BERAT LAHIR DAN SEX RATIO ANAK SAPI BRAHMAN CROSS (BX) IMPOR PADAYANG DIPELIHARA DI BILA RIVER RANCH
SKRIPSI
HERAWATI SUARDI I 11107002
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
x
BERAT LAHIR DAN SEX RATIO ANAK SAPI BRAHMAN CROSS (BX) IMPOR PADAYANG DIPELIHARA DI BILA RIVER RANCH
SKRIPSI
Oleh :
HERAWATI SUARDI I 11107002
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
x
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini : Nama
: Herawati Suardi
NIM
: I 111 07 002
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa ; a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyatan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar,
November 2011 Ttd
HERAWATI SUARDI
x
ABSTRAK Herawati Suardi (I111 07 002).Berat Lahir dan Sex Ratio Anak Sapi Brahman Cross yang Di Pelihara Di Bila River Ranch.Di Bawah Bimbingan Prof.Dr.Ir.H. Sudirman Baco, M.Sc Sebagai Pembimbing Utama dan Prof.Dr.Ir. Lellah Rahim, M.Sc Sebagai Pembimbing Anggota. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berat lahir dan sex ratio anak sapi Brahman Cross(BX) yang di pelihara di Bila River Ranchdengan umur kebuntingan yang berbeda. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peternak tentang kondisi berat lahir dan sex ratio anak sapi Brahman Cross(BX) yang di impor dari Australia dengan umur kebuntingan yang berbeda yang di pelihara di Bila River Ranch. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2011 di PT. Buli Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.Sapi Brahman (BX) yang didatangkan (impor) pada tahun 2010 dengan umur kebuntingan berbeda yang dipelihara di Bila River Ranch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur kebuntingan 3 bulan memiliki rata-rata berat lahir yang paling tinggi yaitu 31 kg, dan nyata lebih tinggi di banding umur kebuntingan 5 bulan, umur kebuntingan 5 bulan pada saat impor mempunyai berat lahir paling rendah (26,6) kg meskipun tidak berbeda nyata dengan umur kebuntingan yang lebih tinggi. Jumlah kelahiran sebanyak 1105 ekor, pedet betina berjumlah 605 (54,8%) ekor lebih banyak dibandingkan pedet jantan yaitu 500 (45,2%).Berdasarkan analisis chi square (X2) perbandingan antara pedet jantan dan pedet betina yaitu 1 : 1,2 hal ini menunjukkan bahwa perbandingan antara ternak jantan dan ternak betina tidak berbeda nyata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Umur kebuntingan sapi pada saat impor mempengaruhi bobot lahir anak. Umur kebuntingan dini pada saat di impor cenderung bobot lahirnya lebih tinggi di banding pada kebuntingan tua. Rasio kelamin pedet jantan dengan pedet betina 1:1,2. Kata Kunci : Sapi Brahman Cross, Berat Lahir, Sex Ratio, Bila River Ranch
x
ABSTRACT Herawati Suardi (I111 07 002). Birth Weight and Sex Ratio of Calf Brahman Cross WhichAt Bila River Ranch. Under Guidance Prof.Dr.Ir.H. Sudirman Baco, M. Sc As Supervisor and Prof.Dr.Ir. Lellah Rahim, M. Sc as Cosupervisor. The research was conducted to determined. Sex Ratio and Birth weight of Brahman Cross (BX) which is maintain at Bila River Ranch. With different age pregnancy. The purpose of this research is are. As information for breeder about.The condition of birth weight and sex ratio of Brahman Calves Cross (BX) which is imported from Australia. With different age pregnancy, which is maintain at Bila River Ranch. This research was conducted in june until july 2011 at. PT. Buli, Kecamatan piru Riase, Kabupaten Sidrap, South Sulawesi. Brahman Cattle (BX) which is imported in 2010 with different age pregnancy which maintain at Bila River Ranch. The Result of this research showed that. At the age at. 3 months had. The average of birth weight is 31 kg and it is higher. Than the age pregnancy at 5 months, the 5 months age pregnancy wher inported. Has lowest birth weight, (26,6) kg, although. It is not significantly with. Age pregnancy which more thigh the. Total of birth is 1105 cows, the total of female Calf is 605 (54,8 %). More than male calf is 500 (45,2 %). Based on chi square.Analysis (x 2), the comparison between male calf and female calf is 1:1,2 this showed. That the comparison between, cous and cattle is not significantly different. The conclusion of this research is the. Age pregnancy when inported is effect. The birth weight of calf. The early age pregnancy when imported is have more. Higher birth weight than. Old age pregnancy. The sex ratio of male calf and female calf and female calf 1:1,2. Keyword: Brahman Cross, Birth Weight, Sex Ratio, Bila River Ranch
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.Skripsidengan judul:Berat Lahir dan Sex Ratio Anak Sapi Brahman Cross (BX)Impor yang Dipelihara Di Bila River Ranch. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan dengan penuh rasa hormat kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco M.Sc, selaku Pembimbing Utama dan BapakProf.Dr.Ir.Lellah Rahim,M.Sc,selaku Pembimbing Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saransaran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekeliruan yang telah penulis lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja 2. Prof. Dr. Ir, Sjamsuddin Garantjang M.Scsebagai Penasehat Akademik penulisdari tahun 2007 hingga selesai,yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan semua perkuliahan sampai selesai. x
3. Kedua Orang Tua dan sanak saudaraku yang yang terus mendidik dan mendukung baik materil maupun moril
sertaatas segala limpahan doa, kasih sayang,
kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti kepada Penulis. 4. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, dan Bapak Dekan I, II, III, yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 5. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 6. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah memberi ilmunya kepada penulis. 7. Temanku Saudara Endy Sucipto, Abdullah Bin Hatta, Taufik Hidayat, Farid 2010 terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi. Kanda Mawardi A Asja, S.Pt, M.Si, Cecep, S.Pt, M. Hasbullah, S.Pt, Faizah Azis yang telah memberi motivasi dan bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan bantuannya. 8. Teman Se-Angkatan “Rumput 07“, Senior, maupun junior yang tidak sempat saya sebutkan namanya yang selalu memberi bantuan kepada penulis. 9. Teman penelitian A. Fauziah Djafar yang telah membangun kerja sama yang baik selama penelitian. x
10. Kepada Pimpinan PT. Berdikari United Livestock Sidrap beserta para karyawan dan peternaknya yang telah memberi kesempatan kepada Penulis untuk mengadakan penelitian di PT. BULI. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri penulis sendiri. Amin. Makassar,
November 2011
Penulis
Herawati Suard
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL............................................................................................
i
LEMBAR KEASLIAN........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
iii
ABSTRAK............................................................................................................
iv
ABSTRACT.........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR..........................................................................................
vi
DAFTAR ISI........................................................................................................
vii
DAFTER TABEL................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
x
PENDAHULUAN................................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Sapi Brahman.................................................................
3
Pubertas .......................................................................................................
3
Brahman Cross (BX).....................................................................................
4
Berat Lahir....................................................................................................
6
Sex Ratio.......................................................................................................
7
Pengaruh Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak.................................
7
Efek Fisiologis Stres Panas Terhadap hormonal..........................................
8
Sistem Pemeliharaan.....................................................................................
9
x
Umur Induk...................................................................................................
10
Korelasi Antara Lama Kebuntingan,Bobot Lahir dan Jenis Kelamin..........
11
METODE PENELITIA Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................
12
Materi Penelitian..........................................................................................
12
Sumber Data.................................................................................................
12
Parameter yang Diamati...............................................................................
12
Analisis Data................................................................................................
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah PT. Berdikari United Livestock ......................................................
16
Berat Lahir...................................................................................................
19
Sex Ratio......................................................................................................
22
PENUTUP Kesimpulan .................................................................................................
24
Saran.............................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
25
LAMPIRAN.........................................................................................................
28
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman Teks
1.
Olah Data Berat Lahir ..................................................................................................... ..................................................................................................... 28
2.
Olah Data Sex Ratio………………. …………………………………
34
x
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1.
Peta Wilayah Kabupaten SidrapSulawesi Selatan ..................................................................................................... ..................................................................................................... 18
x
PENDAHULUAN Pembangunan peternakan terutama pengembangan sapi potong perlu di lakukan melalui pendekatan usaha yang berkelanjutan dengan memamfaatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha. Selain itu pengembangan usaha sapi potong hendaknya di dukung oleh industri pakan dengan mengoptimalkan bahan pakan.Peternakan sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sebagai sumber protein hewani serta menghasilkan hasil ikutan.Perkembangan usaha peternakan sapi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi peternak sapi dalam memilih jenis sapi sebagai usaha ternak sapi potong. Sapi potong merupakanhewan ternak yang dapat ditemukan hampir di semua negara termasuk Indonesia.Bangsa sapi yang ada di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi keturunan.Dari jenis-jenis sapi tersebut, masing-masing mempunyai sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Brahman Cross (BX) banyak di pelihara di Indonesia sebagai penghasil daging dan mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan sapi jenis silang.Diantaranya ketahanan tubuhnya yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
x
sapi-sapi hasil perkawinan silang.Karakteristiknya yang tahan terhadap ektoparasit tersebut membuat sapi Brahman sangat baik untuk indukan. Kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan lokal karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional sehingga pada tahun 2010 pemerintah Indonesia melakukan impor sapi betina
Brahman BX dari Australia dengan tujuan untuk
peningkatanpemenuhan konsumsi protein hewani asal sapi potong yang belum terpenuhi, sehingga sapi impor diharapkan dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik untuk memenuhi kebutuhan optimal dalam negeri.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan menganalisa mengenai berat lahir dan sex ratio anak sapi Brahman Cross impor yang dipelihara di Bila River Ranch, apakah ada pengaruh tingkat kebuntingan terhadap berat lahir yang dihasilkan setelah di pelihara di Bila River Ranch.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berat lahir dan sex ratio anak sapi Brahman Cross(BX) yang di pelihara di Bila River Ranch setelah impor ke Indonesia dengan umur kebuntingan yang berbeda. Kegunaan dari penelitian ini adalahsebagai bahan informasibagi peternak tentang kondisi berat lahir dan sex ratio anak sapi Brahman Cross(BX) yang di impor dari Australia dengan umur kebuntingan yang berbeda yang di pelihara di Bila River Ranch.
x
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Sapi Brahman Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi Brahman Amerika yang diimpor Australia pada tahun 1933.Pane (1990) menyatakan bahwa sapi Brahman mempunyai penampilan dengan ciri-ciri kuping lebar dan terkulai ke bawah, punuk dan gelambir yang besar, badan panjang dengan kedalaman sedang, mempunyai kaki agak panjang, muka agak panjang.Warna dari putih atau merah sampai hitam, umumnya putih atau abu-abu, tetapi ada juga yang kemerahan atau hitam.Warna bulu menyeluruh tetapi ada juga yang berwarna campuran.Jantan yang telah dewasa biasanya berwarna gelap pada leher, bahu, paha dan panggul bagian bawah.Kulit kendor, halus dan lembut, ketebalannya sedang dan biasanya berpigmen.Tanduk berjarak lebar, tebal dan panjangnya sedang (tanduk betina lebih tipis dibanding jantan). Pubertas Nutrisi yang diberikan sangat berpengaruh terhadap umur pubertas pada sapi Brahman, sapi-sapi yang diberi nutrisi rendah umur pubertasnya 704,2 hari, diberi nutrisi sedang umur pubertasnya 690,8 hari dan diberi nutrisi pakan yang bagus umur pubertas yang dicapai adalah 570,4 hari (Soejono, 2002).
x
Umur pubertas dipengaruhi oleh genetik dan faktor lingkungan, tetapi yang lebih berpengaruh adalah faktor genetik.Faktor genetik pada masing-masing spesies berbeda, umur pubertas pada sapi Brahman adalah 690 hari.Pada industri sapi, umur 2 tahun beranak pertama menjadi pertimbangan.Sapi Brahman muda mencapai kematangan sexual (pubertas) pada umur yang lebih tua daripada sapi muda Eropa.Semua bangsa sapi dari Bos Indicus dilaporkan masa pubertas lebih muda dibandingkan dari sapi bangsa Eropa. Sapi Brahman muda mencapai pubertas pada umur tua sehingga umur beranak pertama pada umur 2 tahun, (Putro,1993) Sapi Brahman banyak dipilih untuk dikembangkan di dunia karena mempunyai daya tahan dan kemampuan beradaptasi yang tinggi , hybrid vigour sehingga banyak dimanfaatkan dalam program crossbreeding , lebih resistent terhadap caplak dan penyakit, tahan terhadap panas, Maternal Ability baik, kemampuan berjalan yang kuat sehingga merupakan pekerja yang baik, tahan terhadap kekeringan, pandai, umur produksi panjang (bisa mencapai 15 tahun). Brahman Cross Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Hasil pengamatan di Sulawesi Selatan menunjukkan persentase beranak 40,91%, Calf crops 42,54%, mortalitas pedet 5,93%, mortalitas induk 2,92%, bobot sapih (8-9 bulan), 141,5 Kg (jantan) dan 138,3 Kg betina, pertambahan bobot badan sebelum disapih sebesar 0,38 Kg/ hari (Hardjosubroto, 1984).
x
Sapi Brahman Cross merupakan silangan sapi Brahman dengan sapi Eropa (Bos taurus), awalnya merupakan bangsa sapi American Brahman diimpor ke Australia pada tahun 1933, kemudian dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre, Rockhampton, Australia (Turner, 1977). Pengamatan sapi Brahman Cross di Australia menunjukkan angka kelahiran 81,2%, rata-rata berat lahir 28,4 kg, rata-rata berat sapih 193 kg, kematian sebelum sapih 5,2%, kematian umur 15 bulan 1,2% dan kematian dewasa 0,6%. Tujuan utama dari persilangan ini utamanya adalah menciptakan bangsa sapi potong tropis/subtropis yang mempunyai produktivitas tinggi, namun mempunyai daya tahan terhadap suhu tinggi, caplak, kutu, serta adaptif terhadap lingkungan tropis yang relatif kering.Di negeri asalnya, Australia, sapi ini umumnya dilepas di lapangan.Dengan manajemen peternakan lepas (grazing) pada padang penggembalaan yang sangat luas, mempunyai kesempatan exercise yang tanpa batas, tanpa tali hidung, dalam kumpulan, dengan perkawinan alami menggunakan pejantan, serta dengan ketersediaan pakan hijauan maupun pakan penguat secara kuantitatif maupun kualitatifcukupSmith danFrench (1997). Pada umumnya pemeliharaan di rakyat memakai tali hidung, dikandangkan sendiri atau dalam kelompok kecil dalam tempat sempit, belum sepenuhnya adaptasi, ditambah lagi dengan pemberian pakan yang kurang memadai, terjadilah gangguangangguan reproduksi (Peter dan Balls, 1987). Terjadilah proses adaptasi yang memakan waktu cukup lama, hingga berbulanbulan. Dengan adanya perubahan lingkungan, pakan, ditambah adanya heat stress x
terjadilah keadaan yang disebut depresi reproduksi (reproductive depression), sapi tidak pernah menunjukkan gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak pertama (Putro, 2008). Rendahnya fertilitas pada sapi Brahman disebabkan oleh pengamatan birahi yang kurang akurat dengan lama masa estrus 6,7±0,8 jam, nutrisi dan lamanya induk menyusui yang dapat menyebabkan terjadinya anestrus post partum pada sapi Brahman, lamanya waktu yang diperlukan untuk pengeluaran plasenta setelah melahirkan, dan adanya infeksi pada uterus yang dapat mempengaruhi jarak beranak. Masalah besar yang sering timbul pada peternakan sapi Brahman di daerah tropis dan sub tropis adalah panjangnya masa anestrus post partus.Hal ini disebabkan oleh makanan yang diberikan kurang berkualitas, temperatur lingkungan yang terlalu panas, infeksi parasit, penyakit reproduksi, kondisi tubuh yang kurus, dan stress akibat menyusui (Cole, 1982). Berat lahir Berat lahir adalah berat pedet yang baru lahir ditimbang tidak melebihi dari 24 jam. Sapi Brahman merupakan sapi yang mempunyai ukuran tubuh sedang dibandingkan sapi jenis pedaging lainnya di Amerika Serikat . Berat sapi pejantan secara umum berkisar antara 724 kg sampai dengan 996 kg, sedangkan berat badan sapi betina 453 sampai dengan 634 kg. Berat pedet yang baru lahir 27,2kg sampai dengan 29,4 kg Turner (1977).
x
Anak yang mempunyai bobot lahir rendah, akan lebih sedikit mengkonsumsi air susu dan akibatnya akan tumbuh lebih lambat. Ada hubungan yang positif antara bobot lahir dengan bobot sapih. Semakin tinggi bobot lahir akan semakin tinggi pula bobot sapihnyaHaresigen (1983) . Berat pedetpada waktu lahir sangat bervariasi.Hal ini tergantung kepada jenis dan bangsa sapi yang bersangkutan. Misalnya berat ternak sapi yang berasal dari luar seperti Aberdeen Angus 28 kg,Shorthorn 30 kg, Herford 34 kg. Target pemeliharaan pedetperiode prasapih adalah mencapai bobot badan 65 kg pada saat umur 8 minggu atau umur sapih Sutan (1988). Sex Ratio Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah ternak jantan dengan jumlah ternak betina dalam suatu populasi.Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum (tanpa melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu.Pada pembibitan ternak potong normal, perbandingan antara jantan dan betina (sex ratio) anak adalah 1:1 Gordon (1994). Pengaruh Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak Cekaman Panas Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan ruminansia. Oleh karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk x
diperhatikan. Sifat iklim di daerah tropis seperti di Indonesia tergolong iklim panas dan lembab. Hal ini ditandai dengan kelembaban udara rata-rata di atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 mm/tahun serta perbedaan suhu antara siang dan malam hari tidak begitu menyolok sekitar 2 – 5 0C(Reksohadiprodjo, 1984). Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi. Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef, 1985). Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi potong dan perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksidan komposisi susu (Mc Dowell, 1972). Efek Fisiologis Stres Panas Terhadap Hormonal Temperatur berhubungan dengan fungsi kelenjar endokrin. Stres panas memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem endokrin ternak disebabkan perubahan dalam metabolisme (Anderson,et al. 1985). Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi selera makan dan
penampilan(Mc
Dowell,1972).
Pengurangan
konsentrasi
hormon
ini,
berhubungan dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron yang berhubungan dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita
x
stres panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan konsentrasi aldosteron (Anderson,et al. 1985). Sistem Pemeliharaan Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah : a. Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari b. Mempermudah perawatan dan pemantauan c. Menjaga keamanan dan kesehatan sapi (Teuku, 1991) Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga.Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensip sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas (Sayid, 1991) 2. Pemberian Pakan Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Gunawan, 2008) Pengembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat pengembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.(Gunawan, 2008) x
Umur Induk Pengaruh umur induk dan jenis kelamin pedet terhadap pertumbuhan sangat nyata terlihat pada sapi dan domba. Pedet yang berasal dari induk yang berumur 2 tahun, sekitar 75 kg lebih rendah berat sapihnya (pada umur 7 bulan) dibandingkan pedet yang berasal dari induk yang lebih dewasa. Demikian juga pedet jantan dari induk yang mendapat pakan baik akan lebih berat 40 kg dibandingkan pedet betina pada umur sapih(Sridiyani, 1994). Sridiyani
(1994),
menyatakan
bahwa
beberapa
faktor
lain
yangmempengaruhi bobot lahir antara lain : bangsa, jenis kelamin pedet, lama kebuntingan, umur induk dan makanan. Perbedaan bobot lahir antar jenis kelamin terdapat perbedaan yang cukup berarti. Pedet jantan memiliki bobot lahir lebih tinggi dibandingkan pedet betina.. Adanya penyebab lain yang mempengaruhi bobot lahir yaitu diantaranya faktor genetis dari masing-masing induk sapi. Kita tidak mengetahui secara pasti bahwa induk-induk sapi ini adalah berasal dari jenissapi Brahman yang murni, kemungkinan adanya persilangan pada tetua dari masing-masing induk. Disadaribahwa sapi-sapi induk ini bukan jenis unggul dan memiliki karakteristik genetis yang beragam sehingga bisaterjadi timbulnya variasi yang tidak diduga.
Selain
itu
peran
pemelihara
juga
sangat
penting
dengankemampuannya masing-masing dalam memelihara ternaknya(Sridiyani, 1994).
x
Korelasi Antara Lama Kebuntingan, Bobot Lahir dan Jenis Kelamin Lama kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Lama kebuntingan pada sapi sekitar 280-294 hari, lama kebuntingan tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin anak. Jenis kelamin pada anak yang dilahirkan ditentukan pada saat fertilisasi (Berry dan Cromie, 2007) dengan hanya ada kombinasi
antara satu gamet materna dan dua gamet paternal yang
menghasilkan kemungkinan 50% jantan dan 50% betina (Hafez, 2000). Pada sapi potong, tingkat pertumbuhan dan efisiensi produksi lebih tinggi pada jantan dibandingkan pada betina (Keane dan Drennan, 1990). Berat lahir merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan pedet sapi. Sapi dengan bobot lahir yang besar dan lahir secara normal akan lebih mampu mempertahankan kehidupannya. Hubungan antara berat lahir dan jenis kelamin anak menunjukkan koefisien korelasi (P < 0,0001) yang dapat diartikan ada hubungan positif, bahwa anak yang memiliki bobot lahir lebih besar cenderung berjenis kelamin jantan (Haresigen, 1983). Semakin lama umur kebuntingan maka semakin besar bobot anak yang dilahirkan demikian pula sebaliknya. Pernyataan tersebut mendukung Anderson dan Plum (1965) yang menyatakan bahwa umur kebuntingan yang pendek akan menghasilkan bobot lahir yang lebih ringan. Disebutkan pula bahwa korelasi lama kebuntingan, bobot lahir berkisar dari 0,15 sampai 0,52. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh beberapa faktor diantaranya kecukupan nutrisi selama periode kebutingan, manajemen pemeliharaan dan musim. x
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2011 di PT. Buli Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Materi Penelitian Sapi Brahman (BX) yang didatangkan(impor) pada tahun 2010 dengan umur kebuntingan berbeda yang dipelihara di Bila River Ranch. Sumber Data Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data yaitu data sekunder.Data sekunder diperolehdari catatan atau recording yang berkaitan dari parameter yang diamati yaitu Berat Lahir dan Sex Ratio anak Sapi Brahman Cross (BX). Parameter Yang Diamati Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Berat Lahir Berat lahir adalahberat pedet yang baru lahir kemudian dilakukan penimbangan. 2. Sex Ratio Sex ratio merupakan perbandingan antara ternak jantan dan ternak betina yang dilahirkan dalam kelompok atau populasi. Sex Ratio di hitung dengan rumus : Sex Ratio
= Perbandingan ∑ anak jantan dan ∑ anak betina.
x
Keterangan : Sex Ratio= Perbandingan antara Jantan dan Betina yang lahir ∑ Jantan lahir = Jumlah jantan yang lahir ∑ Betina lahir = Jumlahbetina yang lahir Analisis Data Data yang di peroleh dari perhitungan berat lahir akan dianalisisdengan menggunakan analisis ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola factorial 7 x 2(Gaspersz, 1991). Faktor pertama adalah sebagai berikut : Faktor pertama adalah umur kebuntingan (B), terdiri atas : B1 = 3 Bulan B2 = 4 Bulan B3 = 5 Bulan B4 = 6 Bulan B5 = 7 Bulan B6 = 8 Bulan B7 = 9 Bulan Faktor kedua adalah jenis Kelamin (K), terdiri atas : K1 = Jenis kelamin jantan K2 = Jenis kelamin betina
x
Adapun model matematikanya yaitu : YIJk
= µ +Bi + Kj + (BK)ij + εijk
Keterangan : YIJ= Hasil pengamatan berdasarkan umur kebuntingan ke-i dan pada jenis kelamin ke-j sampel ternak ke-k µ= Rata-rata pengamatan Bi = Pengaruh aditif umur kebuntingan ke-i Kj = Pengaruh aditif jenis kelamin anak ke-j i
= Umur kebuntingan (1,2,3,4,5,6 dan 7)
j
= Jenis kelamin anak (jantan dan betina)
(BK)ij = Pengaruh interaksi faktor umur kebuntingan (i) dan faktor jenis kelamin anak (j) εijk
= Pengaruh galat perlakuan dan faktor umur kebuntingan (i) dan faktor jenis kelamin anak (j) pada sampel ke-k
Selanjutnya apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz, 1991). Sedangkan sex ratio akan dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-Square ( x
2
) oleh Sudjana (1996).
Rumus Chi Square : X² = Σ(f0 – fh)² fh
x
Di mana :
X² = Chi Square ; f0 = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan.
x
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah PT. Berdikari United Livestock PT. Berdikari United Livestock berdiri pada tahun 1970 tepatnya di Bila Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidrap dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sebagai salah satu anak dari Perusahaan PT. Berdikari Persero yang bergerak di bidang peternakan khususnya ternak sapi potong dan sapi bibit. PT. Berdikari United Livestock pada awal berdirinya, ternak sapi yang dipelihara sebanyak 175 ekor yang di datangkan dari Australia dengan jenis sapi Limosin, Brahman Cross, dan sapi Bali yang sebagian besar adalah ternak potong untuk penggemukan. Sedangkan potensi luas lahan yang dimilki oleh PT. Berdikari United Livestock sekitar 6441,00 Ha. PT Berdikari United Livestock dipercayakan oleh pemerintah untuk melakukan pembibitan sapi impor di lahan tersebut.Hingga 2011, sapi impor asal Australia yang dibibit PT Buli telah mencapai 9.000 ekor."Ini sudah masuk program nasional. Kalau target yang di patok, paling tidak sebanyak 40.000 ekor bibit sapi jenis Brahman Cross. Tahun 2011, PT Buli menunggu impor sapi sebanyak 3.000 ekor.Pada tahun 1975 saham PT Bila dan United Livestock Service menjadi milik Badan Urusan Logistik (Bulog). Akuisisi saham PT Bila dan United Livestock Service oleh Bulog.Kemudianpada tahun1980,pemerintah menganjurkan Bulog untuk tidak mengelola usaha peternakan sehingga semua saham dan aset termasuk seluruh karyawan dihibahkan kepada PT Berdikari (BUMN) hingga sekarang
x
Dalam menjalankan aktivitas dan manajemen Perusahaan PT. Berdikari United Livestock dipimpin oleh dua direktur produksi dan direktur pemasaran yang berkedudukan di kotamadya Pare-Pare, di Ranch di pimpin oleh seorang manajer. Karakteristik Wilayah Kabupaten Sidrap merupakan wilayah yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 185 km ke arah utara Makassar.Secara geografis, Kabupaten ini terletak di sebelah Utara Kota Makassar, tepatnya diantara Titik Koordinat : 3043 – 4009 Lintang Selatan, dan 119041 – 120010 Bujur Timur. Luas wilayahnya 2.506,19 km2 atau sekitar 3% dari total luas wilayah Sulawesi Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : A. Sebelah Utara ada Kabupaten Pinrang dan Enrenkang, B. Sebelah Timur terletak Kabupaten Luwu dan Wajo. C. Sebelah Selatan ada Kabupaten Barru dan Soppeng D. Sebelah Barat terletak Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare. Kabupaten ini terdiri dari 11 kecamatan, 38 kelurahan, dan 65 desa.Peruntukan lahan di Sidrap didominasi oleh 37.212 ha sawah irigasi, 19.162 ha padangw rumput, dan 15.326 ha perkebunan kelapa. Untuk melihat lebih jelas batas wilayah Kabupaten Paser dapat dilihat pada peta Kabupaten Sidrap pada Gambar 1.
x
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten SidrapSulawesi Selatan. Peruntukan lahan lainnya termasuk sawah tanah kering (8.987 ha), cokelat (6.765 ha), buah kemiri (6.398 ha), cengkeh (4.064 ha), kacang mende (2.304 ha), lada hitam (210 ha), kopi (172 ha), dan pohon kapuk (141 ha) (BPS Sidrap 2004). Sidrap dianggap sebagai produsen utama komoditas pertanian. Kabupaten ini merupakan produsen/pengekspor beras paling besar, juga pengekspor daging sapi/ternak di Sulawesi Selatan. Beras diekspor ke negara-negara Timur Tengah, sedangkan daging sapi/ternak diekspor ke Jakarta dan Kalimantan (BPS Sidrap 2004).
x
Berat Lahir Berat lahir merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan pedet sapi. Sapi dengan bobot lahir yang besar dan lahir secara normal akan lebih mampu mempertahankan kehidupannya dan dapat mencapai berat sapih optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka di peroleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Rata-Rata Berat Lahir anak sapi Brahman Cross (BX) yang di Pelihara di Bila River Ranch Jenis Kelamin Jantan (kg) Betina (kg) Rata-rata (kg)
3 31,5 30,5 31a
4 28,9 26,7 27,8b
5 27,1 26,7 26,6c
Umur Kebuntingan Saat Impor 6 7 8 27,9 28,2 28,3 26,2 26,8 26,3 bc b 27,1 27,5 27,3bc
9 29,0 25,7 27,3bc
Rata-rata (kg) 28,7a 26,9b 27,8
Keterangan: Angka dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada umur kebuntingan 3 bulan memiliki rata-rata berat lahir yang paling tinggi yaitu 31 kg, dan nyata lebih tinggi di bandingumur kebuntingan 5 bulan, umur kebuntingan 5 bulan pada saat impor mempunyai berat lahir paling rendah (26,6) kg meskipun tidak berbeda nyata dengan umur kebuntingan yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa ternak yang bunting muda sangat baik untuk di impor ditandai dengan tingginya bobot lahir anak. Hal ini di duga karena ternak sudah dapat beradaptasi secara baik dengan lingkungannyadan pemeliharaan yang secara intensif pada saat bunting yaitu dengan kandang yang sesuai dan pemberian pakan yang berkualitas. Jenis kelamin anak dan makanan induk sewaktu mengandung
x
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap bobot lahir anak.Beberapa bahan pakan utama yang dibutuhkan oleh betina bunting antara lain adalah kandungan kalsium, asam amino essensial tertentu seperti lysin dan karbohidrat sebagai sumber energi. Sebagaimana diketahui pemberian pakan yang dilakukan di Bila Ranch yaitu berupa hijauan dan konsentrat.Hijauan terdiri dari rumput gajah dan alang-alang sebanyak 24 kg/ekor sedangkan konsetrat sekitar 3 kg/ekor. Proses pemeliharaan kebuntingan ini sangat penting karena embrio ternak cukup labil utamanya pada umur kebuntingan muda (Hunter, 1995). Hubungan antara bobot lahir dan jenis kelamin anak mempunyai hubungan positif, pada tabel dapat kita lihat bahwa bobot lahir pedet jantan lebih besar dibandingkan bobot lahir pedet betina hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa anak yang memiliki bobot lahir yang lebih besar cenderung berjenis kelamin jantan.Jenis kelamin memiliki kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Pedet jantan tentu memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari pedet betina.
Haresigen
(1983)
menyatakanbahwa
faktor
jenis
kelaminfoetus
mempengaruhi pertumbuhan sebelum kelahiran. Menurut Toelihere (1981), foetusdapat memiliki kelenjar endoktrin yang meliputi tiroid, adrenal, dan gonad. Gonad padabetina dapat menghasilkan hormon estrogen. Menurut Nalbandov (1980), hormonestrogen yang dihasilkan hewan betina akan membatasi pertumbuhan tulang pipa dalam tubuh. Proses pembentukan tulang padafase prenatal sudah berlangsung pada hari ke-50 masa kebuntingan. Dengan demikian,hormon estrogen yang dihasilkan oleh foetus betina akan menghambat pertumbuhantulang pipa sejak x
hormon estrogen tersebut berfungsi. Dengan terhambatnyapertumbuhan tulang pipa, maka tempat melekatnya daging akan berkurang, sehingga laju pertumbuhan otot terbatas(Haresigen, 1983). Selain karena perbedaan aktivitas hormon kelamin, perbedaan bobot lahir pedet jantan dan pedet betina di sebabkan oleh perbedaan ukuran plasenta antara jantan dan betina. Dengan demikian jika plasenta jantan lebih besar, maka kesempatan feotus jantan untuk memperoleh zat makanan cukup banyak jika dibandingkan dengan betina, sehingga memungkinkan pertumbuhan prenatal jantan lebih besar yang pada akhirnya akan lahir dengan bobot badan yang lebih berat daripada betina(Toelihere, 1981) Rata-rata berat lahir anak sapi Brahman Cross (BX) perbedaan relatif kecil (26,6-31) kg dengan umur kebuntingan yang berbeda pada saat impor. Dapat dikatakan bahwa dengan umur kebuntingan yang berbeda pda saat impor tidak berpengaruh terhadap berat lahir pedet. Total rata-rata berat lahir anak sapi Brahman Cross (BX) pada penelitian ini yaitu 27,5 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat Turner (1977) yang menyatakan bahwa rata-rata berat badan pedet Brahman Cross (BX) yang baru lahir yaitu 27,2 kg sampai dengan 29,4 kg. Bobot lahir antara pedet jantan dan pedet betina sangat bervariasi. Kisaran bobot lahir pedet jantan antara 27,10 kg sampai dengan 31,50 kg dengan total rata-rata 28,45 kg. Sementara pedet betina memiliki kisaran bobot lahir antara 25,66 kg sampai dengan 30,47 kg dengan total rata-rata 26,67 kg. Panjaitan
x
etal. (2002) juga menyatakan bahwa bobot lahir pedet jantan lebih berat daripada pedet betina. Sex Ratio Sex ratio merupakan perbandingan antara jenis kelamin jantan dengan jenis kelamin betina. Tinjauan genetik menunjukkan bahwa jenis kelamin ditentukan pada saat pembuahan. Pada mamalia, jenis kelamin anak yang dilahirkan bergantung pada pembuahan ovum yang membawa kromosom X oleh sperma pembawa kromosom X atau Y. Bila zigot terdiri atas pasangan kromosom X dan Y maka akan berkembang menjadi individu jantan. Sedangkan zigot yang terdiri atas pasangan kromosom X akan menjadi invidu betina (Reed, 1985). Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka dapat dilihat perbandingan antara pedet jantan dan pedet betina yang telah lahir. Tabel 2. Perbandingan antara pedet jantan dan pedet betina Brahman Cross (BX) yang di pelihara di Bila River Ranch Umur Kebuntingan (Import) 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan Jumlah (N) Sex Ratio
Jenis Kelamin Jantan Betina 126 (43,3%) 162 (56,3%) 205 (43,9%) 262 (56,1%) 65 (47,1%) 73 (52,9%) 58 (52,7%) 52 (47,3%) 32 (49,2%) 33 (50,8%) 9 (31,1%) 20 (68,9%) 5 (62,5%) 3 (37,5%) 500 (45,2%) 605 (54,8%) 1 1,2
Total 288 (100%) 467 (100%) 138 (100%) 110 (100%) 65 (100%) 29 (100%0 8 (100%) 1105 (100%) 1 : 1,2
x
Pada Tabel 2 dapat kita lihat jumlah kelahiran sebanyak 1105 ekor, pedet betina berjumlah 605 (54,8%) ekor lebih banyak dibandingkan pedet jantan yaitu 500 (45,2%). Perbedaan tingginya persentase kelahiran anak sapi betina di bandingkan dengan anak sapi jantan kemungkinan akibat perbedaan kemampuan bertahan (Xu et al., 2000) . Berdasarkan analisis chi square (X 2) perbandingan antara pedet jantan dan pedet betina yaitu 1 : 1,2 hal ini menunjukkan bahwa perbandingan ternak jantan dan ternak betina tidak berbeda nyata. Proses pembentukan spermatozoa menghasilkan 2 tipe sel spermatozoa yang berbeda dalam jumlah yang sama banyakya yaitu 50% spermatozoa X dan 50% spermatozoa
Y (1:1). Tetapi pada kenyataannya sering terjadi pergeseran nilai
imbangan tersebut baik pada waktu pembuahan maupun pada perkembangannya. Kromosom seks Y pada sapi mempuyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan kromosom X. Spermatozoa pembawa kromosom X dan spermatozoa pembawa kromosom Y dapat dibedakan berdasarkan jumlah kandungan DNA. Spermatozoa pembawa kromosom X mengandung 2,8 – 7,5% lebih banyak DNA dari pada spermatozoa berkromosom Y (Gordon, 1997).
x
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitianyang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Rata-rata bobot lahir anak sapi Brahman Cross (BX) yang di pelihara di Bila River Ranch yaitu 27,8 kg dan bobot lahir yang paling tinggi yaitu pada umur kebuntingan 3 bulan pada saat impor yaitu 31 kg. 2. Umur kebuntingan sapi pada saat impor mempengaruhi bobot lahir anak. Umur kebuntingan dini pada saat di impor cenderung bobot lahirnya lebih tinggi di banding pada kebuntingan tua. 3. Rasio kelamin pedet jantan dengan pedet betina yaitu 1:1,2. Saran Untuk memperoleh berat lahir yang tinggi, maka disarankan untuk mengimpor sapi yang dalam masa kebuntingan 3 bulan.
x
DAFTAR PUSTAKA Anonimª, 2004. Kabupaten Sidrap Dalam Angka . BPS Kab.Sidrap,Sulawesi Selatan Anderson H and Plum TV. 1965. Gestation length and birth weight an cattle and buffaloes. J Dairy Sci 48:1224. Anderson R.R., R.J. Collier, A.J. Guidry, C.W Heald, R. Jannes, B.L. Larson and H.A. Tucker, 1985. Lactation The Iowa. University Press. Ames, Iowa. Berry DP and AR. Cromie. 2007. Artificial Insemination Increases The Probability of A Male Calf in Dairy and beef Cattle. Theregionology 67;2 (346-352). Cole, V.G., 1982. Beef Cattle Production Guide. NSW Uped. Mc Athur Press. Parramatta, New South Wales Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan PercobaanUntuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmuilmu Teknik, dan Biologi. Armico, Bandung Gordon, I. 1997. Laboratory Production of Cattle Embryos. Biotechnology In Agriculture I1.I. Gordon (Editor) CAB International Wallingford. Gunawan. 2008. Petunjuk Pemeliharaan Sapi Brahman Cross. BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam Sumbawa. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th. Maryland Lippincott William and Wilkins. Hardjosubroto W. 1984. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Haresigen, W. 1983. Sheep Production. First Published Butterths. London Hunter, R. H. F. 1985. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.Penerbit ITB Bandung. Bandung. (Diterjemahkan oleh DK Harya Putra) Keane MG and MJ.Drennan. 1990. Comparison of Growth And Carcas Composition of Heifers in Three Production Systems And Steers And effects of Implantation With Anabolic Agents. Irish J Agric Res;29:1-13.
x
Mc Dowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production In Warm Climates. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Pane I. 1990.Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali.Proceeding Seminar Nasional Sapi Bali.Bali. 20-22 September 1990. Panjaitan T, Kurtz E, and Mashur, M 2002. Mating management to improve reproduction performance of Brahman cattle. Bogor : Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 30 sep-1 Okt 2002. Peters, A.R. and P.J.H. Ball. 1987. Reproduction in cattle. Butterworths, London Putro, P.P. (1993). Induksi Birahi and Ovulasi Pada Sapi Brahman Cross. Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM Yogyakarta. Putro, P. P. 2008. Sapi Brahman Cross, Reproduksi dan Permasalahannya. Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM Yogyakarta. Reed KC. 1985. Modificstion of the sex ratio. In Biohtecnology and recombinant DNA Technology in the animal production industries. Univ of New England. Reksohadiprodjo, S., 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropis. BPFE. Jakarta Sayid, 1991. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Smith TE, and French JA. 1997. Psychosocial stress and urinary cortisol excretion InMarmoset Monkeys (Callthrix kuhli),Physiol Behav. 62 (2): 225-232 Soejono M,R. 2002. Mutu Pakan Sapi Potong Ditinjau Dari Kebutuhan Nutrisi. Koordinasi Pengawasan Mutu Pakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Sridiyani, D, 1994. Pengaruh Umur Induk dan Jenis Kelamin Pedet Terhadap Berat Lahir Pedet Sapi Bali Hasil Inseminasi Buatan (Bali x Bali) di Kabupaten Lombok Barat .SKRIPSI. Fakultas PeternakanUniversitas Mataram Sudjana. 1996. Metode Statistik. Edisi Keenam. Penerbit Tarsito, Bandung. Sutan SM. 1988. Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batu Marta, Sumatra Selatan . [Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Teuku Nusyirwan Jacoeb, 1991. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternakan. x
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung Turner, H.L. 1977. The Tropical Adaption of Beef Cattle An Australian Study. In Animal Breeding ; Selected Articles From The World Animal Review. FAO Animal Production and Healts Paper 1:92. Xu ZZ, Johnson DL, Burton LJ. 2000. Factors affecting The Sex Ratio In Dairy Cattle In New Zealand. Proc NZ Soc Anim Prod 60:301-2 Yousef, M.K. 1985. Stress Physiology in Livestock. Vol. 1 : Basic Principles. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.
x
Lampiran 1.Olah Data Berat Lahir Between-Subjects Factors K ebuntingan
S ex _anak
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 1.00 2.00
Value Label 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan Jantan Betina
N 37 292 138 105 65 23 8 313 355
x
Descriptive Statistics Dependent Variable: Bobot_lahir Kebuntingan 3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
Total
Sex_anak Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total Jantan Betina Total
Mean 31.5000 30.4706 31.0270 28.9606 26.7152 27.6918 27.1077 26.0685 26.5580 27.8947 26.2083 27.1238 28.1875 26.8485 27.5077 28.2857 26.3125 26.9130 29.0000 25.6667 27.7500 28.4505 26.6789 27.5090
Std. Deviation 3.59092 2.78652 3.24454 2.24458 1.77656 2.28115 1.70590 1.45611 1.65674 1.63318 1.16616 1.66234 1.95823 1.41689 1.82108 2.36039 1.07819 1.78155 8.09321 3.05505 6.56288 2.52391 1.87715 2.37331
N 20 17 37 127 165 292 65 73 138 57 48 105 32 33 65 7 16 23 5 3 8 313 355 668
a Levene's Test of E quality of Error Variances
Dependent Variable: Bobot_lahir F 10.336
df1 13
df2 654
Sig. .000
Tests the null hy pothesis that the error varianc e of the dependent v ariable is equal ac ross groups. a. Des ign: Interc ept+ Kebuntingan+ Sex_ anak+K ebuntingan * Sex_anak
x
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Bobot_lahir Source Corrected Model Intercept Kebuntingan Sex_anak Kebuntingan * Sex_anak Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 1168.457a 152956.142 611.974 161.463 47.554 2588.490 509262.000 3756.946
df 13 1 6 1 6 654 668 667
Mean Square F 89.881 22.709 152956.142 38645.441 101.996 25.770 161.463 40.795 7.926 2.002 3.958
Sig. .000 .000 .000 .000 .063
a. R Squared = .311 (Adjusted R Squared = .297)
Estimated Marginal Means
1. Kebuntingan Dependent Variable: Bobot_lahir Kebuntingan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan
Mean 30.985 27.838 26.588 27.052 27.518 27.299 27.333
Std. Error .328 .117 .170 .195 .247 .451 .726
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 30.341 31.630 27.607 28.068 26.255 26.921 26.669 27.434 27.033 28.003 26.414 28.184 25.907 28.760
2. Sex_anak Dependent Variable: Bobot_lahir Sex_anak Jantan Betina
Mean 28.705 26.899
Std. Error .194 .206
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 28.325 29.086 26.494 27.303
x
3. Kebuntingan * Sex_anak Dependent Variable: Bobot_lahir Kebuntingan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan
Sex_anak Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Mean 31.500 30.471 28.961 26.715 27.108 26.068 27.895 26.208 28.188 26.848 28.286 26.313 29.000 25.667
Std. Error .445 .483 .177 .155 .247 .233 .264 .287 .352 .346 .752 .497 .890 1.149
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 30.626 32.374 29.523 31.418 28.614 29.307 26.411 27.019 26.623 27.592 25.611 26.526 27.377 28.412 25.644 26.772 27.497 28.878 26.168 27.529 26.809 29.762 25.336 27.289 27.253 30.747 23.411 27.922
x
Multiple Comparisons Dependent Variable: Bobot_lahir
Tukey HSD
(I) Kebuntingan 3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
(J) Kebuntingan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 3 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 3 bulan 4 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 8 bulan 9 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 9 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan
Mean Difference (I-J) Std. Error 3.3352* .34717 4.4691* .36831 3.9032* .38035 3.5193* .40971 4.1140* .52826 3.2770* .77570 -3.3352* .34717 1.1338* .20551 .5680 .22638 .1841 .27285 .7787 .43086 -.0582 .71295 -4.4691* .36831 -1.1338* .20551 -.5658 .25763 -.9497* .29929 -.3551 .44807 -1.1920 .72348 -3.9032* .38035 -.5680 .22638 .5658 .25763 -.3839 .31398 .2108 .45802 -.6262 .72968 -3.5193* .40971 -.1841 .27285 .9497* .29929 .3839 .31398 .5946 .48268 -.2423 .74541 -4.1140* .52826 -.7787 .43086 .3551 .44807 -.2108 .45802 -.5946 .48268 -.8370 .81659 -3.2770* .77570 .0582 .71295 1.1920 .72348 .6262 .72968 .2423 .74541 .8370 .81659
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .158 .994 .543 1.000 .000 .000 .299 .026 .986 .651 .000 .158 .299 .885 .999 .978 .000 .994 .026 .885 .882 1.000 .000 .543 .986 .999 .882 .948 .001 1.000 .651 .978 1.000 .948
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 2.3085 4.3620 3.3798 5.5583 2.7783 5.0281 2.3076 4.7311 2.5516 5.6763 .9829 5.5712 -4.3620 -2.3085 .5260 1.7416 -.1016 1.2375 -.6229 .9910 -.4955 2.0530 -2.1668 2.0504 -5.5583 -3.3798 -1.7416 -.5260 -1.3278 .1961 -1.8349 -.0646 -1.6803 .9701 -3.3318 .9477 -5.0281 -2.7783 -1.2375 .1016 -.1961 1.3278 -1.3125 .5447 -1.1438 1.5654 -2.7843 1.5319 -4.7311 -2.3076 -.9910 .6229 .0646 1.8349 -.5447 1.3125 -.8329 2.0222 -2.4469 1.9623 -5.6763 -2.5516 -2.0530 .4955 -.9701 1.6803 -1.5654 1.1438 -2.0222 .8329 -3.2521 1.5782 -5.5712 -.9829 -2.0504 2.1668 -.9477 3.3318 -1.5319 2.7843 -1.9623 2.4469 -1.5782 3.2521
Based on observed means. *. The mean difference is significant at the .05 level.
x
Homogeneous Subsets Bobot_lahir
Tukey HSDa,b,c
Duncana,b,c
Kebuntingan 5 bulan 8 bulan 6 bulan 7 bulan 4 bulan 9 bulan 3 bulan Sig. 5 bulan 8 bulan 6 bulan 7 bulan 4 bulan 9 bulan 3 bulan Sig.
N 138 23 105 65 292 8 37 138 23 105 65 292 8 37
1 26.5580 26.9130 27.1238 27.5077 27.6918 27.7500
Subset 2
.230 26.5580 26.9130 27.1238 27.5077
.090
3
31.0270 1.000 26.9130 27.1238 27.5077 27.6918 27.7500 .148
31.0270 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 3.958. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.292. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
x
Lampiran 2. Sex Ratia Case Processing Summary
Kebuntinga * Sex_anak
Valid N Percent 1105 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N Percent 1105 100.0%
Kebuntinga * Sex_anak Crosstabulation
Kebuntinga
3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan
Total
Count Expected Count Expected Count Expected Count Expected Count Expected Count Expected Count Expected Count Expected
Count Count Count Count Count Count Count Count
Sex_anak Jantan Betina 120 168 128.5 159.5 204 263 208.4 258.6 65 73 61.6 76.4 58 52 49.1 60.9 32 33 29.0 36.0 9 20 12.9 16.1 5 3 3.6 4.4 493 612 493.0 612.0
Total 288 288.0 467 467.0 138 138.0 110 110.0 65 65.0 29 29.0 8 8.0 1105 1105.0
x
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 8.213a 8.262 1.883
6 6
Asymp. Sig. (2-sided) .223 .220
1
.170
df
1105
a. 2 cells (14.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.57.
x
RIWAYAT HIDUP
Herawati Suardi
(I11107002),
lahir
pada
tanggal
12Oktober 1988 di Enrekang, Sulawesi Selatan. Penulis yang biasa disapa “Hera”adalah anak kelima dari lima bersaudara, anak dari pasangan suami istri Suardi Loto dan Satia. Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi Pada Tahun 1995 sampai 1996.Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di SD NegeriNO 67 Dulang sampai tahun 2001.Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1Baraka, Lulus pada tahun 2004.Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Baraka, Penulis lulus SMA pada tahun 2007.Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak Program Studi Produksi Ternak.
x