ABSES SUBMANDIBULA DEXTRA Penyusun: dr. Nindya Yessica Pembimbing: dr. Ansorulloh, Sp.THT-KL, M.Kes
Pendamping: dr. Angga Bernatta Suyuthie
ILUSTRASI KASUS 1. Identitas Pasien
• • • • • •
Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Masuk IGD
: Tn. D : 48 tahun : Laki-laki : Buruh : Jl. Panca Karsa Purna Jaya, Banjar Baru : 13 Februari 2014, pukul 19.50
2. Anamnesis
Keluhan utama sebelah kanan
: bengkak dan nyeri di bawah rahang
Keluhan tambahan : nyeri ketika membuka mulut
Riwayat penyakit sekarang: • Pasien datang ke IGD RSUDM dengan keluhan bengkak dan nyeri di bawah rahang sebelah kanan sejak 10 hari SMRS dan memberat sejak 3 hari SMRS. Awalnya sebesar kelereng, namun bengkak dirasakan semakin membesar hingga pipi kanan pasien membesar dan bengkak dirasakan nyeri.
• Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika membuka mulut pasien hanya dapat minum dan mengkonsumsi makanan yang lunak. • Demam juga dirasakan pasien sejak 10 hari SMRS sejak bawah rahang sebelah kanan tersebut membengkak. Di IGD demam (-).
• Keluar cairan berwarna kekuningan dari mulutnya sejak 4 hari SMRS. Di IGD cairan tsb keluar kira2 1,5 cc. • Ada riwayat sakit gigi 2 minggu SMRS. • Awalnya sakit gigi geraham kanan bawah 2 minggu SMRS minum obat warung tidak ada perubahan dan gusi membengkak praktek bidan 10 hari SMRS dan diberi antibiotik, obat penghilang demam, dan anti nyeri keluhan tidak berkurang dan bengkak dirasakan semakin memberat hingga mengeluarkan cairan kuning 4 hari SMRS ke puskesmas pasien dirujuk ke RSUD Menggala
• Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri menelan, tidur mengorok, sesak nafas, dan suara serak. • Pasien menyangkal mengalami trauma wajah sebelumnya ataupun riwayat tertusuk tulang sewaktu makan.
• Pasien menyangkal mengalami gejala banyak makan, banyak minum, banyak buang air kecil, gatal-gatal, mudah lelah, dan kesemutan. • Pasien menyangkal adanya sakit di hidung, dan tenggorokan sebelumnya.
telinga,
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki penyakit hipertensi maupun Diabetes Melitus. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang dialami pasien.
3. Pemeriksaan Fisik • Keadaan umum : Tampak sakit sedang • Kesadaran : Compos mentis • Tekanan darah : 150/100 mmHg • Nadi : 96 x/menit • Pernafasan : 20 x/menit • Suhu : 37, 2 º C
Kepala : Normosefali, simetris, deformitas (-), krepitasi (-) • Wajah : Tampak asimetris • Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), lensa jernih, pupil isokor • Telinga : Status Lokalis • Hidung : Status Lokalis • Mulut : Status Lokalis • Leher : Perbesaran KGB (-) Thoraks • Paru : Pergerakan nafas kiri dan kanan simetris, sonor pada kedua lapang paru, vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-) • Jantung : Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen • Inspeksi
: Datar, simetris, tidak tampak massa
• Palpasi : Turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans muscular (-) • Perkusi
: Timpani
• Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Tidak ada paresis atau paralisis, reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-), edema (-), akral hangat
Kanan
Kiri
Tidak ada kelainan Sawo matang -
Tidak ada kelainan Sawo matang -
Pre-aurikular -kulit -nyeri tekan -fistel, sekret - tumor
Sawo matang -
Sawo matang -
Post-aurikular -kulit -nyeri tekan -fistel, sekret
Sawo matang -
Sawo matang -
Liang telinga -lapang/sempit -kulit -radang, edema -serumen -sekret -tumor
Lapang Sawo matang -
Lapang Sawo matang -
Hiperemi (-) + -
Hiperemi (-) + -
Daun telinga -bentuk dan ukuran -warna kulit -nyeri tarik aurikula -tumor
Status Lokalis
•
Telinga
Membran timpani -warna -bulging, retraksi -refleks cahaya -perforasi (letak)
Kanan
•
Hidung
Kiri
Hidung luar - kulit -deformitas - nyeri tekan, krepitasi - nyeri tekan frontal - nyeri tekan maksila - tumor, fistel Rhinoskopi anterior -vestibulum -mukosa cavum nasi -septum -mukosa septum -sekret -tumor
Ulkus (-) Hiperemi (-) Deviasi (-) Hiperemis (-) (-) (-)
Ulkus (-) Hiperemi (-) Deviasi (-) Hiperemis (-) (-) (-)
-konka inferior Warna Edema Sekret Hipertrofi
Hiperemi (-) (-) (-) (-)
Hiperemi (-) (-) (-) (-)
-konka media Warna Edema Sekret Hipertrofi
Hiperemi (-) (-) (-) (-)
Hiperemi (-) (-) (-) (-)
Sawo matang -
• Tenggorokan Mulut 4 cm, pus (+)
: Trismus dengan interdental opening
Ginggiva
: Merah muda, ginggivitis (-)
Gigi geligi bawah dextra
: Tampak gangren pulpa pada gigi M3
Lidah
: Tidak ada kelainan
Palatum durum
: Tidak ada kelainan
Palatum molle
: Tidak ada kelainan
Uvula
: Di tengah
Tonsila palatine
: Sulit dinilai
• Pemeriksaan Leher
: pembesaran KGB (-)
• Pemeriksaan Mascilofascialis : Tampak bengkak pada submandibula dextra, hiperemis (-), teraba hangat (+), keras dan nyeri dengan batas tidak tegas, fluktuasi (-), nyeri tekan (+). • Pemeriksaan Nervi Kranialis : parese nervi kranialis
Tidak
ada
Pemeriksaan Haemoglobin
Hasil
Nilai Normal
11,3
13-18
14.500
5.000-10.000
Basofil (%)
0
0-1
Eosinofil (%)
0
1-3
Netrofil Batang 1
2-4
(gr/dL) Leukosit (ribu/mm³)
4. Hasil Laboratorium
(%) Netrofil
83
50-70
Limfosit (%)
12
20-40
Monosit (%)
4
2-8
Trombosit
356.000
150.000-400.000
34
40-48
92
< 180
Segmen
(/mm³) Haematokrit (%) GDS (mg/dL)
5. Resume
• Tn. D, laki-laki, usia 48 tahun datang ke IGD RSUD Menggala dengan keluhan bengkak dan nyeri di bawah rahang sebelah kanan sejak 10 hari SMRS dan semakin memberat sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika membuka mulut sehingga hanya dapat minum dan mengkonsumsi makanan yang lunak. Keluhan demam juga dirasakan pasien sejak 10 hari SMRS semenjak pipi kanan tersebut membengkak. Pasien juga mengaku keluar cairan berwarna kekuningan sejak 4 hari SMRS. Sebelumnya, pasien mengeluhkan adanya sakit gigi geraham kanan bawah sejak 2 minggu SMRS.
• Dari pemeriksaan fisik :
Tenggorokan Mulut cm, pus (+) Gigi geligi bawah dextra
: Trismus dengan interdental opening 4 : Tampak gangren pulpa pada gigi M3
Mascilofascialis : Tampak bengkak pada submandibula dextra, hiperemis(-), teraba hangat (+), keras dan nyeri dengan batas tidak tegas, fluktuasi (-), nyeri tekan (+). • Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukosit 14.500/mm3 dan peningkatan jumlah netrofil segmen.
6. Diagnosis Abses Submandibula Dextra 7. Penatalaksanaan Advise dr. Ansorulloh, Sp. THT-KL, M.Kes •
Rawat dalam bangsal
•
Bed rest
•
IVFD RL : D5% = 2:1 gtt 20
•
Diet cair 2000 kkal via oral
•
Medikamentosa: Ceftriaxone vial 1 x 2 gram (IV) Metronidazole flash 4 x 500 mg (IV) Dexamethasone 3 x 1 ampul (IV) Drip Ketorolac 3 x 30 mg (IV) Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
Betadine kumur, kumur selama 1 menit/ 3 jam •
Rencana konsul dokter gigi
8. Prognosis •
Quo ad vitam
: bonam
•
Quo ad functionam : bonam
•
Quo ad sanationam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection).
2. Epidemiologi Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama periode Oktober 2009 sampai September 2010 didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang. Abses submandibula (26%) merupakan kasus kedua terbanyak setelah abses peritonsil (32%), diikuti abses parafaring (18%), abses retrofaring (12%), abses mastikator (9%), dan abses pretrakeal (3%).
3. Anatomi Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior.
Ruang mandibular dibatasi : • Lateral : garis inferior dari badan mandibula • Medial : anterior musculus digastricus • Posterior : ligament stylohyoid dan posterior dari musculus digastricus • Superior : musculus mylohyoid dan hyoglossus • Inferior : lapisan superficial dari deep servikal fascia.
Submandibular Space
Anatomi Leher
4. Etiologi • Gigi Sebanyak 61% kasus abses submandibula disebabkan oleh infeksi gigi. • dasar mulut
• faring • kelenjar limfe submandibula • kelanjutan infeksi dari abses ruang leher dalam lain. •
Kuman
Aerob
Anaerob
Stafilococcus sp.
Bacteroides
Streptococcus sp.
Prevotella
Klebsiella sp.
Fusobacterium
Neisseria sp.
5. Patogenesis • Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perikontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). • Paling sering perkontinuitatum celah di antara jaringan berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus
• Ujung akar M2 dan M3 terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus) yang terletak di apeks dalam mandibula, sehingga jika terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringeal.
• Abses pada akar gigi akan menyebar ke ruang submandibula dan menyebabkan pembengkakan sekitar bawah wajah. • Jika pembengkakan telah berisi pus dan tidak diberi penanganan segera, maka pus akan pecah dan menyebar ke ruang leher yang lain sekitar tenggorokan dan menyebabkan masalah pernafasan.
6. Gejala Klinis
• Nyeri dan bengkak di bawah mandibula • Trismus • Demam
• Panas dan eritema pada jaringan • Berkembang sangat cepat (kurang dari 2 minggu ) • Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi • Mungkin berfluktuasi.
7. Diagnosis
a. Anamnesis b. Pemeriksaan Fisik c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Radiologis
8. Penatalaksanaan a. Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral. Antibiotik kombinasi adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. b. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses. c. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan.
d. Pasien dirawat inap 1-2 hari hingga gejala dan tanda infeksi reda.
9. Komplikasi
Paling sering terjadi adalah Ludwig’s angina. Ludwig’s angina adalah infeksi berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang submandibula. Penyebab : infeksi lokal mulut, karies gigi, tonsilitis, dan trauma ekstraksi gigi. Oleh kuman aerob maupun anaerob. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hioid dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial
Komplikasi Abses Submandibular
10. Prognosis
Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna bila infeksi ditangani dengan baik dan tepat waktu.