PELAYANAN PSIKOLOGI PADA CALON JEMAAH HAJI
SOP
No Dokumen
: SOP-NGK II-PSI-05
No. Revisi
: 01
Tanggal Terbit : 20 - 01 -2018 Halaman
: 1/4
PUSKESMAS NGAGLIK II
PENGERTIAN
drg. Nurhastiani Sp.KGA NIP 19680312 199312 2 001
Hubungan profesional antara psikolog dengan calon jemaah haji. Pelayanan psikologi dapat dilakukan dengan cara individual dan kelompok
tergantung
pada
kebutuhannya.
Pelayanan
psikologi
pada/calon jemaah haji adalah melakukan pemeriksaan dini secara psikologis dan memanfaatkan potensi mentalnya secara optimal demi peningkatan kualitas penyesuaian baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan dimana calon jemaah haji berada. Sebagai acuan petugas dalam :
TUJUAN
1.
Memfasilitasi perubahan perilaku calon jemaah haji;
2.
Memfasilitasi coping skills calon jemaah haji;
3.
Memfasilitasi kemampuan calon jemaah haji dalam pengambilan keputusan; dan
4.
Memfasilitasi kualitas hubungan calon jemaah haji terhadap orang lain.
KEBIJAKAN
SK Kepala Puskesmas No.188/07 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis 1. Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji mencapai istithaah kesehatan jemaah haji untuk menuju keluarga sehat (Petunjuk Teknis
Permenkes
Nomor
15
Tahun
2016).
Kementerian
Kesehatan RI Sekretariat Jendral Pusat kesehatan Haji Tahun 2017. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Bab II tentang Upaya Kesehatan Jiwa.
REFERENSI
Bagian Ketiga tentang Upaya Preventif, pasal 10 sampai dengan 16. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji Mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji untuk Menuju Keluarga Sehat. 4. Standar Pelayanan Psikologi Klinis. 2008. Ikatan Psikologi Klinis, Himpunan Psikologi Indonesia, dan Crisis Center Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
PROSEDUR
a.
b.
Persiapan alat dan bahan: 1.
Booklet calon pengantin
2.
Tes psikologi MINI ICD-X dan HVLT
3.
Alat tulis
4.
Rekam medis
5.
Rekam psikologi
6.
Register psikologi
Petugas yang melaksanakan: 1.
c.
Psikolog
Langkah-langkah: 1.
Petugas mempersilahkan calon jemaah haji duduk pada tempat yang telah disediakan;
2.
Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur pelayanan psikologi pada jemah haji (misal: saat ini Anda akan menjalankan pemeriksaan psikologis);
3.
Petugas
melakukan
pemeriksaan
psikologis
dengan
menggunakan instrumen MINI ICD-X dan HVLT; 4.
Hasil akhir dari deteksi dini risiko tinggi kesehatan jiwa jemaah haji/calon jemaah haji dikategorisasikan sebagai berikut: 4.1. tidak ditemukan risiko; dan 4.2. ditemukan risiko tinggi.
5.
Jenis risiko kesehatan jiwa: 5.1. Demensia; Keadaan ini dapat dideteksi dengan mempergunakan Instrumen HVLT (Hopkins, Verbal Learning Test). Pemeriksaan dilakukan dengan membacakan 12 macam benda dan pasien mengulang menyebutkannya. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3x Setiap benda yang diulang benar, mendapatkan masing masing 1 point. Pemeriksaan dilakukan 3x dan menjumlahkan semua yang disebutkan benar. Jika Hasilnya: 5.1.1. ≤ 14 : Sangat mungkin Demensia; 5.1.2. 15 – 36 : Normal Petunjuk percobaan 1: ”Saya akan menyebutkan 12 kata, dengarkan baik-baik. Cobalah mengingat sebanyak mungkin kata-kata yang saya sebutkan. Setelah saya selesai menyebutkan katakata tersebut, ucapkan kembali semua kata yang Bapak/Ibu ingat, tanpa harus berurutan. Bapak/Ibu
2/5
siap?”: 5.1.3. bacakan setiap kata dalam waktu 2 detik (Jeda antar kata 1 detik) (singa, intan, kuda, tenda, akik, hotel, gua, kecubung, harimau, mutiara, sapi, gubuk); 5.1.4. setelah membacakan semua daftar kata kepada pasien, minta si pasien untuk menyebutkan kembali kata-kata tersebut; 5.1.5. memeriksa kata-kata yang disebutkan oleh si pasien, mencocokkan dengan daftar kata; 5.1.6. jika kata yang disebutkan tidak ada dalam daftar, tuliskan kata tersebut dalam lembar pencatatan tapi jangan katakan kepada si pasien bahwa kata yang ia sebut tidak ada di daftar; 5.1.7. apabila dalam waktu 10 – 15 detik pasien tidak menyebutkan satu katapun, tanyakan kembali kepada pasien apakah mereka masih bisa mengingat
kata-kata
yang
lain.
Jika
tidak,
lanjutkan ke Percobaan 2; dan 5.1.8. jangan lupa, tuliskan jumlah kata yang dapat disebutkan dengan benar oleh pasien ke dalam lembar pencatatan. Percobaan 2 “Bapak/Ibu,
tadi
adalah
permulaan
yang
bagus.
Sekarang kita lanjutkan lagi. Saya akan membacakan kembali semua kata-kata tadi. Setelah saya selesai, Bapak/Ibu langsung menyebutkan sebanyak mungkin kata yang Bapak/Ibu ingat, termasuk kata-kata yang tadi di percobaan 1 sudah Bapak/Ibu sebut. Urutan katanya bebas. Yang penting sebutkan semua kata yang bisa diingat, baik yang belum maupun yang sudah Bapak/Ibu sebut. Siap?” 5.1.9. bacakan setiap kata dalam waktu 2 detik; 5.1.10. meminta pasien menyebutkan kata-kata yang mereka ingat; 5.1.11. memeriksa
kesesuaian
kata
yang
mereka
sebutkan dengan daftar kata; 5.1.12. setelah itu jika pasien tidak menyebutkan satu katapun dalam waktu 10 – 15 detik, tanyakan kembali apakah mereka masih bisa mengingat katakata yang lain; 3/5
5.1.13. jika tidak lanjutkan ke Percobaan 3; dan 5.1.14. catat jumlah kata yang dapat disebutkan dengan benar ke dalam lembar pencatatan. Percobaan 3 “Bagus
sekali
Bapak/Ibu.
Sekarang
saya
akan
membacakan sekali lagi daftar kata tadi. Dengarkan baik-baik dan cobalah mengingat sebanyak mungkin kata, baik yang tadi sudah Bapak/Ibu sebutkan maupun yang belum. Siap?” 5.1.15. melakukan
prosedur
yang
sama
seperti
sebelumnya. Ingat, waktu untuk setiap proses belajar dan recall adalah 1 menit. 5.2. Gejala-gejala psikotik, episode depresi; dan gangguan kecemasan Risiko kesehatan jiwa yang meliputi Psikotik, Episode Depresi Berat, Episode Manik dan Ganguan Anxietas dapat dideteksi dengan MINI ICD – X. Dari sejumlah pertanyaan
yang
ada
tidak
semua
pertanyaan
ditanyakan, hanya beberapa seperti dalam lampiran penerapan sederhana untuk deteksi adanya risiko kesehatan jiwa dapat menggunakan instrument “sehat jiwakah anda”. Menggunakan instrumen “sehat jiwakah Anda” dimana terdiri dari 10 pertanyaan. Jika dari pertanyaan: 5.2.1. Nomor 1–7, Jawaban “Ya” kurang dari 7, maka kemungkinan belum ada risiko kesehatan jiwa, belum perlu konsultasi ke psikiatri, dilakukan pembinaan di Puskesmas; 5.2.2. nomor
1–7,
jawabnya
“Ya”
semua,
maka
kemungkinan ada risiko kesehatan jiwa; dan 5.2.3. jika dari Pertanyaan nomor 8–10, terdapat jawaban “Ya” meskipun hanya satu, maka ada risiko kesehatan Jiwa, perlu konsul ke psikiatri. 6.
Petugas memberikan booklet dan konseling tentang berhaji, stres dalam berhaji, gejala stres, dan mengelola stres dalam berhaji; dan
7.
Petugas mengisi rekam medis, rekam dan register psikologi.
BAGAN ALIR
Tidak diperlukan
UNIT TERKAIT
Psikologi
4/5
DOKUMEN TERKAIT REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN
Rekam medis, rekam psikologi dan register psikologi.
NO 1
Yang Dirubah Format SOP
Isi Perubahan Pedoman penyusunan dokumen
akreditasi
FKTP 2017 2
Kebijakan
Regulasi terbaru
Referensi
5/5
Tanggal Mulai Diberlakukan 20-01-2018