8. Daftar Gambar

  • Uploaded by: wiwin
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 8. Daftar Gambar as PDF for free.

More details

  • Words: 21,029
  • Pages: 146
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau) Ol eh: JHON SUMIHARJO HUTABARAT 0309030 23

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BAU-BAU

20 08

KATA PENGANTAR Puji dan syukur dalam suka cita penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi

ini

yang

berjudul:”Evaluasi

Pelaksanaan

Program

Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau) Skripsi ini merupakan suatu penilaian yang penulis lakukan

pelaksanaan

program penterhadap gembangan perumahan di Tapanuli Utara sejak

lam Rencana

Pembangunadituangkan da

009. Penulis

merasakan p n Jangka Menengah Kota Bau- Bau periode 2004-2 erlunya

lakukan oleh

penilaian terhadap program-program yang di aerah ngembangan pemerintah melakukan d perumahan. Tapanuli Utara, dan salah satunya adalah program pe Penul

yak terdapat

kekurangan is menyadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini banengharapkan saran dan dalam penulisan, isi dan penyampainnya. Untuk itu penulis m enulis ingin mengucapkakritik yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini p 1. Ban terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

sial dan Ilmu

Polpak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu 2. Ba So itik, Universitas Sumatera Utara;

rtemen Ilmu

Adpak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku Ketua 3. IbuDepa ministrasi Negara; 4.

Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP., selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini;

5.

Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara, pegawai tata usaha beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU;

6. Bapak

Tongam

Hutabarat,

selaku

Kepala

Dinas

Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara; Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas

Kimbangwil

Taput; Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala BAPPEDA Tapanuli Utara; dan Bapak Ihsar, selaku Developer (pengembang) perumahan di Kota BauBau); 7.

Buat K’ Sondang Pane, yang telah banyak memberi bantuan yang sangat berarti buat penulis;

8.

Bapak/ Ibu guru SD No. 174566, Hutabarat Partali Julu, Tarutung; Bapak/Ibu guru SMP Swasta St. Maria Tarutung; Bapak/Ibu guru SMU N 1 Tarutung;

9.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda H. Hutabarat

dannda Ibu R. Simorangkir, yang telah membina, n, mendidik membesarka seh dan dapat ingga penulis dapat duduk di bangku perkuliahan me nyelesaikannya; 10. Bu t, S.Si; adikat abang-abangku, Sanggam Hutabarat, S.Pd, Sandro Hutabara adi a kasih buat kku: Indra Hutabarat, Patar Hutabarat, Poppy Hutabarat, do terim 11. Re in, Anggara, a dan motivasinya guna penyelesaian studiku; Sa kan-rekan mahasiswa AN’ 03: Ezra, Edoe, Edward, Rikardo, 12. Sa Rahmawana, Re or, Elvin, Tarida, Melly, d....l....l... Ma Alex, Roni, udara/saudariku di GMKI Komisariat FISIP-USU: Berkatdo, San , B’ Hotler rtin, Sarjani, Novita, Fernando, Melki, Heri, Frans, Rudi, ’Zi a yang tidak drakh, Susi, Yhonatan, Sertha, Sastri, Marisa, Yehezkiel dap M........... dane’, B’ Marganda, K’ Debora, K’ Santi, dan yang lainny 13. Bu ardi, Robin, at kusebutkan satu per satu: UT OMNES UNUM SINT, SYALO Am Handra, Saut, at rekan-rekan alumni SMUNTA ’03: Angga, Jack Alles, H Marganti, DNA ( Dohot Na Asing ); 14. Buat

adek

angkatku

Indah,

Sandra,

”ditunggu

kedatangannya

di

alam perkuliahan”; Anggraeni ”Titin’, jangan contoh aku yang lama tamat ini ya; 15. Adagio,

Angra,

Annihilator,

Apocalyptica,

Ark

Storm,

Arthemis,

Athena, Avantasia, Benedictum, Casiopea, Concerto Moon, Dark Moor, Death, Dragonforce, Dragonhammer, Dreamaker, Dream Theater, Edguy,

Epica, Evergrey, Freedom Call, Full Strike, Galloglass, Gamma Ray, Gordian Knot, Haggard, Hammerfall, Heavenly, Helloween, Hour Glass, Human Fortrees,

Imperia,

Insania,

Iron Maiden,

Judas Priest,

Kamelot,

Kenziner,

Labyrinth, Lost Horizon, Loudness, Majestic, Martir, Master Plan, Metallium, Morifade, Nightwish, Opeth, Pagan’s Mind, Persuader, Powergod, Pyramaze, Rhapsody, Shaman, Silent Eedge, Sinergy, Sonata Aarctica, Storm, Stratovarius, Stryper, Sun

Caged,

Syhmpony

X,

Thunderstone,

Thy

Majesty, Tristania, Vision Divine, Vision Of Atlantis, Watch Tower, Within Temptation, Zero Hour ( The METAL WARRIORS) ” Wellcome to the Metal Zone” 16. Last but not least………….., seseorang yang jauh disana S. R. R. K. M, yang aluselmengawasi, memotivasi, mendokan aku: “ sehat kau ya!!!!!!!” disitu, Penul diterima dari is tidak dapat membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah berbagai pih mereka dan ak. Semoga Tuhan lah yang membalas segala kebaikan memberikan canya. berkatNya, dan skripsi ini juga dapat bermanfaat kepada pemba

April 2009 enulis Medan, P S. Hutabarat Jhon

: 030903023

NIM

DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………........i DAFTAR ISI……………………………………………………………………........ iii DAFTAR TABEL........................................................................................................ iv BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1 B. Perumusan Masalah……………………………………………….…….. 8 C. T ujuan Penelitian………………………………………………… ….….. 8 D. M anfaat Penelitian…………………………………………….… …….... 9 E. Kerangka Teori…………………………………………………..…….... 9 E. 1. Evaluasi……………………………………………………..……... 9 E. 1. 1. Pengertian Evaluasi…………………………………..…….. .9 E. 1. 2. Jenis-jenis Evaluasi………………………………….…….... 15 E. 1. 3. Proses Evaluasi…………………………………….……….. 20 E. 1. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi…………………………..……. 22 E. 2. Pengembangan Perumahan………………………………….... 24 E. 2. 1. Pengertian Perumahan……………………………….…….. 24 E. 2. 2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan……………….…….. 25 E. 2. 3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman……... 27 E. 2. 4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman........................................................................................ 32 E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan…….... 36 F. Definisi Konsep…...…………………………………………………...... 37 G. Definisi Operasional……………………………………………………. 38 H. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 39 BAB II: METODE PENELITIAN……………………………………………….... 40 A. Bentuk Penelitian……………………………………………………..... 40 B. Lokasi Penelitian……………………………………………………..... 40 C. Populasi dan Sampel………………………………………………..…. 40

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..…… 41

E. Teknik Analisa Data……………………………………………..…….. 42 BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELTIAN…………………………………… 43 A. Profil Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara……………………………………………………..….. 43 A. 1.1. Struktur Organisasi……………………………………………. 43 A. 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………45 A. 1. 4. Perencanaan Stratejik………………………………………… 46 A. 1. 4. A. Tujuan………………………………………………… 48 ….... 50 A. 1. 4. B. Kebijakan………………………………………… A. 1. 4. C. Program Kerja…………………………………… …… 51 B. Sekilas Tentang Kota Bau- Bau………………………

…... 52

B. 1. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah…………………………… 52 B. 1. 2. Sejarah Kota Bau- Bau………………………

…... 60

B. 1. 3. Visi dan Misi Kota Bau- Bau............................

..... 65

B. 1. 4. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah.......................... 66 BAB IV: PENYAJIAN DATA………………………………………………...… 69 A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan................................. 69 B. Program Pengembangan Perumahan...................................................... 78 C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan........... 83 BAB V: AN ALISA DATA…………………………………………………….... 86 A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan………………..….. 86 B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.….…. 91 BAB VI: KESIMPULAN dan SARAN……………………………………… …. 96 A. Kesimpulan………………………………………………………….. 96 B. Saran………………………………………………………………….. 97 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 99

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional, dan Staf Tahun 2008........................................................................... ............. 72 Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau Berdasarkan Jenjang Pendidikan............ 73 Tabel 3 : Jumlah Dana Untuk Program Pengembangan Perumahan................... 74

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota BauBau) Nama NIM Departemen Judul

: Jhon Sumiharjo Hutabarat : 030903023 : Ilmu Administrasi Negara : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau) Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP ABSTRAK Penelitian ini berjudul ” Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara”. Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia.Dalam situasi apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal dirinya dan keluarganya, bagi mengembangkan hubungan sosial dan lingkungan permukiman baik sebagai membangun pribadi, kelunya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang Peru manusia, arga dan masyarakat. ngembangan sumber daya tertib, juga mahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah memberikan pe manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial i perumahan sebagai pen yang sar. Dengan berpijak padkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor umahan dan permukiman,industr yedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal ktif berperan serta dalamyang be upaya untuk menghimpun a peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap per Pelak masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, panuli Utara dimulai pad a mpai dengan sekarang. Hasetiap program pembangunan, serta mampu rbatasan dari masyarakat t meningkatkan modal dan program pembangunan a pemerintah memasukkan selanjutnya. program pengembangan perumahan ini ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bau- Bau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau, untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini dan juga untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan perumahan ini. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci yaitu Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau, Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bau- Bau, dan Developer (Pengembang) Perumahan di Kota Bau- Bau. Dan peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal

di perumahan yang ada di Kota Bau- Bau. Kemudian data yang diperoleh dari penelitian tersebut dianalisa dengan metode analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perumahan yang dibangun di Kota Bau- Bau terdapat di tiga lokasi yang berbeda yaitu di Desa Hutabarat, Kecamatan Tarutung; Desa Silangkitang, Kecamatan Sipoholon; Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong. Dari ke tiga kawasan perumahan tersebut belum ada yang selesai tahap pembangunannya disebabkan karena pembangunan yang bertahap yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m². Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayarandicicil 2 kali dalam setahudapat n. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di cukup tinggi karena luas tlokasi ini anah per unit cukup luas yaitu 200 m². Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha. Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong semuanya su dah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi mahan yang peru cukup jauh d i yang sangat terbatas, se an terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasan harga per mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. Sedangksekitar 2 juta unitnya 35 hingga ju rupiah per tata rupiah dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil Lokahun. yang sudah mulai tahap si Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-boronga terletak di Desa Sitabopembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 H an dibangun -tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang ak sebanyak ± 2 15 unit dengan tipe 27/150 dan tipejuga 36/150. Kondisi perumahan di Kota BauBau cukup memprihatinkan karena belum memiliki prasarana dan sarana yang memadai seperti jalan, air bersih, sebagian rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik, tahapan pembangunan drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih kurang baik jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap kelengkapan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu, rumah yang sudah dibangun di kawasan perumahan tersebut masih ada yang belum ditempati sehingga banyak yang rusak yang nantinya akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan perbaikan, dan lahan yang sebelumnya digunakan untuk perumahan masih ada yang kosong sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian, seperti yang terjadi di Perumahan Barat Indah Permai. Dari hasil temuan dilapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara belum terlaksana

dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Kata Kunci: Evaluasi, Program Pengembangan Perumahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari hal-hal yang berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi manusia kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping kebutuhan akan sandang dan pangan. Tempat tinggal memang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tanpa tempat tinggal yangcukup, manusia tidak akan dapat hidup dengan layak. Manusia tidak cukup dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, meskipun kenyataan nya terdapat peringkat pemenuhan akan kebutuhan itu dari kebutuhan yang minimum hingga kebutuhan yang tidak terbatas. Teori Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya,yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi. Tempattinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau ke luarga dalam melangsungkan kehidupannya. Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman,

masyarakat

diharapkan

dapat

meningkatkan

produktivitas,

aktif

berperan

serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya. Dalam hal pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan perumahan dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah mempunyai kewajiban sebagai pihak yang berkewajiban yang bertugas mengarahkan, membimbing,

dan

menciptakan

suasana

kondusif.

Demi

tercapainya

tujuan

pembangunanpun nasional daerah,mau kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah. Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam g pasti situasi apapun oran berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal keluarganya,

bagi mengembangkan

hubungan

sosial dan

membangun

permukiman

dirinya dan lingkungan baik sebagai

pribadi, kelunya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia,lingkungan, mereka pun arga dan masyarakat. Tanpa campur-tangan pihak lain dari nnya sendiri secara mandi

luar akan mengusahakan penyelenggaraan rumah dan

sumber daya

perumahan d

permukima ri dan berdaulat. Terjadi dikotomi antara

utuhan akan

lokasi tempa aksesibilitas terhadap an permukiman yang semakin terbatas s umum dan pusat

layanan

publik.

Diperkuat dan mahal, realitas dengan keb tekanan

sosial,

ekonomi dan

kependudukan, maka situasi inilah yang mendorong terjadinya konsentrasi perumahan dan permukiman yang padat, miskin dan kumuh. Penguasaan dan penggunaan lahan oleh warga masih banyak yang lemah dari sisi hukum dan administrasi; seperti: bantaran sungai, pinggiran rel, tanah makam, tanah in-absentia atau menganggur maupun lahan dalam status penguasaan atau pemilikan pihak lain.

Dalam paradigma lama dan kepentingan konvensional pembangunan perkotaan, lingkungan demikian sering berhadapan dengan masalah penggusuran. Hal tersebut menjadi salah satu bentuk konflik sosial pembangunan dan pengingkaran hak dasar atas perumahan dan permukiman di daerah perkotaan. Kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai hak asasi dan hak dasar setiap manusia diakui secara universal, menjadi landasan hukum internasional dan dituangka n dalam DUHAM (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) Pasal 25 ayat (1), yang berbunyi “ Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak atas kesehatan dan kehidupan serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuh kan, dan hak untuk diperl kukan sama” Kesepakatan universal telah mengelompokkan rumah sebagai bagian dari hak dasar bersama dengan layanan kesehatan dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya, termasuk kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, layanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sosial lainnya terutama ketika mengalami pemutusan hubungan kerja, sakit, cacat, menjanda, masa tua dan atau kondisi ketidakberdayaan di luar kendali dirinya. Deklarasi hak dasar ini telah diratifikasi oleh 108 negara termasuk Indonesia, dan membawa konsekwensi kepada negara negara tersebut untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan dalam rangka merealisasikan hak tersebut. Deklarasi ini selanjutnya diperkuat oleh Deklarasi PBB tentang pembangunan dan kemajuan sosial tahun 1969, deklarasi permukiman Vancouver tahun 1976 dan deklarasi PBB di Istanbul tahun 1996. Indonesia telah menetapkan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar RI

tahun 1945, bahwa setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karenanya, rumah sebagai wadah tempat tinggal perseorangan ataupun dalam entitas sosial baik dalam bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang. Secara fungsional rumah dijadikan sebagai wadah untuk berlindung dari tantangan alam dan ancaman binatang, sekaligus wadah interaksi sosial keluarga dan pada kasus tertentu mewadahi aktivitas pensecara nasional didefinisikan sebagai hak bagi ghuninya. Hak ekonomi perumahan setiap orang untuk mendapatkan akses menghuni rumah yang layak dalam suatu komunitas yang aman dan bermartabat secara berkelanjutan. Lebih jauh kelayakan didefinisikansebagai kelengkapan rumah dengan jaminan keamanan dan huk um, jaminan perolehan prasarana, sarana dan utilitas dasar, akses pada pembiayaan, dan atau hal lain untuk memenuhi martabatnya sebagai manusia. Menghuni rumah yang layak berarti pengakuan status legal kependudukan yang membuka identitas sosial, akses pada program peningkatan kesejahteraan serta peluang usaha yang membutuhkan kredibilitas hunian. Apabila dilihat secara makro, dalam pembangunan khususnya pembangunan perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua sistem, yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan maupun wilayah di belakangnya (hinterland), yang biasanya adalah wilayah pedesaan. Oleh

karena

itu

perencanaan

pembangunan

sebuah

perumahan

memegang peranan yang sangat penting dalam mengendalikan laju pembangunan

agar berdampak

positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dimulai dari perencanaan rumahrumah hingga perencanaan lingkungan permukiman, ruang perkotaan, dan skema wilayahnya. Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta sarana dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sudah selayaknya apabila untuk pembangunan perumahan dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman. Peraturan perundang-undangan itu antara lain tertuang dalam Undang-

ng Nomor 4

tahun 1992 Unda an Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992. Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaandalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Un dang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang itu menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana

, sedangkan

permukiman

lingkungan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

indung, baik

yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasankawasan hutan l pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari program pembangunan nasional sebetulnya sudah dicanangkan semenjak pemerintahan orde baru dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan

akan

sarana dan prasarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun realisasi dari pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJP I itu dilaksanakan melalui berbagai program antara lain program perumahan rakyat, program penyediaan air bersih, dan program penyehatan lingkungan permukiman dan juga dilaksanakan program penunjang yang berupa pengembangan sistem pembiayaan, pengembangan teknologi perumahan dan permukiman yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik perumahan dan permukiman, serta pemantapan dan peningkatan kelembagaan maupun penyiapan peraturan perundang-undangannya. Program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan Pembanguna dala n Jangka Menengah Nasional (RPJM NAS.) dijadikan

m Rencana daerah baik

tingkat satuacuan maupun tingkat dua dalam menyusun Rencana

unan Jangka

Menengah Pembang Daerah. Hal inilah yang mendasari pemerintah

panuli Utara

menetapkanKabupaten Ta

, yang pada

dasarnya dil program ini menjadi salah satu program pembangunannya endah untuk memiliki ruatarbelakangi pada keterbatasan masyarakat berpenghasilan ir diharapkan masyarakat mah tinggal sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya program in ni, program Pengembangan kategori sendiri. Multy Years artinya akanPerumahan memiliki termasuk rumah tinggal PadaProgram, Kabupaten i program ini selalu termasuk

ke dalam program kerja tahunan Dinas Permukiman

dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau. Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bau- Bau berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut, yaitu: pertama, mendorong

pemenuhan

kebutuhan

rumah

yang

layak,

sehat,

aman,

dan

terjangkau

dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan

sosial kemasyarakatan agar

tercipta masyarakat

yang

produktif

secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. Di Kota Bau- Bau terdapat tiga kawasan perumahan yaitu, di Desa Hutabarat P Silangkitangartali (Kecamatan Julu dan Parbaju Julu (Kecamatan Tarutung), orong). Dari Desa ketiga kawa angunannya. Sipoholon), dan di Desa Sitabo-tabo (Kecamatan Siborong-b Perumahan d 990-an, akan san perumahan tersebut, belum ada yang selesai tahap pemb tetapi belu Sedangkan i Desa Silangkitang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1 perumahan gunan yang m semua rumah yang sudah dibangun tersebut ditempati. dimulai sekit o-tabo masih yang terdapat di Desa Hutabarat masih dalam tahap pemban dalam tahap anuari 2008. ar tahun 2002, dan perumahan yang terdapat di Desa Sitab Permasalaha han tersebut perencanaan dan pembangunannya akan dimulai pada bulan J terletak pad t terkadang n yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan dihentikan uperuma han di Desa a sering pendanaan sehinggasehingga pembangunan perumahan Hutabarat yang kali terhenti pemerintah terkesan tersebu tidak serius dalam ntuk sementara waktuperumahan seperti pada pelaksanaan program pengembangan ini. pembangunan peruma Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

dengan

judul

:

“EVALUASI

PELAKSANAAN

PROGRAM

PENGEMBANGAN PERUMAHAN” ( Studi Pada Kantor Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau).

B. Perumusan Masalah Dalam mengadakan pembahasan terhadap permasalahan tertentu maka selalu terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian juga halnya dengan pelaksanaan program pengembangan perumahan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan di kabupaten Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka ngah Daerah Mene tahun 2004009”. C. Tujuan P enelitian Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: a. U ngembangan ntuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pe p erumahan di Kota Bau- Bau b. U pelaksanaan ntuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pr ogram pengembangan perumahan c. U ngembangan ntuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program p pe erumahan di Kota Bau- Bau D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup

pemerintahan daerah melalui penerapan teori-teori yang diperolah selama perkuliahan. b.

Bagi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Politik/Departemen Ilmu

Administrasi Negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan

sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang

tertarik terhadap masalah evaluasi program pembangunan. E. Kerangka Teori E.1. Evaluasi Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program

y ang

telah

dilakukan

yang

akan

digunakan

untuk

meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya ag ar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. E.1.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya imana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan d dilakukan di depan. Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dan semua proses pemerintahan. Ia bervariasi dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk rekomendasi. Spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta criteria yang harus

dievaluasi.

Pengukuran mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan dengan tujuan dan analisis adalah penerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna membuat kesimpulan, sedangkan rekomendasi adalah suatu penentuan mengenai apa yang akan dilakukan selanjutnya. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapain hasil kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indicator kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi;(i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil (dalam Penjelasan PP No.39 tahun 2006, pasal 12). Selain definisi di atas, ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff, alam Farida Yusuf Tayib d napis, 2000, 3), yaitu: 1. Apa arti evaluasi ? Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pembangunan perumahan dapat dicapai (Tyler, 1950:63). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus

Diseperancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Kelompok Konsorsium Evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang menghakimi (judgemental

definition of

evaluation)

karena

menurut

mereka

bukanlah tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak. Evaluator tidak dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang tidak menghakimi (non judgem ental definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima. 2. Untuk apa evaluasi ? Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara

formatif dan

evaluasi suevaluasi matif sebagai fungsi evaluasi yang utama .

Stufflebeam

membedakanKemudian

saham, dan

Retroactive

evaluasi atas Proactive Evaluation untuk melayani pemegangt mempunyai

dua fungsi, Evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapangembangan kegiatan yanyaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengsi sumatif, evaluasi dipg sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Funjutan. Jadi evaluasi henakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau laatu program, perbaikan prdaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan su ukungan dari mereka yangogram, terlibat.pertanggungjawaban, seleksi, menambah motivasi dan d 3. Apakah objek evaluasi ? Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Programprogram pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah dapat dijadikan objek evaluasi terhadap kinerja pemerintah. Penting sekali menentukan dan mengetahui apa yang akan dievaluasi.

Hal ini akan menolong

menentukan apa informasi

yang

dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu pemfokusan evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas akan menghindari salah tafsir dan kesalahpahaman 4. Aspek dan dimensi objek apa yang akan dievaluasi ? Setelah memilih objek evaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus pada kebanyakan atas hasil yang dicapai. Akan tetapi pada saat ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas dan memper banyak variabel evaluasi dalm bermacam-macam model luasi (Stake, eva 1967: Stuffle beam, 1959,1974; Alkin, 1969; Provus, 1971) 5. Kriter ia apa yang dipakai untuk menilai suatu objek ? Memi upakan tugas lih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi yang paling s uan maka ini mer ulit dalam evaluasi. Apabila yang dievaluasi hanya merrupakan eria evaluasi. pencapai tuj pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian Pencapaian t kriteria yang daripada krit ujuan-tujuan yang penting memang penting. Krit ng potensial, merupakan salah satu eria yang lainnya yaitu identifikasi nilai-nilai so natif lainnya. kebutuhan dari klien ya sial, mutu dan efisiensi Tampaknya ipakai untuk dibandingkan dengan objek-objek alter ada persetujuan di menilai suat tertentu dan antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang d u objek tertentu fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria hendaknya ditentukan dalam konteks objek penilaian suatu objek adalah: a. Kebutuhan ideal dan nilai-nilai b. Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan c. Ketepatan efektivitas training

d. Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya

6. Siapa yang harus dilayani oleh evaluasi ? Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan audiensi khusus. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu: a. Evaluasi dapat mempunyai lebih dari satu audiensi b. Masing-masing audiensi mempunyai kebutuhan yang berbeda c. Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana evaluasi 7. Apa langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam evaluasi Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut. Namun evaluasi harus memasukka n ketentuan dan tindakan sejalan engan fungsi evaluasi, yaitd u: a. Memfokuskan evaluasi b. Mendesain evaluasi c. Mengumpulkan informasi d. Menganalisa informasi e. Melaporkan hasil evaluasi f. Mengelola evaluasi g. Mengevaluasi evaluasi 8. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi ? Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai

dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971)

memperkenalkan beberapa variasi metode evaluasi, disamping disain eksperimen dan kuasa eksperimen yang tradisional (Campbell & Stanley,1981; Patton, 1980), dengan metode Naturalistic (Gubu & Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury trial (Wolf,1975) dengan analisa sistem, dan yang

lainnya merupakan metode yang

sudah lazim dipakai dalm evaluasi program. 9. Siapa yang akan melakukan evaluasi ? Untuk menjadi kelompok professional evaluator dituntutnyai ciri-ciri mempu tertentu yang aluator yang mempunyai latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang kompeten d antara lain: ev an dapat diandalkan ia harus mempunyai berbagai mengetahui gerti tentang ciri, dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian, kondisi sosia elation, jujur men dan bertang gitu banyak l, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human kemampuan, r gungjawab. Karena sulit mencari orang yang mempuyai 10. A be maka sering dilakukan oleh satu kelompok. Akhir tan evaluasi. pa standar untuk menilai evaluasi Standar yan ? on Standart Educational -akhir

ini telah dicoba

pengembangan standar

untukam, yaitu:

kegia (bermanfaat g paling dan komprehensif dan dikembangkan oleh a. Utility praktis) b. Accuracy (secara teknik tepat) c. Feasibility (realistik yang teliti) d. Prosperity (dilakukan dengan tegar dan etik)

E.1.2. Jenis-jenis Evaluasi Secara umum, evaluasi dibagi menjadi atas tiga jenis yaitu :

1. Evaluasi pada tahap perencanan Kata “ evaluasi” sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan pr tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan eda menurut ioritas berb hakekat dari permasalahannya sendiri. 2. Ev aluasi pada tahap pelaksanaan Pada nalisa untuk tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan a menentukan a. Terdapat tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencan perbedaan a engendalian. ntara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/ p Monitoring ahwa proyek menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan b tersebut dire elihat apakah ncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Monitoring m pelaksanaan t sudah tepat proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebu untuk menca masih tetap pai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek dapat menc pencapaian apai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.,apakah hasil proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan proyek tersebut, baik membantu atau menghambat. 3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat

kemajuan

pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari ketiga jenis evaluasi di atas, penelitian ini merupakan evaluasi pada tahap pelaksanaan program pengembangan perumahan yang telah ditunagkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau, dimana penelitian ini nantinya aka n menilai sejauh mana pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara. Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi implementasi kebijakan yang telah dituangkan ke dalam program-program pembangunan. Maksudnya bahwa penelitian ini nantinyaberusaha untuk mengetahui apakah kebijakan pembanguna n yang telah ditetapkan apakah telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh umpan balik agar dapat dikenali secara dini penyimpangan pelaksanaan dari rencana pembangunan, dan ke mudian dapat peyimpangan dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Evaluasi dilakukan dengan merujuk pada lintasan sebab akibat, melalui penetapan indikator kinerja. Di dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program.

Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi beberapa model (dalam Subarsono, 2005, 189) yaitu : 1.Goal Oriented Evaluation Model Merupakan

model

yang

muncul

paling

awal.

Yang

menjadi

objek

pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditentukan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terusmenerus mencek sejauh tujuan di dalam proses pelaksanaan program. tersebut sudahmana terlaksana 2. Goal Free Evaluation Model Model ini dapat dikatakan berbeda dengan Goal Oriented Evaluation Model karena dalam melakukan evaluasi, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program akan tetapi bagaimana kerjanya program dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal kan) maupun hal-hal yang negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan). yang diharap Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam memperhatikan penampillan

sejauh mana akhirtersebut yang

penampilan, tetapi eva luator lupa

masing-masing

diharapkan

oleh

penampilan mendukung tujuan

umum,

maka

akibatnya

jumlah penampilan khusus itu tidak banyak manfaatnya. 3. Formatif-Sumatif Evaluation Model Model ini menunjuk pada adanya tahapan dan lingkup objek

yang

dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif ).

Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan mengetahui hambatan-hambatan, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapain tujuan. Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk mengatur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui osisi/kedudukan individu di dalam kelompoknya. Menurut Finance (1994:4 dalam Hanif Nurcholis;2007,276) ada empat tipe evaluasi yait : 1. Evaluasi kecocokan, yaitu menilai apakah kebijakan yang ditetapkan memang cocok untuk dipertahankan, perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan apakah kebijakan ini cocokdilakuka n oleh pemerintah daerah dan bukan oleh swasta 2. Evaluasi efektifitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan tersebut telah menghasilkan hasil dan dampak sesuai dengan tujuan yangdiharapkan 3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolok ukur ekonomis yaitu seberapa jauh tingkat manfaat dibandingkan dengan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan. Dengan kata lain apakah input yang digunakan sebanding dengan output yang diharapkan, dan apakah cukup efisien penggunaan keuangan publik dalam mencapai dampak kebijakan. 4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri. Apakah evaluasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sudah professional ? Apakah evaluasi yang dilakukan tersebut sensitif terhadap kondisi sosial, kultural

dan

lingkungan ? Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang mempengaruhi pilihan-pilihan manajerial. Sedangkan dalam P.P. No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1. Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilaksanakan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala pr i telah dir

oritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai

tujuan yang

muskan sebelumnya.

2. Evaluasi

n pada saat pada tahap pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakuka pelaksan pelaksanaan aan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan rencana d . ibandingka n dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya 3. Evaluasi dilaksanakan pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang setelah ihat apakah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk pencapai si masalah mel an (keluaran/hasil/dampak) pembang ilai efisiensi program mampu mengata unan yang (keluaran pak terhadap ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk men dan hasil sasaran), am. dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dam ataupun E.1.3. Proses Evaluasi manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu progr Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. Mereka menfokuskan pada jenis-jenis pertanyaan sebagai berikut : Faktor apa yang hadir bersamaan yang membuat seperti apa program itu ? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan program itu ? Bagaimana klien dibawa ke

dalam program dan bagaimana mereka bergerak melalui program sekaligus mereka sebagai peserta ? Interaksi seperti apa yang trejadi pada staf dan klien ? Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu program. Setiap deskripsi biasa jadi berdasarkan pada observasi atau wawancara dengan staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi terpusat pada bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan oleh staf. Berupaya membangkitkan penggambara n secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri menggunakan metode kualitatif. “Proses” sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada

mana dalam

melihat bagabagai imana hasil atau keluaran itu dihasilkan daripada

ihat hasilnya

semata; itulahanya mel

uahkan hasil.

Proses evaluh , suatu analisis proses dengan mana suatu program memb an induktif. Evaluator prasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, ditas dari hari ke hari suatoses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasikan realai apa yang sesungguhnyu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengura dan nuansa penting yanga terjadi pada suatu program dalam suatu pencarian pola utam ya kepekaan baik

kualit memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanam

selama

perkembangannya; artinya menjadi sangat yang akrab dengan program. Proses atif maupun kuantitatif berubahhal rinci dalamsuatu progr evaluasi memandang tidak hanya aktifitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks yang penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi biasanya memasukkan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai bagaimana

semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungannya yang tidak sama dengan program – dari dalam dan dari luar sumber. Proses evaluasi mengijinkan pengambil keputusan dan pengguna informasi memahami

dinamika

berjalannya

suatu

program.

Setiap

pemahaman

memungkinkan orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti seharusnya dijalankan. Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan cakupan yang disitu program dikemb angkan, sepertidapat halnya menyoroti kekuatan program yang s dipelihara. haru Proses evalu tidak terlibat asi juga berguna dalam memungkinkam masyarakat untuk secara dekat ar, pegawai dalam program– sebagai contoh pemberi dana dari pemerintah, berjalan. Ini lu memungkin rdas tentang dan agensi dari luar– untuk memahami bagaimana program tanggungjaw valuasi pada kan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih ce umumnya be ibawah suatu ab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses e kondisi dim ntohan atau rguna untuk menyebarluaskan gagasan dan meniru program d dipertimban ana program itu telah dilakukan sebagai proyek perco E.1.4. Pende gkan sebagai model yang berguna untuk ditiru di tempat lain. Peng ng evaluasi. katan Dalam Evaluasi Kualifikasi ini penting karena tidak ada satu definisi pun yang paling tepat untuk menyatakan evaluasi jika tidak ada prosedur yang paling tepat untuk melakukan evaluasi. Ada beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, yang dinamakan pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan prosedur evaluasi.

Michael Schriven mengemukakan beberapa pendekatan dalam evaluasi (dalam Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 64) , yaitu: a. Pendekatan experimental Yang

dimaksud

dengan

pendekatan

experimental

yaitu

evaluasi

yang

berorientasi pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitianvaluator akademik. Tujuan yaitu untuke memperoleh kesimpulan yang bersifatmum tentang u dampak a faktor dan suatu program tertentu yang mengontrol sebanyakmengisol ode saintifik banyakny asi pengaruh program. Evaluator berusaha sebanyak menggunakan met mungkin. b. Pend ekatan yang berfokus kepada keputusan Pendekat uk pengelola an ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik unt program formasi akan dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, in amat ber at keputusan. guna apabila dapat membantu para pengelola program membu Oleh seb utuhan untuk ab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan keb keputusa n program. c. Pend ekatan yang responsif Dalam pendekatan ini, evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan evaluasi. Evaluator tidak percaya ada satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau analisa statistik. Tapi setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik, dan evaluator mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan

dengan melukiskan atau

menguraikan pertanyaan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluator adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. d. Pendekatan Evaluasi bebas dari tujuan Evaluasi program

secara

tujuan,berdasarkan perangkat

tradisional artinya yang dibuat

mengukur

pencapaian

suatu

sebelumnya secara hati-hati dari

tujuan yang dap at diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan

data

secara langsung tentang pengaruh dan efektifitas program tanpa dibatasi oleh focus sempit yang yatakan din sebagai tujuan. Pada umumnya, evaluasi bebaas

dari

tujuan mesyarat kan evaluator menduga penilaian tentang apakah program itu mencoba nmelakuka sesuatu dan malah menfokuskan pada temuan apa yang seben

arnya

terjadi dalam ogramprdan sebagai akibat dari program. Evaluator selanjutnya d apat menjadi terbuka a muncul dari fenomena suatu program. pakah data E.2.Pengembangan Perumahan E.2.1.Pengertian Perumahan Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang

ngsi sebagai

lingkungan tempat berfu tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang

merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya. Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah yang sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah. Bentuknya pun tidak terbata s hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berdereta horizontal, secar melainkan da h susun. pat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu merupakan E.2.2. Aspek ruma Untu -aspek Perencanaan Perumahan

at menjawab

tuntutan pemk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dap ngkan secara matang aspe bangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimba perencanaan sepanjang pek-aspek perencanaannya. Dengan memperhatikan aspek-aspekn perumahan akan dapat mbangunannya,

diharapkan

baik

arah

maupun

lajusuai dengan

tuntutan kebpembanguna mencapai suatu kondisi dimana jumlah dan perencanaan pembanguna kualitasnya se utuhan

masyarakat.

Adapun

aspek-aspek

1.Lin yang mendasari perumahan lain Hal nutama yang tersebut harus antara dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah manajemen lingku ngan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan merupakan aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan. Hal tersebut dapat

terjadi

karena

baik

berdampak terhadap penghuni perumahan.

buruknya

kondisi

lingkungan

akan

Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan lingkungan perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses terbentuknya lingkungan perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah sebagai pembentuk perumahan tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan perumahan diperlukan juga perencanaan terhadap lingkungan perumahan tersebut, terkait secara mikro (perencanaan secara detail terhadap unit-unit rumah) serta makro (perencanaan dan pencermatan terhadap lingkungan dimana perumahan tersebut berada). 2. Daya Beli (Affortability) Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam perencanaan perumahan

selalu dipikirkan kesesuaian antara ukur an bangunan,

uhan ruang,

konstruksi b kebut angunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan n jangkauan denga

pelayananny

mpuan daya

beli) masyara. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-rata Fakto(kema akat pada wilayah yang satu dengan yang lain tidak a. Pesama. standar) ;

ah (di bawah

r-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain :

ndapatanpendidikan per kapita sebagian sebagian masyarakat, besar masyarakat yangdimasih rend b. Tingkat terutama daerah pedesaan yang masih relatif rendah ; c. Pembangunan yang

belum merata pada berbagai daerah sehingga

memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;

d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan modal ; e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang berdampak dengan melambungnya harga rumah. 3. Kelembagaan Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan

asana yang

kondusif ba su

laku utama

pembanguna gi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pegunan yang dijalankan. n memegang peran penting dalam setip program pemban perumahan, maka peran

Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku

menentukan

terciptanya

pembangunan swasta dalam hal ini pengembang

an sejahtera

dengan tercu

(kontraktor) sangatlah

E.2.3. Prograrah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil d Progrkupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan. pemerintah, amterdiri dari program pokok dan program Pembangunan Perumahan dan Permukiman

ukiman oleh

pendukung

(Dinas

Kimbangwil Taput, Buku Panduan Penyusunan Program Pengembangan Perumahan, 2004), yaitu: 1. Program Pokok Program pokok merupakan yang dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam GBHN 1993 yang meliputi

program

penyediaan dan perbaikan perumahan dan permukiman, program penyehatan lingkungan, penyediaan dan pengelolaan air bersih, penataan kota dan penataan ruangan. 1.1. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk

meningkatkan

kualitas

kehidupan

keluarga

dan

masyarakat

serta

meningkatkan kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi menjadi dua kegiatan pembadan permukiman di perkotaan, dan pembangunan ngunan yaitu perumahan perumahan an permukiman di pedesaan. Program pembangunan perumahan dan permukiman di

aan meliput i

beberapa yaitperkot u : a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan awasan siap bangun (kasik ba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang ah terbangun atau di wilaysud ah pengembangan yang berupa pengembangan kota baru; b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia u saha dalam pengembangan perumahan dalam skala besar; c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan; d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliput i rumah inti, rumah se derhana, dan rumah sangat sederhana; e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana masyarakat melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah, kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit pembangunan rumah, dan kredit rumah sewa

Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi beberapa kegiatan yaitu : a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran; b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan swadaya; c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan. 1.2. Program perbaikan perumahan dan permukiman Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan Tribina (binamanusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : a. Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui perbaikan lingkungan dan penyediaan prasarana dasar; b. Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu yang mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik. 1.3. Program penyehatan lingkungan permukiman Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:

a.Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya; b.

Pengelolaan

persampahan,

yaitu

kegiatan

mengendalikan, mengumpulkan, dan membuanng atau

yang

ditujukan

untuk

memusnahkan limbah padat

guna menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman; c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air , serta banjir sungai yang diakibat kan oleh hujan. 1.4. Progr am penyediaan dan pengelolaan sarana air Progr bersih am ini terbagi dalam dua kegiatan, yaitu : a. Pe nyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan Kegia melalui upaya tan ini meliputi peningkatan pengelolaan air bersih perpipaan penurunan k bersih untuk ebocoran pada PDAM, peningkatan dan perluasan prasarana memenuhi k omi kota dan air ebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan kawasan pe peningkatan ekon rtumbuhan melalui sistem perpipaan dan non pemanfaatan san jaringan perpipaan, distribusi, sa gelolaan dan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perlua pengusahaan PDAM; mbungan rumah, hidran umum, serta peningkatan efisiensi b. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di pedesaan Kegiatan ini direalisasikan dengan cara pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih, peningkatan swadaya masyarakat dalam penyediaan pentingnya

dan

pengelolaan

air

bersih,

peningkatan

penyuluhan

tentang

penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat, pengoperasian sarana dan prasarana air bersih di pedesaan. 1.5. Program Penataan Kota Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada rencana tata ruang dan rencana pengembangan wilayah; b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman. Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk

kan efisiensi

penyedian, pmeningkat elayanan prasarana dan sarana perkotaan yang

pemantapan

fungsi kawasmendorong an-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan

kota dengan

tidak mengesproduktivitas ampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, 1.6. Progdan budaya. ram Penataan Bangunan Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya bangunan dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur. Program penataan bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan peraturan daerah;

b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta standar bangunan dan lingkungan; c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang telah dibuat. 2. Program Pendukung Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman mutlak diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan dan permukiman. Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain s berupa Program Penelitian dan Pengenbangan Perumahandan Permukiman erta Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air. 1. Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman

tujuan untuk

meningkatka ber

an, terutama

yang sedangn kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan

g besar bagi

pembangunaterap berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki

gi tepat guna

serta pendaypengaruh yan n. Disamping itu juga diharapkan akan

h pusat-pusat

penelitian dan dikembangkan pengembangan teknolo permukiman, agunaantermasuk sepenuhnya perguruan bahan tinggi. baku total 2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan dan pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman merupakan

suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan pengembangan sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan. E.2.4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu: 1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui trategi: a.

Penyusus nan, pengembangan

dan

sosialisasi

berbagai

produk

perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan

peraturan .

b. Pemantappermukiman an kelembagaan perumahan dan permukiman

esponsif.

c. Pengawasyang handal dan r an konstruksi dan keselamatan bangunan

n.

2. Mewujugedung dan lingkunga dkan masyara

perumahan

bagi

pemenuhan

kebutuhan uh

lapisan

selur kat, melalui strategi:

a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan(primer dan sekunder), meliputi (a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait; (b) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan. b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat, meliputi (a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok masyarakat

(P2BPK);

(b)

Pengembangan

dan

pendayagunaan

potensi

keswadayaan

masyarakat; (c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta (d) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya. c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut. d.

Pemberdayaanusaha

ekonomi

masyarakat

miskin,

meliputi

(a)

Pemberdayaan masyarak at untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; (b) Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin, serta (c) Pelatihan teknologi tepat guna,

ngembangan

kewirauspe ahaan, serta keterampilan lainnya. e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi (a) Penanganan tanggap darurat; (b)

nstruksi dan

rehabilitaReko

kiman; serta

(c) Pemusi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permupakan upaya yang harkiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat meru matan korban dampak us dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyela anjut seperti pemulangbencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih l f.

Pengelolaan an, pemberdayaan, bangunan gedung dan pengalihan dan (relokasi). rumah negara,

melalui

pembinaan

teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara. 3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta (c) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa). b. Pengembanganpenyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi (a) Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba); dan (b) Pengembangan lingku ngan siap bangun yang berdiri sendiri,

yang

berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pemba ngunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksu dkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasib a

dan

Lisiba serta annya kaitdengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipe rtimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah. c.

Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi (a) Pelembagaan RP4D, yang merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; (b) Pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan lingkungan

permukiman

tradisional;

(c)

Revitalisasi

permukiman strategis; serta (d) Pengembangan penataan dan

pemantapan standar pelayanan minimal mencegah perubahan fungsi mengembangkan

polahunian

lingkungan permukiman untuk

lahan, menghindari upaya berimbang,

penggusuran,

menganalisis

dampak

lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingku ngan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.

E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Perubahan

kondisi

sosial,

ekonomi,

dan

politik

yang

sangat

fundamentalrlunya menuntut pe perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah sistem kepada per wujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan

partisipasi

masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta berkelanjutan. Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembanguna n Nasional (SPPN), yang didalamnya diatur sistem

perencanaan

pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1)nan rencana; (2) penetapapenyusu n rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; (4) pelaksanaan rencana. Perevaluasi encanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasiaan rencana merupakan pelaksan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Program-program pembangunan khususnya program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu pengevaluasian untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya karena hal ini berkaitan

dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah terhadap pihakpihak yang berkepentingan. Evaluasi pelaksanaan

program pengembangan perumahan

ini dilakukan

untuk menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat, dampak, dan

keberlanjutan

dari

menggunakan indikator-indikator

program tersebut. yang

digunakan

Pengevaluasian dalam

ini

juga

penyusunan

program dalam Rencana pengembangan perumahan i Mene ni yang dituangkan Pembangunan Jangka ra. Dan apakahngah program Daerah ini Tapanuli telah sesuai Uta dengan apa yang m tetapkan enjadi oleh pemerintah tujuan yangdaerah telah di yaitu terpenuhinya kebutuhan aman, serasi akan rumah denganyang lingku sehat, ngan, terjangkau masyarakat te rutama yang berpenghasil an menengah dan rendah dan juga meningkatkan kualitas

ahan

melalui penguatan k

alitas

perum

sosial kemaasyara omunitas lembaga yang ada dalam rangka peningkatan ku F. Definisi katan. Menu Konsep

nelitian yang

paling pentinrut Masri Singarimbun (1989;17), konsep merupakan unsur pe arkan secara abstrak suatug dan merupakan definisi yang akan dipakai untuk menggamb Berdasarkan fenomena uraian sosial. di atas, konsep penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Evaluasi, merupakan proses penilaian untuk menentukan sampai sejauh mana tujuan suatu program dapat tercapai. 2. Pelaksanaan Program, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu pejabat atau kelompok baik pemerintah atau swasta untuk melaksanakan aktifitas yang telah dirancang untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan.

3. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan, merupakan penilaian yang

dilakukan terhadap pelaksanaan program

pengembangan perumahan sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau. G. Definisi Opoerasional Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan diukur dengan indikator : 1. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan a. Kemampuan organisasi melaksanakan program, meliputi : - Kemampuan sumber daya manusia - Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber dana - Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber daya b. Memasmanusia yarakatkan program, meliputi : - Adanya koordinasi antar instansi yang - Dukungterkait an dari masyarakat 2. Program Pengembangan Perumahan Tersedianya komponen penyelenggara program, yaitu : - Pelaksana program - Penilaian Masyarakat - Sarana dan prasarana yang digunakan - Peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan 3. Keberhasilan pelaksanaan,dengan indikator : - Target dan realisasi pelaksanaan program pengembangan perumahan

H. Sistematika Penulisan BAB I

: PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat

Penelitian,

Kerangka

Teori,

Definisi

Konsep, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan. BAB II

: METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpilan Data, dan Teknik Analisa Data

.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ini, sehingga Bab ini merupakan gambaran umum tentang penelitian ntang kantor didalamnya akan dijelaskan mengenai: Gambaran umum te en Tapanuli Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupat ya. Utara, sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan tata kerjan BAB IV : PENYAJIAN DATA penelitian Bab ini berisikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil BAB V : ANALISA DATA leh sehingga Bab ini berisikan interpretasi dari data-data yang dipero menjawab permasalahan yang dirumuskan BAB VI

: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990;64), metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomenapada saat penelitian ata masalah yang bersifat actualada , fenomena yang kan menggambar fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi kemudian

interpretasi

rasional yangdengan akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan skan keadaan dari objek menjela penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana

an mencoba

menganalisa adanya, d untuk memberi kebenarannya berdasarkan data B. Lokasi Peyang diperoleh. nelitian Penelitian ini dilakuka n pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2004:90). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau yang berjumlah 50 orang. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2004:91), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang

dimiliki

oleh

populasi.

Sedangkan

menurut

Arikunto

(2004:109)

sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penentuan sampel yang digunakan yaitu Proposive Sampling. Menurut Arikunto Proposive Sampling diambil berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan kutipan di dalam penelitian ini adalah responden yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang permasalahan penelitian. Dimana cara pengambilan sampel bukan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memakai informan kunci. Adapun yangrman menjadi infodisini adalah Kepala Dinas Permukiman danngembangan kunci Pe Wilayah Ka . Dan untuk bupaten Tapanuli Utara, Kabid Perumahan dan Permukiman menambah p akat dengan erbendaharaan data, penulis mengambil sampel dari masyar menggunaka berdasarkan n teknik sampling insedental, yaitu teknik penentuan kebetulan, y i yang dapat sampel digunakan se akni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan penelit D. Teknik P bagai sampel. Untu data yang engumpulan Data diperlukan, k memperoleh data atau informasi, keterangan1. Pengu keterangan enulis menggunakan metode sebagai berikut: Yaitu apatkan data mpulan Data Primer yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara: a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden tentang permasalahn yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian.

2. Pengumpulan Data Sekunder Yaitu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif, mpuan nalar tu yai analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kema peneliti dala analisa data m menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik dilakukan de iperoleh dari ngan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang responden, s yang telah d elanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan dirumuskan. penelitian

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. PROFIL DINAS PERMUKIMAN dan PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BAU- BAU 1. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No.03 tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten TapanuliUtara adalah instansi yangberada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Tapanuli Utara. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupatenpanuli Utara Ta dipimpin ole bantu oleh 4 h seorang Kepala Dinas (Eselon IIb). Kepala Dinas ini di (Empat) oran g pejabat struktural, yaitu: Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 sub bagian, yaitu : 1. Sub Bagian Umum Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan Bagian prog ram, Yang membawahi 2 Seksi, yaitu : 1. Seks i Perencanaan Teknis Konstruksi dan 2. Seksi Pendataan, Evaluasi dan Pelaporan Bagian Perumahan Permukiman, yang membawahi 2 Seksi yaitu: 1. Seksi Sarana Pemugaran dan Permukiman 2. Seksi Perumahan dan Permukiman Bagian Penertiban dan Registrasi, yang membawahi 2 Seksi yaitu: 1. Seksi Pengawasan, Perijinan dan Penertiban Bangunan 2. Seksi Inventarisasi dan Registrasi 2. Sumber Daya Manusia

Jumlah SDM per 31 Desember 2006 untuk memdukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari: Klasifikasi Struktural 1) Pejabat Eselon II

1

orang

2) Pejabat Eselon III

4

orang

3) Pejabat Eselon IV

8

orang

4) Staff PNS

27

orang

5) PTT

5

orang

6) Tenaga Honorer

5

orang

Jumlah

50

orang

22

orang

6

orang

3) SMA Sederajat

20

orang

4) SMP Sederajat

2

orang

50

orang

1) Golongan IV

3

orang

2) Golongan III

31

orang

6

orang

Klasifikasi Pendidikan 1) S1 2) D III

Jumlah Klasifikasi Golongan

3) Golongan II

4) PTT

5

orang

5) Tenaga Honorer

5

orang

50

orang

Jumlah 3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 22 Tahun 2004 tentang tugas dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang Permukiman dan Pengembangan Wilayah dengan fungsi sebagai berikut: 1. Melaksanakan pembinaan terhadap bidang kewenangan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman; 2. Merumuskan kebijakan pedoman teknis pembinaan penyuluhan

rumahan dan

permpe ukiman; 3. Merumuskan kebijakan pedoman teknis perencanaan, kontruksi bangunan perumahan dan permukiman baik milik Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat; 4. Merumuskan kebijakan tata ruang wilayah dan

perencanaan

pemamempersiapkan nfaatan ruang; 5. Merumuskan kebijakan teknis pengendalian bidang pembangunan perumahan permukiman; 6. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan

penerimaan

daerah

di

bidang permukiman dan pengembangan wilayah yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Propinsi, Daerah, dan Pihak Lain;

7. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan perumahan dan permukiman; 8. Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 9.

Pelaksanaan penanggulangan bencana alam;

10. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian, keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi serta ketatalaksanaan dinas. 4. Perencanaan Strategik Perencanaan stratejik merupakan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah Dinas Permukiman dan Pengembang Wilayah Kabupaten Tapanuli Utarayang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh komponen organisasi. Perencanaan stratejik bersifat adaptif terhadap perubahanperubahan yang berasal dari internal maupun dari lingkungan eksternal organisasi VISI dan MISI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan, yang merefleksikan cita-cita, yakni hendak menjadi

apa

Dinas

Permukiman

dan

Pengembangan Kabupaten

Tapanuli UtaWilayah ra di masa depan, dan sekaligus menentukan arah institusi ini. Karena Dinasperjalanan Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau merupakan bagian internal dari pemerintahan Kota Bau- Bau, secara logis visinya merupakan turunan dari/dan mendukung visi Kota Bau- Bau. Penetapan Visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban

oleh seluruh jajaran pimpinan dan staff dinas. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan factor lingkungan sekitarnya. Adapun visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau adalah: PERUMAHAN/PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT, AMAN, DAN TERATUR Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Perumahan / Permukiman Yang Sehat, Aman, dan Teratur, artinya a) Terciptanya Perumahan/Permukiman yang murah serta

huni;

b) layak Perumahan/Permukiman yang didukung oleh

raturan yang

peraturan-pe c) berlaku serta kebijakan daerah; 2. Dinas Ramah lingkungan.

dalah Dinas

Perm Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang dimaksud . a ukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau Untu

n

Wilayah

mewujudkan Dinasperlu Permukiman danmisi yang menggambarkan Kabupaten kTapanuli Utara visi tersebut, dirumuskan amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi/dinas agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang berkepentingan Wilayah

dapat

mengenal

Dinas

Permukiman

dan

Pengembangan

Kota Bau- Bau dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh di masa akan datang. Adapun misi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yaitu: 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan pelayanan prima; 2) Mewujudkan lingkungan perumahan/permukiman sehat, aman, dan teratur; 3) Membessrdayakan dalam masyarakat pembangunan dan pengembangan wilayah melalui penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pengawasan pembangunan. A. Tujuan Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dai misi dan merupakan sesuatu (apa) yangakan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1 ( satu) sampai dengan 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai). Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut : k menjadi a. Idealistik : mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk baidan berhasil; b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang ditetapkan oleh suatu organisasi; b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang ditetapkan oleh suatu organisasi; c. Abstrak belum dapat dilihat secara kuantitas karena pencapaian tujuan dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau menetapkan tujuan sebagai berikut:

MISI PERTAMA “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan pelayanan prima” Dengan tujuan : 1) Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Aparatur; 2) Menigkatkan Kesejahteraan Aparatur. MISI KEDUA “Meningkatkan sarana dan prasarana perumahan /permukima Dengan tujua

n”

1) Meni n : 2) Meningkatkan sarana dan praasarana Permukiman dan Perumahan; 3) Meningkatkan sarana dan prasarana Gedung Pemerintah; MISI KETI ngkatkan sarana dan prasarana pasar.

ngembangan

binaan, dan GA “Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan dan Pe Wilayah melalui penyelenggaraan perturan, pem Dengan tujua

pengawasan pembangunan”

1) Menin :

ngembangan

wilayah melalui penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pembangunan. ngkatkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan dan B. Kebijakan Strategi pencapaian tujuan menentukan keberhasilan organisasi. Strategi tersebut dirumuskan dalam kebijakan yang menggambarkan bagaimana Program, dan kegiatan organisasi dapat dicapai.

Berdasarkan pengertian di atas, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau menetapkan kebijakan sebagai berikut : 1. Kebijakan Teknis : - Memberikan Pedoman Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana dan Ketentuan Perizin. 2. Kebijakan Personalia : - Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas SDM yang didukung dengan Sarana dan Prasarana yang memadai 3. Kebijakan Pelayanan : - Memberikan pelayanan yang cepat dan murah serta

terbaik bagi

yang setiap pemohon IMB. 4. Kebijakan Publik : -

Memberdayakan

masyarakat

untuk

mampu

merencanakan,

melaksanakan dan memelihara pembangunan. Keijakan tersebut diatas akan diimplementasikan dalam bentuk surat-surat keputusan dan akan dijadikan : -

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan.

-

Mengatur mekanisme kegiatan lanjutan.

-

Mengarahkan setiap pejabat dan pelaksana bahwa merreka memperoleh dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan.

C. Program Kerja

Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh Bidang-Bidang dan Badan pada Dinas guna mencapai tujuan dan sasaran. Hal-hal yang menjadi landasan penetapan program kerja Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Utara Kota Bau- Bau adalah : -

Memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kota Bau- Bau.

-

Memperhatikan kepentingan masing-masing Bidang dan Bagian yang terdapat pada Dinas Pemukiman dan Pengembangan

h Kabupaten

Wilaya Tapanuli Utara. -

Mempertimbangkan keadaan masa lampau, kini dan

a yang akan

mas datang. -

Memperhatikan skala prioritas yang menunjang visi dan misi.

Program ini bersifat jangka menengah sampai dengan 5 tahun dan dapat dilanjutkan apabila hasil evaluasi diperlukan untuk kelanjutannya (dapatrsifat jangka menengah dabe n jangka panjang). Program Perencanaan Strategis Dinas mukiman dan Pengembang Per

isi dan misi

yang telah dian Wilayah Kota Bau- Bau untuk mewujudkan v tetapkan adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan usaha mikro. 2. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. 3. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Energi, Sumber Daya Alam. 4. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.

5. Penataan Ruang. 6. Pengembangan Kecamatan dan Pengembangan Desa Tertinggal. 7. Pengembangan dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara. 8. Pengembangan Perumahan. 9. Pemberdayaan Komunitas Perumahan. 10. Lingkungan Sehat. 11. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Daerah Kabupaten

uli Utara,

12. PembTapan angunan/ Perbaikan Pekan dan Fasilitas Umum. gkatan Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Aparatur. 13. Penin urusan IMB dan Registrasi Rumah di Kota Bau- Bau S 14. Peng TENTANG KOTA BAU- BAU

.

B. SEKILA baran Umum Kondisi Daerah B. 1. 1 Gam Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara, terletak pada 1°20’ - 2°41’ Lintang utara dan 9841’

ng utara dan

98°05’ - 99°Linta

berada pada

16’– 1500 Bujurmeter timurdipada bumi. laut Kotadan BauBau ketinggian 300 atas peta permukaan kemiringan tanah antara 15 - 44 persen. Berdasarkan letak geografis ini maka daerah Kota Bau- Bau merupakan daerah yang memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar, berombak, bergelombang, dan terjal dengan batas-batas administratif yaitu: •

Sebelah Utara

: Kabupaten Toba Samosir



Sebelah Timur

: Kabupaten Labuhan Batu



Sebelah Selatan

: Kabupaten Tapanuli Selatan

• Sebelah Barat

: Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan

Sedangkan luas Kota Bau- Bau

yaitu 3.800,31 Km², yang terdiri dari luas

daratan 3.793,71 Km² (379.371 Ha) dan perairan Danau Toba yang berada di Kecamtan Muara dengan luas 6,60 Km². Dari luas wilayah 379.371 Ha terdapat luas wilayah yang dapat digunakan untuk lahan sawah seluas 30.376 Ha dan untuk lahan kering seluas 348.788 Ha, dimana daratannya dipergunakan untuk permukiman, sarana dan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, erhubungan, pertambangap n khususnya bahan galian C, dan hutan semak belukar. Menurut status pemilikan, kurang lebih 288.922,97 Ha atau 76,20% dari luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan tanah adat/marga, sebagian lainnya yakni sekitar 70,34 atau sekitar 18,62% merupakan tanah Negara,

n selebihnya

merupakan tsedangka anah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan. Kabu

n keindahan

alamnya. Halpaten ini karena ditunjang banyaknya Tapanuli Utara oleh terkenal dengan gunung-gunung, kesuburan tanahbaik da yang masih aktif maupun dalam kondisi sudah tidak aktif, sekaligus merupakan daerah tangkapan air dan menciptakan hulu-hulu sungai bagi sungai besar dan kecil yang tersebar di wilayah Kota Bau- Bau. Kota Bau- Bau yang letaknya berbatasan pada Sebelah Utara dengan Kabupaten Toba Samosir, pada Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan & Tapanuli Tengah, pada Sebelah Barat dengan Kabupaten Humbang

Hasundutan

dan

pada

Sebelah

Timur

dengan

Kabupaten

Labuhan

Batu,

mempunyai posisi yang strategis dan memberikan dampak positif maupun negatif yang cukup besar terhadap kondisi dan perkembangan Sumatera Utara baik dari aspek ekonomi, Sumber Daya Manusia maupun kelestarian lingkungan hidup. Dampak

lain yang dirasakan oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah

peluang pasar, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Meningkatnya investasi yang masuk sangatbantu mem meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Kedudukan strategis tersebut menjadi salah satu peluang di dalam membantu meningkatkan laju pembangunan Kabupaten T apanuli Utara dalam Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan fisik di Kabupaten

Tapanuli Utara pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah

menghasilkan banyak kemajuan dalam segenap aspek kehidupan dan telah meletakkan dasar yang cukup untuk pengembangan selanjutnya. Pada kawasan ertanian dan p perkebunan di Kota Bau- Bau adalah produktif dalam menghasil

kan komoditi

pertanian dan perkebunan sehingga masih cukup potensial untuk tetapahankan. dipert Perke embangunan mbangan pemanfaatan ruang tumbuh dengan pesat selama Jangka Panj P han ekonomi daerah juga ang berimplikasi pada timbulnya ruang, antara laju lain lingkungan, Pertama.Hal tersebut permasalahan selain meningkatkan kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, perubahan fungsi lahan dan peningkatan kebutuhan

akan

prasarana

serta

sarana.

Perkembangan

transportasi

selama

Pembangunan jangka Panjang Pertama telah dapat mendukung perkembangan ekonomi Kota Bau- Bau.Transportasi jalan raya masih mendominasi pelayanan pergerakan angkutan barang dan penumpang antar pusat pertumbuhan.

Perkembangan prasarana dan sarana pengairan selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama diindikasikan dengan meningkatnya penyediaan prasarana irigasi, dan pemenuhan kebutuhan akan air seimbang dengan

penyediaannya

bersih

melalui

walaupun

penyediaan air

potensi

sumber

yang

daya

air

belum masih

memungkinkan PENDIDIKAN Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan merupakan asset utama yang sangat

tegis dalam

menggerakkastra n laju pembangunan. Keberhasilan sektor pendidikan

atunya dapat

dilihat dari salah s indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah Peningkatan Angka Parti(APS). sipasi Sekolah haruslah didukung oleh penyediaan an prasarana pendidikan ysarana d ang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ditin

n 2006/2007

sebanyak 39gkat Sekolah Dasar (SD) jumlah sekolah pada tahun ajara jumlah guru sebanyak 2.6 0 unit termasuk 4 unit diantaranya Madrasah Ibtidaiyah, SMP/ MTS dengan jumlah sekol mlah tenaga 71 orang dan banyaknya murid 46.238 siswa. Pada tingkat guru sebanya orang. ah sebanyak 65 unit dimana dua diantaranya adalah MTS. Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 25 unit termasuk Madrasyah Aliyah sebanyak 1 unit, jumlah tenaga guru sebanyak 679 orang dan murid sebanyak 12.391 siswa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun ajaran 2006/2007 ini tercatat jumlah sekolah 18 unit, guru 398 orang,

dan 4.774 siswa. Rasio 2006/2007

murid SD/MI terhadap sekolah pada tahun ajaran

sebesar 119 dengan perkataan lain setiap SD/MI di Kota Bau- Bau rata-rata menampung sekitar 119 murid. Untuk masing-masing tingkat SMP/MTS dan SMU/MA rasionya adalah sebesar 321 dan 496 sedangkan pada tingkat SMK 265. Rasio murid terhadap guru SD/MI tercatat sebesar 17 artinya rata-rata setiap guru mendidik sekitar 17 murid. Untuk tingkat SMP/MTS, SMU/MA dan SMK masing- masing memiliki rasio sebesar 17 ; 18 dan 12. EKONOMI Dilihat dari kontribusinya terjadi penurunan di sektor pertanian

peningkatan

di sektor inddan ustri, yaitu pada akhir Pelita I sektor pertanian sebesar % dan sektor industri 8,8 38,83

urun menjadi

t 18,78% dan1%, sedangkan tahun ke II Pelita V kontribusi sektor pertanian ktur ekonomi di Kabupatensektor industri meningkat menjadi 21,30%. Hal ini berarti strumi industri. Tapanuli Utara telah bergeser dari ekonomi pertanian ke ekono Mesk gkan sektor industri tetapipun kontribusi sektor pertanian makin menurun dibandinn, yaitu pada tahun 1971 i kesempatan kerja masih tetap didominasi oleh sektor pertanian sektor lain 38,76% sedadi sektor pertanian sebesar 58,40%, sektor industri 2,84% daebesar 43,84, sektor industri 14,20% dan sektor lainnya 41,96%. Pendapatan perkapita Kota Bau- Bau, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan makin

meningkat,

demikian juga distribusinya

relatif

merata.

Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada akhir Pelita I sebesar Rp 61.200,00 dan pada akhir Pelita V mencapai Rp 1.025.930,00. Dilihat dari segi

pemerataannya

distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat relatif masih merata, tetapi antar daerah Tingkat II masih belum merata. Kota Bau- Bau masih mempunyai peluang untuk meningkatkan pendapatan pada masa mendatang, mengingat banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain potensi kawasan industri yang telah dialokasikan seluas 18.000 ha, disamping adanya zona-zona industri. Selain itu masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, diantaranya potensi pariwisata dengan obyek-obyek wisata alam dan kebudayaan khas Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara yang besar merupakan potensi bagi

pemasaran hasil

produksinya.

Selain it u

kewiraswastaan masyarakat Kota Bau- Bau dapat dijadikan mod

semangat

al bagi pem-

bangunan di masa mendatang. Jumlah penduduk miskin secara

menunjukkan

penurunan. Jkeseluruhan umlah penduduk miskin di Kota Bau- Bau

hasil Susenas

pada tahun menurut

run menjadi

5.010.071 or1984 tercatat sebanyak 5.626.569 orang, pada tahun 1987 tu. Bila dilihat dari penyebaang dan menurun lagi menjadi 4.786.478 orang pada tahun 1990 an, walaupun proporsinya rannya, t penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkat uduk miskin di perdesaan erhadap total penduduk perkotaan berkurang, sedangkan pend AGAMA Sesuai dengan Falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Di Kota Bau- Bau kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat baik. Sarana ibadah umat beragama di Kota Bau- Bau pada tahun 2006 adalah

sebagai berikut: Gereja Protestan 805 unit, Gereja Katolik 76 unit, Mesjid 60 unit, dan Langgar/Surau 16 unit. KESEHATAN Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kota Bau- Bau tahun 2006 sebanyak 1 buah yang berlokasi di Kecamatan Tarutung, sedangkan sarana kesehatan lainnya pada tingkat kecamatan terdapat sebanyak 18 unit puskesmas (5 unit diantaranya Puskesmas b

erstatus rawat inap) dan 59 unit puskesmas pembantu. Polindes sebanyak

156 unit, posyandu ada sekitar 362 unit, apotek sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 14 unit, klinik b ersalin swasta 2 unit dan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 4 nit. Jumla u h dokter di Kota Bau- Bau (tidak termasuk RSU ak 45 ) pada tahun 2006 sebany orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 38 oran k 7 g dan dokter gigi sebanya orang, sedangkan tenaga medis bidan tersedia 364 ora

ng, perawat

sebanyak 105 orang. Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006 sebanyak 32.853 PUS dengan akseptor aktif sebanyak 18.062 atau sekitar 54,98 %. Pada tahun 2006 terdapat 7.014 akseptor baru atau

98,51 % dari

jumlah Pemesekitar nuhan Permintaan Masyarakat (PPM). AIR MINUM Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga pemerintah selalu berupaya membangun sarana air minum. Penyediaan air minum bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Menurut data dari PDAM Mual Natio Tarutung pada tahun 2006, jumlah pelanggan air minum sebanyak 5.539 pelanggan. Volume air minum yang dikonsumsi pelanggan sebanyak 1.549.668 m3 dan nilai

penjualan

Rp.

1,619

miliar

rupiah.

Kategori/Pelanggan

air

minum

dibedakan

menurut golongan yaitu Golongan Sosial, Non Niaga dan Niaga. Pelanggan yang terbanyak yaitu Golongan Non Niaga sebanyak 4.733 pelanggan terdiri dari 4.666 golongan rumahtangga dan 67 golongan pemerintah. Sementara Golongan Niaga sebanyak sebanyak 644 pelanggan dan Golongan Sosial sebanyak 162 pelanggan. C. SEJARAH KOTA BAU- BAU I.

Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang Pada masa Hindia Belanda, Kota Bau- Bau termasuk Kab

upaten Dairi

dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli ng dipimpin seorang Resiya den Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli rdiri dari 4 Afdeling (Kte abupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling

Sidempuan,

Afdeling SibPadang olga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen

rang Asisten

Residen yan dipimpin seo

yaitu Onder

Afdeling Silig ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder

g Hoovlakte

Van Toba (Afdeling(Wilayah) ndung (Wilayah Silindung) ibukotanya

deling Toba

(Wilayah TTarutung. Onder Afdelin Wilayah Humbang) ibuko tanya

ah Samosir)

ibukotanya Siborong-borong. Onder Af oba) ibukotanya Balige.

ri sekarang)

ibukotanya Sidikalang. Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan) Onder Afdeling Samosir (Wilay Pangururan. Onder dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang. Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya

diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang

yang ada di

kantor Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan. Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabatyang berdiri sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting. Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kamp ung masingmasing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi. Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah erti Asistent sepmenguasai seluruh tanah batak dan disebut Resident diganti dengan nama Gunseibu dan Tanah Batak Sityotyo.Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama

Huku

Gunyakusyo.Negeri

dan

Kampung

Hoofd

tetap

memimpin

Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala kampung.

II. Masa Pemerintahan Indonesia Sampai Dengan Sekarang Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residn

Tapanuli,

disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebaga iberikut: Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung. Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan

ng dipimpin

oleh Asisten ya Demang. Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang. Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

strategis dan

untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.Pada tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratip ke Bupati. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupa ten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politiksetempat. Mengingat luasnya wilayah Kota Bau- Bau meliputi Dair ntuk itu, maka umeningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 19 Kabupaten

Dairi

yang

terpisah

dari

Kabupaten

i pada waktu 56 dibentuk

Tapanuli

Utara.

Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli

Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kota Bau- Bau dan

Kabupaten Toba Samosir

sesuai

dengan Undang-Undang

Nomor

12 tahun

1998

tentang

Pembentukan

Kabupaten Toba Samosir

dan Kabupaten Mandailing

Natal.

Kemudian pada tahun 2003 Kota Bau- Bau dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kota Bau- Bau dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undangundang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah Kota Bau- Bau berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kota Bau- Bau menjadi 15 Kecamatan yang

masih

tetap

dalam

Kabupaten

Tapanuli

kecamatan. Utara Kecamatan

Parmonangayaitu n, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon,an Tarutung, Kecamatan Kecamat Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Kecamatan SimangumbaPurbatua, n, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, tan Garoga, Kecamatan Kecama Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, Kecamatan, Kecamatan Muara.

Pagaran Kabu

l di kawasan

Nusantara, t paten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenaPotensi alam antara lain lu erutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. membangun irigasi. Sebaasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan ukup banyak untuk dimanfaatkan hagian perairan potensinya Danau untuk Toba yang irigasi, dimiliki pengembangan dan sungai perikanan yang maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan Nasional.

Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti Kaolin, Batu gamping, Belerang, Batu besi, Mika, Batubara, Panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kota Bau- Bau didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul se ta. Pada eraktor informasi da perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisa nyata dalam meningkatkan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swastang

sehingga

pendapatan semakin n pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bida D. 2. Visi d D. 2. 1.

masyarakat semakin meningkat. n Misi Kota Bau- Bau

Visi Adap menjadi acuaun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang

h disepakati kemakmuran

masyarakat btela n dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu:“ Visi

Mewujudkan erbasis pertanian”

embangunan

dengan berbagai ini telah hasil yang dijadikan telah pegangan dicapai. Keberhasilan dan arah dalam yang menjalankan dicapai itu mengisyararkan p bahwa visi pembangunan masih relevan secara substansial. D. 2. 2. Misi Untuk mencapai visi tersebut disusun misi Kota Bau- Bau sebagai berikut:

1. Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi. 2. Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal. 3. Menciptakan kondisi yang dinamis bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan yang harmonis. 4. Terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) bagi terjaminnya pela yanan masyarakat yang optimal. 3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah pembangunan daerah 3.1. Strategi m rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas, maka diteta Dala n daerah Kota Bau- Bau sebagai berikut

pkan strategi

pembanguna malisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingk 1. Opti gkatan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan

ungan

2. Peningkatan sarana dan prasarana 3. Peninmalisasi kemitraan 4. Opti 5. Peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat 6. Peningkatan profesionalisme aparatur. 3.2. Kebijakan pembangunan daerah Berdasarkan visi, misi dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Utara di atas, serta berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD) Provinsi

Sumatera Utara dan RPJM Nasional, maka disusun Agenda Pembangunan Kabupate Tapanuli Utara sebagai berikut: 1.

Agenda Pertama: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan arah kebijakan: a) Pembangunan pertanian b) Pembangunan industri berbasis pertanian c) Pembangunan investasi d) Percepatan pembangunan desa tertinggal e) Pembangunan kepariwisataan f) Pembangunan koperasi dan usaha kecil mikro dan menenga

h

g) Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan

n lingkungan

pengelolaa hidup 2.

A genda Kedua: Menciptakan Sumber Daya Manusia yang

rkualitas dan

HBe andal, dengan arah kebijakan: a) Pembinaan kualitas kehidupan beragama b) Peningkatan pendidikan yang berkualitas c) Peningkatan kualitas kesehatan d) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi e) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dan pemuda dan olah raga.

3.

Agenda Ketiga: Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah dan Pelayanan kepada Masyarakat, dengan arah kebijakan: a) Pembinaan aparatur pemrintah menjadi aparatur yang bersih dan berwibawa b) Melaksanakan sistem pemerintahanyang transparan dan tanggap c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan taat hokum d) Peningkatan kemampuan penanggulangan keamanan dan ke p enanggulangan bencana e) P ercepatan pembangunan prasarana dan f) P sarana embangunan sarana komunikasi g) P eningkatan dan pengembangan teknologi informasi

tertiban dan

BAB IV PENYAJIAN DATA Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang dapat diperoleh melalui dokumen,

wawancara

mendalam

dan

observasi.

Pada

tahap

awal

peneliti

dokumen atau database yang ada pada Dinas Permmelalu memperoleh idata anPengembang Wilayah Kota Bau- Bau. Selain data langsun dan ukiman dan

g dari

Pengembangan Wilayah, data juga dapat diperoleh kemudian Dinas Permukiman melalui akses akan diinterpretasikan. Untuk menambah wacana d iperlukan alam skripsi internet yang ini maka ddata berupa wawancara kepada orang-orang ya engan hubungan d

ng memiliki

permasalahan penelitian. Wawancara yang dilaku kan adalah

wawancara mendalam kepada orang yang tertentu. A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Program pengembangan perumahan yang merupakan salah satu

program

pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara untuk periode 2004-2009. Tujuan program pengembangan perumahan ini yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan.

Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga lokasi perumahan dimana pembangunannya

masih

berlangsung

sampai sekarang.

Pembangunan

yang

dilakukan berupa membangun rumah yang baru atas permintaan dari masyarakat, perawatan bangunan atau perbaikan rumah yang belum ditempati dan juga pembangunan sarana dan prasarana pendukung

perumahan seperti parit/drainase,

jalan, sekolah, rumah ibadah, sarana olah raga dan juga rumah toko/ruko. Ketiga lokasi perumahan tersebut adalah: 1. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas tan ah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m². angunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena per mintaan akan Pemb rumah olehmasyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangu n, semuanya ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali masyarakat erutama t dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi

cukup tinggi

karena luas tini anah per unit cukup luas yaitu 200 m². 2. Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha. Pembangunan rumah dilokasi ini

juga masih berlangsung baik untuk

pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang

kosong

semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. 3. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong,

jumlah rumah yang

akan

dibangun sebanyak ± 15 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150. Untuk lokasi ini pembangunan yang dilakukan masih pada tahap pembukaan jalan ke lokasi perumahan, pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi perumahan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan rumah di Kabupaten Tapanuli Utara terutama oleh PNS tergolong cukup tinggi. Ini menandakan bahwa program pengembangan perumahan merupakan salah satu program yang penting di s Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam wawancara dengan bapak Tongam Huta barat, selaku Kepala Dina Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Ta panuli Utara mengenai seberapa pentingkah program pengembangan perumahan iterapkan di Kabupaten Td apanuli Utara, beliau mengatakan sebagai berikut Program pengembangan perumahan ini diterapkan mengingat perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal di rumah yang layak, sehat, aman, serasi, teratur. Pernyataan dia atas diperkuat oleh Badan

Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara sebagai berikut

Program ini sangat penting karena kawasan perumahan yang dibangun di Kota Bau- Bau pada dasarnya ditujukan bagi pegawai negeri sipil

(PNS) baik yang berasal dari Kabupaten ini atau yang merupakan pindahan dari daerah lain karena kemampuan untuk memiliki rumah sangat terbatas, sehingga pemerintah melalui Bappeda dan Dinas Kimbangwil Taput menetapkan rencana ini dalam RPJMD Taput. Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan sumber daya manusia dan juga dana yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah untuk menggunakan sumber daya tersebut dengan baik. Jumlah pegawai di Dinas ini per 31 Desember 2007 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari Tabel 1 Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Jumlah No. Uraian 1

Pejabat Eselon II

1 orang

2

Pejabat Eselon III

4 orang

3

Pejabat Eselon IV

8 orang

4.

Staff NS P

5

PTT

5 orang

6

Tenaga Honorer

5 orang

Jumlah

50 orang

27 orang

Sumber : Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008. Untuk mendukung segala kinerja pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pelatihan dan pendidikan yang nantinya akan dimanfaatkan untuk pencapaian visi dan misi Dinas. Menurut Bapak

Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah mengatakan bahwa: Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, oleh sebab itu diklat yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah dilakukan berdasarkan rencana yang sudah ditentukan oleh Pemda Tapanuli Utara yang dilakukan sekali setahun. Pada pendidikan dan pelatihan tersebut Dinas ini selalu berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan tersebut. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut pegawai akan dibantu dalam memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wi

layah bahwa

idikan para pegawai adalah sebagai berikut: No.

Je

1.

S.1

2.

D. III

3.

D.II

4.

D.I

Tabel 2 Persentase Jenjang Pendidikan (%) njang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase

5. SMA/ jenjang pend Sederajat 6. 7.

SMP/ Sederajat SD

22

44

6

12

-

-

-

-

20

40

2

4

-

-

Jumlah 50 Sumber: Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008.

100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan S.1 dan SMA/Sederajat merupakan jumlah yang paling dominan atau persentase yang sangat besar untuk mengisi jabatan di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau. Oleh sebab itu untuk jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau menjadi faktor yang penting untuk mengisi jabatan yang ada pada dinas tersebut. Disamping sumber daya manusia, program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan sumber dana yang besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kota Bau- Bau, jumlah dana yang dibutuhkan dalam program ini mencapai Rp. 51.020.000.00,-, seperti yang ditunjukkan tabel berikut : Tabel 3 Jumlah Dana untuk Program Pengembangan Perumahan No URAIAN I II LOKASI PERUMAHAN PNS PAGAR BERINGIN PERMAI, KECAMATAN SIPOHOLON 1. Pemba ngunan Prasarana Penerangan Jalan 2. Penin gkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana (PSAB) di lokasi Air Bersih 3. Pembuperumahan 4. Pemba atan drainase/parit di lokasi perumahan Total ngunan prasarana dan sarana jalan LOKAI…………………………………………….. PER SI PERUMAHAN PNS BARAT INDAH MAI, KECAMATAN TARUTUNG 1. Pemba 2. Penin ngunan Prasarana Penerangan Jalan Air Begkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana (PSAB) di lokasi 3. Pemb rsih perumahan 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan Total II……………………………………………. LOKASI PERUMAHAN PNS SITABO-TABO, KECAMATAN SIBORONG-BORONG 1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan Total III……………………………………………..

JUMLAH (Rp.) III

Total I+II+III………………………………………..

51.020.000.000,-

1.750.000.000,4.300.000.000,0,4.100.000.000 7.900.000.00 0,18.050.000.00 0,2.800.000.000,3.800.000.00 0,7.650.000.000,16.920.000.000,2.500.000.000,4.500.000.000,4.050.000.000,5.000.000.000,16.050.000.000,-

Sumber: Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008. Besarnya jumlah dana untuk pembangunan perumahan di Kota Bau- Bau menjadi salah satu kendala pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman berikut: Kendala yang sering dihadapi yaitu masih minimnya dana/anggaran dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, hal ini diakibatkan karena disamping anggaran yang memang cukup besar untuk pelaksanaan program ini, pemerintah dan juga Dinas ini harus memikirkan anggaran untuk programprogram kerja yang lain, juga diakibatkan karena terkadang jumlah biaya yang kita ajukan kepada pemerintah pusat (Kementerian Perumahan Rakyat) tidak sesuai dengan yang kita minta, jadi pelaksanaan pembangunan perumahan ini sering terkendala. Untuk mengatasi masalah dana yang mengakibatkan pelaksanaan program pengembangan perumahan sering berhenti, maka pemerintah daerah Tapanuli Utara melalui Dinas Kimbangwil melaksanakan pembangunan perumahan secara bertahap, artinya jumlah rumah yang akan dibangun tersebut berdasarkan jumlah peminat pada satu kawasan perumahan dan tetap memperhatikan kapasitas keuangan yang dimiliki oleh Dinas Kimbangwil maupun Pemerintah Daerah. Menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kota Bau- Bau melakukan diskusi dengan pihak terkait, seperti yang beliau paparkan berikut ini, Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ini, kita mengundang seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program ini, seperti Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas-dinas yang lain, PLN, PDAM,

Developer, Bapertarum, KORPRI, kita memecahkan masalah yang timbul secara bersama-sama. Pernyataan ini didukung oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku Pihak Pengembang kawasan perumahan di Kota Bau- Bau berikut, Selama ini, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, kita sering mengadakan rapat dengan Dinas Kimbangwil Taput, pemda Taput karena bagaimanapun juga mereka tetap sebagai koordinator dalam pelaksanaan pembangunan perumahan ini. Atau kita juga sering meminta saran dari developer yang sebelumnya pernah menjadi pelaksana pembangunan perumahan di kabupaten ini Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara membutuhkan dukungan dari Dinas lain maupun dari masyarakat karena keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga ditentuk an oleh kerja sama yang dilakukan oleh Dinas ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah: Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi lain, disamping karena keterbatasan dinas ini dalam pelaksanaan program ini, kawasan perumahan yang akan dibangun membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti listrik, jalan, maupun air bersih, Dan penyediaan sarana dan prasarana tersebut kita serahkan kepada dinas atau instansi lain. Sedangkan menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, dinas atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan program ini yaitu: 1. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan fasilitasnya; 2. Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan perumahan yang akan dibangun; 3. Pengurus KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat perumahan; 4. PLN, yang mengurus aliran listrik di kawasan perumahan, baik untuk lampu jalan maupun listrik ke tiap-tiap rumah;

5. PDAM Mual Na Tio, yang mengurus ketersediaan air bersih di kawasan perumahan Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan dukungan dari masyrakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai PNS yang nantinya akan menempati kawasan perumahan tersebut maupun masyarakat yang bersedia memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai kawasan perumahan. Hal ini dipertegas oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten Tapanuli Utara, yang mengatakan bahwa: Masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi peruma han sangat mendukung, ini dapat dilihat dari kemauan masyarakat untuk memberikan sebagian dari tanah mereka untuk dijadikan menjadi kawasan peru mahan tanpa banya k ‘permintaan’, kemungkinan ini berkaitan dengan dibukanya jalan ke kawa san perumahan, mereka akan semakin mudah membuka lahan pertanian yang baru di lokasi yang selama ini masih kosong di dekat lokasi perumahan tersebut. Dan biasanya apabila pemerintah akan membuka kawasan perumahan yang baru, masyarakat yang berprofesi sebagai PNS sangat antusias mendengarnya karena dengan demikian mereka memperoleh kesempatan untuk memiliki rumah sendiri karena pada dasarnya perumahan dibangun di yang upaten ini masih ditujukan untuk PNS. Kab s Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Bapak Ihsar Lubis, elaku pihak Developer perumahan di Kota Bau- Bau yang mengatakan bahwa melibatkan: Kita masyarakat mulai dari penyedian lahan mereka unt uk dijadikan kawasan perumahan, juga kita melibatkan mereka dalam pembangunan unit-unit rumah, istilahnya kita menggunakan jasa tenaga mereka selama pembangunan perumahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, masyarakat sangat mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemampuan yang terbatas dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tingga l sendiri. Program ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di dekat kawasan perumahan karena dengan adanya program ini mereka

semakin mudah untuk

membuka areal pertanian/perkebunan yang baru di lahan yang selama ini masih kosong (belum digarap). Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang tinggi untuk menjual tanahnya kepada pemerintah tanpa mengalami banyak kendala. B. Program Perumahan

Pengembangan

Di dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dibutuhkan komponen pendukung seperti pelaksana program, sarana dan prasarana pendukung program dan juga peraturan dan ketentuan yang mendukung programngembangan pe perumahan. Dala pala Bagian m wawancara dengan bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Ke Perumahan an Permukiman, mengatakan bahwa: d Yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini yaitu: 1. Bapertarum, yang akan menentukan Developer yang menjadi pelaksana pembangunan perumahan tersebut; 2. Bank pelaksana (sudah harus berstatus Bank Syariah), yang akan menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tersebut; 3. Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan kawasan perumahan tersebut; 4. Pemerintah Kabupaten, yang akan mengawasi pelaksana pembangunan perumahan Sedangkan menurut bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara mengatakan bahwa: Pelaksanaan program pengembangan perumahan, disamping melibatkan pihak Bapertarum, Bank Pelaksana, Developer, dan pemerintah daerah, juga melibatkan Badan Perencana Pembangunan Daerah Tapanuli Utara untuk memprogramkan kegiatan pendukung pelaksanaan program ini, dan juga ikut dalam penentuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini.

Untuk menciptakan kondisi kondusif maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas para pegawainya. Fasilitas-fasilitas yang dapat

mendukung

kinerja

dari

Dinas

Permukiman

dan

Pengembangan

Wilayah Kota Bau- Bau dalah sebagai berikut (data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau): a) Tanah milik Pemda Tapanuli Utara sekitar 950 m² b) m²

Bangunan Kantor 853

endaraan Dinas c) K 1. Kendaraan Roda 4 sebanyak 4 unit c. 2. Kendaraan Roda 2 sebanyak 6 unit c. at-alat Kantor d) Al 1. Komputer 10 unit d. 2. Mesin Tik 5 unit d. 3. Mesin cetak gambar 1 unit d. 4. Meja gambar 4 unit d. 5. Muebelair kantor d. an fasilitas yang ada pada dinas Permukiman dan Deng Pengemban kan membantu para pegawai di Dinas ini dalam inilah yang a melaksanakan kan juga oleh bapak Arnol Poltak Sitorus hal ini dikata selaku Kepala Bagia man yaitu: dan Permuki

gan Wilayah tugasnya dan n Perumahan

Sarana-sarana ataupun fasilitas yang ada di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas para pegawai dan yang paling berpengaruh pada pelaksanaan pendataan dan teknis. Sarana yabg ada pada dinas masih memadai walaupun fasilitas tersebut sering kali tidak dipakai. Dengan adanya sarana yang mempermudah pekerjaan tersebut telah banyak memberikan kontribusi pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau-

Bau.

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan suatu pedoman pelaksanaan. Disamping Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, program ini juga dilaksanakan berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP). Dalam Badan

wawancara

dengan

Bapak

Saul

Situmorang,

selaku

Kepala

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara, mengatakan bahwa: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman merupakan arahan dasar yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan permukiman sehingga pada akhirnya visi yang diharapkan dapat dicapai. Sedangkan menurut Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala

Permukiman

dan PengembDinas angan Wilayah Kota Bau- Bau Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, p emrogaman, dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang peny elenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen, Lemb aga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat, maupun dunia usaha. Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman tahun 2002,

dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan dari

i lingkungan

strategis yan

kondis

epan (2020).

Kebijakan nasional ini dirumuskan 3 (tiga) perkembangan struktur pokok,keyaitu berkaitan g ada pada saat ini dan dalam kecenderungan d dengan kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman. Sedangkan terutama

untuk

strategi untuk

melaksanakan

kebijakan

dirumuskan

dapat mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-

masing kebijakan. Pertama, melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama, melalui strategi

pengembangan peraturan perundang-

undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitas pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif. Kedua, mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh laisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat dan berpendapatan

rendah.

Dan

ketiga,

mewujudkan

permukiman

yang

sehat,

aman, harmonis, da n berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri,andirian, dan kem produktivitas kiman yang masyarakat, melalui perwujudan kondisi lingkungan permu responsif dan berkelanjutan. Untu permukiman k mengoptimalkan operasional pembangunan perumahan dan maka diper m Rencana lukan rencana pembangunan yang dirumuskan ke dala Pembanguna rah (RP4D). n dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Dae Dengan ini p n perumahan emerintah memberikan solusi dalam penyelesaian pembanguna dan permuki anusia yang man melalui pelaksanaan RP4D dengan melihat sumber daya m ada dan kebu tuhan masyarakat akan rumah. Adap puti Bidang un pedoman dalam penyusunan RP4D ini adalah (De Pengemban at, Strategi gan Kawasan, Kementerian Negara Perumahan Raky Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Skala Besar, Batam, 2 Desember 2005) 1. Legalisasinya berdasarkan

Keputusan

Menteri

Negara

Perumahan

dan

Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan RP4D;

2. Pedoman tersebut merupakan acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah; Dengan pedoman tersebut, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat melakukan kerja sama dengan baik agar visi dan misi yang diterapkan dapat dicapai. Selain itu kedudukan RP4D adalah: 1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur,

encana, dan

terorter ganisasi; 2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengk oordinasikan pembangunan perumahan dan permukiman khususnya yang men yangkut dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan; 3. Pada tingkat

Pusat

merupakan

masukan

daerah

dalaman kebijakan,

sratepenyempurna gi,

dan

programumahan dan

permnasional di bidang

pembangunan

per

Dala ukiman.

Permukiman

di Daerah (Rm Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan lihat kondisi sosial masyarakat P4D) serta haruskebutuhan berdasarkan masyarakat peraturan-peraturan akan rumah. Oleh yangsebab ada itu dandalam RP4D harus memiliki: 1. Penjabaran kebijakan pembanguan perumahan dan permukiman di daerah; 2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait; 3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan; 4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya; 5.

Rincian

jadwal

pelaksanaan

program,

(Masyarakat, Badan Usaha, Pemerintah);

kegiatan

dan

pelakunya

6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan; 7. Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku terkait; 8. Mekanisme pemberdayaan masyarakat; 9. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman; 10. Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru. C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Suatu program dapat dikatakan berhasil dilihat dari target dan realisasi dari program tersebut. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan ini. Keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari jumlah rumah yang sudah dibangun, jumlah rumah yang sudah ditempati oleh masyarakat, sarana-prasarana yangsudah ada. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu di Perumahan Pagar Beringin Permai dan Barat Indah Permai,

sarana dan prasarana pendukung pendidikan,

peribadatan, seperti dan transportasi masih sangat minim. Seperti yangn oleh bapak B. Hutabarat,diungkapka yang tinggal di Perumahan Barat Indah Permai Sara berikut ini masih untuk pendi arus ke desa terdena dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang adang dan SMU harusdikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD h esa terdekat seperkat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutu ortasi belum ada jke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke d Hal ini dipertegas oleh bapak K. Sipahutar, yang tinggal di Perumahan Pagar Beringin Permai Sarana pendukung untuk perumahan ini masih sangat sedikit, seperti untuk pendidikan, mulai dari tingkat SMP sampai SMU belum ada bangunannya jadi kita menyekolahkan anak-anak kita ke kota Tarutung atau ke Sipoholon, parit maupun jalan ke kawasan perumahan ini sudah banyak yang rusak

Terkhusus di Perumahan Pagar Beringin Permai, pemerintah sudah membangun ruko, akan tetapi pembangunannya tidak dilanjutkan karena terjadi sengketa tanah antara pemerintah dengan keluarga pemelik tanah tersebut. Hal ini sangat disesalkan oleh masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ibu O. Boru Napitupulu berikut Ruko yang berada di depan lokasi perumahan ini sudah lama tidak dilanjutkan pembangunannya karena ada sengketa antara keluarga pemilik tanah itu dengan pemerintah. Masyarakat sangat berharap sengketa itu cepat karena ruko itu saselesai kita harus ke pasarngat penting, selama ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari ng jaraknya luma di kota Tarutung atau pasar tradisional di Sipoholon ya yan jauh. Keter juga diakui batasan sarana dan prasarana pendukung perumahan tersebut oleh bapak ngembangan Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Wilayah beri Pe kut ini Untu sarana yang k sementara kita belum bisa mengatakan kalau sarana dan pra telah embangunan peru dibangun sudah sesuai rencana karena pelaksanaan p juga secara bertamahan tersebut masih berjalan, pembangunan yang kita lakukanpelaksanaan pembhap dan tetap melihat kapasitas keuangan yang ada dalam angunan perumahan tersebut. Seda gan kawasan ngkan menurut Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Pengemban perumahan ngembangan di Kabupaten Tapanuli Utara, pelaksanaan program pe perumahan di Tapanuli Utara, beliau mengatakan bahwa, Pelaksanaannya cukup baik dan walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan program ini, pihak Developer tidak terlalu terbebani karena kami hanya pelaksana pembangunan perumahan, dan kendala yang biasanya ada berasal dari pihak pemerintah atau lahan yang menjadi sengketa antara pemerintah dengan masyarakat pemilik tanah.

BAB IV ANALISA DATA Pada bab ini, peneliti akan menganalisa data-data yang telah disajikan pada bab sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan nci dan juga dengan masyku arakat yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Progr

am pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh

ntah Daerah

Tapanuli Uta Pemeri ra (PEMDA TAPUT) dalam Rencana Pembangunan enengah baik untuk tingkatJangka M nasional maupun daerah ditujukan pada pemenuhan i masyarakat yang memilirumah bag ki tingkat ekonomi lemah ataupun kurang mampumiliki rumah sendiri. Ter

untuk me khusus di Kabupaten Tapanuli Utara,

bangun oleh

pemerintah perumahan yang di masih ditujukan untuk pegawai negeri bkan karena kemampuan sipil. Hal ini diseba para pegawai negeri sipil untuk memilikierbatas. Ada

rumah sendiri sangat t

berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut

panuli Utara yang disusun di

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara periode 20042009, yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam

rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar terciptanya masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman penduduk yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. (Dokumen Ringkasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau Tahun 2004-2009) Sedangkan sasaran utama dari pelaksanaan program ini adalah pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh lapisan arakat yang masy didukung ole an akuntabel; h sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien d dan terbentu kuntabel dan knya pola subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi pasar, a mempunyai n Ringkasan kepastian dalam hal ketersediaan setiap tahun. (Dokume Rencana Pe Tahun 2004mbangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara 2009). Dilih anuli Utara, at dari tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tap program pen jelas dimana gembangan perumahan ini mempunyai tujuan dan sasaran yang pelaksanaan ukan kepada program pengembangan perumahan ini pada dasarnya dituj masyarakat tasan untuk miskin dan berpendapatan rendah yang memiliki keterba mempunyai am ini yaitu rumah tinggal sendiri, dan sasaran dari pelaksanaan progr pemenuhan kebutuhan akan rumah oleh masyarakat. Pelaksanaan program ini juga memiliki peraturan yang mendukung pelaksanaannya seperti Undang-undang Nomor 4 tahun 1992

tentang Perumahan dan Permukiman, S.K. Menteri Kimpraswil

Nomor 217/2002 tentang Permukiman

Kebijaksanaan

dan

Strategi

Nasional

Perumahan

(KSNPP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau. Ini

dan

menunjukkan bahwa dari segi perencanaan, program ini telah memenuhi karakteristik perencanaan yang baik. (Malayu Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;70)

Dalam pelaksanaan program ini, juga telah tersedia sumber-sumber yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan program ini seperti sumber daya manusia yaitu pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara, sumber dana dari yang APBD b erasal Tapanuli Utara dan dari pemerintahat, dan juga pus fasilitas-fasil gan Wilayah itas yang ada di kantor Dinas Permukiman dan Pengemban yang sangat an ini. (hasil membantu dalam pelaksanaan program pengembangan wawancara perumah engan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni Prog ayan banyak 2008). yaitu masyar diri dan juga ram pengembangan perumahan ini mempunyai pasar yang pegawai neg embangunan lum akat yang mempunyai keterbatasan memiliki rumah perumahan kenyataan di tinggal sen eri sipil yang juga memiliki keterbatasan lapangan ya at non PNS memiliki rumah. P di Tapanuli Utara masih ditujukan untuk seperti di Pe yang cukup PNS, akan tetapi ng menempati rumah-rumah tersebut jauh, bangun yang masih kebanyakan masyarak rumahan Barat Indah Permai. Hal ini kurang memadai sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal di perumahan disebabkan karena jarak an yang tidak sesuai dengan tersebut. (hasil wawancara dengan Bapak Ihsar Lubis, tanggal 28 Juni 2008) Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau masih dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat tanpa bantuan dari pihak swasta. Pembangunan yang dilakukan juga mengandalkan dana dari APBD dan APBN. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu membeli rumah karena harga yang masih relatif

bisa

dijangkau. Jika dibandingkan dengan harga rumah yang dibangun oleh swasta yang tinggi. Keadaan perumahan di Kota Bau- Bau masih kurang bagus karena disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau maupun pemerintah daerah, baik pengawasan terhadap pembangunan rumah yang mengakibatkan rumah yang dibangun tidak sesuai

h

yang sudah dibangun cep dengan standar rumah yang layak huni sehingga banyak g dibutuhkan ruma oleh masyara p lahan yang at rusak dan juga tidak laku karena tidak sesuai dengan apa yan akan dijadik an dijadikan kat selaku konsumen, dan juga kurangnya pengawasan terhada sebagai laha menjadi milik an sebagai lokasi perumahan sehingga lahan tersebut pemerintah. sebagi n pertanian oleh masyarakat. Pada hal tanah tersebut Damp embangunan sudah perumahan l sak sehingga pembanguna

ya ditujukan ak dari kurangnya pengawasan tersebut mengakibatkan p untuk pemb abila Dinas ebih terfokus pada perbaikan/rehabilitasi rumah-rumah yang ru Permukiman pelaksanaan n sering terhenti. Ini mengakibatkan anggaran yang seharusn program pengembangan perumahan ini maka proses pelaksanaannya dapat angunan rumah baru dialokasikan ke perbaikan rumah. Ap dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dan Pengembangan Wilayah melakukan pengawasan terhadap direncanakan, dapat menghemat penggunaan biaya pembangunan rumah, dan tujuan dari pelaksanaan program ini dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Pengawasan yang dilakuka n oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah seharusnya

bersifat

Cocurent.

Pengawasan

ini

dilakukan

secara

bersamaan dengan

pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan program. (T. Hani Handoko dalam Nurlela Ketaren;113) Dilihat dari segi target dari pelaksanaan program ini dimana perumahan yang dibangun masih ditujukan bagi PNS, akan tetapi kejadian dilapangan yang menempati perumahan tersebut didominasi oleh masyarakat non PNS seperti di perumahan Barat Indah Permai. Dari 57 keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, sekitar 38 keluarga merupakan masyarakat dari berbagai profesi seperti petani, purnawirawan TNI/POLRI, pengusaha, dan pedagang. Sedangkan di Perumahan Pagar Beringin Permai, sebagian rumah disewakan oleh masyarakat setempat kepada mahasiswa dan yang menempati perumahan t

ersebut juga sebagian merupakan petani, pedagang, supir,

saha. Hal ini

menandakan

pengu bahwa pengawasan terhadap masyarakat yang

i perumahan

tersebut masi

menempat

embangunan

perumahan y h sangat kurang. Ini berdampak pada tujuan dari pelaksanaan pa perumahan yang dibanang masih di luar dari yang telah ditentukan sebelumnya, dimanmenunjukkan kurangnya gun sosialisasi masyarakat tidak ada masih pelaksanaan untuk PNS program yang adaini di kepada Tapanuli Utara. Halsehingga ini kejelasan apakah perumahan yang dibangun tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa seperti pedagang, petani, pengusaha, purnawirawan TNI/POLRI, atau PNS. Apabila dilihat dari segi pengorganisasian, yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini antara lain Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan

dan

fasilitasnya; Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan perumahan; BAPPERTARUM,

yang

pelaksana pembangunan perumahan;

menentukan Developer

yang

menjadi

KORPRI, yang mendata PNS yang berminat

untuk mendapat rumah; PLN, yang mengurus pasokan listrik ke tiap-tiap rumah dan lampu jalan; Bank Pelaksana, yang menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan; PDAM, yang mengurus ketersediaan sarana air bersih di lokasi perumahan termasuk sambungan ke tiap-tiap rumah; pemerintah daerah, yang mengawasi pelaksanaan pembangunan; n Developer da (Pengembang dari masing), yang menjadi pelaksana pembangunan. Pembagian tugas masing Dina as yang jelas s/Instansi tersebut sangat jelas. Dengan adanya pembagian tug tersebut mak ini berjalan a diharapkan pelaksanaan program pengembangan perumahan sesuai denga d Perumahan n apa yang telah direncanakan. (hasil wawancara dengan dan Permuki Kabi man, 26 Juni 2008) Keik aan program utsertaan Dinas/Instansi yang lain tersebut dalam pelaksan pengembang g dibutuhkan an perumahan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yan dalam progra ram ini tidak m ini cukup banyak dan program pendukung pelaksanaan prog dapat ditang h Kota Bauani sendiri oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Bau. Ini menunjukkan adanya koordinasi antar Dinas/Instansi yang serasi (adanya Wilaya perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugas), selaras (adanya sinkronisasi antara staf dengan pimpinan pada hal-hal yang dikehendaki), dan seimbang (adanya pembebanan yang proporsional serta sinkronisasi pelaksanaan tugas di masing-masing bagian dalam unit organisasi). (www. google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 WIB)

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau merupakan salah satu aspek internal yang akan mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan. Disamping strategi yang digunakan dan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah. Aspek sumber daya manusia ini dilihat dari segi jumlah sumber daya manusia yang memadai, yang dapat dilihat dari segi kuantitas pegawai yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, adanya tugask dan fungsi poko Dinas Perm Utara dalam ukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten menyelengga Tapanuli rakan tata pemerintahan yang baik. Pelak eluang dalam sanaan program pengembangan perumahan ini juga memiliki p usaha pemen uhan permintaan akan rumah. Peluang tersebut antara lain: a) L memerlukan etak Kota Bau- Bau di jalur lintas sumatera sanagat erencanaan p embangunan tata ruang yang baik dan ramah lingkungan. P awasan k rutama PNS perumahan ditujukan untuk pemenuhan rumah te enuntut m bersihan dan adanya perencanaan tata ruang untuk meningkatkan ke erapian k lingkungan. b) D panuli Utara ari aspek ekonomi, pembangunan perumahan di Kabupaten ta memiliki peluang yang besar dalam kestabilan ekonomi. Dengan adanya penataan kawasan perumahan yang baik, maka setiap kegiatan ynag dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat dilakukan dengan baik. Disamping itu, dengan penataan lingkungan yang baik akan mengundang investor untuk menanamkam modalnya di Kota Bau- Bau. B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Suatu program dapat dikatakan berhasil apabila target dan realisasi dari program tersebut sudah tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan yang ditetapkan dalam RPJMD Tapanuli Utara periode 2004-2009, dimana perumahan yang dibangun masih untuk PNS. Dari hasil pengamatan di Perumahan Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon dan Perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masih banyak kekurangan seperti sarana ibadah, pendidikan, jalan ke perumahan tersebutbanyak yang rusak, drainase/parit banyak yang sudah rusak sehingga perumahan

sebut masih

terkesan kurater ng teratur dan semrawut. Jumlah rumah yang sudah dibangun di Perumahan Pagar ngin Permai Beri sebanyak 2 cukup tinggi. 37 unit. Permintaan akan rumah di lokasi ini masih tergolong Hal ini dapat tahap ke dua dilihat dari pembangunan Perumahan Pagar Beringin di Kecamata mah per unit Permai masih dapat 200 m². Ini n Sipoholon masih berlangsung. Ini didasari karena harga sesuai denga memusatkan ru dijangkau, luas lahan untuk tiap rumah yang cukup luas perhatian p mengarahkan, yaitu n Teori Kepuasan (Content Theory), dimana dalam mendukung, dan menghentikan perilakunya. Pada dasarnya teori ini mengemukakan teori ini ada faktor-faktor dalam diri orang yang bahwa seseorang akan bertindak atau semangat untuk dapat memenuhi kebutuhannya (inner needs). (Malayu S.P. Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;96) Untuk perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal disana karena disebabkan letak lokasi yang kurang strategis yaitu jarak yang cukup jauh dan sarana pengangkutan umum yang ada

sangat terbatas.

Hal ini mengakibatkan jumlah rumah yang ditempati sangat sedikit jika dibandingkan dengan rumah yang kosong dan juga dibandingkan dengan jumlah rumah yang dibeli ataupun dihuni. Sedangkan perumahan PNS Sitabo-tabo di Kecamatan Siborong-borong, pembangunan yang dilaksanakan adalah masih pada tahap perbaikan lahan yang akan dijadikan kawasan perumahan, pembukaan jalan ke kawasan perumahan, dan jumlah rumah yang akan dibangun adalah sebanyak ± 215 unit. Melihat kenyataan di lapangan, program ini masih belum dapat dikatakan berhasil karena program ini masih berjalan dan juga sarana dan prasarana pendukung seperti sarana pendidikan, peribadatan, sarana olah raga pada perumahan ini masih sangat kurang, seperti yang diungkapkan bapak B. Hutabarat yang tinggal di perumahan Barat Indah Permai Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD h arus ke desa terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU haruske kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke d esa terdekat seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum ada jadinya kita sering menyewa kendaraan. Pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang sampai sekarm ang memang belum optimal karena disebabkan oleh

asih berjalan faktor seperti

beberapa kurang meratanya sumber daya manusia pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sehingga kurang melibatkan bawahan dalam membuat kebijakan, kurang memadainya dana yang tersalurkan sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap, fasilitas penunjang dalam melaksanakan tugas masih dianggap kurang memadai, belum optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta dalam pengadaan

perumahan

di

Kabupaten

Tapanuli

Utara,

kurangnya

sosialisasi

tentang

program pengembangan perumahan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya masyarakat menempati perumahan PNS.

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisa data dan juga hasil pengamatan langsung yang

eliti lakukan

di lapangan, pen maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Program pengembangan perumahan yang dilaksanakan olehPemerintah Tapanuli Utara melalui Dinas Permukiman dan Pengemban gan Wilayah masih perlu dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutn ya mengingat masih terbatasnya kemampuan masyarakat terutama yan g berprofesi sebagai PNS untuk memiliki rumah sendiri; 2. Masih lemahnya Pemeri

pengawasan

yang

dilakukan

olehntah Daerah

gan Wilayah Tapanuli Utara maupun Dinas Permukiman dan Pengemban at tinggal di sehingga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai PNS dap perumahan yang disediakan untuk PNS; 3.

Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau masih sering mengalami kendala yang pada dasarnya diakibatkan oleh keterbatasan dana sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam pelaksanaan program ini;

4. Masih adanya

masalah

yang

menggangu

pelaksanaan

program

pengembangan perumahan ini seperti sengketa tanah di perumahan Pagar Beringin Permai sehingga pembangunan perumahannya terbengkalai; 5.

Koordinasi

antar

instansi/dinas

dalam

pelaksanaan

pengembangan perumahan ini sudah berjalan

program

dengan baik, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya instansi/dinas yang terlibat dalam program ini dan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik; 6.

Masih kurangnya perhatian terhadap lahan yang akan

ikan sebagai

dijad kawasan perumahan sehingga dijadikan areal

h masyarakat

pertanian ole padahal lahan tersebut sudah menjadi milik 7. pemerintah; Tingkat kebersihan yang setiap

kawasan per

ada

di umahan dan embangunan

permukiman belum tertangani dengan baik, tahapan ang p sehingga drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih sangat kurpanuli Utara pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Ta B. Saran

masih terkesan kurang teratur dan semrawut.

Berda 1.

agai berikut:

Untuk mengurangi terutama dalamsaran penyediaan dana, sarkan kesimpulanbeban di atas,pemerintah maka peneliti memberikan seb ada baiknya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program ini/penyediaan perumahan di Tapanuli Utara;

2.

Untuk pembangunan perumahan di Tapanuli Utara di masa yang akan datang perlu memperhatikan lokasi perumahan tersebut seperti jaraknya dengan

ibukota

kabupaten atau kecamatan karena ini akan mempengaruhi jumlah masyarakat yang akan tinggal di perumahan tersebut; 3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang program pengembangan perumahan

ini

agar

tepat

sasaran,

seperti

apakah

perumahan

yang

dibangun adalah untuk masyarakat biasa, PNS, atau Purnawirawan TNI/POLRI; 4.

Masih

perlunya

pembangunan

sarana

dan

prasarana

pendukung

perumahan si yang lebih ti ruko,seper tempat ibadah, sarana pendidikan dan juga transporta mem adai; 5. Masi ibangun agar h perlunya pengawasan terhadap lahan yang selama ini belum tidak d dijadikan sebagai areal pertanian oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Bastian, Indra, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (edisi revisi cet.1), Bumi Aksara, Jakarta, 2001. Jones, Charles, O, Pengantar Kebijakan Publik, P.T.Radja Grafindo Persada,Jakarta,1994 Ketaren, Dra. Nurlela, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU, Medan, 2002. Kuswartojo, Tjuk, Suyurti Amir Salim, Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan,--, Medan, 1998 Moleong, J, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Rosda, Bandung, 2005 Nawawi, Hadari, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1990 Quinn, Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006 Sastra, Suparno, Endy Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi, Yogyakarta, 2006 Singarimbun, Masri, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,1989 Soenarko, H, Public Policy (Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah), Airlangga University Press, Surabaya, 2000 Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004

Syahrin, dan

Alvi,

Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan

Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003 Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan Publik, Raja Grafindo, Jakarta, 1994 Williams, Chuck, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Undang-UnPermukiman dang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Undang-UnRuang

embangunan

Peraturan Pe dang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Evaluasi P Nasional S.K. Menteri tegi Nasional merintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Sumbersum www.penata 2008, pukul

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Stra Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

6 September

ber lain www.kemen 2008, pukul 15.10 WIB anruang.net/taru/makalah/sekjen_140604.pdf, diakses tanggal 2 15.00 WIB www.sumut.bps.go.id/taput/file/publikasi/kcda/2007/060.tarutung.pdf, diakses tanggal ra.go.pukul id/deta16.30 il_brtWIB .asp?id=59, diakses tanggal 26 September 16 Desemberpe2008, www.google.com, “teori hierarki kebutuhan abraham maslow” diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.06 WIB www.google.com, ”akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teoriteori- motivasi,diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.00 WIB www.google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10

Daftar pertanyaan wawancara penelitian I.

Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara: 1. Seberapa pentingkah program pengembangan perumahan ini diterapkan di Kabupaten ini, mengingat masya rakat pada umumnya memiliki lahan yang cukup untuk mendirikan rumah pribadi tanpa terpengaruh dampak kenaikan harga-harga bahan bangunan? 2. Sejauh manakah peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program ini ? Apakah hanya terbatas pada kebersediaan memberikan tanahnya untuk dijadikan kawasan perumahan atau hanya sebatas

membeli

rumah yang

telah disediakan

pemerintah? 3. Apa kendala yang sering dihadapi Dinas ini dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 4. Menurut Bapak apakah peraturan yang sekarang sudah mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan ini secara makro?

5. Apakah sarana dan prasarana yang dibangun sebagai bagian dari

perumahan

tersebut

sudah

sesuai

dengan

yang

direncanakan sebelumnya? 6. Apa saja usaha yang dilakukan Dinas ini untuk mengatasi masalah-masalah

yang

muncul

selama

pelaksanaan

program ini? 7. Bagaimana sistem tender yang dilakukan oleh Dinas ini dalam mencari Developer yang akan membantu pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? II.

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman : 1. Dinas apa saja yang terkait dalam pelaksanaan program ini dan sejauh peranan Dinas-Dinas tersebut dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 2. Siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaksana program ini? 3. Apakah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki Dinas ini sudah dapat mendukung pelaksanaan program ini mengingat begitu banyaknya prog ram yang menjadi tugas Dinas ini? 4. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas ini ketika adanya sosialisasi program ini terutama sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki profesi sebagai PNS? 5. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas ini sudah mencukupi dalam perumahan ini?

pelaksanaan

program

pengembangan

6. Apa saja proyek atau kegiatan pendukung yang ditetapkan Dinas ini untuk mendukung pelaksanaan program ini? 7. Secara umum apakah pembangunan perumahan di Kabupaten ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam RPJMD Taput periode 2004-2009?

III.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara: 1. Apakah program pengembangan Perumahan ini akan tetap dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat pelaksanaan program ini masih sering mengalami kendala pada tahap pelaksanaannya? 2. Bagaimana

menurut

Bapak

pelaksanaan

program

pengembangan Perumahan ini, apakah sudah sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan program ini yang dituangkan dalam RPJMD Taput periode 2004-2009? 3. Apakah target dan realisasi dari pelaksanaan program pengembangan perumahan ini sudah dapat dicapai? 4. Sejauh mana peranan Bappeda Taput dalam pelaksanaan program pengembangan Perumahan ini, apakah sebatas merencanakan atau mengawasi pelaksanaan program ini? 5. Menurut Bapak, secara umum apakah pelaksanaan program pengembangan perumahan ini telah berjalan dengan baik ataukah masih perlu dilakukan peningkatan pelaksanaannya?

6. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bappeda Taput untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 7. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah melalui Bappeda kepada masyarakat agar dapat memiliki rumah? Kalau ada, dalam bentuk apa subsidi yang diberikan tersebut?

IV.

P engembang (Developer) Perumahan: 1. Apa saja kendala yang Anda hadapi sebagai Developer yang dipercaya Pemda

Taput

dalam

melaksanakan

program

pengembangan Perumahan ini? 2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pelaksanaan rogram ini p yang sering mengalami kendala pada tahap 3. pelaksana Apa saja usaha-usaha yang Anda

annya? mengatasi

lakukan untuk kendala-kendala tersebut? 4. Sejauh mana peranan Dinas Kimbangwil Taput, Bappeda Taput, dan Pemda Taput untuk meminimalisir masalah yang Anda hadapi sebagai Developer pada tahap pelaksanaan pembangunan perumahan? 5. Sejauh mana Anda melibatkan masyarakat dalam membantu Anda melaksanakan pembangunan kawasan perumahan ini? 6. Seberapa besar target yang dibebankan kepada Anda sebagai Developer untuk pembangunan kawasan perumahan ini?

7. Selain dengan Dinas Kimbangwil Taput, Bapedda Taput, Anda sebagai Developer apakah melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam membangun kawasan perumahan ini? Kalau ada, pihak mana saja yang terlibat tersebut?

Related Documents

8. Daftar Gambar
August 2019 78
Daftar Gambar
November 2019 28
Daftar Gambar
May 2020 18
Daftar Gambar
May 2020 27
Daftar Gambar
June 2020 15
Daftar Gambar
June 2020 25

More Documents from ""

Motlet G Wiwin.docx
October 2019 30
Hlmn Sampul.docx
July 2020 11
Tps Strategy.docx
July 2020 25
Pathway Gout.docx
December 2019 34