5-penyimpangan Dan Problematika Aqidah Dalam Kehidupan Masyarakat.pptx

  • Uploaded by: Intan Hazimi Permatasari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5-penyimpangan Dan Problematika Aqidah Dalam Kehidupan Masyarakat.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,444
  • Pages: 27
 Islam

adalah agama yang lurus dan murni yaitu agama yang suci serta terhindar dari pada hal-hal yang kotor, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi sekumpulan wahyu Allah untuk mengatur tatanan kehidupan manusia di dunia  Namun walaupun begitu ternyata masih saja bentuk-bentuk penyimpangan akidah berkembang dalam kehidupan manusia

 Ketidaktahuan

terhadap aqidah salimah, karena enggan mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya  Umar bin Khattab berkata: “Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal (sifat) kejahiliyahan”

Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekali pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun hal itu benar  Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Al-Baqarah: 170) 

Taqlid

buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya

 Ghuluw

(berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun menolak kemudharatan  Menjadikan para wali sebagai perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah  Mereka bertaqarrub kepada kuburan para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do’a, istighatsah dan meminta pertolongan

Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam KitabNya (ayat-ayat Qur’aniyah).  Di samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, dan mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata sehingga melupakan Allah SWT  “Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. (Ash-Shaffat: 96) 

 KUFUR  Kufur

berasal dari kata bahasa Arab yang berarti menutupi  Secara syar’i, kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam di mana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna  Contoh orang yang meninggalkan sholat berarti dia kufur, karena ketika seorang muslim tidak mengerjakan sholat maka keislamannya menjadi tidak sempurna

Kufur terbagi menjadi dua, yaitu kufur besar, apabila seseorang mengingkari bagian prinsip dalam Islam, dan kufur kecil, apabila seseorang mengingkari bagian tertentu dalam Islam di mana tanpa bagian itu Islamnya menjadi tidak sempurna  Jenis kufur besar: kufur takdzib (mendustakan), kufur karena enggan dan sombong, kufur karena ragu, kufur berpaling dari kebenaran, dan kufur nifaq  Sedangkan kufur kecil macamnya adalah kufur nikmat, meninggalkan sholat, dan bersumpah dengan nama selain Allah 

SYIRIK. Syirik kata dasarnya adalah syarika yang berarti ‘jadilah ia berteman atau bersekutu’, kemudian ditambah awalan hamzah menjadi asyraka yang berarti menyekutukan atau menjadikan sesuatu (yang satu) menjadi dua (ja’ala syarīkan). Dalam islam syirik di artikan dengan keyakinan Tuhan banyak  Dalam Tauhid, syirik diartikan sebagai suatu keyakinan bahwa terdapat kekuatan lain bersama Allah dalam pelaksanaan taqdir dan pengaturan alam 

 Syirik

juga diartikan ialah percaya, bahwa ada yang memberi bekas selain Allah dan percaya bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah  Hal ini seperti kepercayaan orang-orang yang mengabdi kepada berhala dan meminta kepadanya dalam hal-hal yang tidak disanggupi oleh perbuatan manusia, seperti syirik yang dilakukan oleh kaum watsani (penyembah berhala, tugu dan sebagainya)

 Tetapi

ada juga ulama yang mengatakan bahwa setiap keyakinan, perkataan, ataupun perbuatan yang telah ditetapkan ketentuannya oleh Allah, tetapi dalam pelaksanaannya meniadakan sikap tunduk pada Allah dan keesaan Tauhid, Iman, serta Ikhlas maka dapat dikategorikan sebagai perbuatan syirik, bahkan kufur  Sehingga seseorang yang melakukan ibadah atau ‘amaliyah dengan tujuan selain Allah tanpa diikuti dengan keesaan tauhid, iman, serta ikhlas maka dia dipandang syirik

 Syirik

ada yang mengklasifikasikan kepada dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil).  Syirik akbar adalah dapat mengeluarkan pelakunya dari jalan islam dan baginya wajib kekal di dalam neraka, dan haram pula untuknya surga hal ini apabila ia mati dalam keadaan syirik  Syirik asghar, ia tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam, tetapi ia termasuk sebesar-besarnya diantara dosa yang paling besar

Bentuk 1.

syirik: Bersumpah kepada selain Allah Dari Ibnu Umar ia berkata, telah bersabda Nabi SAW: “Barang siapa yang bersumpah dengan seuatu selain Allah, maka sungguh ia telah syirik”

2.

3.

Menggantung Jimat Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, telah bersabda Rasulullah SAW, “siapa yang menggantungkan jimat (tamimah) maka ia telah syirik” Rukyah dan Pelet, kedua hal ini juga tergolong kepada syirik, sebagaimana yang telah dituturkan Nabi SAW, dari zainab isteri ‘Abdullah dari ‘Abdullah ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “ sesungguhnya rukyah, jimat, dan pelet itu adalah syirik”

 Terkait

Rukyah, ulama sepakat membolehkankannya asalkan memenuhi tiga syarat seperti yang dikatakan alSuyūthī, yaitu: a. Menggunakan kalam Allah (al-Qur’an) atau nama dan sifat-sifat-Nya, b. Dengan bahasa ‘arab atau dengan bahasa yang diketahui atau dipahami maknanya, c. Meng’itiqadkan bahwa rukyah itu tidak memberi bekas, kecuali dengan kekuasaan Allah ta’ala

4. Menyembelih untuk selain Allah, ada orang yang pergi kepada tukang sihir supaya dia mengobati penyakitnya. Tukang sihir tersebut meminta seekor hewan darinya dengan sifat-sifat tertentu (ayam hitam mulus tidak ada warna putihnya, misalnya) dan sejenisnya. Kemudian dia menyembelihnya dan melumurkan darahnya pada orang yang sakit, untuk meminta keridhaan Jin Dari Ali bin Abi Thālib ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”.

5. Sihir dan perdukunan, tidak diragukan lagi bahwa kedua hal ini merupakan perbuatan syirik yang melibatkan Jin dan Setan sebagai teman dan pembantu mereka Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau bersabda: “barang siapa yang melakukan sihir maka sungguh ia telah syirik” Sihir adalah suatu aksi yang dilakukan penyihir untuk menutupi kebatilan dan mencampuradukannya dengan kebenaran yang sedikit melalui cara tipu daya

6. Keyakinan Terhadap Bintang, sebagian orang membuka surat kabar untuk melihat keberuntungan hari ini “Bintang anda (Zodiak)”. Orang itu melihat tanggal lahir dan bintangnya, kemudian ia memperhatikan yang ditulis peramal untuknya tentang keberuntungannya hari ini lalu ia terkesan mempercayainya

 BID’AH. Bid’ah

merupakan segala sesuatu yang dibuat-buat oleh sebagian orang yang dulunya tidak ada menjadi ada  Asy Syaāthibi yang dikutip oleh Hasbi Ash Shiddiqi menyatakan bid’ah adalah segala sesuatu yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya”  Pekerjaan menciptakan bid’ah dalam bahasa arab dinamai ibtida’. Barang yang dibuat itu, dinamai bid’ah, demikian juga rupa dan kelakuannya

 Bid’ah

menurut definisi syar’i adalah setiap orang yang menyembah Allah tanpa syariat yang Dia tetapkan, baik itu dalam akidah, ucapan, dan perbuatan.  Siapa saja yang menyembah Allah tanpa syariat yang ditetapkan-Nya, baik dari segi akidah, ucapan, atau perbuatan maka ia adalah seorang Mubtadi’ (pelaku)

 Sabda

Rasul dalam Riwayat Muslim: “Barang siapa yang mengadakan dalam urusan kami ini, yang tidak ada didalamnya, maka yang diadakan itu tertolak”  Beberapa hal bid’ah yang ditetapkan kesesatannya oleh beberapa ulama, ialah: 1) segala yang bertentangan dengan sunnah berupa ucapan, pebuatan atau keyakinan , walaupun berasal dari ijtihad, 2) segala perkara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan Rasul telah melarangnya

3) segala perkara yang tidak mungkin di syariatkan kecuali dengan nash, sedangkan tidak ada nash atasnya, maka ia adalah bid’ah, kecuali amalan yang berasal dari sahabat 4) apa yang dicap sebagai peribadatan dari kebiasaan kaum kafir 5) apa yang ditetapkan sebagian ulama tentang kesunahannya, padahal tidak ada dalilnya 6) segala ibadah yang tatacaranya tidak disebutkan kecuali dari hadis dha’if atau maudhu 7) berlebih-lebihan dalam ibadah 8) segala ibadah yang disyariatkan oleh syar’i, tetapi manusia membatasinya dengan beberapa batasan, seperti tempat, waktu, cara atau bilangan

 Pluralisme

agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah  Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga

Liberalisme

agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yangg bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata

Sekularisme

agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial

 Terus

mendekatkan diri kepada Allah  Belajar aqidah dabn ajaran Islam lainnya dengan benar dan bersumber pada rujukan yang benar  Mengamalkan ajaran Islam dengan benar dan didasarkan dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah  Bergaul dengan orang sholeh; orang yang memiliki pemahaman dan pengamalan Islam dengan benar

Related Documents


More Documents from ""