FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN DI KECAMATAN KRESEK DAN KECAMATAN TEGAL ANGUS, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
KELOMPOK 9 Haya Harareed
(1102013125)
Marlita Adelina P.
(1102013163)
Rahma Rafina N.
(1102013241)
Titis Cresnaulan D.
(1102013286)
Yolanda Intan F.
(1102013312)
Pembimbing: dr. Erlina Wijayanti, MPH.
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI SEPTEMBER 2018
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di Kecamatan Kresek dan Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Haya Harareed1, Marlita Adelina1, Rahma Rafina1, Titis Cresnaulan D.1, Yolanda Intan F.1 , Erlina Wijayanti2, Dini Widianti2 1Mahasiswa 2Dosen
Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Yarsi Abstrak
Perilaku merokok merupakan perilaku atau aktivitas individu yang menjadi penyebab utama kematian secara global. Di Indonesia, prevalensi merokok menunjukkan angka 29,3% dengan proporsi laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Hukum merokok dalam islam dikategorikan menjadi Mubah, Makruh, dan Haram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada keluarga binaan di Kecamatan Kresek dan Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Populasi penelitian adalah seluruh anggota keluarga binaan dengan sampel seluruh anggota keluarga binaan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu usia > 5 tahun, merokok dan tidak merokok, serta tidak memiliki gangguan jiwa. Metode Penelitian bersifat analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Cara pengambilan data menggunakan teknik Total Sampling dan teknik sampling menggunakan Purposive Sampling . Data kualitatif dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square dan didapatkan hasil dari 124 sampel 58 orang merokok dan 66 orang yang tidak merokok (46,8% dan 53,2%) dengan seluruh nilai P untuk masing-masing faktor jenis kelamin, pekerjaan, dan pendapatan adalah 0,00. Dari hasil dapat disimpulkan adanya hubungan antara faktor jenis kelamin, pekerjaan, dan pendapatan dengan perilaku merokok.
Kata Kunci: Perilaku, Merokok, Faktor, Hubungan
2
The Influence Factors of Smoking Behavior in Assisted Families in Kresek and Tegal Angus District, Tangerang Regency, Banten Province Haya Harareed1, Marlita Adelina1, Rahma Rafina1, Titis Cresnaulan D.1, Yolanda Intan F.1 , Erlina Wijayanti2, Dini Widianti2 1Mahasiswa
2Dosen
Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Yarsi
Smoking behavior is an individual's behavior or activity which is a major cause of death in global. In Indonesia, the prevalence of smoking is 29.3% with the proportion of men more than women. In Islam, the law of smoking is categorized as Mubah, Makruh, and Haram. This study aims to determine the factors that influence smoking behavior in assisted families in Kresek and Tegal Angus Districts, Tangerang Regency, Banten Province. The study population was all assisted family members with a sample of all assisted family members who include the inclusion criteria. The inclusion criteria are age> 5 years, smoking and not smoking, and not having a mental disorder. The research method is descriptive with Cross Sectional research design. The methode of retrieve data is using the Total Sampling technique and sampling technique using purposive sampling. Qualitative data were analyzed using Chi-Square test and the results is from 124 samples there are 58 people who smoked and 66 people who did not smoke (46.8% and 53.2%) with all P values for each factor of gender, occupation, and income is <0,05. The result of this research can be concluded that there is a correlation between gender, occupation and income factors with smoking behavior. Keyword :Smoking, Behavior, Factor, Correlation
3
PENDAHULUAN Perilaku merokok merupakan suatu perilaku atau aktivitas individu yang memiliki tujuan untuk membakar produk tembakau dengan cara dibakar, di hisap, dan atau di hirup yang meliputi rokok kretek, rokok putih, atau bentuk lainnya yang mengandung zat adiktif yaitu nikotin yang dapat menimbulkan efek ketergantungan.1 Penggunaan rokok menjadi penyebab utama kematian secara global menurut Benowitz dalam kutipan Lamin dkk.2 Penggunaan rokok di Indonesia juga masih menjadi salah satu masalah kesehatan urutan ketiga yang terbesar diseluruh dunia. Hampir semua perokok telah menggunakan tembakau sebelum usia 18 tahun.3 Menurut data dari WHO (2011), kematian yang disebabkan oleh tembakau sekitar hampir 6 juta kematian per tahun dan angka tersebut diperkirakan lebih dari 8 juta akan meningkat angka kematian akibat rokok pada tahun 2030.3 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi perokok di Indonesia menunjukkan angka 29,3% dengan proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada usia 30-34 tahun sebesar 33,4%, umur 35-39 tahun sebanyak 32,2% dan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%).4 Pada wilayah Banten tahun 2013 didapatkan data mengenai prevalensi merokok sebesar 31,3%. Prevalensi perokok aktif tertinggi pada kelompok usia 5054 tahun (35,9%) dan terendah pada kelompok usia 10-14 tahun (0,4%). Prevalensi perokok setiap hari lebih besar laki-laki dibandingkan perempuan (49,9% banding 1,2%). Di wilayah Kabupaten Tangerang dan dan Kabupaten Tangerang Selatan menunjukkan angka 25 % dan 21,7 % dengan perokok aktif pada usia ≥ 10 tahun.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok diantaranya faktor psikologi, biologi dan lingkungan sosial.6 Menurut Lawrence Green dalam buku Kholid, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat), faktor pemungkin (sarana dan prasarana) dan faktor penguat (tokoh masyarakat, tokoh agama dan
4
petugas kesehatan).7 Dari faktor-faktor tersebut telah mengubah perilaku merokok yang dinilai merugikan menjadi sebuah kebiasaan yang sangat wajar dan bersifat obsesif.6 Jika perilaku merokok tidak dicegah dengan segera, maka dampak buruk perilaku merokok bagi kesehatan akan merugikan diri sendiri seperti timbulnya penyakit kanker, stroke, penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, impotensi, gangguan kehamilan dan janin bahkan dapat merugikan orang-orang sekitarnya yang terhisap oleh asap rokok menurut Aula yang dikutip oleh Fikriyah dan Ferbijanto.6 Selain itu, kemungkinan rokok akan mempengaruhi kualitas generasi, prestasi belajar, dan penurunan kebugaran jasmani.8 Dalam Islam tidak ada peraturan yang mengatur langsung tentang merokok karena pada zaman Nabi Muhammad SAW belum ada yang namanya rokok. Oleh karena itu, mengacu pada risiko dan bahaya penyakit yang dapat ditimbulkan karena kebiasaan merokok, ulama membagi hukum merokok berdasarkan 3 kategori yaitu: Mubah, Makruh, dan Haram. Sebagaimana dijelaskan pada Al-Qur’an surat Al- Baqarah (2) ayat 195:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2]: 195). 9 Berdasarkan informasi yang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada keluarga binaan di Kecamatan Kresek dan Kecamatan tegal Angus, Kabupaten Tangeran, Provinsi Banten karena lokasi penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti terkait dengan hal ini di daerah tersebut.
5
METODE Pada penelitian ini digunakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Data kualitatif yang relevan dengan variabel variabel yang dirumuskan dalam permasalahan penelitian dikumpulkan melalui survei wawancara dan pengisian kuesioner. Penelitian dilaksakan pada tanggal 18 September 2018 sampai 29 September 2018 di Desa Koper, Kecamatan Kresek, dan Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Populasi dalam penelitian adalah seluruh anggota keluarga binaan di Desa Koper dan Desa Pangkalan. Sample dari penelitian ini adalah anggota keluarga binaan yang masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi sampel adalah seluruh keluarga binaan yang merokok dan tidak merokok yang berusia 5 tahun keatas dan tidak memiliki gangguan jiwa berat. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia pada penelitian yang dilaksanakan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan kelompok subjek yang didasarkan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Cara pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Variabel yang dinilai adalah perilaku responden. Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas responden mengenai perilaku merokok. Pengambilan data primer pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang disusun dan digunakan sebagai alat pengumpulan data. Analisa yang dipakai adalah analis non-statistik yang merupakan data kualitatif yang berupa perilaku merokok pada responden. Jumlah sampel keseluruhan pada penelitian ini berjumlah 124 responden. Penilaian tentang perilaku merokok adalah penilaian kualitatif. Pilihan jawaban bagi responden mempergunakan skala ordinal dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Perilaku yang kurang baik bila skor 3-4 sedangkan perilaku yang baik bila skor 0-2. Data kualitatif dilakukan menggunakan uji logistic regretion yang dianalisis secara multivariat dengan program SPSS for windows Release 22.
6
HASIL PENELITIAN Karakteristik Data Responden Setelah dilakukan pengumpulan data melalui pengedaran kuesioner kepada responden dalam penelitian ini yaitu seluruh usia diatas 5 tahun baik laki-laki maupun perempuan di Desa Koper, Kecamatan Kresek dan Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus yang berjumlah 124 responden. Kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistic deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%) dari masing-masing item. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Variabel
Usia
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
5-15
2
1,6%
16 - 25
30
24,2%
26 – 35
25
20,2%
36 – 50
46
37,1%
> 51
21
16,9 %
Total
124
100%
69
55,6 %
55
44,4 %
Laki-laki Perempuan
Pendidikan
124
100 %
Total SD/Sederajat
47
37,9 %
SMP/Sederajat
23
18,5 %
SMA/Sederajat
26
21 %
Perguruan Tinggi
8
6,5 %
Total
124
100 %
7
Variabel Pekerjaan
Pendapatan
Frekuensi
%
Bekerja
77
59,7%
Tidak Bekerja
47
37,9%
Total Tidak berpenghasilan
124 43
100 % 34,7%
< 3.648.035
74
59,7%
>3.648.035
7
5,6%
Total
124
100 %
Perilaku Merokok Tabel 2. Distribusi data perilaku merokok pada responden Perilaku Merokok
Jumlah (n)
Presentase (%)
Merokok
58
46,8
Tidak merokok
66
53,2
Total
124
100
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 124 sampel yang diteliti terdapat 66 (53,2%) responden tidak merokok, sedangkan responden yang merokok sebanyak 58 (46,8%). Lama Merokok Tabel 3. Distribusi data lama merokok pada responden Hubungan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Lama merokok - <1 Tahun - 2-5 tahun - >6 tahun
4 9 45
6,8 15,7 77,5
Total
58
100
8
Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa durasi lamanya pengalaman merokok yang kurang dari satu tahun pada keluarga binaan sebanyak 4 (6,8%), yang selama 2-5 tahun sejumlah 9 (15,7%) dan yang lebih dari enam tahun sebanyak 45 (77,5%).
Jumlah Konsumsi Rokok per Hari Tabel 4. Distribusi data jumlah konsumsi rokok per hari pada responden Hubungan
Jumlah (n)
Presentase (%)
20 12 26
34,4 20,8 44,8
58
100
Jumlah konsumsi rokok per hari - <5 batang - 6-10 batang - >11 batang Total
Pada responden yang merokok jumlah konsumsi rokok per hari pada keluarga binaan yang kurang dari lima batang per hari sebanyak 20 (34,4%), 6-10 batang per hari sebanyak 12 (20,8%) dan konsumsi rokok yang lebih dari 11 batang perhari sebanyak 26 (44,8%) (Tabel.4).
Keinginan untuk Berhenti Merokok Tabel 5. Penilaian Megenai keinginan untuk berhenti merokok pada Responden Hubungan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Keinginan berhenti merokok - Ada - Tidak ada
58 0
100 0
Total
58
100
9
Berdasarkan Tabel 5. dapat disimpulkan bahwa dari 58 (100%) responden yang merokok, seluruhnya memiliki keinginan untuk berhenti merokok.
Analisa Bivariat Hubungan Antar Umur dan Perilaku Merokok pada Responden Tabel 6. Hubungan antar umur dan perilaku merokok pada Responden
Perilaku Merokok Umur
Merokok N
%
Total
P
Tidak Merokok N
%
N
%
< 20
11
8.8
21
16,9
32
25,7
> 20
47
37,9
45
36,4
92
74,3
Total
58
46,7
66
53,3
124
100
0,149
Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan perilaku merokok yang merokok diperoleh bahwa proporsi responden umur kurang dari 20 tahun lebih kecil yaitu 11 (8,8%) dibandingkan dengan responden yang berusia lebih dari 20 tahun 47 (37,9%). Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,149 (p >0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan perilaku merokok.
10
Hubungan Antar Jenis Kelamin dan Perilaku Merokok pada Responden Tabel 7. Hubungan antar jenis kelamin dan perilaku merokok pada Responden
Perilaku Merokok Jenis Kelamin
Merokok
Total
Tidak
P
Merokok
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
58
46,7
11
9,0
69
55,7
Perempuan
0
0
55
44,3
55
44,3
Total
58
46,7
66
53,3
124
100
0,00
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin responden dengan perilaku merokok yang merokok diperoleh bahwa seluruh responden yang merokok adalah laki-laki 36 (100%). Sementara untuk responden yang tidak merokok jumlah responden perempuan lebih besar yaitu 55 (44,3%) dibandingkan laki-laki 11 (9,0%). Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan perilaku merokok.
11
Hubungan Antar Tingkat Pendidikan dan Perilaku Merokok pada Responden Tabel 8. Hubungan antar tingkat pendidikan dan perilaku merokok pada Responden
Tingkat
Perilaku Merokok
Pendidikan Merokok
Pendidikan
Total
Tidak
P
Merokok
N
%
N
%
N
%
30
24,1
36
29,03
66
53,13
28
22,6
30
24,27
58
46,87
58
46,7
66
53,3
124
100
rendah Pendidikan
0,857
menengah Total
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku merokok yang merokok diperoleh bahwa proporsi responden yang berpendidikan rendah lebih tinggi sebanyak 30 (24,1%) dibandingkan dengan responden dengan pendidikan menengah sebesar 28 (22,6%) Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,857 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan dengan perilaku merokok.
12
Hubungan Antar Pekerjaan dan Perilaku Merokok pada Responden Tabel 9. Hubungan antar pekerjaan dan perilaku merokok pada Responden Perilaku Merokok Pekerjaan
Merokok
Total
Tidak
P
Merokok
N
%
N
%
N
%
Bekerja
51
41,1
26
21,1
77
62,2
Tidak
7
5,6
40
32,2
47
37,8
58
46,7
66
53,3
124
100
bekerja Total
0,00
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan responden dengan perilaku merokok yang merokok diperoleh bahwa proporsi responden yang bekerja lebih besar yaitu 51 (41,1%) dibanding dengan proporsi warga yang tidak bekerja 7 (19,4%). Sedangkan responden yang tidak merokok proporsi responden yang bekerja lebih kecil 26 (21,1%) dibandingkan responden yang tidak bekerja 40 (32,2%). Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pekerjaan dengan perilaku merokok.
13
Hubungan Antar Pendapatan dan Perilaku Merokok pada Keluarga Binaan Tabel 10. Hubungan antar pemdapatan dan perilaku merokok pada Responden Pendapatan
Perilaku Merokok
Total
Merokok
Tidak merokok
N
%
N
%
N
%
< Rp. 3.555.834
52
41,9
28
22,5
117
64,4
>Rp. 3.555.834
6
4,8
1
30,8
7
35,6
Total
58
46,7
66
53,3
124
100
P
0,05
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendapatan responden dengan perilaku merokok yang merokok diperoleh bahwa proporsi responden dengan pendapatan kurang dari Rp. 3.555.834 dengan jumlah lebih besar sebanyak 52 (41,9%), dibandingkan dengan pendapatan yang diatas Rp. 3.555.834 sebesar 6 (4,8%). Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pendapatan dengan perilaku merokok.
Analisa Multivariat
Analisa Multivariat Terhadap Perilaku Merokok pada Responden Tabel 11. Analisa Multivariat Terhadap Perilaku Merokok pada Responden Variabel Independent
Sig.
Exp (B)
Jenis Kelamin
0,99
0,00
Pekerjaan
0,001
11.250
Pendapatan
0,997
9256814,431
Dari tabel diatas didapatkan faktor pekerjaan nilai Sig 0,001 (Sig < 0,05) dengan Exp (B) 11,25, maka hal tersebut menunjukkan faktor pekerjaan masih
14
berhubungan dengan perilaku merokok dengan nilai yang berpengaruh cukup besar yaitu 11,25.
PEMBAHASAN Di indonesia, persentase perokok laki-laki sebesar 47,5% dan perempuan sebesar 1,1%. Berdasarkan data yang diperoleh Riskesdas, menunjukkan bahwa persentase perokok untuk semua kelompok umur mengalami kenaikan khususnya pada usia remaja Pada hasil penelitian ini, dilihat dari tabel 2 menunjukan bahwa responden yang merokok sebesar 58 (46,8%) lebih kecil dibandingkan responden yang tidak merokok 66 (53,2%). Sedangkan berdasarkan tabel 3 berdasarkan lamanya merokok terbanyak yaitu lebih dari enam tahun yaitu sebanyak 45 (36,3%). Untuk jumlah rokok yang dikonsumsi per hari terbesar adalah lebih dari 10 batang per hari sebesar 26 (21%). Saat dilakukan wawancara dan survey dengan kuesioner, dari 58 responden yang berperilaku merokok, seluruhnya memiliki keinginan untuk berhenti dari kebiasaan merokok namun mereka masih sulit untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Hubungan Antar Umur dan Perilaku Merokok pada Responden, berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,389 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widianti (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok.10 Berbeda dengan penelitian Pujiati (2003) yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok. Perilaku merokok biasanya dialakukan mulai dari usia remaja dengan tujuan agar tampak terlihat lebih dewasa. 10 Hubungan Antar Jenis Kelamin dan Perilaku Merokok pada Responden, berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin
15
dengan perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widianti (2014) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena umumnya laki-laki memiliki perilaku merokok karena adanya keinginan untuk terlihat lebih gagah.10,11 Hubungan Antara Tingakat Pendidikan dan Perilaku Merokok pada Responden berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,734 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Widianti (2014) yang juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden sebenarnya sudah mengetahui bahaya merokok, tapi mereka tetap menja;ankan perilaku itu karena merupak suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan.10,11 Hubungan Antara Pekerjaan dan Perilaku Merokok pada Responden berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pekerjaan dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan hasil pernelitian Mashito (2018) yang menyatakan bahwa umunya apabila suatu pekerjaan semakin banyak dan berat maka keinginan untuk merokok semakin besar. 10,11 Hubungan Antara pendapatan dan perilaku merokok pada responden, berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pendapatan dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Lindawati (2012) yang menyatakan penghasilan keluarga yang rendah meningkatkan lima kali lebih tinggi ketergantungan terhadap tembakau dibandingkan dengan keluarga yang sejahtera.12 Analisis multivariat digunakan untuk menarik kesimpulan akhir suatu penelitian. Pada penelitian ini digunakan analisis regresi logistik berganda karena pada analisa bivariat di dapatkan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku merokok,
16
yaitu Jenis kelamin, Pekerjaan, dan Penghasilan. Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik berganda yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi memiliki P<0,05 pada analisis bivariat. Melalui analisis multivariat regresi logistik berganda dapat dihitung OR, yang dapat memperkirakan besarnya faktor tersebut mempengaruhi perilaku merokok. Cara yang digunakan pada analisis regresi logistic berganda adalah metode stepwise yaitu memasukkan prediktor secara bertahap berdasarkan nilai F yang signifikan (Sig F < 0,05). 12 Berdasarkan analisa multivariate didapatkan hasil faktor pekerjaan dengan nilai Sig 0,001 (Sig < 0,05) dengan Exp (B) 11,25, maka hal tersebut menunjukkan faktor pekerjaan masih berhubungan dengan perilaku merokok dengan nilai yang berpengaruh cukup besar yaitu 11,25. Selain karena alasan semakin banyak dan beratnya pekerjaan maka keinginan untuk merokok semakin besar, berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan responden didapatkan alasan yang kuat untuk berperilaku merokok karena rata-rata responden memiliki kebiasaan merokok saat lelah akibat bekerja.
SIMPULAN DAN SARAN 1.Simpulan Responden yang merokok sebesar 58 (46,8%). Persentase lamanya merokok yang terbesar adalah lebih dari enam tahun yaitu sebanyak 45 (36,3%). Sementara jumlah rokok yang dikonsumsi per hari terbesar adalah lebih dari 10 batang per hari sebesar 26 (21%). Serta
seluruh responden yang berperilaku merokok,
seluruhnya memiliki keinginan untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Berdasarkan analisa bivariat, tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku merokok. Namun, ada hubungan yang bernakna antara jenis kelamin, pekerjaan, dan pendapatan dengan perilaku merokok.
17
2. Saran 1) Untuk warga Desa Koper
Bekerja sama dengan kader-kader kesehatan setempat untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok 2) Untuk peneliti selanjutnya
a. Memperluas jumlah responden untuk penelitian b.Memperbanyak variable factor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Erlina Wijayanti, MPH, selaku dosen pembimbing kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI, yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini. 2. Drg. Truly Kartikawati selaku kepala Puskesmas Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten. 3. Keluarga binaan Desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
18
DAFTAR PUSTAKA 1. Alamsyah,A., dan Nopianto. 2017. Determinan Perilaku Merokok Pada Remaja. Journal Endurance. Vol. 2(1), Hal: 26. Diakses pada http://dx.doi.org/10.22216/jen.v2i1.1372 [14 September 2018]. 2. Lamin RAC, Othman N, dan Othman CN. 2014. Effect of Smoking Behavior on Nicotine Dependence Level among Adolescent. Procedia Social and Behavioral Sciences 153, Pg: 189. Diakses pada http://doi:10.1016/j.sbspro.2014.10.053 [14 September 2018]. 3. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia. 2014. Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia report. Diakses pada http://www.searo.who.int/tobacco/documents/ino_gyts_report_2014.pdf [14 September 2018]. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013 [ 14 September 2018] 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dbasar (Riskesdas) Provinsi Banten. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013 [ 15 September 2018] 6. Fikriyah S dan Febrijanto Y. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-laki Di Asrama Putra. Jurnal STIKES. Vol. 5, No. 1, Hal: 101. Diakses pada http://puslit2.petra.ac.id [14 September 2018]. 7. Kholid A. 2014. Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media dan aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 8. Rizaldy AB, Afriwardi, dan Sabri YS. 2016. Hubungan Perilaku Merokok dengan Ketahanan Kardiorespirasi (Ketahanan Jantung-Paru) Siswa SMKN I Padang. Jurnal Keseahatan Andalas. Vol. 5(2), Hal: 327. Diakses pada http://jurnal.fk.unand.ac.id [14 September 2018]. 9. Akidah Islam. 2017, Inilah hukum merokok yang sebenarnya dalam islam. Diakses pada http://www.akidahislam.com/2017/04/inilah-hukummerokok-yang-sebenarnya. [14 September 2018].
19
10. Widianti,E. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Negeri “X” di Kota Bogor Tahun 2014. Diakses pada http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-06/S56284 Eneng%20Vini%20Widianti [03 Oktober 2018] 11. Syahputri,Puput. 2015. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Perilaku Merokok Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Diakses pada http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2950/111021134.p df?sequence=1 [03 Oktober 2018] 12. Hasna,F.N, Cahyo,K., dan Widagdo, L. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Rokok Elektrik Pada Perokok Pemula di SMA Kota Bekasi. Vol. 5 (3). Diakses pada http://ejournal3.undip.ac.id [04 Oktober 2018]
20