SKRIPSI
HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2016
Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
Oleh DEBORA GONTIANA MARPAUNG BP. 1511316058
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2017
SKRIPSI HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2016
Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
DEBORA GONTIANA MARPAUNG BP. 1511316058
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2017
HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAHPUASA PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2016
Penelitian Keperawatan Medical Bedah
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
oleh : DEBORA GONTIANA MARPAUNG BP. 1511316058
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Nikmat dan RahmatNya yang selalu dicurahkan kepada peneliti telah dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul : “Hubungan Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2016” Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Emil Huriani, S.Kp. MN selaku pembimbing satu dan Bapak Agus Sri Banowo S.Kp.MPH selaku pembimbing dua yang telah memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan selama peneliti menyusun skripsiini. Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M. Kes, Ficp selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. 2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Koordinator Prodi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. 3. Pimpinan Puskesmas Andalas Padang beserta Staf Jajaran. 4. Seluruh Bapak Ibu dosen staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. 5. Seluruh Bapak Ibu bagian akademik Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah membantu dalam urusan administrasi dan urusan Akademik lainya. 6. Ibu pengelola perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. 7. Ibu, suami, anak dan saudara terima kasih atas doa yang tulus sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan program B 2015 S1 Keperawatan Universitas Andalas.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, peneliti perlu mendapatkan masukan, bimbingan, kritikan serta saran demi sempurnanya skripsiini.Akhir kata, peneliti ucapkan terima kasih untuk semua bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Peneliti hanya bisa mendoakan agar semua bantuan itu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.
Padang, Januari 2017
Peneliti
DAFTAR ISI Halaman Sampul Dalam …………………………………………………
I
Halaman Persyaratan Gelar ...……………………………………….… ii Lembar Persetujuan Pembimbing ...……………………………………
iii
Penetapan Panitia Penguji …………………….………………………… iv Kata Pengantar……………………………………………………………
v
Daftar Isi ……………………………………………………….…………. vii Daftar Lampiran ……………………………………………………….… ix Daftar Tabel .....………………………………………………….………..
x
Daftar Bagan ………………………………………………………..…….
xi
Abstrak………………………………………………….…………………
xii
Abstract ……………………………………………………………………….……
xiii
BAB I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
6
1. Tujuan Penelitian...............................................................
6
2. TujuanUmum ………………………………………………
6
3. Tujuan Khusus………………………………………………
7
A. Manfaat Penelitian …………………………………………...…
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus .…………………………………………….…
9
1. Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2 …………………...……
9
2. Eaktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 ………….…………
10
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2 ….……………
12
4. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2………………………
14
5. Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 ………………….………
16
6. Komplikasi Diabetes Melitu Tipe 2 ….………………..……
17
B. Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus .……………… 19 1. Edukasi ………………………………………………...…… 22
2. Perencanaan Diet ...………………………………………… 25 3. Aktivitas Fisik /Olahraga ………………………………..…
30
4. Pengobatan ………………………………………….………
33
C. Kadar Gula Darah ………………………………………………
35
1. Pengertian Kadar Gula Darah ….………………………..…
35
2. Jenis Pemeriksaan Gula Darah ……………..……………… 36 3. Glukosa Darah Pada Diabetes Melitus ………………..…… 37
BAB III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Teori …………………………………………………
39
B. Kerangka Konsep ………………………………………….……
42
C. Hipotesis ……………………………………………………...… 42 42 BAB IV. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ……………………………..………
44
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................
44
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 46 46 D. Variabel dan Defenisi Operasional ...................................................... 47 47 E. Instrumen Penelitian............................................................................. 49 49 F. Etika Penelitian .................................................................................... 51 51 G. MetodePengumpulan Data..........................................................
52
H. Tehnik Pengolahan Data …………….…………………….......... 54 I. Analisa Data .................................................................................
55
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Responden …………………………………
57
B. Karakteristik Responden ………………………………...……… 57 C. Analisa Univariat …………………………………………..…… 59 D. Analisa Bivariat …………………………………………………
61
BAB VI. PEMBAHASAN A. Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 ………………………
65 66
B. Hubungan Edukasi Dengan Kadar Gula Darah Puasa ………..…… 69 C. Hubungan Perencanaan Diet Dengan Kadar Gula Darah Puasa …..
72
D. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa……… 75 E. Hubungan Pengobatan Dengan Kadar Gula Darah Puasa……….…
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………... 78 B. Saran …………………………………………………………….… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
79 81
LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................
85
Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian ....................................................
86
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian .............................................................
87
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal ...................................................
89
Lampiran 6.Surat Permohonan Menjadi Responden....................................
90
Lampiran 7. Inform Consent …………………………………………………….. 92 Lampiran 8. Instrumen Penelitian …………………………………………
93
Lampiran 9. Master Tabel ……………………………………………..…
94
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik …………………………………………...
100
Lampiran 11. Curiculum Vitae...................................................................... 101 112
DAFTAR TABEL Tabel 1 .Pembagian Makanan Sehari Pasien DM dan Nilai Gizi ...……
29
Tabel 2. Kriteria Pengendalian DM ...……………………………………
38
Tabel 3. Defenisi Operasional Penelitian …………………………………
47
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karaktaristik Umur,Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Lama Menderita DM, Mendapatkan Terapi Medis………………………………..
58
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Puasa ………………….
59
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Edukasi Tentang Pengendalian DM……….
59
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengaturan Diet Pengendalian DM………... 60 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Pengendalian DM ………..
60
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pengobatan Pengendalian DM ……………
61
Tabel 10.Hubungan Penatalaksanaan Edukasi Dengan Kadar Gula Darah.
61
Tabel 11.Hubungan Penatalaksanaan Pengaturan Diet Dengan Kadar Gula Darah Puasa…………………………….............................
62
Tabel.12.Hubungan Penatalaksanaan Aktifitas Fisik/Olahraga Dengan Kadar Gula Darah Puasa ………………………………………..
63
Tabel.13.Hubungan Penatalaksanaan Pengobatan Dengan Kadar Gula Darah…………………………………………………………….
64
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Teoritis .....................................................................
41
Bagan 3.2 Kerangka Konsep ......................................................................
42
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS JANUARI, 2017
Nama No. BP
: Debora Gontiana Marpaung : 1511316058
Hubungan Penatalaksanaan Pengendalian DM dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskemas Andalas Padang Tahun 2016 ABSTRAK
Prevalensi DM di dunia dan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pelaksanaan pengendalian DM melalui 4 pilar pengendalian : edukasi, perencanaan diet, aktifitas fisik dan pengobatan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik untuk mencegah komplikasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penatalaksanaan pengendalian DM dengan kadar gula darah puasa pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang yang dilakukan pada bulan April 2016 sampai Januari 2017.Penelitian ini adalah penelitian deskriptik analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Teknik pengambilan sampel yaituconsecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden.Teknik analisa data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan edukasi, pengaturan diet, aktifitas fisik, dan pengobatan dengan kadar gula darah puasa p (0,000). Diharapkan pada semua pihak untuk mengoptimalkan penatalaksanaan 4 pilar pengendalian DM pada penyandang diabetes untuk mencegah komplikasi. Kata Kunci: DM Tipe 2, , Kadar Gula Darah Puasa, Pelaksanaan Pengendalian DM Daftar Pustaka : 46 (1997-2016)
Undergraduate Nursing Program Faculty Of Nursing Andalas University January, 2017 Name : Debora Gontiana Marpaung Registration Number: 1511316058 DM Management Relationship with Blood Sugar Control Fasting Blood Type 2 DM patients in the Work Area Puskemas Andalas Padang 2016 ABSTRACT
The prevalence of diabetes in the world and in Indonesia increased from year to year. DM control measures through the four pillars of control: education, planning diet, physical activity and treatment is needed to prevent complications. The purpose of this study was to determine the relationship of the management control of DM with fasting blood sugar levels in Type 2 diabetic patients Puskesmas Andalas Padang which was conducted in April 2016 in to Januari 2017. This research is descriptive analytic research using cross sectional approach and use the questionnaire as a research instrument. The sampling technique used consecutive sampling with total sample 96 responden. The analysis of data using chi-square test with a significance level of 0.05. The results of this study indicate that the relationship education, diet, physical activity, and treatment with fasting blood sugar levels p (0.000). Expected on all parties to optimize the management of four pillar of controlling diabetes in people with diabetes to preven complications. .
Keywords
: Type 2 DM, DM Control Implementation, Fasting Blood Sugar Level Bibliography : 46 (1997-2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). Menurut American Diabetes Association/ADA (2010 dikutip dari Perkeni, 2011) DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Seseorang didiagnosa menyandang diabetes melitus jika kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar gula darah puasa >126 mg/dl. Anani (2012) Diabetes melitus perlu diamati karena merupakan penyakit kronis progressif, jumlah penyandang DM semakin meningkat dan banyak menimbulkan dampak negatife baik dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun
psikososial.
International
diabetes
federation/IDF
(2014)
memprediksi, 382 juta jiwa yang hidup dengan DM di dunia pada tahun 2013, dan pada tahun 2035 meningkat menjadi 592 juta. Sementara itu menurut Wold Health Organization (WHO, 2014) bahwa pada tahun 2000 terdapat 1 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 2% dan pada tahun 2012 dilaporkan 1,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes mellitus dengan prevalensi sekitar 2,7%. Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 70% kematian terjadi di negaranegara berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia diprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 8,5 juta pada tahun 2013 menjadi 14,1 juta jiwa pada tahun 2035, dan Indonesia merupakan urutan ke-7 penyandang DM terbanyak di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, Meksico (IDF, 2014). Berdasarkan data, prevalensi penyakit DM di Indonesia sebesar 1,1% (Riskesdas, 2007) dan mengalami peningkatan 2,1% (Riskesdas, 2013). Prevalensi diabetes melitus berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk umur >15 tahun yang tinggal diperkotaan adalah 2,5%, dari data tersebut prevalensi DM di Provinsi Sumatera Barat yaitu 1,8 %. Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka
panjang,
yang
menjadi
pemicu
beberapa
komplikasi
baik
makrovaskular maupun mikrovaskular seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Data yang diperoleh dari penelitian Soewondo, dkk
(2010) terdapat 47,2% pasien
memiliki kadar gula darah >130 mg/dl dan mayoritas pasien menderita DM tipe 2 sebesar 97,5% yang memiliki kontrol diabetes yang buruk 67,9%. Berdasarkan penelitian United Kingdom ProspectiveStudy (UKPDS) dalam Itania (2011) diketahui bahwa dengan melaksanakan pengendalian DM yang baik sesuai jadwal yang diberikan petugas kesehatan untuk menjaga kadar gula darah tetap terkontrol sehingga dapat mengurangi komplikasi. Walaupun diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat.
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Patofisiologi diabetes melitus akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena penyakit diabetes melitus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit terdeteksi (Gibney, dkk., 2008). Melihat kenaikan penyandang DM secara global yang terutama disebabkan karena perubahan gaya hidup yang kurang sehat, maka dapat disimpulkan dalan kurun waktu satu atau dua dekade yang akan datang kejadian DM di Indonesia akan meningkat drastis. Tindakan pengendalian DM untuk mencegah komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkata gula darah sedekat mungkin dengan normal. Pengendalian gula darah ini sangat sulit untuk dipertahankan, kejadian ini disebabkan karena tidak disiplinnya penderita dalam penatalaksanaan DM (Waspadji, 2009) Hal yang perlu dilakukan agar penyandang diabetes melitus dapat hidup sehat sehingga tidak terjadi peningkatan gula darah dan komplikasi, yang disebut dengan 4 pilar penatalaksanaan DM . Meliputi edukasi, perencanaan diet, aktifitas fisik atau olahraga, dan intervensi farmakologis (PERKENI, 2011). Sesuai dengan tujuan penatalaksanaan DM yang disebutkan dalam Perkeni (2011) yaitu untuk menciptakan prilaku sehat dalam
penanganan DM sesuai sesuai dengan penatalaksanaan yang dianjurkan. Perilaku sehat adalah suatu respon organisme terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Edukasi merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan DM yang sempurna. Pengetahuan yang minim tentang DM akan lebih mempercepat timbulnya komplikasi. Perencanaan pola makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DM. Perencanaan makan bertujuan membantu penderita DM memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa, lemak dan tekanan darah. Latihan jasmani bertujuan dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes mellitus merupakan tindakan yang terakhir jika pengaturan diet dan gerak jasmani tidak berhasil (Waspadji, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Anani (2012) tentang hubungan antara perilaku pengendalian diabetes melitus dengan kadar glukosa darah pasien rawat jalan DM tipe 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah, kebiasaan makan responden memiliki hubungan dengan kadar glukosa darah, hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yoga, dkk (2011)
yang memperlihatkan bahwa
pengaturan makan mempunyai hubungan yang signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Sama halnya dengan perilaku keteraturan minum obat anti diabetes berhubungan dengan kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini
keteraturan minum konsumsi responden dilihat dari kesesuaian antara anjuran konsumsi obat dari dokter dengan realita yang dilakukan responden. Hasil penelitian Rundengan (2012) dalam judul fackor-faktor yang berhubungan dengan
pengendalian gula darah pada penderita DM tipe 2,
yang mengatakan dimana pengendalian pada pendrita dibetes melitus adalah salah satu faktor yang menentukan normal tidaknya kadar gula darah satu responden. Penelitian Nurlaili, dkk (2013) mengenai hubungan 4 pilar pengendalian diabetes melitus tipe 2 dengan rerata gula darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan penyerapan edukasi, pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan dengan rerata kadar gula darah. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Kota Padang prevalensi pasien diabetes melitus di puskesmas yang berada di wilayah Kota Padang didapatkan jumlah kunjungan terbanyak berada di Puskesmas Andalas berjumlah 1860 orang (DKK, 2015). Berdasarkan data dari Puskesmas Andalas Padang, pada tahun 2015 pasien diabetes melitus sebanyak 298 orang, pada tahun 2016 dari bulan Januari- Juni pasien diabetes melitus tipe 2 sebanyak 128 orang (Data Base Puskesmas Andalas Padang 2016). Hasil wawancara peneliti dengan perawat pemengang program diabetes di Puskesmas Andalas, bahwa program pengendalian diabetes melitus sudah diselengarakan seperti olahraga diadakan sekali seminggu, selesai olahraga ada kegiatan penyuluhan tetapi kegiatan ini jarang diikuti oleh pasien diabetes, sehingga pasien tidak mendapatkan program pengendalian DM. Pada umumnya pasien kontrol bila ada keluhan dan obat habis, hasil laboratorium
pada bulan Agustus 2016 dari 105 pasien yang periksa GDP tercatat 73 orang hasil GDP >126 mg/dl. Dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan 12 orang pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Andalas tanggal 28 September 2016, pasien DM mengatakan mengetahui tentang pelaksanaan pilar managemen DM , tetapi tidak memiliki tindakan yang baik, dimana 6 orang pasien DM mengatakan
datang ke puskesmas bila ada keluhan, tidak
memakan obat sesuai anjuran dari petugas kesehatan dan tidak mematuhi diet DM, 4 orang mengatakan tidak mengikuti penyuluhan tentang penyakit dan perawatan diabetes melitus, dan mengatakan melakukan olahraga seperti senam hanya dapat dilakukan sebentar saja bahkan tidak dapat melakukan karena tidak kuat dan karena kesibukan rumah tangga. Berdasarkan data dan latar belakangdiatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian Hubungan Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Darah Puasa pasien DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan penatalaksanaan pengendalian diabetes mellitus dengan kadar gula darahpuasa pasien DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penatalaksanaan pengendalian
diabetes melitus
dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. b. Mengetahui distribusi frekuensi edukasi pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. c. Mengetahui distribusi frekuensi pengaturan makan pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. d. Mengetahui distribusi frekuensi olahraga pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. e. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. f. Mengetahui hubungan edukasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gular darah puasadi wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. g. Mengetahui hubungan pengaturan makan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gular darah puasadi wilah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016.
h. Mengetahui hubungan olahraga pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar gular darahpuasa di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. i. Mengetahui hubungan pengobatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar gular darahpuasa di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Bagi peneliti penulisan penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori yang telah didapatkan dikampus kedalam praktek penelitian sebenarnya dilapangan dan sekaligus menambah pengetahuan penulis tentang penelitian kesehatan. 2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dalam menangani pasien diabetes melitus untuk melaksanakan pengendalian DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang, serta menambah pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dan mengajak pasien untuk memiliki sikap positif dalam menghadapi penyakit diabetes melitus. 3. Bagi Intitusi Pendidikan Diharapka penelitian ini dapat menambah informasi dan dapat dijadikan referensi kepustakaan untuk menambah pengetahuan tentang hubungan penatalaksanaan penendalian DM Tipe 2 dengan kadar gula darah puasa dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2005). Menurut American Diabetes Association (2010 dikutip dari Perkeni,2011) bahwa seseorang didiagnosa menderita diabetes melitus jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dl Secara garis besar diabetes melitus dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe lain dengan jumlah jenis diabetes terbanyak adalah DM tipe 2 dengan 90-95% (ADA, 2013). DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi dari resistennya insulin dan tidak adekuatnya respon kompensasi dari sekresi insulin (ADA 2013). DM tipe 2 atau disebut juga diabetes melitus tanpa ketergantungan insulin (NIDDM) yang terjadi karena resistennya insulin ditingkat sel. Diabetes melitus tipe 2 mempunyai onset pada usia pertengahan (40-an tahun), atau lebih tua dan kebanyakan pengidapnya memiliki berat badan lebih (Arisman, 2013). Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan penigkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin atau kerja insulin tidak adekuat yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi. 2. Faktor Resiko Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan gula darah dan DM : a. Usia Golberg dan Coon (2006) mengatakan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia, maka prevalensi DM dan gangguan toleransi gula darah semakin tinggi. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin. (Hadibroto et al, 2010) b. Jenis Kelamin Meskipun belum diketahui secara pasti jenis kelamin terhadap diabetes melitus
dan peningkatan kadar gula darah, namun jenis kelamin
Berkurangnya jumlah reseptor pada membran sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik (Price & Wilson, 2005) c. Keturunan (Genetik) Diabetes melitus dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga menderita DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko terkena DM juga
tergantung pada faktor kelebihan berat badan, kurang gerak dan stress. (Hadibroto et al, 2010) d. Kegemukan (Obesitas) 1) Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manismanis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotinin ini memiliki efek penenang sementara untuk menurunkan stres, tetapi gula dan lemak dapat berakibat fatal dan beresiko terjadinya DM. 2) Makan berlebihan Obesitas bukanlah karena makanan yang manis dan kaya lemak saja, tetapi juga disebabkan karena konsumsi yang terlalu banyak yang disimpan dalam tubuh dan sangat berlebian 3) Hidup santai dan kurang aktifitas (Hadiboroto et al, 2010) e. Lama Menderita DM Diabetes malitus merupakan penyakit kronis dan menahun. Oleh karena itu penendalian terhadap kenaikan gula darah perlu sekali diperhatikan. Dampak dari tidk terkontrolnya gula darah adalah kompikasi. Komplikasi kronik DM adalah sebagai akibat kelainan metanolik yang ditemui pada pasien DM (Waspadji, 2009). Semakin lama pasien penderita DM dengan kondisi hiperglikemi, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi kronik.
f. Penyakit penyerta Penderita DM mempunyai resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak dua kali lebih besar, lima kali mudah terkena ulkus atau gangren, tujuh kali lebih mudah terkena gagal ginjal terminal, 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina dari pada penderita non diabetes melitus (waspadji, 2009). Bila sudah terjadi penyulit, usaha untuk penyembuhan melalui pengontrolan kadar gula darah dan pengobatan penyakit tersebut kea rah normal sangat sulit. Kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan menetap (Waspadji, 2009). g. Kelompok etnik Amerika memiliki kelompok golongan Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes Tipe 2 dibanding dengan golongan afro-amerika (Smeltzer & Bare, 2002). 3.Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe 2 Menurut Waspadji dalam Soegondo (2009) keluhan yang sering terjadi pada klien DM adalah: a. Poliuria (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis. Sifat glukosa adalah menghambat reabsorbsi air oleh tubulus ginjal mengakibatkan air banyak keluar bersmaa glukosa dalam bentuk
air kemih. Buang air kecil yang banyak dan sering ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit. b. Polidipsi (banyak minum) Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraseluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus dan untuk mengatasinya pasien akan banyak minum. c. Polifagia (banyak makan) Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat tidak dapat masuk ke dalam sel menyebabkan terjadi kelaparan (starvasi) sel sehingga pasien akan cepat merasa lapar. Upaya yang dilakukan oleh pasien untuk mengatasi lapar dan memenuhi kebutuhan sel adalah dengan cara pasien banyak makan. d. Penurunan BB, lemas, lekas lelah, dan kurang tenaga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 mengalami penurunan BB yang relatif singkat disertai keluhan lemas. Hal ini disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel mengalami kekurangan bahan
bakar
untuk
menghasilkan
energi
yang
terjadi
untuk
mempertahankan kelangsungan hidupya maka sumber energi akan diambil dari cadangan lain yaitu lemak dan protein (glukoneogenesis) sehingga pasien mengalami kehilangan cadangan lemak dan protein yang menyebabkan terjadinya penurunan BB. Akibat produksi energi yang berkurang dapat menyebabkan pasien mengalami keluhan lekas lelah dan kurang bertenaga.
e. Gangguan penglihatan/visus menurun
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitolfruktosa) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol pada lensa mata akan menyebabkan pembentukan katarak sehingga menimbulkkan gangguan penglihatan/visus menurun. f. Gatal, bisul, dan luka sulit sembuh Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi di daerah kemaluan atau lipatan kulit seperti ketiak atau payudara. Keluhan lain sering dirasakan oleh pasien yaitu adanya bisul dan luka yang sulit sembuh. Penyembuhan luka pada pasien DM berlangsung lambat merupakan akibat dari hiperglikemia yag menyebabkan lambatnya aliran darah ke area luka sehingga oksigen, nutrisi, dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan luka menjadi tidak adekuat. 4. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabtes Melitus Tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2002). Pada penderita Diabtes Melitus Tipe 2, pada tahap awal umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang tinggi. Awal patofisiologis pada DM Tipe 2 bukan
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, melainkan karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini biasanya disebut sebagai “Resistensi Insulin” (Depkes RI, 2005). Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM Tipe 2. Disamping resistensi insulin, pada penderita Diabetes melitus Tipe 2 juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara autoimun sebagaimana yang terjadi pada penderita DM Tipe 1. Dengan demikian, defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh karena itu dalam penanganan pada umumnya tidak memerlukan terapi pemberian insulin (Depkes RI, 2005). Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresikan insulin dalam dua fase. Fase pertama adalah sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya. Pada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Depkes RI, 2005). 5. Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 Diagnosis DM dapat ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya serta hasil pemerikasaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau saat pemeriksaan kadar gula darah puasa adalah ≥126 mg/dl. Bila ditemukan tanpa gejala khas, maka satu kali pemeriksaan gula darah dengan hasil abnormal, tidak dapat menegakkan diagnosa DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan medapat nilai kadar gula darah abnormal pada hari yang berbeda atau dari tes toleransi glukosa oral (TTGO) Dengan nilai kadar glukosa pasca pembebanan ≥200 mg/dl (Sudoyo dkk, 2007). 6. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes
melitus
merupakan
penyakit
kronis
yang
membutuhkan
pengobatan yang terkontrol. Tanpa didukung oleh pengelolaan yang tepat, diabetes dapat menyebabkan beberapa komplikasi (IDF, 2007). Komplikasi yang disebabkan dapat berupa :
a. Komplikasi Akut 1) Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga mencapai ≤60 mg/dl. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergic (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma) (PERKENI, 2011) 2) Diabetes Ketoasidosis Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah insulin yang terbatas dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energy, sehingga tubuh melakukan penyeimbangan dengan metabolism lemak. Hasil dari metabolism ini adalah asam lemak bebas dan senyawa keton. Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang menyebabkan terjadinya asidosis atau ketoasidosis. Gejala klinisnya dapat berupa kesadaran menurun, nafas cepat dan dalam (kussmaul) serta tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, seseorang dikatakan mengalami ketoasidosis diabetic jika hasil pemerksaan laboratoriumnya : a) Hiperglikemia (glukosa darah >250 mg/dl b) Na serum <140 meq/L c) Asidosis metabolic (Ph <7,3; bikarbonat <15 meq/L) d) Ketosis (ketonemia atau ketonuria) 3) Hiperosmolar non ketotik b. Komplikasi Kronis ( Menahun)
1) Makroangiopati : pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak 2) Mikroangiopati : a) Pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik) Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati, penderita diabetetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa. b) Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik) Perubahan struktur dan funsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonephritis, lesi-lesi glomerulus, arteroslerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit. 3) Neuropati : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, dimana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit. 4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan : rentan infeksi, contohnya tuberculosis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan infeksi kaki, dan disfungsi ereksi.
B. Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia hakeketnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup; berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Perilaku dapat dikatakan apa yang dikerjakan secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo,2011. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Hal yang paling penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau promosi kesehatan sebagai penunjang program kesehatan yang lainnya (Notoatmodjo,2010) Menurut skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) berdasarkan teori “S-O-R” ,perilaku manusia dapat dikelompoka menjadi dua yaitu : a. Perilaku Tertutup (corvet behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dimati orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior”atau“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus terssebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orng lain dari luar atau “observable behavior”. Menurut Notoatmodjo (2007) ada beberapa tahapan yang terjadi pada manusia sebelum berperilaku berdasarkan pengetahuan , yaitu : a. Awarness (kesadaran), orang tersebut menyadari dala arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interst, yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus. c. Evaluation,
yaitu
menimbang-nimbang
baik
dan
tidajnya
stimulustersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Tria, yaitu orang sudah mulai mencoba perilaku baru. e. Adption, yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003),
perilaku
diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu: a. Faktor Predisposisi (predisposing factrs) Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya. b. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mncakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, empa pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga. c. Faktor penguat (teinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas keehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yng rekait dengan kesehatan. Penatalaksanaan pengendalian Diabetes Mellitus menurut Perkeni
(2011),
tujuan utamanya adalah untuk menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi. Dalam mengelola Diabetes
Mellitus
jangka
pendek
tujuannya
adalah
menghilangkan
keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk jangka panjang tujuannya untuk penyulit baik makroangiopati,microangiopati maupun neuropati, dengan tujuan lain menurunkan morbilitas dan mortalitas Diabetes Mellitus (Waspadji,2009). Menurut Konsensus Perkeni 2011, ada empat pilar pengelolaan DM. 1. Edukasi/Penyuluhan Kesehatan
Diabetes melitus umunya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes melitus mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Penderita DM haruslah rajin mencari informasi atau mengikuti perkembangan mengenai diabetes melitus sehingga dapat memahami
semua tentang diabetes melitus
beserta
cara dalam
pengendaliannya. Pendidikan kesehatan kepada penderita DM merupakan suatu yang sangat penting dalam manajemen DM selain didukung oleh petugas kesehatan, keluarga, dan orang-orang disekitarnya (ADA, 2013) Tujuan utama edukasi (informasi) bagi penderita DM agar dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat melaksanakan pola hidup sehat sehingga bisa meningkatkan kepatuhan penyandang
DM untuk
melaksanakan perencanaan makan/ diet, melakukan aktifitas fisik/ olahraga, minum obat/insulin, dan pengontrolan kadar gula darah secara rutin (Basuki, 2009). Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan edukasi diabetes antara lain (Soegondo, 2009): a. Agar pasien dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan. Kualitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi seseorang, bukan hanya kuantitas, seseorang yang bertahan hidup, tetapi dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga. b. Untuk membantu pasien agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi, selain itu juga jumlah hari sakit dapat ditekan.
c. Agar pasien dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya didalan masyarakat. d. Agar penderita dapat lebih produktif dan bermanfaat. e. Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluaraga ataupun secara nasional. Berbagai metode edukasi perlu dilakukan agar hasil yang didapatkan maksimal. Salah satu bentuk edukasi yang sangat spesifik digunakan dan terbukti efektif dalam memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup pasien DM type 2 adalah Diabetes Self Management Education (DSME). DSME merupakan suatu proses memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai
aplikasi
mengobtimalkan
srategi
kontrol
perawatan metabolik,
diri
secara mandiri
mencegah
komplikasi
untuk dan
memperbaiki kualitas hidup pasien DM. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku,
dibutuhkan
edukasi
yang
komprehensif,
pengembangan keterampilan dan motivasi (Perkeni, 2011). Materi yang perlu disampaikan tentang : a. Pengetahuan tentang patofisiologi DM b. Komplikasi dan pencegahan komplikasi c. Perencanaan diet d. Olahraga e. Intervensi farmakologis f. Perawatan kaki g. Follow up care h. Penanganan hipo dan hiperglikemi
i. Pemeriksaan gula darah mandiri j. Perawatan diri dikala sakit k. Komplikasi Penderita diabetes melitus rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka atau borok yang sukar sembuh. Seringnya mereka mendapatkan luka yang sukar sembuh pada daerah kaki, dimana untuk itu edukasi perawatan kaki yang teratur sangat diperlukan antara lain: a. Jaga kelembapan kulit dengan menggunakan lotion yang tidak menimbulkan alergi. b). Potong kuku secara teratur dan ratakan ujung kuku dengan menggunakan kikir, jangan pernah memotong kuku terlalu dalam. c). Menggunakan alas kaki yang nyaman dan sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki. d). Menggunakan bahan sepatu yang lembut dan sol yang tidak keras. Pakai sepatu tertutup jika hendak bepergian keluar rumah e). Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan anti septik ( Perkeni, 2011) 2. Perencanaan Diet Perencanaan diet DM sangat dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal, dan menangani komplikasi akut serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan (Sukardji, 2009). Penderita diabetes melitus perlu menjaga pola makan rendah gula dan tinggi serat untuk menjaga gula
darah seimbang. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan , budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2007). Menurut Arisman (2013) pola makan yang baik adalah pola makan yang sesuai dengan anjuran ahli gizi, dokter. Menurut Perkeni (2011) penatalaksanaan nutrisi pada penyandang DM disusun untuk mencapai tujuan berikut : a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral). b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai. c) Memenuhi kebutuhan energi. d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara yang aman dan praktis. e) Menurunkan kadar lemak darah. f) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal g) Menghindari dan menangani komplikasi akut. Prinsip penatalaksanaan diet DM ada 3 J yaitu : a. Jumlah Jumlah makanan yang akan dikonsumsi oleh pasien ditentukan oleh aktifitas, BB, TB, usia dan jenis kelamin. Kebutuhan kalori dihitung menggunakan rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal energy ependiture (BEE) (Moore, 2012). Wanita : BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) - (4,7 x U)
Laki-laki : BEE = 66+(13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U) Keterangan: BB = berat badan TB = tinggi badan U = umur Kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Satu energi direkomendasikan sebanyak 30-40% dari energi total untuk setiap kali santap (sarapan, makan siang, makan malam) dan 10% untuk kudapan (Arisman, 2013). b. Jenis Syarat-syarat diet diabetes melitus adalah makanan terdiri dari : 1. Karbohidrat Ada 2 tipe karbohidrat utama yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Pati seperti roti, sereal, nasi dan pasta merupakan karbohidrat kompleks. Buah yang manis dan gula merupakan karbohidrat yang sederhana. Umumnya makanan sumber karbohidrat akan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap glukosa darah karena jenis makanan ini lebih cepat dicerna daripada jenis makanan lainnya dan dengan segera diubah menjadi glukosa. Karbohidrat direncanakan 50-60% dari total kalori. Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya). Karbohidrat sederhana dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur kedalam sayuran atau makanan
lain
daripada
(Brunner&Suddarth, 2002).
dikonsumsi
secara
terpisah
2. Lemak Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25%
tetapi jika pasien dengan
kadar trigliserida >1000 mg/dl dianjurkan untuk diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energy total dari lemak jenuh, tidak lebih dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari. 3. Protein Rencana makan dapat mencakup penggunaan beberapa makanan sumber protein nabati (misalnya, kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) untuk membantu mengurangi jumlah asupan protein dapat diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda penyakit ginjal. Amerika Assositiona (2009), merekomendasikan protein yang dikomsumsi pasien DM sebesar 10-20 %. 4. Serat makanan Penggunaan serat makanan pada DM ada 2 jenis yaitu terlarut dan tak larut. Serat terlarut terdapat dalam makanan seperti kacangkacangan, havermut dan beberapa jenis buah mempunyai peran yang lebih besar dalam menurunkan kadar glukosa darah dan lemak bila dibandingkan dengan serat tak larut. Serat tak larut ditemukan dalam roti gandum dan sereal serta dalam beberapa jenis sayuran. Type serat ini dan berperan penting dalam meningkatkan massa feses dan mencegah konstipasi. Serat tak larut maupun terlarut akan meningkatkan perasaan kenyang sehingga sangat membantu dalam penurunan berat badan. Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat dalam buah dan sayur.
5. Pemanis Penggunaan bahan pemanis merupakan hal yang dapat diterima bagi penderita DM. Penderita DM dianjurkan untuk menggunakan bahan pemanis dengan sejumlah yang tidak berlebihan untuk menghindari berbagai akibat yang dapat merugikan kesehatan. Ada 2 type pemanis yaitu : pemanis nutritif (mengandung kalori) dan pemanis nonutritif (memiliki sedikit kalori). 6. Cukup vitamin dan mineral Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.
c. Jadwal Upaya
mempertahankan
konsistensi
jumlah
kalori
dan
karbohidrat
yangdikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda merupakan hal penting.
Disamping itu, konsistensi interval waktu di jam makan
dengan mengkonsumsi kudapan (jika diperlukan) , akan membantu mencegah reaksi hipoglikemi dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah (Brunner&Suddarth, 2002). Pengaturan jarak waktu makan disepanjang hari akan membuat pankreas dapat melakukan fungsinya dengan lebih teratur (Brunner&Suddarth, 2002). Jadwal makan pasien DM harus diatur sedemikian rupa sehingga gula darah pasien normal atau stabil. Pasien tidak boleh terlambat untuk makan. Jam makan yang tidak teratur bisa menyulitkan pengaturan gula darah.
Jam makan diatur sekitar 5 sampai 6 jam diantara menu berat pagi, siang dan malam. Kudapan diberikan 3 jam setelah menu berat (Tandra, 2013). Pengaturan jam makan bisa juga dihitung berdasarkan berat ringannya aktifitas yang akan dilakukan oleh pasien. Bila pasien beraktifitas pada siang hari maka jam sarapan pagi dengan jam makan siang tidak masalah mengalami sedikit jarak pendek, untuk makan malam mereka makan jam 18.00 atau 19.00. Semua harus disesuaikan dengan keadaan pasien. Sering melanggar jadwal makan akan berakibat gula darah naik turun yang bisa merusak pembuluh darah dan komplikasi tak dapat dihindari (Beck, 2011). Tabel 2.1 Pembagian Makanan Sehari Pasien DM dan Nilai Gizi (Dalam Satuan Penukaran) Energi (kkal) Pagi Nasi Ikan Tempe
1100
1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
1/2 gsl 1 ptg -
1 gls 1 ptg -
1 gls 1ptg 1/2 ptg
1 gls 1 ptg 1/2ptg
11/2gls 1 1/2 gls 1 ptg 1 ptg 1 ptg 1 ptg
11/2 gls 2 gls 1ptg 1 ptg 1ptg 1 ptg
Sayuran A Minyak Pukul 10.00 Buah Susu Siang Nasi Daging Tempe Sayuran A Sayuran B Buah Minyak Pukul 16.00 Buah Malam
S 1 sdm
S 1sdm
S 1sdm
S 1sdm
S 1sdm
S 1 sdm
S 1sdm
S 1 sdm
1 bh -
1 bh -
1 bh -
1 bh -
1 bh -
1 bh -
1 bh 1 gls
1 bh 1 gls
1 gls 1 ptg 1 ptg S 1 sdm 1 bh 1 sdm
1 gls 1 ptg 1 ptg S 1sdm 1 bh 1sdm
2 gls 1 ptg 1 ptg S 1sdm 1 bh 1sdm
2 gls 1 ptg 1 ptg S 1sdm 1 bh 1sdm
2gls 1 ptg 1 ptg S 1sdm 1 bh 1sdm
2 1/2 gls 1 ptg 1 ptg S 1 sdm 1 bh 1sdm
3 gls 1 ptg 1 ptg S 1sdm 1 bh 1sdm
3 gls 1 ptg 1 ptg S 1 sdm 1 bh 1 sdm
1 bh
1 bh
1 bh
1bh
1 bh
1 bh
1 bh
1 bh
Nasi Ikan Tempe Sayuran A Sayuran B Buah Minyak Nilai Gizi Energi (Kkal) Protein(gr)
1 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1 sdm
1 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1 sdm
1 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1sdm
2gls 1pg 1pg S 1gls 1bh 1sdm
2 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1sdm
1100
1300
1500
1700
1900
43
45
51.1
55.5
Lemak (gr) 30
35
36.5
Karbohidra 172 t (gr)
192
235
2 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1sdm
21/2 gls 1 ptg 1 ptg S 1 gls 1 bh 1sdm
21/2gs 1 ptg 2 ptg S 1 gls 1 bh 1 sdm
2100
2300
2500
60
62
73
80
36.5
48
53
59
62
275
299
319
369
396
Sumber : Almatsier (2007) Keterangan :Sekehendak 3.Aktifitas Fisik/ Olahraga Aktifitas fisik atau olahraga sangat penting bagi penderita DM dapat dilakukan selama 3-4 kali seminggu dengan waktu 30-60 menit sehingga efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Aktifitas fisik akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga (Soegondo, 2009). Tujuan dari aktifitasfisik adalah untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki gula darah. Manfaat olahraga bagi diabetes antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadi komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, hiperkoagulasi darah, sehingga mengurangi resiko penyakit jantung coroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetes dengan
meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis.(Gibney, 2008). Jenis olahraga yang baik untuk penderita diabetes adalah olahraga yang memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olahraga yang memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu jalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Hal yang perlu diperhatiakan dalam aktifitas fisik/ olahraga ini adalah sebaiknya bersifat Continous, Rhytmical, Intensity, Progressive, Endurance (CRIPE) (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1996). a. Kontinyu
(continuous)
yaitu
latihan
yang
diberikan
harus
berkesinambungan dengan terus menerus tanpa berhenti, contohnya saja bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging tanpa istirahat. b. Ritmis (rhytmical) yaitu latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contohnya: jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, dan mendayung c. Interval (intensity) yaitu latihan olahraga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali. d. Progresif (progressive) adalah latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara
bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit sesuai dengan pencapaian latihan sebelumnya. e. Latihan ketahanan (endurance) adalah latihan daya tahan tubuh memperbaiki sistem kardiovaskular. Oleh karena itu sebelum ikut program latihan dan olahraga terhadap pengidap harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskular. Olahraga bagi penderita diabetes cukup dilakukan secara rutin dalam 30 menit selama 5-7 hari seminggu. Mulai dengan 10 menit per hari, kemudian tiap minggu ditingkatkan 5 menit sampai akhirnaya mencapai 30 menit. Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 0.6.00 karena selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga membantu penyandang diabetes lebih merasa nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi. Selain itu juga dapat dilakukan pada sore hari ketika sinar matahi tidak begitu terik. Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
berolahraga
diantaranya jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, membawa bekal mengetahui kontra indikasi dan keterbatasan, ingat resiko terjadinya hipoglicemia dan peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap. Pada penyandang DM yang gula darahnya tidak terkontrol dengan kadar gula darah 323 mg/dl olahraga tidak akan menguntungkan ahkan bisa membahayakan, ini terjadi karna adanya
peningkatan
glucagon
plasma
dan
kartisol
sehingga
menyebabkan terbentuknya benda keton. Olahraga sebaiknya dilakukan bila kadar gula darah tidak lebih dari 250 mg/dl (Illyas, 2009).
4. Pengobatan Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu ). Bila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,setelah mendapat pelatihan khusus (Gibney, 2008). f. Obat Hipoglikemik (OHO) Obat untuk memperbaiki jumlah insulin yang kurang adalah yang membantu merangsang pankreas untuk meningkatkan produksi insulin. Obatnya adalah golongan Sulfonilurea dan golongan Glinid. Untuk memperbaiki hambatan terhadap kerja insulin atau resistensi insulin pada sel-sel, obatnya adalah yang mengurangi resistensi insulin tersebut, yaitu golongan Biguanid (metformin) dan Tiazolidindion (disingkat TZD). Makanan, khususnya yang mengandung karbihidrat, biasanya cepat dicerna dan cepat menaikkan kadar gula darah, ada obat yang kerjanya memperlambat pencernaan makanan menjadi glukosa, yaitu golongan Inhibitor Glukosidase dengan nama genetik Acarbose.
Selain punya sel-βyang menghasilkan insulin, pankreas juga memiliki sel-αyang menghasilkan glukagon. Glukagon kerjanya berlawanan dengan insulin, jika dia tidak menurunkan gula darah, tetapi justru meningkatkan. Pada keadaan normal, keduanya berada di dalam keseimbangan. Namun, pada Diabetes Melitus Tipe 2 ini, selain sel-β yang sakit, ternyata sel-α jadi overacting dan menghasilkan glukagon berlebih. Obat yang diberikan untuk merangsang insulin dan menekan glukagon adalah golongan inhibitor DPP-IV. g. Insulin Diberikan pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan kondisi seperti: 1) Apabila bermacam jenis OHO sudah digunakan sampai dosis maksimum, tetapi gula darah tetap tidak terkendali, obat diganti dengan insulin. 2) Insulin biasanya diberikan sebagai obat pertama pada penderita diabetes yang pada waktu datang berobat berat badannya sudah turun drastis dalam waktu yang singkat dengan gula darah yang tinggi. 3) Insulin biasanya diberikan apabila seorang penderita diabetes menderita infeksi hebat atau menjalani operasi besar. 4) Pada komplikasi, seperti gagal ginjal, gagal hati, dan gagal jantung berat, OHO biasanya harus segera dihentikan dan langsung diganti dengan insulin. C. Kadar Gula Darah
1. Pengertian Kadar Gula Darah Kadar gula darah disebut juga kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Glukosa darah merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana diabsorbsi ke dalam cairan darah melalui pencernaan. Kadar glukosa darah akan meningkat setelah makan dan biasanya akan turun pada level yang paling rendah pada pagi hari pada pagi hari sebelum makan. Kadar glukosa dalam darah dimonitor oleh pankreas, bila konsentrai glukosa menurun karena dikomsumsi untuk memenuhi energi tubuh, pankreas melepaskan glucagon, organ yang menargetkan sei-sel dihati. Kemudian sel ini merobah glikogen menjadi glukosa kemudian dilepaskan kedalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat (Price & Wilson, 2005). Glukosa darah dalam tubuh diatur oleh insulin sehingga kadarnya selalu dalam batas normal sekitar 70-140 mg/dl. Pada penyandang DM Type 2 tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar gula darah mnjadi kacau. Bila kadar gula darah tinggi, glukoneogenisis dihati tidak bisa dihambat yang mengakibatkan nilai kadar gula darah
semakin
meningkat (Tandra, 2013). 2. Jenis Pemeriksaan Gula Darah a. Glukosa darah sewaktu Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut (Perkeni, 2011)
b. Glukosa Darah Puasa dan 2 jam setelah makan Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang silakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam setelah pasien makan (Perkeni, 2011). 3. Glukosa darah pada diabetes melitus Didalam darah, kadar gula darah selalu fluktuatif bergantung pada asupan makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada satu jam setelah makan. Satu jam setelah makan, glukosa di dalam darah akan mencapai kadar paling tinggi, normalnya tidak melebihi 200 mg/dl. Kadar 200 mg/dl disebut ambang ginjal dimana ginjal bisa menahan gula pada kadar tersebut. Lebih dari angka tersebut ginjal tidak dapat menahan gula dan kelebihan gula akan keluar bersama urin. Pada diabetes terdapat masalah dengan efek kerja insulin dalam hal pemasukan gula ke dalam sel tidak sempurna sehingga gula darah tetap tinngi (Brunner&Suddarth, 2002). Pada diabetes melitus terjadi hiperglikemia, dimana kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl. Hiperglikemia terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin) dan rendahnya reson tubuh terhadap insulin atau resistensi insulin. Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi seluler akibat keluarnya glukosa dalam urin yang menyebabkan diuresis osmotik oleh ginjal. Akibatnya terjadi gejala-gejala DM, yaitu polyuria,
polydipsia, berat badan menurun dan kecenderungan makan berlebihan (Brunner&Suddarth, 2002). Penderita diabetes untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal harus melakukan pengukuran/pemantauan kadar gula darah secara rutin. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia atau hiperglikemia yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Tabel 2.Kriteria Pengendalian DM (Konsensus PERKENI, 2011) Glukosa darah puasa (mg/dl) Glukosa darah 2 jam (mg/dl) A1C ( %) Kolesterol total (mg/dl) Kolesterol LDL (mg/dl) Kolesterol HDL (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) IMT (kg/m2) Tekanan darah (mmHg)
Baik 80 – 109
Sedang 110– 125
Buruk >126
145 – 179
>180
<6,5 <200
6,5-8 200-239
>8 >240
<100
100-129
>130
150-199 23-25 130-140/80-90
>200 >25 >140/90
110- 144
>45 <150 18,5-22,9 <130/80
BAB III KERANGKA TEORI PENELITIAN
A. Kerangka Teori Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2005). DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi. Di Indonesia, diabetes mellitus tipe 2 dikenal juga dengan istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar darah Puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dl. Kadar gula darah disebut juga kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah akan meningkat setelah makan dan biasanya akan turun pada level yang paling rendah pada pagi hari pada pagi hari sebelum makan. Kadar glukosa dalam darah dimonitor oleh pankreas, bila konsentrai glukosa menurun karena dikomsumsi untuk memenuhi energi tubuh, pankreas melepaskan glucagon, organ yang menargetkan sei-sel dihati. Kemudian sel ini merubah glikogen menjadi glukosa kemudian dilepaskan kedalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat (Price & Wilson, 2005).
Menurut PERKENI (2011), tujuan
utama pengendaliannya adalah untuk
menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi. Dalam mengelola Diabetes Melitus jangka pendek tujuannya adalah menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Penatalaksanaan pengendalian diabetes mellitus didasarkan pada, edukasi/penyuluhan ksehatan tentang diabetes melitus, pelaksanaan perencana diet, latihan fisik/olahraga dan,pengobatan. Edukasi merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan DM yang sempurna, pengetahuan yang minim akan lebih mempercepat komplikasi. Perencanaan makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DM dengan jenis, jumlah dan jadwal makan yang bertujuan dapat mengendalikan kadar gula darah, lemak dan tekanan darah. Latihan jasmani/ olahraga bertujuan dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes mellitus merupakan tindakan yang terakhir jika pengaturan diet dan gerak jasmani tidak berhasil (Waspadji, 2009).
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Penatalaksanaan pengendalian DM : 1. Edukasi /Penyuluhan Kesehatan: a. Proses perjalanan penyakit DM. b. Perencanaan diet pada DM c. Kegiatan jasmani / aktivitas fisik DM d. Intervensi farmakologis atau obat-obatan pada DM e. Pemantauan kendali pada DM f. Perawatan kaki pada DM 2. Pengaturan makan : a. Jumlah kalori b. Jadwal makan c. Jenis makanan 3. Aktivitas fisik : a. Continous b. Rhytmical c. Interval d. Progresive e. Endurance 4. Pengobatan : a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) b. Suntikan insulin
Kadar Gula Darah Puasa: normal/tida k normal
Gambar 3.1 Bagan 3.1. Kerangka Teori Sumber : Prince & Wilson (2005), Perkeni (2011), Waspadji (2009)
B. Kerangka Konsep Berdasarkan
kerangka teori disimpulkan kerangka konseptual penelitian
sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel dependent
Penatalaksanaan pengendalian DM Edukasi/Penyuluhan Kesehatan Pengaturan Makan Kadar Gula Darah Puasa
Aktivitas fisik Pengobatan
Bagan 3.2 Kerangka Konsep
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep dari penelitian, maka hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini sebagai berikut : Ha : Ada hubungan edukasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kadar guladarahpuasa di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. Ha: Ada hubungan pengaturan makan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gula darahpuasa di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016.
Ha : Ada hubungan aktifitas fisik pada pasien diabetes mellitus dengan kadar gular darah puasadi wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. Ha : Ada hubungan kepatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gular darah puasadi wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalahpenelitian yang bersifat deskriptik analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variable penelitian. Desain penelitian adalah cross sectional study, yaitu pengamatan dilakukan sekali sesuai dengan waktu yang ditentukan
dan pengukuran
variabel independen (edukasi, pengaturan makan, olahraga dan pengobatan) dan variabel dependen (kadar gula darah puasa) dapat dilakukan pada waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012).
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek peneliti yang dijelaskan secara spesifik yang menjadi sasaran penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 di wilayah kerjaPuskesmas Andalas Padang pada bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 128 orang. 2. Sampel Sampel adalah merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita DM tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. Besar sampel
dalam penelitian ini dihitung menggunakan Rumus (Lameshow) sebagai berikut : ( z2-α/2). P.(1-p) x N n = (d2) (N-1) + ( z2-α/2). P(1-p) Keterangan : N : jumlah populasi n : besar sampel z2-α/2 :derajat kepercayaan yang diinginkan 0,5% (0,005) harga
normal baku
sesuai dengan luas are dibawah kurva baku sebesar (1-α/2) untuk α= 0,05, nilai z : 1,96 p : proporsi masalah (0,5) 1-p
: proporsi suatukejadian tidak terjadi Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel pada penelitian adalah sebagai berikut : ( z2-α/2). P.(1-p) x N n = (d2) (N-1) + ( z2-α/2). P(1-p) (1,962) x (0,5) (0,5) (128) = (0,052) (128-1) + ( 1,962). (0,5) (0,5) (3,84) x (0,25) (128) = (0,0025) (127) + ( 3,84). (0,25) 122,88 = 0,32 + 0,96 122,88 =
= 96 1,28
Jadi sampel minimal dalam penelitian ini adalah 96 pasien. Untuk mengantisipasi sampel/responden yang mengalami drop out, maka jumlah sampel ditambah = 10% X 96 = 9,6 = 10. Jadi jumlah sampel adalah = 96+10 = 106 orang (Notoatdmojo, 2012). Sampel diambil dengan cara consecutive sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2003). Subjek yang ditemui sesuai dengan kriteria maka di ambil sebagai sampel. a) Kriteria Inklusi : 1) Pasien dengan diagnosa medis diabetes melitus tipe 2 2) Pasien puasa 10 jam 3) Pasien bersedia menjadi responden 4) Bisa berkomunikasi dengan baik. b) Kriteria Ekslusi : 1) Pasien tidak kooperatif 2) Pasien tidak bersedia menjadi responden 3) Pasien tidak puasa 8-10 jam 4) Pasien dengan komplikasi DM tipe 2 5) Menyandang Diabetes Melitus lebih dari 6 bulan
C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerjaPuskesmas Andalas Kota Padang pada bulanApril 2016 –Januari 2017. D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel Independen adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau disebut juga variabel bebas dalam mempengaruhi variabel lain, variabel Independen penelitian ini adalah edukasi, pengaturan makan/ diet, aktivitas fisik/ olah raga dan pengobatan. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena bebas, variabel Dependen penelitian ini adalah kadar gula darah puasa (Hidayat, 2012). Definisi
Operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap sesuatu objek atau fenomena (Hidayat, 2012).
Variabel
Tabel 4: 1 Defenisi Operasional Defenisi Alat Cara ukur Operasional Ukur
Variabel dependent : Kadar gula Jumlah glukosa darah puasa dalam darah setelah puasa 8-10 jam pada malam hari, berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah kapiler pada pagi harinya.
Variabel independent : Penatalak sanaan Pengendalian DM Tipe 2 1. Edukasi
Pemeriksaa n kadar gula darah dengan alat blood Gluco Test Meter
Skala
Hasil Ukur
Lembar hasil laborat orium
Ordin al
-Normal: ≤126 mg/dl -Tidak normal : >126 mg/dl
Suatu bentuk Wawancara Kuesio pendidikan ner kesehatan penyakit DM yang mencakup 6 materi meliputi patofisiologi dasar, perencanaan diet, aktivitas fisik, obat-obatan, perawatan kaki, olahraga dan pemantauan kendali diabetes melitus.
Ordin al
-Baik :Jika mendapatk an 6 materi edukasi -Kurang baik jika : tidak mendapatk an 6 materi edukasi
2.Pengaturan Diet
3.
Program diit Wawancara Kuesio diabetes yang telah ner dilakukan pasien DM yang sesuai dengan jadwal, jumlah dan jenis makanan yang ditentukan
Ordin al
-Baik bila skor ≥12 (median) - Kurang baik bila skor <12 (median)
Aktivitas Suatu kegiatan Wawancara Kuesio fisik/ aktifitas fisik ner olahraga sehari-hari seperti jalan kaki, lari pagi, senam, bersepeda, dll yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kwalitas kesehatan pasien, dilakukan secara rutin minimal 3x seminggu dengan durasi 30 menit tiap olahraga.
Ordin al
-Baik jika olahraga ≥ 3x seminggu dengan durasi 30 menit -Kurang baik jika responden olahraga <3x seminggun dengan durasi <30 menit dan tidak olahraga
Ordin al
-Patuh jika responden menjawab ya. -Tidak patuh jika responden menjawab tidak
4. Pengobatan
Tingkat kepatuhan Wawancara Kuesio pasien dalam ner melaksanakan pengobatan
E. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner sesuai dengan tinjauan pustaka. Kuesioner merupakan alat ukur beberapa pertanyaan, dan alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2012). Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan lembar kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan mengenai tindakan klien dalam penatalaksanaan pengendalian DM dengan kadar gulah darah puasa dan blood glukotest meter sebagai alat untuk mengukur kadar gula darah. 1. Koesioner A. Koesioner ini bertujuan untuk mengetahui gambaran data demografi responden yang terdiri dari inisial responden, umur, jenis kelamin, pendidikan, berat badan, lama menderita DM. 2. Koesioner B. Koesioner ini bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah puasa responden. Untuk mengklasifikasikan kadar gula darah puasa digunakan kriteria : a. Normal jika kadar gula darah puasa ≤126 mg/dl b. Tinggi jika kadar gula darah puasa >126 mg/dl 3. Koesioner C. Koesioner ini bertujuan utuk mengetahui tindakan penatalaksanaan pengendalian diabetes melitus responden : a. Kuesioner Edukasi / Penyuluha Kesehatan.
Kuesioner edukasi ini dimodifikasi dari koesioner Mahyudin. Jumlah total koesioner adalah 6 item dengan jawaban ya dinilai 1dan tidak dinilai 0. b. Kuesioner Perencanaan Diet. Kuesioner perencanaan diet dimodifikasi dari dari kuesioner Mahyudin. Jumlah total kuesioner 17 item dengan alternative jawaban untuk pertanyaan baik jawaban a nilainya 1, dan kurang baik jawaban b nilainya 0.Total skor responden tertinggi 17 dan terendah 0 Untuk mengklasifikasikan perencanaan diet digunakan kriteria : 1) Baik jika responden memperoleh skor ≥12 (median) 2) Kurang baik jika responden memperoleh skor <12 (median) c. Koesioner Aktivitas fisik/ Olahraga Responden dinilai dari 3 pertanyaan, jika responden menjawab ya responden melakukan aktifitas fisik/ olahraga ≥3x seminggu selama ≥30 menit tiap olahraga, dan jika responden menjawab tidak, dan olahraga <3x seminggu dan <30 menit tiap olahraga responden tidak melakukan olahraga. d. Koesioner Pengobatan Responden dinilai dengan 3 pertanyaan, jika responden menjawab ya dinilai 1 dan jika pertanyaan dijawab tidak dinilai 0.
F. Etika Penelitian Berikut ini beberapa etika penelitian yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian (Hidayat, 2012) : a. Informed Consent Informed consentmerupakan lembar persetjuan antara peneliti dan reponden yang berisi tentang persetujuan menjadi resonden. Informed consentdiberikan kepada setiap responden sebelum penelitian yang dilakukan, dimana tujuannya adalah agar subjek penelitian yang akan menjadi responden mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Jika subjek bersedia menjadi responden maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, tetapi jika subjek tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa subjek penelitian menjadi responden. b. Anonimity (tanpa nama) Dalam melakukan penelitian, peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden tetapi hanya mencantumkan kode pada lembar alat ukur. c. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti akan menjamin kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subjek penelitian.
G. Metode Pengumpulan Data 1. Data yang dikumpulkan a) Data Primer Data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari pengumpulan data mengenai variabel penelitian meliputi kadar gula darah, edukasi, pengaturan
makan,
aktivitas
fisik,
intervensi
pengobatan.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kadar gula darah dengan alat blood gluco test meter dan melakukan wawancara. b) Data Sekunder Data sekunder didapat dari daftar jumlah pasien DM Tipe 2 yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Andalas Padang. 2. Cara pengumpulan data Data dikumpulkan setelah mendapatkan surat ijin dari instansi tempat diadakan penelitian. Data yang dikumpulkan peneliti diperoleh dari data laboratorium dan pasien yang menyandang diabetes melitus.Data diperoleh dari pasien yang datang ke Puskesmas,ditanyakan apakah pasien puasa jika ya dilakukan periksa darah, selanjutnya dilakukan wawancara terpimpin tentang penatalaksanaan pengendalian DM, jika pasien tidak puasa, kontrak untuk puasa malam 10 jam, besok paginya pasien dikunjungi kerumah. a). Langkah-langkah pengumpulan data 1) Peneliti mengurus surat izin pengambilan data dan penelitian dari kampus, dinas kesehatan kota Padang dan puskesmas Andalas
Padang. 2) Peneliti mendapatkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tentang jumlah penyandang diabetes melitus 3) Peneliti datang ke puskesmas untuk minta izin melakukan penelitian diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang. 4) Peneliti memilih responden sesuai kriteria yang ditentukan dengan cara datang ke puskesmas dan berkunjung kerumah responden bila responden tidak puasa 10 jam, peneliti membuat kontrak untuk puasa dan besok paginya responden dikunjungi kerumah, peneliti dibantu oleh teman yang bekerja di puskesmas Andalas Padang. 5) Setelah peneliti mendapatkan responden peneliti menyampaikan tujuan penelitian kepada responden, bahwa penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
tentang
penatalaksanaan
pengendalian DM dengan kadar gula darah puasa. 6) Penyandang DM yang setuju dijadikan responden terlebih dahulu menyetujui lembar persetujuan (informed consent) yang diajukan peneliti. 7) Setelah peneliti
mendapatkan persetujuan
dari responden,
peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah puasa dan hasilnya dicatat dalam lembar hasil ukur. 8) Setelah selesai mengukur
kadar gula darah puasa peneliti
melakukan wawancara terpimpin kepada responden selama 10-15 menit tentang penatalaksanaan pengendalian DM.
H. Teknik Pengolahan Data Untuk pengolahan data dalam penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut: 1.
Pemeriksaan Data (Editing Data) Tahapan ini dimaksudkan untuk menyunting data yang telah terkumpul, dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dari setiap jawaban pertanyaan.
2. PengkodeanData (Coding Data) Setelah data diedit, langkah selanjutnya adalah koding jawaban agar proses pengolahan lebih mudah. Peneliti mengklasifikasikan jawabanjawaban dari para responden kedalam kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.Coding (pengkodean) adalah memberikan kode pada setiap data variabel yang diisi responden kedalam kuesioner 3. Memasukkan data (Entry data) Memasukkan data ke paket program komputer dengan menggunakan aplikasi SPSS. 4. Membersihkan Data (Cleaning data) Melakukan pembersihan data dari kesalahan-kesalahan, apabila terjadi kesalahan maka dilakukan pembetulan. 5. Tabulasi (tabulating) Setelah semua kuesioner di isi dengan benar, data tersebut kemudian ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
I. Analisia Data Analisa data bertujuan untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Selain itu memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian (Notoatmodjo, 2012).
1. Analisis Univariat Analisa data dilakukan secara univariat bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari responden. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square batas kemaknaan α 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang pada tanggal 21 Desember 2016 – 7 Januari 2017. Sampel
diambil dengan
menggunakan rumus Lameshow ketemu jumlah sebanyak 96 orang penderita diabetes melitus, cara pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara terpimpin menggunakan kuesioner secara lansung kepada responden dan setelah itu dilakukan pengukuran kadar gula darah puasa. Sebelum responden diberikan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Data yang dikumpulkan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu karakteristik responden, kadar gula darah puasa dan penatalaksanaan pengendalian DM. Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bagian yaitu hasil analisis univariat dan bivariat. B. Karakteristik Responden Karakteristik dari 96 responden terdiri dari umur,jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama menderita diabetes melitus, mendapat terapi medis. Penjelasan dari karakteristik responden pada penelitian ini yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama menderita diabetes melitus, dan mendapat terapi medis dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama menderita DM, mendapatkan terapi medis, di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (n=96) Karakteristik responden Umur
Jenis kelamin Pendidikan terakhir
Lama menderita DM Mendapat terapi medis
Kategori 40-49 tahun 50-59 tahun 60-69 tahun ≥69 tahun Laki-laki Perempuan SD SMP SMA PT >5 tahun ≤5 tahun Tablet Suntik Insulin
Frekuensi (f)
Persentase (%)
19 63 9 5 29 67 13 12 33 38 53 43 94 2
19,8 65,6 9,3 5,2 30,2 69,8 13,5 12,5 34,4 39,6 55,3 44,7 97,9 2,1
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden (88,1%) berumur 50-59 tahun, lebih dari separuh (69,8%) berjenis kelamin perempuan, dan hampir separuh responden (39,6%) pendidikan terakhirnya perguruan tinggi. Lebih dari separuh responden (55,3%) menyandang diabetes melitus lebih dari 5 tahun dan hampir seluruhnya responden (97,9%) mendapatkan terapi obat tablet DM.
C. Analisa Univariat 1. Kadar Gula Darah Puasa
Kadar gula darah puasa responden di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang ditampilkan pada tabel 5.2 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Kadar Gula Darah Puasa responden diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (n=96) Gula Darah Puasa Normal Tidak Normal
Frekuensi (f) 47 49
Persentase (%) 48,8 51,1
Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (51,1%) yang memiliki kadar gula darah puasa tidak normal di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang. 2. Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus a. Edukasi Responden mendapatkan edukasi tentang pengendalian DM diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang di tampilkan pada tabel 5.3 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Edukasi tentang pengendalian DM diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang (n=96) Edukasi Baik Kurang Baik
Frekuensi (f) 40 56
Persentase (%) 41,7 58,3
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (58,3%) yang memiliki penatalaksanaan edukasi kurang baik tentang pengendalian DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. b. Pengaturan Diet
Responden melakukan pengaturan diet untuk pengendalian DM diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang di tampilkan pada tabel 5.4 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pengaturan diet untuk pengendalian DM diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang (n=96) Pengaturan diet
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Baik
35
36,5
Kurang baik
61
63,5
Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (63,5%) yang memiliki penatalaksanaan pengaturan diet yang kurang baik dalam pengendalian DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. c. Aktifitas Fisik/Olahraga Responden melakukan aktifitas fisikt untuk pengendalian DM diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang di tampilkan pada tabel 5.5 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.5 Distribusi frekuensi aktifitas fisik untuk pengendalian DM diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang (n=96) Aktifitas fisik
Frekuensi (f)
Baik Kurang baik
35 61
Persentase (%) 36,5 63,5
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (63,5% ) memiliki penatalaksanaan aktifitas fisik yang kurang
baik dalam
pengendalian DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
d. Pengobatan Responden patuh dalam pengobatan untuk pengendalian DM diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang di tampilkan pada tabel 5.8 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Pengobatan untuk pengendalian DM di wilayah kerja puskesmas AndalasPadang (n=96) Pengobatan Patuh Tidak patuh
Frekuensi (f) 41 55
Persentase (%) 42,7 57,3
Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (57,3%) yang tidak patuh dalam minum obat untuk pengendalian DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. D. Analisa Bivariat 1. Hubungan Penatalaksanaan Edukasi Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Pada analisa bivariat peneliti melihat bagaimana hubungan antara variabel Edukasi dengan Kadar gula darah Puasa. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.7 Hubungan penatalaksanaan edukasi dengan kadar gula darah puasa pasien diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (n=96) Kadar Gula Darah Puasa Edukasi Baik Kurang baik
Normal f 33 14
% 82,5 25,0
Tidak Normal F 7 42
% 17,5 75,0
Total F
%
pvalue
40 56
100 100
0.000
Dari tabel 5.7 dapat dilihat hubungan penatalaksanaan edukasi dengan kadar gula darah puasa, diketahui bahwa dari
56 orang
responden yang kurang baik dalam mendapatkan edukasi tentang DM terdapat 42 orang (75,0%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal.
Hasil
didapatkan
penatalaksanaan edukasi
adanya
hubungan
yang
bermakna
dengan kadar gula darah puasa responden
diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang dengan yaitu (p)-0,000. 2.
Hubungan Penatalaksanaan Pengaturan Diet Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Pada analisa bivariat peneliti melihat bagaimana hubungan antara variabel pengaturan diet dengan kadar gula darah Puasa. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.8 Hubungan penatalaksanaan pengaturan diet dengan kadar gula darah puasa pasien diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (n=96)
f
%
Baik
Kadar Gula Darah Puasa Normal Tidak Normal F % F % 33 94 2 6
35
100
Kurang baik
18
61
100
Pengaturan diet
29,5
43
70,9
Total
pvalue 0.000
Dari tabel 5.8 dapat dilihat hubungan penatalaksanaan pengaturan diet dengan kadar gula darah puasa responden, diketahui bahwa dari 61 responden yang kurang baik dalam pengaturan diet DM terdapat 43
orang (70,9%) memiliki kadar gula darah yang tidak normal. Hasil didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara variable pengaturan diet dengankadar gula darah
responden diwilayah kerja puskesmas
Andalas Padang (p) 0,000. 3. Hubungan Aktifitas Fisik /Olahraga dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasiendi Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Pada analisa bivariat peneliti melihat bagaimana hubungan antara variabel aktifitas fisik dengan Kadar gula darah Puasa. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.9 Hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah puasapasien diwilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (n=96)
Aktifitas fisik Baik Kurang baik
Kadar Gula Darah Puasa Normal Tidak Normal F % F % 24 68,6 11 31,4 23 38 38 62
Total f
%
35 61
100 100
p-value 0.004
Dari tabel 5.9 dapat dilihat hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah puasa klien, diketahui bahwa dari 61 responden yang kurang baik dalam melakukan aktifitas fisik terdapat 38 orang (62%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal. Hasil didapatkan ada hubungan yang bermakna antara variable aktifitas fisik dengankadar gula darah responden diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang (p) 0,004.
4. Hubungan Pengobatan dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasiendi Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. Pada analisa bivariat peneliti melihat bagaimana hubungan antara variabel pengobatan dengan Kadar gula darah Puasa. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.10 Hubungan pengobatan dengan kadar gula darah puasa pasien klien diwilayah kerjaPuskesmas Andalas Padang (n=96)
Pengobatan Patuh Tidak patuh
Kadar Gula Darah Puasa Normal Tidak Normal f % F % 29 70,7 12 29,3 18 32,7 37 67,3
Total f
%
pvalue
41 55
100 100
0.000
Dari tabel 5.10 dapat dilihat hubungan pengobatan dengan kadar gula darah puasa klien, diketahui bahwa dari 55 responden yang tidak patuh dalam melakukan pengobatan DM terdapat 37 orang, (67,3% ) memiliki kadar gula darah yang tidak normal. Hasil didapatkan ada hubungan yang bermakna antara variable pengobatan dengankadar gula darah responden diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang dengan (p) 0,000.
BAB VI PEMBAHASAN
A.
Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM tipe 2 Hasil kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang menunjukkan bahwa lebih dari separuh(51%) memiliki kadar gula darah puasa tidak normal. Hasil penelitian ini sedikit lebih rendah dari penelitian yang dilakukan Anani (2012) di RSUD Arja Winangu Kabupaten Cirebon sebagian besar (67,5%) pasien DM memiliki kadar gula darah tidak normal. Dan hasil penelitian Sari (2015) di wilayah kerja puskesmas Nanggalo Padang lebih dari separuh (73,5%) pasien DM memiliki kadar gula darah tidak normal. Menurut peneliti hasil kadar gula darah puasa tidak normal sedikit lebih rendah karena hampir seluruhnya (97,9%) responden mendapatkan terapi medis tablet. Pemberian therapi medis pada pasien DM Tipe 2 tergantung pada tingkat kadar gula darah. Pemberian terapi tablet bila intervensi awal : pendidikan/edukasi, pengaturan diet dan latihan fisik gagal dapat diberikan dengan target gula darah puasa > 126 mg/dl. Insulin pada DM tipe 2 diberikan adanya kegagalan terapi OHO dimana kadar gula darah tetap tidak terkontrol >200 mg/dl, ketoasidosis, koma hyperosmolar, adanya infeksi (Perkeni,2011) Kadar gula darah yang tidak normal dapat mengakibatkan hipoglikemia dan krisis hiperglikemia. Menurut ADA (2013), hipoglikemia sebagai keadaan dimana kadar gula darah ≤70 mg/dl disertai gejala klinis
pada penderita. Hipoglikemik dengan kadar gula darah <40mg/dl dapat mengakibatkan kejang, koma, dan kematian. Kadar gula darah ≥250 mg/dl dapat mengakibatkan komplikasi krisis hiperglikemia akut yaitu terjadi ketoasidosis diabetic (KAD). Pada DM tipe 2 krisis hiperglikemia dapat terjadi karena adanya faktor pencetus antara lain infeksi penyakit vaskuler akut, trauma, stroke, kelainan gastrointestional, dan obat-obatan. Pada penelitian ini hasil kadar gula darah puasa minimal 98 mg/dl dan maksimal 217 mg/d. Jadi pada penelitian ini kadar gula darah puasa responden tidak hypoglikemia dan krisis hyperglikemia, dimana penatalaksanaanya bisa dilakukan di puskesmas. B.
Hubungan Edukasi Dengan Kadar Gula Darah Puasa pada DM tipe 2 Penatalaksanaan edukasi pasien tentang DM di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang menunjukkan lebih dari separuh (58,3%) responden kurang baik dalam mendapatkan materi edukasi/penyuluhan tentang diabetes melitus. Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan Chiptarini (2014) di puskesmas Ciputat Timur Jakarta 74,1% pasien kurang baik dalam mendapatkan edukasi tentang diabetes melitus. Hasil penelitian yang dilakukan Ramayulis (2015) di RSUD dr. Rasidin Padang 69,2% pasienkurang baik dalam mendapatkan edukasi tentang diabetes melitus. Menurut peneliti penatalaksanaan edukasi kurang baik lebih sedikit di Puskesmas Andalas Padang karena kurang dari separuh (39,6%) responden memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi. Dengan pendidikan tinggi dapat memperoleh edukasi tentang DM dari media internet, tabloid,
membaca buku, majalah, menonton televisi. Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang yang berpendidikan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pengetahuannya lebih rendah. Selain itu, orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi, khususnya informasi yang berisikan edukasi. Berdasarkan hasil analisa data, dapat dilihat hubungan Edukasi tentang pengendalian DM dengan kadar gula darah, diketahui bahwa dari
56
responden yang kurang baik dalam mendapatkan edukasi tentang DM, hampir seluruhnya (75,0%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel edukasi tentang pengendalian DM dengan kadar gula darah puasa responden diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang dengan p- value=0,000. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Nurlaili (2013) yang mana didapatkan ada hubungan yang bermakna antara penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah klien. Edukasi merupakan pendidikan atau latihan mengenai pengetahuan atau keterampilan dalam pengelolaan DM. Hal ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa faktor yang berpengaruh dalam prilaku adalah faktor pemungkin (enabling faktor) yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana yang digunakan adalah edukasi . Dengan adanya edukasi mengenai pengendalian kadar gula
darah sehingga dapat memfasilitasi terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Peneliti berpendapat bahwa edukasi yang kurang baik pada responden menunjukkan bahwa responden kurang mendapatkan informasi tentang pengendalian diabetes melitus sehingga responden kurang mampu melakukan tindakan pengendalian diabetes melitus secara maksimal. Hal ini terlihat dari separuh (58%) responden tidak pernah mendapatkan materi tentang pemantauan kendali pada DM. Pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien diabetes melitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes melitus (Yofi, 2009). Menurut Basuki (2009), penderita DM perlu mendapatkan informasi minimal setelah diagnosis ditegakkan, mencakup pengetahuan dasar tentang DM, pemantauan kendali pada DM, sebab-sebab tingginya kadar gula darah, obat hipoglikemi oral, perencanaan makan, kegiatan jasmani, tanda-tanda hipoglikemi dan komplikasi. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan yang
cukup
akan
mengubah
perilakunya,
sehingga
akan
dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya dan dapat hidup lebih berkualitas. Edukasi informasi yang tepat dapat meningkatkan kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan yang komprehensif, sehingga pengendalian kadar gula darah tercapai. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku sehat. Dengan pemantauan tersebut didapat kondisi kadar gula darah terkontrol. merupakan sesuatu yang sangat penting dalan pengendalian diabetes melitus selain didukung oleh tim kesehatan, keluarga dan orang-orang disekitarnya. Perubahan prilaku yang diharapkan dari adanya edukasi yaitu tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan menjadi kunci pengendalian utama pada penderita DM. Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, namun para penderitanya bisa hidup sehat dan terhindar dari berbagai komplikasi yang sering menyertai. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu kuncinya adalah dengan edukasi baik pada penderita maupun keluarganya, (Handayani, 2016) Edukasi dan informasi yang tepat
dapat meningkatkan kepatuhan
penderita dalam menjalani program pengobatan yang komperhensif, sehingga pengendalian kadar gluoksa darah dapat tercapai. Dengan kepatuhan yeng lebih maka akan lebih mudah menyerap informasi berkaitan dengan penyakitnya sehingga pasien DM relatif dapat hidup normal bila mengetahui kondisinya dan cara penatalaksanaan penyakit tersebut. C.
Hubungan Pengaturan Diet Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada DM Tipe 2 Penatalaksanaan pengaturan diet di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,5%) pengaturan diet yangkurang baik. Hasil penelitian inilebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan Tukloy (2014)di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur Maluku Tenggara lebih dari separuh (58,7%) pasien memiliki pengaturan diet yang tidak baik. Hasil penelitian yang dilakukan Santi (2016) di RSUD dr.
Rasidin Padanglebih dari separoh (55,9%) pasien memiliki pola makan yang tidak baik. Menurut peneliti penatalaksanaan diet yang kurang baik lebih tinggi di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang
disebabkan karena ketidak
patuhan responden dalam pengelolaan waktu makan. Sesuai dengan hasil jawaban responden pada variabel pengaturan diet pada pertanyaan tentang jam makan siang, lebih dari separuh (68,9%) responden tidak patuh dalam pengelolaan waktu makan. Ketidak patuhan pasien dalam pengelolaan diet ini dapat dikaitkan dengan proses rasa lapar yang diakibatkan oleh kekurangan insulin pada penderita DM, sehingga responden makan melebihi diet dan makan diluar waktu yang telah dianjurkan. Karena pasien DM kekukarangan insulin dalam darahnya, fungsi dari insulin adalah untuk mengikat glukosa untuk disimpan di sel-sel jaringan untuk dijadikan energi (Soewondo, 2011) . Dukungan dari keluarga juga sangat dibutuhkan dalam kepatuhan pasien dalam pengaturan diet. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dapat dilihat hubungan pengaturan diet dengan kadar gula darah puasa klien, diketahui bahwa dari 61 responden yang kurang baik dalam pengaturan diet DM terdapat 43 orang (70,9%) memiliki kadar gula darah yang tidak normal. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara penatalaksanaan pengaturan diet
dengan peningkatan kadar gula
darah puasa responden diwilayah kerja puskesmas andalas Padang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nurlaili (2013), bahwa ada hubungan antara pengaturan diet dengan rerata gula darah (p= 0,002).
Perencanaan pola makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DM. Perencanaan makan bertujuan membantu penderita DM memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa, lemak dan tekanan darah. Perencanaan makan pada pasien DM sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Pemberian diet diusahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien mengikuti pedoman 3J (Jumlah, Jadwal dan Jenis) (Price&Wilson, 2006). Pola makan sehat untuk DM adalah 25-30% lemak, 50-55% karbohidrat, dan 20% protein. Menurut Suyono (2007) dan Suiraoka (2012), gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, karbohidrat, dan gula mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti DM meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga berhubungan dengan cara hidup yang berubah. Dari hasil jawaban responden tentang komsumsi sayuran didapatkan lebih dari separuh (70%) responden tidak mengkomsumsi sayuran setiap hari dan lebih dari separuh (60%) responden tidak mengkomsumsi buah-buahan setiap hari. Kurang mengkomsusi sayuran dan buah-buahan dapat meningkatkan kadar gula darah. Sayuran, buah dan kacang-kacangan mengandung banyak sekali serat yang dapat memperlambat absorbs glukosa, sehingga dapat ikut
berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang cepat dirombak dan cepat diserap masuk kealiran darah akan menurunkan gula darah (Almatseir, 2007). D.
Hubungan Aktifitas Fisik/Olahraga Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada DM Tipe 2 Penatalaksanaan aktivitas fisik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang didapatkan lebih dari separuh (63,5%) responden kurang baik untuk pengendalian diabetes melitus. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2013) di puskesmas Pacar Keling Surabaya lebih dari separuh (62,3%) responden melakukan olahraga tidak teratur.. Menurut peneliti penatalaksanaan aktivitas yang kurang baik disebabkan oeh karena faktor usia. Dimana pada penelitian ini lebih dari separuh (65,6%) responden memiliki umur
50-59 tahun dimana usia
tersebut mengalami penurunan terhadap kerja fungsi otot-otot dan syaraf sehingga tidak dapat melakukan olahraga secara teratur. Selain itu, bisa disebabkan karena kesibukan masing-masing individu yang belum dapat meluangkan waktunya, belum terbentuknya kebiasaan melakukan olahraga teratur. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 61 responden yang kurang baik dalam melakukan aktifitas fisik, (62%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal, sedangkan dari 35 orang responden yan melakukan aktifitas fisik dengan baik (46,1%) memiliki kadar gula darah puasa normal. Hasil uji analisis didapatkan nilai p
= 0,004 ( p>0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel aktifitas fisik dengankadar gula darah responden diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Rahmawati (2010), bahwa ada hubungan aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurlali (2013), bahwa ada hubungan antara olahraga dengan rerata gula darah.Hasil penelitian Mardiah (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah (p value< 0,05). Aktifitas fisik sangat penting bagi penderita DM karena efeknya dapat menurunkan
kadar
glukosa
darah
dan
mengurangi
faktor
resiko
kardiovaskuler. Aktifitas fisik akan menurunkan kadar gluskosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosaoleh otot dan memperbaiki insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Aktifitas fisik dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (rest metabolic rate). Semua efek ini bermanfaat pada pasien DM karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stres dan mempertahankan kesegaran tubuh (Brunner & Suddarth, 2002 ). Olahraga secara teratur3-4 kali seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit dapat menjaga kebugaran dan menurunkan berat badan. Menurut Chaveau dan Kaufman dalam Depkes (2008), latihan fsik pada penderita DM dapat menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang aktif sehingga latihan fisik secara lansung dapat menyebabkan
penurunan kadar lemak tubuh,
mengontrol
kadar
glukosa darah,
memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan stres. Berdasarkan analisis statistik terdapat hubungan antara aktifitas fisik/olahraga dengan hasil dengan kadar gula darah puasa DM. Hal ini dikarenakan olahraga dapat menurunkan kadar gula darah. Salah satu olahraga yang bisa dilakukan adalah senam, senam diabetes sangat penting dilakukan karena senam tesebut mengolah semua organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki (Brian J. Sharkey, 2003). Sebab dampak penyakit diabetes menyerang seluruh tubuh. Dampak paling ringan adalah kaki kesemutan, sedangkan terparah dapat mengakibatkan stroke. Gerakan yang bervariasi membuat otak bekerja sehingga dapat meningkatkan daya ingat dan memperkuat konsentrasi. Hal ini merupakan terapi untuk mencegah terjadinya dimensia (pikun). Peran perawat penting dalam memberikan edukasi tentang pentingnya bagi seorang pasien diabetes melitus melakukan olahraga, dan menjelaskan aturan-aturan yang musti dilakukan dalam berolahraga bagi seseorang yang telah menyandang status pasien diabetes melitus. Kegiatan olahraga rutin sekali dalam satu minggu
khusus bagi pasien diabetes melitus yang
dilakukan di Puskesmas Andalas Padang merupakan salah satu langkah positif bagi terutama bagi pasien diabetes melitus. Tetapi hanya dengan mengandalkan waktu yang sedikit itu tidak akan menurunkan kadar gula darah yang baik, jadi perawat juga perlu menekankan lagi kepada para penyandang diabetes agar dapat melanjutkan program olahraga ini dirumah sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan.
E.
Hubungan pengobatan dengan peningkatan kadar gula darah puasa pada DM tipe 2 Penatalaksanaan pengobatan pengendalian DM di wilayah kerja puskesmas Andalas Padang didapatkan lebih dari separuh (57,3%) responden tidak patuh dalam minum obat. Hasil penelitian ini lebih tinggi sedikit dari penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2013), di puskesmas Pacar Keling Surabaya dapatkan lebih dari separuh (52,8%) responden tidak patuh dalam melakukan pengobatan DM. Menurut peneliti Ketidak patuhan penatalaksanaan
pengobatan
pengendalian DM lebih tinggi disebabkan karena lama menderita DM, dimana pada penelitian ini lebih dari separuh (55,3%) renponden sudah >5 tahun menyandang DM. Pengobatan diabetes melitus memerlukan waktu yang lama karena diabetes akan diderita seumur hidup dan sangat kompleks karena membutuhkan pengobatan dan perubahan gaya hidup sehingga seringkali pasien menjadi tidak patuh dan cenderung putus asa dengan program terapi yang lama, kompleks dan tidak menghasilkan kesembuhan. Menurut data WHO (2013), tingkat kepatuhan pengobatan pada penderita diabetes melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas terapi, durasi penyakit dan pemberian perawatan), faktor intrafersonal (umur, gender, rasa percaya diri, stress, depresi dan penggunaan alhohol), faktor interfersonal (kualitas, hubungan pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan sosial), dan faktor lingkungan (situasi berisiko tinggi dan sistem lingkungan).
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 55 responden yang tidak patuh dalam melakukan pengobatan DM, (67,3% ) memiliki kadar gula darah yang tidak normal dan (32,7%) memiiki kadar gula darah yang normal. Sedangkan pada 41 orang responden yang patuh dalam pengobatan didapatkan (29,3%) memiliki kadar gula darah yang tidak normal dan (70,7%) memiliki kadar gula darah yang normal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) artinyaada
hubungan
yang
bermakna
antara
variable
pengobatan
dengankadar gula darah responden diwilayah kerja puskesmas Andalas Padang.Hasil penelitian lain Hapsari (2014) didapatkan nilai p = 0,544 artinya tidak ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan peningkatan kadar gula darah. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di
Indonesia umumnya OHO yang dipakai adalah Metformin 500 mg 2-3x sehari. Hal ini juga telah diklarifikasi kepada petugas puskesmas dan diketahui bahwa di Puskesma Andalas pasien yang memerlukan OHO diberikan Metformin. Menurut peneliti adanya hubungan ketidakpatuhan pengobatan DM dengan kadar gula darah puasa disebabkan karena seperti lebih dari separuh (58%) responden kurang mendapat informasi tentang upaya pengendalian pada DM sehingga penderita diabetes melitus mengkomsumsi obat-obatan apabila merasakan keluhan saja. Hal ini terlihat pada hasil jawaban responden pada variabel pengobatan tentang minum obat diabetes sesuai aturan didapatkan lebih dari separuh (57,3%) responden tidak teratur minum obat dan lebih dari separuh (52,1%) responden minum obat tidak sesuai dosis. Mengubah aturan minum obat yang tidak sesuai dengan anjuran dokter dapat mengurangi efektivitas. Karena setiap obat memiliki fungsi dan waktu kerja yang berbeda sehingga penggunaannya juga harus tepat sesuai aturan agar obat bekerja secarra efektif. Namun apabial selama minum obat penderita merasakan keluhan, dapat melakukan konsultasi kembali dengan dokter.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Hubungan Penatalaksanaan Pengendalian DM dengan Kadar Gula Darah Puasa pasien DM tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016” dapat dilihat kesimpulan sebagai berikut : 1. Lebih dari separuh kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tidak normal (>126mg/dl). 2. Lebih dari separuh pasien kurang baik dalam mendapatkan edukasi tentang penatalaksanaan DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. 3. Lebih dari separuh pengaturan diet pasien DM tipe 2 dikategorikan kurang baik di wilyah kerja Puskesmas Andalas Padang. 4. Lebih dari separuh kegiatan aktifitas fisik pasien DM tipe 2 dikategorikan kurang baik di wilyah kerja Puskesmas Andalas Padang. 5. Lebih dari separuh pasien DM tipe 2 kurang patuh dalam pengobatan DM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara edukasi dengan peningkatan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang (p=0,000).
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengaturan diet dengan peningkatan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah Puskesmas Andalas Padang(p=0,000). 8. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan peningkatan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang(p=0,004) 9. Terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
pengobatan
dengan
peningkatan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang(p=0,000). B. Saran 1. Bagi instansi pendidikan keperawatan Pada instansi pendidikan keperawatan diharapkan pengelolaan pilar pengendalian DM dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, supaya dapat meningkatkan pengetahuan dan inovasi mahasiswa calon perawat tentang pentingnya peran perawat dalam penatalaksanaan diabetes melits baik dari aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, serta memahami konsep tentang penatalaksanaan DM, sehingga dapat menigkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien DM yang lebih holistic. 2. Bagi Pelayanan keperawatan di Puskesmas Andalas Padang Diharapkan pelayanan keperawatan di puskesmas Andalas Padang dapa
membuat
program
penyuluhan
dengan
metode
langsung
mengunjungi rumah-rumah masyarakat yang menyandang diabetes melitus dan melibatkan kader yang ada di wilayah puskesmas. Melakukan evaluasi
secara rutin tentang pelaksanaan pengendalian DM melalui kontrol pemeriksaan gula darah. Puskesmas Andalas dapat meningkatkan metode penyuluhan dengan membuat poster dan leaflet mengenai penatalaksanaan diabetes melitus.. 3. Bagi masyarakat disarankan supaya meningkatkan upaya hidup sehat dengan mengatur asupan nutrisi, olah raga teratur dan minum obat serta mengontrol penyakitnya ke fasilitas kesehatan. 4. Bagi peneliti selanjutnya Pada
peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
mengembangkan
penelitian ini dengan lebih mendalam lagi sesuai dengan karakteristik populasi penyandang DM di Indonesia dan dengan variabel yang lebih banyak lagi dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association, (2012). Standards of medical care in diabetes Diabetes Care. Volume 35. American Diabetes Association, (2013). Diagnosis and clacification of diabetes mellitus.. Diakses pada tanggal 4 September 2016 dari www.care.diabetesjournals.org A, Aziz Alimul Hidayat. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika. Almatsier, A,(2007). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anani Sri, (2012). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1. Diakses pada tanggal 2 September 2016 dari http//ejournalsl.undip.ac.id/index. Arisman. (2013). Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. (2015). Sumatera Barat dalam Angka. Padang : BPS Sumatera Barat.. Beck, M.E. (2011). Ilmu Gizi dan Diet. Hubungan nya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta:YEM. Black and Hawks. (2009). Medical surgical nursing clinical management for positif outcomes. Elsevier Soundest Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. Jakarta : EGC. Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Data Base Puskesmas Andalas Padang. (2016). Data Prolans Diabetes Melitus Tipe 2 Dinas Kesehatan Kota Padang. (2016). Data penyakit tidak menular Padang tahun 2015. Padang Fakultas Keperawatan Unand. (2016). Proposal/Skripsi.Tahun 2016. Padang
Pedoman
Kota
Penulisan
Fikasari,Y. (2012). Hubungan Antara Gaya Hidup dan Pengetahuan Pasien Mengenai Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan : UMS Gibney, J.M. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Hadibroto, et al.( 2010). Diabetes: Informasi lengkap untuk penderita dan keluarga.Jakarta : Gramedia Pustaka International Diabetes Federation. (2014). IDF Diabetes Atlas. padatanggal 15 Agustus 2016 dari
Diakses
http://www.idf.org/diabetesatlas/what-is diabetes. Ika Feby Chiptarini. (2014). Gambaran Pengetahuan dan Perilaku tentang Penatalaksanaan DM pada Pasien DM di puskesmas Ciputat Timur, Jakarta Ilyas, I. (2009) Olahraga bagi diabetes dalam penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta Balai Penerbit FK. UI. Kheir et al. (2011). Knowledge, attitude and practices of Qatar patients with type 2 diabetes melitus. Journal Qatar University. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016 dari http://www.researchgate.net/profile/Nadir_Kheir/Publication/5110964_Kn owledge_attitude_and_practices_of_Qatari_patiens_with_type_2_diabetes _mellitus/links/0e41e33060ab4fa245a7671e. Lameshow, S. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Mahmudin A. (2012). Evaluasi Manajemen Mandiri karyawan penyandang diabetes melitus tipe 2 setelah mendapatkan edukasi kesehatan. Di PT. Indocement Tunggal Prakasa Plancite Citerup. Jakarta : FIKUI. Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Aesculapius. Mardiyah, A. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan DM di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makasar. FKM : Unhas. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurlaili, dkk. (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Gula Darah di Puskesmas Pacarkeling. FKM : UA. PERKENI, (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI.
Price&Wilson, (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Ramayulis, (2015). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan KepatuhanPasien DM Dalam Menjalankan Manajemen DM di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr.Rasidin Padang. STIKES Indonesia. Padang Soewondo, P. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu dan Tata Laksana. Jakarta : Balai Pener`bit FKUI Soegondo, S (2009), Prinsip pengobata diabetes mellitus, insulin dan obat hipoglikemik oral, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kedua, Cetakan ketujuh. Jakarta Balai Penerbit FK. UI Smeltzer, S.C., & Bare, S.K. (2002). Buku ajar keperaatan medical bedah. Alih bahasa : Agung Waluyo, Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC Subekti, I. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Suyono, S. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departeman Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI. Tandra, H. (2013). Life Healthy With Diabetes. Yogyakarta : Rapha. Tukloy, M. 2014. Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian DM tipe II di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur Maluku Tenggara. STIK Makasar. Diakses dari https: www.scrib.com/document/320020582 tgl 10Januari 2017 Tjay, T. H dan Rahardja K. (2007). Obat-obat penting. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo, hal :702-703 Tjokroprawiro Askandar, (2012). Garis Besar Pola Makan Dan Pola Hidup Sehat Sebagai Pendukung Terapi Diabetes Melitus. Surabaya : Fakultas Kedokteran Unair. Viena Hasna. (2013). Hubungan Pengendalia DM Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM di RSUD Manembo Bitung. Manado : FKU Samratulangi Program Studi Ilmu Kepeawatan. Waspadji, S. (2009). Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Winny
Rundengan. (2012). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian Gula Darah Pada Pendeita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin BLU RSUP Prof. DR. RD Kandou Menado. PSIK FK UNSRAT.
World Health Organization. (2014). Diabetes Mellitus in Fact. World Health Organization : Geneva. Yoga, A. (2011). Hubungan antara empat pilar pengelolaan diabetes mellitus dengan keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus type 2. Jurnal Keperawatan. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016 dari http://eprints.undip.ac.id/32797/ Yufi, (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita DM dengan Diet DM di Puskesmas Kabupaten Kuningan Kecamatan Cidahu.
Lampiran 2
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Judul
:
Hubungan Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016
Peneliti
:
Debora Gontiana Marpaung
No. BP
:
1511316058
NO
KETERANGAN
BIAYA
1
Biaya Administrasi dan Studi Awal
Rp. 200000,-
2
Pengetikan Proposal Penelitian
Rp. 200000,-
3
Penggandaan Proposal Dan Instrumen Penelitian
Rp. 600.000,-
4
Pelaksanaan Penelitian
Rp. 1.000.000,-
5
Pengolahan dan Analisa Data
Rp. 200000,-
6
Penyusunan dan Perbaikan Skripsi
Rp. 500.000,-
7
Penggandaan Skripsi
Rp. 300.000,-
8
Lain-lain
Rp. 200.000,-
Jumlah
Rp. 3.200.000,-
Padang, Januari 2017 Peneliti
Debora Gontiana Marpaung 1511316058
Lampiran 6 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Calon Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2016, semester III (tiga) Nama : Debora Gontiana Marpaung BP
: 1511316058
Akan mengadakan penelitian mengenai “HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DARAH
PUASA
PASIEN
DM
TYPE
DENGAN KADAR GULA 2
DI
WILAYAH
KERIA
PUSKESMAS ANDALAS Padang Tahun 2016”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu responden.Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua informasi dan kerahasiaan yang diberikan akan di jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Debora Gontiana M
Lampiran 7 PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh saudariDebora Gontiana Marpaung, mahasiswi Fakultas
Keperawatan
Universitas
Andalas
dengan
judul“Hubungan
Penatalaksanaan Pengendalian Diabetes Melitus Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016”. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian kepada saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Dengan demikian persetujuan saya tandatangani dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari siapapun.
Padang, November 2016 Responden
(…………………………..)
Lampiran 8 KUESIONER RESPONDEN HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN DIABETES MELLITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2016 PetunjukPengisian:
No. Responden :
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti 2. Isilah data Bapak/ Ibu/ Sdr/i dibawah ini 3. Setelah kuesioner ini diisi mohon dikembalikan kepada peneliti Tanggal Pengambilan data : ……………….. A. KarakteristikResponden 1. Inisial
: ………………………..
2. Umur
: …….tahun
3. Jenis Kelamin : 1) LK
2) PR
4. Pendidikan Akhir : 1) SD 2) SMP 3) SMA 4) PT 5. Lama Menderita DM : ……………tahun 6. Mendapat Pengobatan Medis 1) Obat Tablet
2) Injeksi Insulin
B. Kadar GulaDarahPuasa:…………..mg/dl
C. Penatalaksanaan Pengendalian DM 1. Edukasi Petunjukpengisian : Berilahtandasilang (√) padakolom (YaatauTidak)Sesuai denganpernyataan tentang penatalaksanaan edukasi terhadap pengendalian DM yang telah Bapak/Ibu dapatkan : Materi edukasi tentang pengendalian DM yang
Ya
Tidak
pernah didapatkan 1. Proses perjalanan penyakit DM 2. Obat-obatan DM 3. Perencanaan makananpada DM 4. Kegiatan jasmani pada DM 5. Pemantauan kendali pada DM 6. Perawatan kaki pada DM
2. Pengaturan Diet Pilihlahsalahsatujawabandibawah ini dengan cara melingkari jawaban yang Bapak/Ibupilih!
7. Apakah Bapak/Ibu mengatur jumlah porsi makan setiap kali makan dirumah ataupun diluar rumah? a. Ya b. Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu mengurangi asupan gula (karbohidrat) sederhana seperti (gula pasir, gula jawa, sirup, es cream, selai, dan susu kental manis) ? a. Ya b. Tidak
9. Apakah Bapak/Ibu mengganti nasi (karbohidrat sederhana) dengan karbohidrat komplek (seperti: ubi, jagung, kentang, nasi merah, diabetasol, oatmeal)? a. Ya b. Tidak
10. Apakah Bapak/Ibu mengukur kalori makanan dengan menggunakan alat ukur rumah tangga, seperti: gelas, gram/ ons, atau alat ukur lainnya? a. Ya b. Tidak
11. Apakah Bapak/Ibu minum the manis dengan gula pasir satu kali sehari? a. Ya b. Tidak
12. Apakah Bapak/Ibu minum kopi + gula pasir satu kali setiap hari? a. Ya b. Tidak
13. Apakah Bapak/Ibu melakukan variasi cara memasak makanan (seperti : direbus, dipanggang, dibakar, dikukus)? a.
Ya
b.
Tidak
14. Berapa kali Bapak/Ibu makan besar dalam sehari?
a. 3 kali b. 2 kali
15. Kalau Bapak/Ibusarapan jam 7 pagi, jam berapa makan siang? a. Jam 1 siang b. Jam 2 siang
16. Apakah Bpak/Ibu makan dengan jumlah porsi makan sama setiap hari? a.
Ya
b.
Tidak
17. Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi sayuran setiap hari? a.
Ya
b.
Tidak
18. Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi buah setiaphari? a.
Ya
b.
Tidak
19. Apakah Bapak/Ibu mengganti gula pasir dengan gula diet (misal : gula yang sesuai dengan diabetes melitus )? a. Ya b. Tidak
20. Apakah Bapak/Ibu menimbang berat badan minimal 1 kali dalam sebulan? a. Ya b. Tidak
21. Berapa kali bapak/ibumakankecildalamsehari ? a.
2-3 kali b. 0-1kali
22. Kalau Bapak/Ibusarapan jam 7 pagi, jam berapa Berapa/Ibu makancemilan ? a. Jam 10 b. Jam 9
23. Apakah Bapak/Ibu membatasi makanan yang banyak mengandungl emak (makanan siap saji, goreng-gorengan, jeroan, kulit)? a.
Ya
b. Tidak
3. Aktivitas fisik /Olahraga Pilihlahsalahsatujawabandibawah ini dengan cara melingkari jawaban yang andapilih!
24. ApakahBapak/Ibumelakukanolahraga aerobic (sepert : jalan, jogging, bersepeda, berenang)? a. Ya b. Tidak (berhentidisini) 25. Berapa kali Bapak/Ibumelakukanolahraga dalamseminggu? a. ≥3x dalam seminggu b. <3x dalam seminggu
26. Berapa lama Bapak/Ibumelakukanolahraga tersebut? a. ≥30 menit b. <30 menit
4. Pengobatan Pilihlahsalahsatujawabandibawahinidengancaramelingkari jawaban yang andapilih !
27. ApakahBapak/ Ibuminumobatsesuaiaturanminumobat? a. Ya b. Tidak 28. ApakahBapak/Ibuminumobat diabetes sesuaidosis yang diberikanolehpetugasPuskesmas? a. Ya b. Tidak 29. Apakah Bapak/Ibu control ke Puskesmas apabila obat habis? a. Ya b. Tidak
Lampiran 10 Frequencies Umur Responden Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 40-49 thn
19
19.8
19.8
19.8
50-59 thn
63
65.6
65.6
85.4
60-69 thn
9
9.4
9.4
94.8
≥70 thn
5
5.2
5.2
100.0
96
100.0
100.0
Total
Jenis Kelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
29
30.2
30.2
30.2
Perempuan
67
69.8
69.8
100.0
Total
96
100.0
Valid Laki-laki
100.0
Pendidikan Terakhir Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
13
13.5
13.5
13.5
SMP
12
12.5
12.5
26.0
SMA
33
34.4
34.4
60.4
PT
38
39.6
39.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
Valid SD
Lama Menderita DM Frequency
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Valid ≤ 5 thn
43
44.7
44.7
44.7
>5 thn
53
55.3
55.3
100.0
Total
96
100.0
100.0
Mendapat Terapi Medis Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Injeksi
2
2.1
2.1
2.1
Tablet
94
97.9
97.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
Kuesioner Tentang Edukasi Materi tentang Proses Perjalanan Penyakit DM Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
5.0
5.0
5.0
Ya
91
95.0
95.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Materi tentang Obat-obatan DM Frequency Percent Valid Tidak Ya Total
Valid Percent
Cumulative Percent
12
19.0
19.0
19.0
878
81.0
81.0
100.0
96
100.0
100.0
Materi tentang Perencanaan Makan pada DM Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
36
27.0
27.0
27.0
Ya
60
83.0
83.3
100.0
Total
96
100.0
100.0
Materi tentang Kegiatan Jasmani pada DM Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
11
11.0
11.0
11.0
Ya
85
89.0
89.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Materi tentang Perawatan Kaki pada DM Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
21
22.0
22.0
22.0
Ya
75
78.0
78.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Materi tentang Pemantauan Kendali pada DM Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
56
58.0
58.0
58.0
Ya
40
42.0
42.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Kuesioner Tentang Pengaturan Diet Atur diet mengatur jumlah porsi makan Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
4
4.0
4.0
4.0
Ya
92
96.0
96.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengurangi asupan gula sederhana Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
8.0
8.0
8.0
Ya
88
92.0
92.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengganti nasi dengan karbohidrat komplek Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
9.0
9.0
9.0
Ya
87
91.0
91.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengukur kalori makanan Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
29
30.0
30.0
30.0
Ya
67
70.0
70.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet minum the manis dengan gula pasir Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
34
35.0
35.0
35.0
Ya
62
65.0
65.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet minum kopi + gula pasir 1x sehari Frequency Valid Tidak Ya
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
41
43.0
43.0
43.0
55
57.0
57.0
100.0
Atur diet minum kopi + gula pasir 1x sehari Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
41
43.0
43.0
43.0
Ya
55
57.0
57.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet melakukan variasi memasak makanan Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
13
14.0
14.0
14.0
Ya
83
86.0
86.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet berapa kali makan besar dalam sehari Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
36
37.0
37.0
37.0
Ya
60
63.0
63.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet jam berapa makan siang Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
58
68.0
68.0
68.0
Ya
31
32.0
32.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet makan dengan jumlah porsi makan sama Frequency Valid Tidak 16
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
19.0
19.0
19.0 100.0
Ya
78
81.0
81.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengkomsumsi sayuran setiap hari Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
65
68.0
68.0
68.0
Ya
31
32.0
32.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengkomsumsi buah setiap hari Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
57
59.0
59.0
59.0
Ya
39
41.0
41.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet mengganti gula pasir dengan gula diet Frequency Valid Tidak
Percent
49
Valid Percent
51.0
Ya
47 49.0
Total
96
100.0
Cumulative Percent
51.0
51.0
49.0
100.0
100.0
Atur diet menimbang BB minimal satu kali sehari
Valid Tidak Ya Total
Frequency
Percent
28
29.0
68 96
71.0 100.0
Valid Percent Cumulative Percent 29.0
29.0
71.0
100.0
100.0
Atur diet makan kecil dalam sehari
Valid Tidak Ya
Frequency
Percent
36
37.0
60
63.0
Valid Percent Cumulative Percent 37.0 63.0
37.0 100.0
Atur diet makan kecil dalam sehari Frequency
Percent
36
37.0
Ya
60
63.0
63.0
Total
96
100.0
100.0
Valid Tidak
Valid Percent Cumulative Percent 37.0
37.0
100.0
Atur diet jam makan cemilan Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
44
46.0
46.0
46.0
Ya
52
54.0
54.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Atur diet batasi makanan mengandung lemak Frequency Valid Ya
Percent
96
100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
100.0
100.0
Kuesioner Aktivitas fisik Aktivitas fisik olahraga Aerobik Frequency Valid Tidak Ya Total
Percent 7
89 96
7.0 93.0 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
7.0
7.0
93.0
100.0
100.0
Aktivitas fisik olahraga dala seminggu Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
50
52.0
52.0
52.0
Ya
46
48.0
48.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Aktivitas fisik lama melakukan olahraga Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
56
58.0
58.0
58.0
Ya
40
42.0
42.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Kuesioner Pengobatan Pengobatan minum obat sesuai aturan Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
47
49.0
49.0
49.0
Ya
49
51.0
51.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Pengbatan minum obat diabetes sesuai dosis Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
50
52.0
50.0
58.0
Ya
46
48.0
48.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
Frequency Valid Tidak
Pengobatan kontrol ke Puskesmas Frequency Valid Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
14
14.6
14.6
14.6
Ya
82
85.4
85.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
Univariat Kadar Gula Darah Puasa Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak normal
49
51.0
51.0
51.0
Normal
47
49.0
49.0
100.0
96
100.0
100.0
Total
Edukasi Frequency Percent Valid kurang baik
Valid Percent
Cumulative Percent
56
58.3
58.3
58.3
Baik
40
41.7
41.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
Pengaturan Diet Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang baik
61
63.5
63.5
63.5
Baik
35
36.5
36.5
100.0
96
100.0
100.0
Total
Aktifitas Fisik/Olahraga Frequency Percent Valid kurang baik
Valid Percent
Cumulative Percent
61
63.5
63.5
63.5
Baik
35
36.5
36.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
Pengobatan Frequency Percent Valid kurang patuh
Valid Percent
Cumulative Percent
55
57.3
57.3
57.3
Patuh
41
42.7
42.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
Bivariat Edukasi Dengan Kadar Gula Darah PuasaCrosstabulation Kadar Gula Darah Puasa
Edukasi kurang Count baik % Edukasi Baik
Count % Edukasi
Total
within
within
Count % Edukasi
within
tidak normal
normal
Total
42
14
56
75.0%
25.0%
100.0%
8
32
40
20.0%
80.0%
100.0%
50
46
96
52.1%
47.9%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) sided) (1-sided)
Value
df
Pearson Chi-Square
28.282a
1
.000
Continuity Correctionb
26.122
1
.000
Likelihood Ratio
29.904
1
.000
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
.000 96
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.17. b. Computed only for a 2x2 table
Pengaturan Diet Dengan Kadar Gula Darah Puasa Crosstabulation Kadar GulaDarah Puasa Total Pengaturan Diet
Kurang Count baik % within Pengaturan Diet baik
Count % within Pengaturan Diet
Total
Count % within Pengaturan Diet
Tidak normal
normal
36
25
61
59%
41%
100.0%
14
21
35
40%
60%
100.0%
50
46
96
52.1%
47.9%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Exact Sig. Asymp. Sig. Exact Sig. (2- (1(2-sided) sided) sided)
Value
Df
34.167a
1
.000
31.731
1
.000
38.432
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
33.811
N of Valid Casesb
96
1
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.77. b. Computed only for a 2x2 table
Aktifitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Crosstabulation Kadar Gula Darah Puasa
Aktivitas kurang baik Count Fisik % within Aktifitas Fisik Baik
Count % within Aktifitas Fisik
Total
Count % within Aktifitas Fisik
Total
tidak normal
normal
39
22
61
63.9%
36.1%
100.0%
11
24
35
31.4%
68.6%
100.0%
50
46
96
52.1%
47.9%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) sided) (1-sided)
Value
df
Pearson Chi-Square
9.416a
1
.002
Continuity Correctionb
8.159
1
.004
Likelihood Ratio
9.581
1
.002
Fisher's Exact Test N of Valid Cases
b
.003
.002
96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.77. b. Computed only for a 2x2 table
Pengobatan dengan kadar gula Darah PuasaCrosstabulation Kadar Gula Darah Puasa
Pengobatan
Tidak Patuh
Patuh
Count % within Pengobatan Count % within Pengobatan
Total
Count % within Pengobatan
Total
tidak normal
Normal
38
17
55
69.1%
30.9%
100.0%
12
29
41
29.3%
70.7%
100.0%
50
46
96
52.1%
47.9%
100.0%
Chi-Square Tests Exact Sig. Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- (1sided) sided) sided)
Value
df
Pearson Chi-Square
14.926a
1
.000
Continuity Correctionb
13.373
1
.000
Likelihood Ratio
15.325
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
14.771
N of Valid Casesb
96
1
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.65. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 11 CURICULUM VITAE
Nama
: Debora Gontiana Marpaung
Tempat, Tgl Lahir
:
Porsea, 09 April 1976
Status
:
Menikah
Ayah
:
PM. Marpaung (Alm)
Ibu
:
S. Silitonga
Suami
:
0S. Damanik
Anak
:
Marcelino Pratama Damanik Kezia Valerina Damanik Anne Christy Natalia Damanik
Riwayat Pendidikan
1.: SDN Narumonda 1989 2. SMPN Narumonda 1992 3. SMA Negeri 1 Narumonda 1995 4. D3 Keperawatan Akper RS St. Elisabeth Medan 1998 5. FKep. Unand 2015 – Sekarang
Riwayat Pekerjaan
:
RSUD dr. Rasydin Kota Padang 2011 s/d sekarang