9 Ham Terjaga Dengan Paradigma Tauhid

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 9 Ham Terjaga Dengan Paradigma Tauhid as PDF for free.

More details

  • Words: 470
  • Pages: 1
HAM terjaga dengan Paradigma Tauhid Aduhai hak asasi manusia?! Bagaimana mungkin kita bergerak dari satu ekstrimitas ke eksterimitas lainnya, sejak doeloe bertahun-tahun dihentak-benakkan dalam-dalam ke dalam kesadaran kita tentang mesti mendahulukan kewajiban, alias kewajiban asasi; dan kini mengedepankan hak asasi. Padahal kedua hal itu ibarat dua sisi dari mata uang yang sama, yang tak layak dipisah-pisahkan. Dan bukankah umat Islam yang sungguh Islam itu, adalah “umat tengah” yang berjalan lurus di tengah jalan kebenaran, sehingga pengalaman telah mengajarkan, bahwa sungguh tak aman sekedar Kewajiban Asasi Manusia yang meniadakan hak asasi, juga tak nyaman sekedar Hak Asasi Manusia saja. Selayaknya adalah utuh-lengkap, Hak Asasi & Kewajiban Asasi Manusia. Sebab masalahnya adalah: siapa yang akan menuai hak, kalau tak ada yang menunaikan kewajiban? Ihwal ini hampir tak disentuh lagi. Sebagian dari cendekia mulai condong mendalami kehidupan non-science, antara lain asyik mencari kekuatan gaib, belajar sihir, bahkan mencari paranormal, dengan upaya menguasai kekuatan jin, bertapa ke tempat angker, menyelami black-magic, mempercayai mistik, dan lain-lain sejenisnya. Tayangan media elektronik juga dibumbui resep kisah misteri dan horor dengan bantuan jin dan mantera-mantera. Situasi ini makin diperparah oleh limbah budaya kebaratbaratan yang malah seringkali dianggap sebagai ukuran modern. Hiburan-hiburan mulai menayangkan selera rendah. Orientasi wisata dengan asyik menampilkan keunggulan 3-S tourisme (sun-sea-sex). Gaya hidup mulai terjebak kepada perilaku konsumeristis, rakus, boros, cinta mode, bebas sex, ittiba’ syahawat, yakni menurutkan hobi nafsu syahwat. Selanjutnya tak dapat tidak, kehidupan pun akan mengarah kepada sikap individualistik, hanya mengurus diri sendiri, terlepas dari kawalan agama dan adat luhur. Kesudahannya tentu menampilkan gaya permissiveness alias serba boleh, tindakan anarkis, tanpa mengindahkan rambu-rambu lama. Kebiasaan pergaulan sementara kalangan terlihat sering dikemas dengan nan lamak di salero (sensete culture) yang cenderung dikait-kaitkan dengan perilaku hedonistik. Orientasi budaya terfokus kepada hiburan melulu. Akibatnya, senang ataupun tidak, nilai-nilai utama kehidupan (grand norms) dan cita-cita luhur (grand ideas) di tengah masyarakat mulai terlepas. Kawalan agama, adat istiadat, moral luhur dan akhlak mulia mulai tercecerkan. Tuntunan ilmu dan filsafat mulai tercerabut dari nilai-nilai normatif lainnya. Seni pun tampak dibungkus selimut yang bertumpu kepada hal-hal yang sensual, erotik, horor, ganas. Budaya sensate ini dipertajam oleh kehidupan remaja kota dengan budaya populer (urban popular culture) dan hedonistic, memuja nilai rasa panca indera semata, menonjolkan keindahan sebatas yang dilihat (tonton), didengar, dirasa, disentuh, dicicipi, sensual, erotik, seronok, kadangkadang ganas, mengutamakan kesenangan badani (jasmani), kesudahannya melahirkan pribadi yang terbelah, dengan banyak ilmu dan tipisnya keyakinan agama, tumbuhnya paham nihilism, budaya senang lelang (culture contenment). Itulah sebagian dari peta permasalahan kita. Masih dapat diperpanjang dengan daftar masalah-masalah mendasar lainnya meliputi sosial-politik-ekonomi-budaya. Termasuk: masih mungkinkah kita sungguh merdeka sebagai bangsa kalau kita sudah terjajah oleh utang bermerek bantuan, yang sesungguhnya tianggantungan yang dipasangkan orang ke leher yang menjerat itu? Ah, “mahangok kalua badan”, ujung-ujungnya…, ah “mati tahanyak”. (Bernafas keluar badan, mati terhenyak). Puasa melatih kita dengan hemat dan sabar istiqamah. Wallahu a’lamu bis-shawaab.

Related Documents

Paradigma Tauhid Dlm Tamdn
December 2019 24
Tauhid
October 2019 53
Tauhid
October 2019 56
Tauhid
June 2020 38
Paradigma
June 2020 48

More Documents from "Ariwanto Aslan"