MANUSKRIP GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESEHATAN LANJUT USIA DI PUSKESMAS TEGAL ANGUS, TANGERANG
Disusun Oleh: Kelompok 3
Argia Anjani
1102013041
Bayu Hernawan Rahmat Muharia
1102013054
Muti’ah Chairunnisah
1102013189
Yola Astri Arsanti
1102013311
Pembimbing: dr. Dini Widianti, MKK, DipIDK KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI SEPTEMBER 2018
1
GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESEHATAN LANJUT USIA DI PUSKESMAS TEGAL ANGUS, TANGERANG 1Argia
Anjani, 1Bayu Hernawan RM, 1Muti’ah Chairunnisah, 1Yola Astri A, 2Dini
1.
Widianti
Mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Umum Universitas YARSI 2. Dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Abstrak Pendahuluan: Berdasarkan WHO, lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia di Puskesmas Tegal Angus pada bulan September 2018. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dilaksanakan dengan metode survey serta analisis univariat. Data didapat dari hasil kuesioner sesuai dengan kriteria inklusi dan pengolahan data menggunakan program SPSS versi 20. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel berjumlah 27 responden terdiri dari lansia berusia ≥ 60 tahun yang datang berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Hasil: Dukungan emosional pada responden lansia sebesar 50,9% sedangkan dukungan informasi sebesar 59,3%. Dukungan instrumental pada lansia sebesar 48,1% sedangkan dukungan penghargaan sebesar 59,3%. Kesimpulan: Dukungan keluarga yang diberikan dapat menjadi alat untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis lansia sehingga angka kualitas hidup dapat meningkat. Kata kunci: Dukungan keluarga, Lansia
2
DESCRIPTION OF FAMILY SUPPORT FOR ELDERLY IN THE TEGAL ANGUS COMMUNITY HEALTH CARE, TANGERANG 1Argia
Anjani, 1Bayu Hernawan RM, 1Muti’ah Chairunnisah, 1Yola Astri A, 2Dini
1.
Widianti
Medical students in Faculty Medicine of YARSI University 2. Public Health Lecturer
Abstract Introduction: According to WHO, elderly is a group of people aged 60 years or older. By 2050 it is estimated that the elderly population will increase. In 2000 the number of elderly people was around 5,300,000 (7.4%) of the total population, and in 2020 estimated number of elderly reached 28,800,000. Elderly is the final stage of development in the human life cycle. Family support is a form of interpersonal relationship that includes attitudes toward family members, that certain family members feel cared. Aim: The purpose of this study is to describe about family support for elderly in Tegal Angus Community Health Care in September 2018. Method: This is a descriptive research which used survey and univariat analysis as the method. Data are obtained from the result of questionnaire suitable to inclusive criteria and the data processing used SPSS program version 20. The sampling technique in this study is purposive sampling. Total sample 27 respondents including elderly aged ≥ 60 years who came to Tegal Angus Community Health Care. Result: Percentage for emotional support in elderly shown 50,9% while information support shown as much as 59,3%. Percentage for instrumental support in elderly shown 48,1% while appreciation support 59,3%. Conclusion: Family support provided can be a tool to deal with physical and psychological changes of the elderly in order to increase the quality of life. Keywords: Family support, Elderly
3
PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.2 Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.1 Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.10 Di Indonesia, jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population).3 4
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000.1,3 Perubahan lansia baik fisik, mental, maupun emosional memerlukan dukungan keluarga. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari-hari secara teratur.4,5 Namun kenyataanya banyak ditemukan penurunan kemandirian pada lansia yang tinggal dengan keluarga, hal ini karena banyak keluarga lansia sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, di samping itu meningkatnya kebutuhan ekonomi membuat semua anggota keluarga bekerja di luar rumah, sehingga menyebabkan keluarga yang mempunyai lansia kurang memperhatikan atau memberi dukungan yang optimal kepada lansia.11,12 Menurut Caplan, keluarga dapat memberikan empat macam dukungan, yaitu: 1) Dukungan emosional (Emotional support), keluarga mendengarkan keluhan lanjut usia dan memberikan saran pemecahan masalah. Menurut Afriani (2013), dukungan emosi yang diberikan oleh keluarga mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian dalam merawat, menjaga dan menemani lansia sehingga lansia tidak merasa 5
sendiri. Keluarga merupakan tempat yang aman dalam mengolah emosi setiap individu.16 2) Dukungan instrumental (Instrumental support), dalam hal ini keluarga memberikan bantuan yang baik terhadap lansia berupa keuangan (financial), membantu pekerjaan rumah tangga dalam mempersiapkan
makanan
dan
menyediakan
transportasi
untuk
membeli kebutuhan makanan lansia. Menurut Afriani (2013), secara umum lanjut usia cenderung tinggal bersama dengan anaknya yang telah menikah. Tingginya penduduk lanjut usia yang tinggal dengan anaknya menunjukkan masih kuatnya norma bahwa kehidupan orang tua merupakan tanggung jawab anak-anaknya, sehingga lingkungan rumah selalu diperhatikan demi keselamatan orang tua mereka. 16 3) Dukungan informasional (Informational support), yaitu keluarga berfungsi sebagai pencari informasi tetang kebutuhan nutrisi untuk lansia, memberikan kebutuhan kesehatan keluarga. Hoi et al dalam BMC Geriatrics, 2011; mengatakan bahwa proporsi dari orang tua yang membutuhkan bantuan yang tertinggi adalah bantuan dalam hal intelektual (menulis, membaca, mendengarkan radio dan menonton TV), yaitu sebanyak 13-32%. Lansia mengalami keterbatasan yang dipengaruhi oleh penurunan berbagai fungsi tubuh. Sesuai dengan teori penuaan maka lansia membutuhkan bantuan dari keluarga.17 4) Dukungan penghargaan (Appraisal support), keluarga bertindak dalam memberikan umpan balik dalam mengevaluasi diri anggota keluarga. Menurut Afriani (2013) keluarga mengikutsertakan lansia dalam pembicaraan/musyawarah keluarga serta melibatkan lansia dalam 6
mengambil keputusan. Keluarga selalu menghargai orangtua karena tanpa kerja keras dan pengorbanan orangtua, mereka tidak akan bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai ungkapan terimakasih maka lansia akan selalu menjadi orang yang tetap diutamakan dalam kehidupan keluarga mereka.16 Dukungan sosial keluarga didefinisikan sebagai tindakan atau tingkah laku serta informasi yang bertujuan untuk membantu seseorang dalam mencapai tujuannya atau mengatasi masalah seseorang pada situasi tertentu, bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati yang merupakan bagian dari jaringan komunikasi, dan kewajiban timbal balik dari satuan kekerabatan yang terkait oleh ikatan perkawinan atau darah.1 Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.4 Menurut Wills dan Filler, dukungan sosial membantu lansia mengatasi persoalan yang dihadapinya lebih efektif.8 Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap lanjut usia di Puskesmas Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
METODE Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilaksanakan selama sepuluh hari pada tanggal
18
September–29 September 2018 di Puskesmas Tegal Angus, Kecamatan 7
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Sampel berjumlah 27 responden terdiri dari lansia berusia ≥ 60 tahun yang datang berobat ke Puskesmas Tegal Angus selama periode penelitian. Kriteria inklusi yaitu: 1) Lansia berusia ≥ 60 tahun yang datang berobat ke Puskesmas Tegal Angus, 2) Lansia yang bersedia menjadi responden, 3) Lansia yang komunikatif dan kooperatif. Sedangkan kriteria eksklusi, yaitu lansia yang mengalami gangguan jiwa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data primer hasil dari kuesioner yang dilakukan oleh tim peneliti. Data yang telah diambil dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20. Statistik deskriptif dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase sesuai dengan tujuan penelitian.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Lansia Puskesmas Tegal Angus September 2018 (N = 27)
Karakteristik Frekuensi Jumlah Responden Lansia 27 (≥ 60 tahun) Jenis Kelamin Laki-laki 11 Perempuan 16 Total 27 Pendidikan SD 20
Persentase 100% 40,7% 59,3% 100% 74,1% 8
SMP SMA Perguruan Tinggi Total
7 0 0 27 Status Pernikahan Menikah 14 Duda/Janda Cerai 5 Duda/Janda Meninggal 8 Belum Menikah 0 Total 27 Pekerjaan Bekerja 11 Tidak Bekerja 16 Total 27 Tinggal di Rumah Milik Sendiri 11 Anak 14 Kontrak 2 Total 27 Paling Dekat dengan Suami/Istri 9 Anak 13 Menantu 0 Cucu 4 Lainnya 1 Total 27
25,9% 0% 0% 100% 51,9% 18,5% 29,6% 0% 100% 40,7% 59,3% 100% 40,7% 51,9% 7,4 100% 33,3% 48,1% 0% 14,8% 3,7% 100%
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan jenis kelamin terbanyak pada responden lansia adalah perempuan sebanyak 16 orang (59,3%). Didapatkan persentase terbanyak pada responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 20 orang (74,1%). Didapatkan persentase terbesar pada responden dengan status menikah sebanyak 14 orang (51,9%). Didapatkan persentase terbesar pada responden tidak bekerja sebanyak 16 orang (59,3%). Didapatkan persentase terbesar tinggal di rumah milik anak sebanyak 14 orang (51,9%). Pada karakteristik paling dekat dengan anak mendapat persentase terbesar sebanyak 13 orang (48,1%). 9
Caplan menjelaskan bahwa keluarga dapat memberikan beberapa bentuk dukungan, yaitu: 1. Dukungan Emosional Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang selalu mendampingi, adanya suasana kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Tabel 2. Penilaian Mengenai Dukungan Emosional pada Lansia
No.
Pernyataan
1.
Keluarga menceritakan masalah keluarga kepada saya Keluarga melibatkan saya dalam mengambil keputusan Keluarga mendengarkan keluhan yang saya rasakan Keluarga memperhatikan saya ketika saya sakit Keluarga menunjukan wajah yang menyenangkan saat berbicara dengan saya
2.
3.
4.
5.
Tidak Jarang Pernah % % 0 48,1%
Sering % 37%
Selalu % 14,8%
3,7%
48,1%
33,3%
14,8%
0
11,1%
70,4%
18,5%
0
22,2%
51,9%
25,9%
0
14,8%
63%
22,2%
10
6.
Keluarga menghargai pendapat saya Keluarga memberikan kesempatan pada saya bila ada yang tidak dimengerti Keluarga berbicara lembut dengan saya Jumlah
7.
8.
0
37%
40,7%
22,2%
0
18,5%
59,3%
22,2%
0
22,2%
51,9%
25,9%
3,7%
27,8%
50,9%
20,8%
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan sebesar 50,9% responden lansia sering mendapatkan dukungan emosional dari keluarga.
2. Dukungan Informasi Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian mengenai informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi tentang dunia. Apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasihat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Tabel 3. Penilaian Mengenai Dukungan Informasi pada Lansia
No.
Pernyataan
1.
Keluarga memberikan informasi mengenai kesehatan saya Keluarga
2.
Tidak Jarang Pernah % % 0 33,3%
Sering % 59,3%
Selalu % 7,4%
3,7%
55,6%
3,7%
37%
11
3.
4.
memberikan informasi tentang kegiatan untuk peningkatan kesehatan saya Keluarga 0 mengingatkan saya untuk makan dan kontrol kesehatan Keluarga 0 mengingatkan saya tentang perilaku yang memperburuk kesehatan saya Jumlah 3,7%
18,5%
63%
18,5%
29,6%
59,3%
11,1%
29,6%
59,3%
10,2%
Berdasarkan Tabel 3 didapatkan sebesar 59,3% responden lansia sering mendapatkan dukungan informasi dari keluarga.
3. Dukungan Instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Salah satu dukungan keluarga yaitu dukungan instrumental, dukungan instrumental berupa bantuan langsung seperti materi, tenaga dan sarana. Berisi tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari orang lain. Manfaatnya adalah dapat mendukung pulihnya energi dan semangat yang menurun. Dampak diberikannya dukungan instrumental individu akan merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian terhadap kesusahan yang dialami.
12
Tabel 4. Penilaian Mengenai Dukungan Instrumental pada Lansia
No.
Pernyataan
1.
Keluarga menyediakan semua kebutuhan sandang dan pangan Keluarga 0 menyediakan uang yang cukup untuk keperluan saya setiap bulan Keluarga membawa saya 0 ke fasilitas kesehatan (puskesmas/rumah sakit) Jumlah 0
2.
3.
Tidak Pernah % 0
Jarang %
Sering %
Selalu %
11,1%
40,7%
48,1%
18,5%
33,3%
48,1%
14,8%
37%
48,1%
14,8%
37%
48,1%
Berdasarkan Tabel 4 didapatkan sebesar 48,1% responden lansia selalu mendapatkan dukungan instrumental dari keluarga.
4. Dukungan Penghargaan Pemberian dukungan dengan melihat segi positif yang ada dalam individu dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri dan perasaan dihargai saat individu mengalami tekanan. Tabel 5. Penilaian Mengenai Dukungan Penghargaan pada Lansia
No.
Pernyataan
1.
Keluarga memberikan pujian dan
Tidak Pernah % 0
Jarang %
Sering %
Selalu %
22,2%
59,3%
18,5%
13
perhatian kepada saya Jumlah
0
22,2%
59,3%
18,5%
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan sebesar 59,3% responden lansia sering mendapatkan dukungan penghargaan dari keluarga.
5. Perubahan Fisik Tabel 6. Penilaian Mengenai Perubahan Fisik pada Lansia
No.
Pernyataan
1.
Selama 6 bulan terakhir saya mengeluh sakit Saya selalu mengeluh nyeri pada lutut Saya susah tidur pada malam hari Saya memeriksakan kesehatan saya di pelayanan kesehatan setiap ada keluhan Jumlah
2. 3. 4.
Tidak Pernah % 7,4%
Jarang %
Sering %
Selalu %
18,5%
44,4%
29,6%
3,7%
25,9%
33,3%
37%
11,1%
25,9%
29,6%
33,3%
0
29,6%
29,6%
40,7%
7,4%
24,9%
34,2%
35,2%
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan sebesar 35,2% responden lansia selalu mengalami perubahan fisik.
6. Perubahan Psikologis Tabel 7. Penilaian Mengenai Perubahan Psikologis pada Lansia
No.
Pernyataan
Tidak Pernah %
Jarang %
Sering %
Selalu %
14
1.
2. 3.
4.
Saya selalu marahmarah bila permintaan tidak dituruti Saya dapat berhubungan baik dengan orang lain Bila stres saya melakukan kegiatan yang saya senangi Saya mudah tersinggung jika keluarga berbicara keras kepada saya Jumlah
3,7%
33,3%
33,3%
29,6%
0
3,7%
44,4%
51,9%
0
14,8%
44,4%
40,7%
0
33,3%
18,5%
48,1%
3,7%
21,2%
35,2%
42,6%
Berdasarkan Tabel 7 didapatkan sebesar 42,6% responden lansia selalu mengalami perubahan psikologis.
DISKUSI Dukungan keluarga terdiri atas 4 dimensi, antara lain dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan. Dukungan keluarga bertujuan untuk menghadapi adanya perubahan fisik dan psikologis pada lansia serta berfungsi sebagai tempat berlindung bagi lansia untuk menghadapi perubahan. Sebesar 50,9% pada responden lansia sering mendapatkan dukungan emosional dari keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan kepada lansia relatif baik. Sangian (2017) menjelaskan bahwa lansia sangat membutuhkan dukungan emosional sehingga lansia merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi ada orang lain yang memperhatikan, 15
mendengar, dan membantu memecahkan masalah yang terjadi. Semakin besar dukungan emosional, maka lansia dapat menerima dirinya sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masa tuanya.19 Kemudian sebesar 59,3% responden lansia sering mendapatkan dukungan informasi. Keluarga diharapkan berperan sebagai pemberi saran,
sugesti,
serta
informasi
yang
dapat
digunakan
untuk
mengungkapkan suatu masalah. Dukungan ini dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan sugesti yang khusus pada lansia.18 Dukungan instrumental selalu didapatkan oleh lansia sebesar 48,1%. Bentuk dukungan tersebut dapat membuat lansia merasa dihargai karena diperhatikan oleh keluarga. Menurut Afriani (2013) juga mengatakan bahwa kelompok lansia yang berperilaku sehat mungkin disebabkan karena keluarga mampu dan mau menyediakan sarana yang dibutuhkan lansia, serta perilaku keluarga juga dapat dijadikan sebagai referensi lansia dalam berperilaku sehat maupun berperilaku tidak sehat.16 Pada responden lansia sering mendapatkan dukungan penghargaan sebesar 59,3%. Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif kepada lansia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lansia, serta perbandingan yang positif dengan individu lain. Hal ini membantu lansia dalam membangun harga diri dan kompetensi. Tradisi keluarga di Indonesia masih menghargai lansia untuk memberikan pendapat dalam menyelesaikan masalah keluarga. Para usia lanjut mempunyai peranan
16
yang
menonjol
sebagai
seorang
yang
“dituakan”,
bijak
dan
berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya pengetahuan.16 Dukungan yang diberikan oleh karena faktor perubahan fisik dan psikologis yang dialami lansia. Pada responden lansia yang selalu mengalami perubahan fisik didapatkan sebesar 35,2%, gejala perubahan fisik yang dirasakan seperti mengeluh nyeri pada sendi, sulit untuk tidur, dan sebagainya. Pada perubahan psikologis selalu dialami oleh lansia dengan persentase sebesar 42,6%.
KESIMPULAN DAN SARAN Perubahan fisik dan psikologis merupakan hal alami yang akan dialami oleh lansia. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan terhadap lansia dapat menjadi alat untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis mereka. Keluarga mendukung aktifitas lansia tanpa mengatur apa yang harus lansia lakukan, memberikan semangat agar lansia bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya, dan mengajak lansia untuk hidup bersosialisasi dengan masyarakat dan teman sebayanya, serta memberikan dukungan materi terhadap lansia untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Pada penelitian ini didapatkan dukungan keluarga yang sudah baik terhadap lansia. Disarankan bagi anggota keluarga untuk selalu mendampingi dan memberikan dukungan kepada lansia agar tercipta kualitas hidup yang lebih baik lagi.
17
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan
karuniaNya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan penelitian ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Dini Widianti, MKK, DipIDK, selaku dosen pembimbing kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI, yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini. 2. dr. Allan Sartana, selaku kepala Puskesmas Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 3. Lansia di Puskesmas Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. (2015). Definition of an older or elderly person. Diakses pada tanggal
1
Oktober
2018
dari
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ 2. KEMENKES.
2016.
Infodatin
Lanjut
Usia
Indonesia.
http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2018. 3. Badan
Pusat
Statistik
Indonesia.
2010.
Jumlah
Penduduk
Indonesia. Jakarta. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 1 Oktober 2018. 18
4. Fatimah. 2013. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta: TIM. 5. Makhfudli
&
Efendi,
F.
(2009).
Keperawatan
kesehatan
komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 6. Nugroho, H.W. 2013. Keperawatan Gerontik Edisi ke 2. Jakarta: EGC. 7. Suprajitno. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC 8. Pratikwo, Suryo. 2016. Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian dan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Semarang: Program Magister Promosi Kesehatan PPs Undip. 9. Sarafino,
E.
(2009).
Health
Psychology:
Biopsychological
Interaction. Kanada: John Wiley & Sons. 10. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. 11. Friedman, M. 2003. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 12. Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Alih Bahasa Musri. Jakarta: EGC. 13. Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M. A. (2002). Health promotion in nursing practice. New Jersey: Prentice Hall. 14. Taylor, S.E. (2006). Health psychology (6th ed). Singapore: M.C. Grow Hill Book Company. 19
15. Suryo, Harbandinah, Bagoes (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian Dan Dukungan
Keluarga
Terhadap
Perilaku
Sehat
Lansia
Di
Kelurahan Medono Kota Pekalongan Tahun 2006. Diunduh tanggal 2 Oktober 2018 dari www.library.upnvj.ac.id 16. Mangasi, Afriani. 2013. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lansia Dalam Mempertahankan Kualitas Hidup Lansia Di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat 2012. Jakarta: STIK Sint Carolus. 17. Hoi et al. BMC Geriatrics, (2011). Elderly care in daily living in rural Vietnam: Need and its socioeconomic determinants. Research Article. 18. Astuti, Agnes Dewi. 2013. Dukungan Informasi Dari Keluarga Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi. Palangkaraya: Poltekkes Kemenkes. 19. Sangian, L.M.L., Wowiling, F. & Malara, R., 2017. Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Penerimaan Diri Pada Lansia Di Desa Watutumou III. e-Jurnal Keperawatan, 5(2).
20