الحمد هلل و الصالة و السالم على رسول هللا و على آله و أصحابه أجمعين Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Meski memiliki kedudukan tinggi, memiliki harta yang melimpah dan martabat yang tinggi, mereka tetaplah makhluk yang lemah,
sebagaimana
Allah kabarkan di dalam kitab-
Nya, ُ س ً ع ُ و َ ان َ اْل إن َ ِخل َ يفا ِ ض ِق إ “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An Nisa` : 28)
Beliau
adalah manusia yang paling agung akhlaknya, termasuk tatkala beliau berinteraksi. Sebagaimana firman Allah, ُخ َ ق ُ علَى َ َك ل َ َّوإِن َ يم ل ِ ع ٍ ظ ٍ “Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al Qalam : 4)
Oleh
karena itu, kita diperintahkan untuk mengikuti beliau dan menjadikan beliau teladan yang baik dalam hidup kita karena telah jelas keterangan dari Allah, ُ َان ل َ ك َ َل َ ق إد ُ م فِي َر َّللا ُأ إ ك إ َ َ َ وة َ س ِ َّ ل ٌ ََ س ِ سو “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagi kalian.”(QS. Al Ahzab : 21)
Islam
memberikan batasan-batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam rangka menjaga keduanya dari fitnah.
َ ً ََ دي فِ إت َ َّ َ ُ ما تَ َر إك َ َ ٌ أضر على ِ ت بَ إع َ َِن ال َ م َ الر سا ِء ِ ل ِ جا ِ
“Tidaklah
aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no.7122)
1. Menundukkan pandangan
ُ َين ي ُ ل لِ إل م إ ُق إ َ َِم ن ِ غضوا ِ م إؤ َ ُ ف َ م َ ح ج ُه إ ويَ إ ه إ إ َذلِك َ ظوا ُف ُرو َ م َ ِ أبصا ِر َأ َّ م إ َ َ ُ إ إ َ َّللا َ ِخ ِبير ب َ َّ ن ز ك ل ى ه ما ِ ُ ََ ص َ ع يَ إ ون
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur : 30)
إ إ إ ُ إ ُ ُ م إ َ َ َ ن ن ض ض غ ي ت ا َ م ؤ م ل ِ ِ ِ ِفق إل ل َ ف إ َّج ُهن َّ ه َ ح ن َويَ إ إ َ ن ُف ُرو َ ظ َ ِ أبصا ِر
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nur : 31)
Baik
laki-laki maupun perempuan harus senantiasa berusaha menjaga dirinya agar dia tidak menjadi fitnah bagi lawan jenisnya tatkala bergaul dengannya. Tidak dipungkiri lagi bahwasanya hati manusia sangatlah lemah.
hendaklah tidak menggunakan nada yang mendayu-dayu, tetapi nada yang datar saja. berjalan dan bertingkah laku hendaknya tetap memperhatikan adab. Seringkali karena si perempuan saking senangnya mengobrol dengan temannya sampai-sampai dia tidak mempedulikan keadaan sekitar. Ternyata di dekatnya ada laki-laki yang sedang konsentrasi mengerjakan sesuatu tetapi karena mendengar suara perempuan yang begitu indah, konsentrasi si laki-laki menjadi buyar. Walhasil apa yang dia kerjakan menjadi kacau. Bahkan hafalan seseorang akan hilang seketika ketika melakukan maksiat, yaitu melihat apa-apa yang Allah larang untuk melihatnya.
ار ُف إ إ ق “Lembutlah kepada kaca-kaca (para wanita)” (HR. Bukhari, بِ إ َ ال َ ق ر ِ وا ِري
Mereka
akan mudah merasa GR kepada seorang laki-laki yang memberinya perhatian, mereka memiliki perasaan yang lebih sensitif.
َّ فإ َّ و ُ َ ُد َِ ،ام َرأَ ٍة ََل يَ إ َّ َ ََالَّ إي م بِ إ ك إ َ َن أ َ خ ُل ان ن “Janganlah salah seorang di antara kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaithan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR. Ahmad) َ ََالِ ُُ ُه ما
Baik mereka melakukannya dengan alasan yang dipandang baik misal untuk belajar, menunggu dosen di kelas, jajan bareng, apalagi berboncengan bareng, bahkan sampai bergandengan tangan.
Sungguh
mereka akan diancam dengan ancaman yang pedih sebagaimana dalam sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ن في َر إ َ َ ََل ن ُي إ ُ إ إ َ إ إ َ َ َ د ي د َ ن م ط ي خ م ب م ك د َ أ س أ ع َ ِ ٍ َ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ َ َ نأ إ ُ َخ إير ل ُ َحل ل َّ م م إ س إ َ َ َن ي ه ِ ه ِ َام َرأ ًة ََل ت “Tertusuknya kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum besi, lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Thabrani[1])
Al
Qur’an Al Karim Adab Bergaul Agar Dicintai Allah kemudian Dicintai Manusia. Fariq bin Gasim Anuz. 2004. Darul Falah