Ada Baterai dari Buah Salak Sutikno kaget, ternyata topik sumber arus dalam mata pelajaran fisika yang diajarnya menjadi awal sebuah temuan baru. Bersama para siswanya, guru SMPN 2 Wanadadi Jawa Tengah ini menemukan bahwa campuran buah salak dengan air dapat menghasilkan tegangan sebesar 0,56 volt. "Awalnya saya cuma memikirkan gimana anak-anak bisa terlibat total dalam pembelajaran. Aki itu kan cairan elektrolit, cairannya asam. Salak di daerah kami itu ada yang sangat asam, jadi siapa tahu bisa dipakai," ujar Sutikno seusai mempresentasikan hasil penelitiannya di depan dewan juri Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) 2008 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Depok, Senin (7/7). Dari prinsip itulah Sutikno dan para siswanya mencoba dalam praktikum fisika. Apalagi Wanadadi adalah daerah penghasil salak yang cukup besar. Tiap bulan, menurut Sutikno, pasti ada panen salak. "Orang-orang di sana, termasuk anak didik saya, rata-rata memang hidup dari salak," katanya. Bahan-bahannya adalah buah salak, air, seng sebagai kutub negatif, dan tembaga sebagai kutub positif. Awalnya, buah salak diblender dengan air dengan perbandingan 200 gram:200 ml, lalu dituang ke dalam setengah gelas air mineral. Seng dan tembaga berukuran masing-masing 5 cm yang telah dikaitkan dengan kabel penghantar kemudian dimasukkan ke gelas. Ketika diukur dengan multimeter digital, multimeter menunjukkan tegangan yang dihasilkan 0,56 volt, bahkan ketika dicoba kembali oleh Sutikno, sempat mencapai angka 0,6 volt. Sutikno mengatakan, tegangan listrik yang dihasilkan oleh jus salak ini dapat menghidupkan kalkulator bertegangan 3 volt atau jam digital 1,5 volt. Tentu saja Sutikno menjelaskan, dia harus membuat jus salak lebih banyak lagi hingga tiga gelas untuk 1,5 volt dan enam gelas untuk 3 volt. "Gelas-gelas berisikan jus salak tersebut diserikan hingga tegangannya akumulatif," ujar pria berusia 32 tahun ini. Inovasi ini ditemukan Sutikno berdasarkan tuntutan kurikulum yang harus memberikan stimulan dan pengalaman nyata bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk mandiri dan kreatif. "Paling tidak anak-anak punya pengalaman belajar dan kompetensinya tercapai. Fokus kami juga, alam sekitar dapat menjadi tempat belajar dan anak-anak menjadi lebih akrab dengannya," ujar Soetikno yang baru pertama kali mengikuti lomba ini karena diajak Djoko Harwanto, rekan gurunya dari sekolah yang sama. Djoko sendiri sudah malang melintang dalam lomba-lomba karya ilmiah. Dalam presentasinya, dewan juri memuji temuan Sutikno dan memberikan masukan agar Sutikno mempertajam penelitiannya seperti dengan mengukur tingkat
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1216488152&8
keasaman dan elektronnya untuk mencari tahu faktor apa yang paling berpengaruh. "Ya kami belum sanggup untuk itu, alat-alatnya saja enggak lengkap," ujar Sutikno. Untuk itu dirinya berharap ada pihak-pihak yang mau memberikan perhatian terhadap infrastruktur yang memadai di sekolahnya untuk melanjutkan penelitian baterai salak tersebut.
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1216488152&8