp 2000,Rp 1.200.000,300 unit @ Rp 2100,Rp 630.000,-------------------

Biaya bahan baku bulan Januari

Rp 2.040.000,Rp 3.840.000,-------------------Rp 5.880.000,-

Rp 1.830.000,------------------Rp 4.050.000,===========

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa meskipun dengan metode penentuan sama-sama MTKP tetapi dengan metode pencatatan metode persediaan fisik dan metode mutasi persediaan menunjukkan hasil yang berbeda.

4. METODE RATA – RATA BERGERAK (MOVING AVERAGE METHOD). Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahn baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada di gudang. Metode ini disebut juga dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.

CONTOH Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 2007 terdiri dari: 600 unit @ Rp 2000,- = Rp 1.200.000,400 unit @ Rp 2100,- = Rp 840.000,Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 2007 adalah sebagai berikut: Tanggal 6/1 15/1 17/1 21/1

Transaksi Pemakaian Pembelian Pembelian Pemakaian

Kuantitas unit Harga beli/ unit Jumlah 700 1200 Rp 2.200,Rp 2.640.000,500 Rp 2.400,Rp 1.200.000,1100 --------------------------------------Jumlah pembelian 1700 Rp 3.840.000,-

CONTOH Masih menggunakan data yang sama mari kita kerjakan bersama dengan metode rata-rata bergerak metode mutasi persediaan. Perhatikan tabel berikut ini:

Mari kita pelajari tabel diata!.

a.

Harga pokok rata-rata persediaan awal bahan baku yang ada di gudang pada tanggal 1 Januari, harga pokok rata-rata dihitung sebagai berikut: Rp 1.200.000,- ditambah Rp 840.000,- kemudian dibagi 1000, maka akan diperoleh harga pokok per unit Rp 2.040,-

b.

Pada tanggal 6 Januari pemakaian bahan 700 unit maka persediaan di gudang tinggal 300 unit dengan harga Rp 2.040,- per unit.

c.

Pada tanggal 15 Januari membeli 1200 unit @ Rp2200 = Rp 2.640.000. Sehingga harga pokok rata-rata sekarang adalah Rp 612.000 ditambah Rp 2.640.000,- = Rp 3.252.000,- kemudian dibagi 1500 unit = Rp 2168,-

d.

Pada tanggal 17 Januari beli lagi 500 unit @ Rp 2400,- maka harga pokok per unit sekarang adalah: ( Rp 3.252.000 + Rp 1.200.000,-) : 2000 = Rp 2226,-

Jika perusahaan dalam pencatatan biaya bahan baku menggunakan metode persediaan fisik maka akan nampak sebagai berikut: Persediaan awal Pembelian

1.000 unit 1.700 unit --------------

Jumlah bahan baku yang tersedia Untuk diolah 2.700 unit @ Rp 2177,8 Persediaan akhir ( metode rata-rata bergerak) 900 unit @ Rp 2177,8 Biaya bahan baku bulan Januari

Rp 2.040.000,Rp 3.840.000,-------------------Rp 5.880.000,-

Rp 1.960.020,-------------------Rp 3.919.980,-

5. METODE BIAYA STANDAR. Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebagai harga standar yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut. Jurnal yang dibuat pada saat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:

Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar Persediaan bahan baku Selisih harga

xx

xx

Untuk mencatat harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli

Selisih harga Utang dagang

xx xx

Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening selisih harga setiap akhir bulan saldo rekening selisih harga dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam laporan keuangan bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening selisih harga setiap akhir bulan mungkin saling mengkompensasi, sehingga hanya pada akhir tahun saja saldo rekening selisih harga perlu ditutup ke rekening lain.

Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan dijurnal sebagai berikut: Bahan dalam proses – biaya bahan baku xx Persediaan bahan baku xx Perlakuan terhadap saldo rekening selisih harga pada akhir tahun tergantung pada mataerial tidaknya saldo tersebut. Jika material , saldo rekening selisih harga ditutup ke rekening-rekening persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan, atas dasar perbandingan unsure biaya bahan baku yang terkandung di dalam tiap rekening tersebut, atau atas dasar perbandingan satuan ekuivalensinya. Jika saldo tekening selisih harga tidak material, saldo tersebut langsung ditutup ke rekening hatga pokok penjualan.

Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut: Barang dalam proses – biaya bahan baku Persediaan bahan baku

xx

xx

6. METODE RATA – RATA HARGA POKOK BAHAN BAKU PADA AKHIR BULAN.

Dalam metode ini, pada setiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam bulan berikutnya

O

Harga pokok persediaan dalam perhitungan dengan cara ini ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya.

O

Contohya seperti ini :

O

Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan.

TERIMAKASIH 

Related Documents


More Documents from ""