5 Makalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pembahasan.docx

  • Uploaded by: Nur rahmi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5 Makalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pembahasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,408
  • Pages: 21
KEPERAWATAN KOMUNITAS II KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

OLEH : KELOMPOK V Q2 KEPERAWATAN DOSEN PEMBIMBING : LISNAWATI,S.Kep.,Ns.,M.Kep

HEBRIANTI

P201601063

SAFIRA

P201601079

SUCIARMA

P201501086

TITIN

P2016010075

SRI HANDAYANI

P201601061

NURAENI

P201601086

WA ODE PUTRI KARIYATI P201601099

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga karena Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)” ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehkarena itu,kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari parapembaca. Semogamakalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.Penulis.

Kendari, Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. A. Latar Belakang .................................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................................ C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... A. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ............................................. B. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................................... C. Gangguan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... D. Strategi Meningkatkan Kualitas Kerja .......................................................... E. Pertimbangan Hukum ...................................................................................... F. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................................... BAB III PENUTUP ........................................................................................................ A. Saran .................................................................................................................. B. Kesimpulan ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek (Irzal, 2016). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Irzal, 2016). (Sholihah Qomariyatus, 2018). B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja? 2. Apa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja? 3. Bagaimana gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja? 4. Bagaimana strategi meningkatkan kualitas kerja? 5. Apa saja pertimbangan hukum keselamatan dan kesehatan kerja? 6. Apa saja urgensi kesehatan keselamatan kerja? C. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan 2. Agar dapat mengetahui apa saja tujuan keselamatan dan kesehatan kerja 3. Untuk mengetahui gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja 4. Agar dapat mengetahui dan memahami strategi meningkatkan kualitas kerja 5. Agar dapat mengetahui pertimbangan hokum keselamatan dan kesehatan kerja 6. Agar dapat mengetahui urgensi kesehatan keselamatan kerja

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. 2. Menurut Suma’mur (1981:2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. 3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. 4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. 5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. 6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. 7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Kusuma Jati Ibrahim, 2010). Kondisi fisiologis-fiskal meliputi penyakit-penyakit kecelakaan kerja seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera yang diakibatkan gerakan yang berulang, sakit punggung, sindrom karpaltunnel, penyakit-penyakit kardiovaskular, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukemia, emphysema,serta arthritis. Kondisi- kondisi lain yang diketahui sebagai akibat dari tidak sehatnya lingkungan pekerjaan meliputih penyakit paru-paru putih, penyakit paru-paru coklat, penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem syaraf pusat dan bronghitis kronis (Kani Rocky Bobby, 2013). B. Tujuan Keselamatan dan kesehatan Kerja Adapun tujuan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : 1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan. 3. Mencegah/ mengurangi kematian. 4. Mencegah/mengurangi cacat tetap. 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya. 6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya. 7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi lainnya. 8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja. 9. Memperlancar,

meningkatkan

dan

mengamankan

pembangunan (Lalu Husni, 2003: 138). C. Gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

produksi

industri

serta

Kondisi-kondisi sosio-fisikologis membawa dampak besar bagi keselamatan dan kesehatan kerja, dan perusahaan yang harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya, yaitu, misalnya para pekerja setelah jam kerja menerima petunjuk mengenai metode-metode manajemen stress. Petunjuk-petunjuk ini meliputih meditasi, latihan pernapasan, dan satu teknik yang disebut dotstopin. Teknik yang sejenis dengan biofekback ini mengajarkan para pekerja untuk mengendalikan stress mereka dengan mengenang suatu saat yang indah dan memusatkan diri pada perasaan-perasaan dan sensasi-sensasi yang mereka alamih pada waktu itu. Dewasa ini, upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu strategi untuk mengurangi stress fisikologis yang berhubungan dengan pekerjaan. a. Kecelakan - kecelakan kerja perusahaan-perusahaan tertentu atau depertemen tertentu cenderung mempunyai tingkat kecelakan kecelakan kerja yang tinggi daripada lainya. Beberapa krateristik dapat menjelaskan perbedaan tersebut. 1. Kualitas organisasi. Tingkat kecelakaan berbeda secara substansi menurut jenis industry. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan industry konstruksi dan manufaktur mempunyai tingkat kecelakan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan industry jasa, keuangan, asuransi, dan real estat. Perusahaan-perusahaan kecil dan besar (yaitu perusahaan yang mempunyai kurang dari seratus pekerja dan perusahaan yang mempunyai lebih dari seribu pekerja) mempunyai tingkat kecelakan yang lebih rendah daripada perusahaan-perusahaan menengah. 2. Pekerja yang mudah celaka. Sebagian ahli penunjuk pekerja sebagi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kecelakaan bergantung pada perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan dan semata-mata bernasib sial. karakteristik psikologis dan fisik tentu tampaknya membuat sebagian pekerja lebih mudah mengalami kecelakaan disbanding yang lain. Contohnya, para pekerja yang emosinya ‘tinggi’ mempunyai angka ini sulit dideteksi sampai suatu ketika terjadi satu kecelakaan. 3. Pekerja berperangai sadis. Kekerasan ditempat pekerjaan meningkat dengan pesat, dan perusahaan dianggap bertanggung-jawab terhadap hal itu. Pembunuhan adalah penyebab kematian terbesar di tempat pekerjaan saat ini (Irzal. 2016). b. Penyakit-penyakit yang diakibatkan dipekerjaan

1. Kategori penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dalam jangka panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak, dan ginjal ; penyakit paru-paru putih, coklat,dan hitam ; leukemia; bronchitis; emphysema; lymphoma; anemia plastic, kerusakan sistim saraf pusat; dan kelainan-kelainan reproduksi (misalnya kemandulan, kerusakan genetic, keguguran, dan cacat pada waktu lahir. 2.

Kelompok-kelompok pekerjaan yang berisiko. Penambang, pekerja transportasi dan konstruksi, serta pekerja kerah biru dan pekerja tingkat rendah pada industry manufaktur menderita sebagian besar penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kecelakaan-kecelakaan kerja.

c. Kehidupan kerja berkualitas rendah Bagi banyak pekerja, kehidupan kerja berkualitas rendah disebabkan oleh kondisi tempat kerja yang gagal untuk memenuhi freferensi-freferensi dan minat-minat tertentu serti rasa tanggung jawab, keingina akan pemberdayaan dan keterlibatan dalam pekerjaan, tantangan, harga diri, pengendalian diri, penghargaan, prestasi, keadilan, kemanan, dan kepastian. d. Stres pekerjaan penyebab umum stress bagi banyak pekerja adalah supervisor (atasan), salary (gaji), security (keamanan), dan safety (keselamatan). Aturan-aturan kerja yang sempit dan tekanantekanan yang tiada henti untuk mencapai sejumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab untama stress yang dikaitkan para pekerja dengan supervisor. sementara dengan pekerja yang tidak aman mereka akan terus berada dalam keadaan tidak pasti. 1.

Perubahan organisasi.

2.

Tingkat kecepatan kerja.

3. Lingkungan fisik. 4. Pekerja yang rentan stress. e. kelelahan kerja (job burnout) Kelelahan kerja (job burnout) adalah sejinis stress yang banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan, seperti karyawan kesehatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan, dan sebagainya (Irzal, 2016).

D. Strategi meningkatkan kualitas kerja Bila

penyebab

sudah

diidentifikasi,

strategi-strategi

dapat

dikembangkan

untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja. Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakitpenyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan. a. memantau tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan juga mencatat tingkat kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau kasus penyakit tersebut : 1.tingkat insiden indeks keamanan indutsri yang paling eksplisit adalah tingkat insiden yang mengambarkan jumlah kecelakan dan penyakit dalam satu tahun. 2. tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta jam kerja, bukan dalam setahun seperti dalam tingkat insiden. 3. tingkat kegawatan. Tingkat kegawatan mengambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan atau penyakit. 4. mengendalikan kecelakaan. Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan kerja barang kali adalah dengan merancang lingkungan kerja sedemikian rupa sehinga kecelakaan tidak akan terjadi. 5. ergonomis. Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan, melalui

ergonomis.

Ergonomis

mempertimbangkan

perubahan-perubahan

pada

lingkungan pekerjaan sehubungan dengan kemampuan-kemampuan fisik dan fisiologis serta keterbatasan-keterbatasan pekerja. 6. divisi keselamatan kerja. Strategi lain dalam rangka mencegah kecelakaan adalah pemamfaatan divisi-divisi keselamatan kerja. 7. pengubahan tingkah laku. Mendorong dilaksanakannya kebiasaan kerja yang dapat mengurangi kenungkinan kecelakaan juga dapat menjadi strategi yang sangat berhasil. 8. mengurangi timbunya penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih memakan biaya dan berbahaya bagi perusahaan dan para pekerja dibandingkan dengan kecelakaan kerja.karena hubungan sebab akibat antara lingkungan

fisik dengan penyakit-penyakit tersebut sering kabur, umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit. 9. penyimpanan catatan. Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia yanh terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. 10. memantau kontak langsung. pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan. 11. penyaringan genetic. Penyeringan genetic adalah pendekatan untuk mengandalikan pengakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga controversial.. b. Mengendalikan stress dan kelelahan kerja Semakin banyak perusahaan memberikan program pelatihan yang dirancang untuk membantu para pekerja mengatasi stres yang diakibatkan oleh pekerjaan. 1. peningkatan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pentingnya

kemampuan

mengendalika atau setidaknya memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sangat disadari. 2. strategi- strategi manajemen stress pribasi. Manajemen waktu dapat merupakan strategi yang efektif dalam mengetasi stres pekerjaan. 3. mengembangkan kebijakan-kebijakan kesehatan kerja Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya tanggung jawab 4. menciptakan program-program kebugaran (Maurits Setyawati Lientje, Widodo Djati Imam. 2008).. E. Pertimbangan hukum perangkat kerja hukum bagi keselamatan dan kesehatan kerja dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu sebagai berikut : 1. occupational safety and health administration occupational safety and health administration (OSHA) mengharuskan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja tanpa

memandang ukuran perusahaan, pelaporan oleh perusahaan, dan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja. 2. program-program kompensasi pekerjaan Sementara OSHA diciptakan untuk memberikan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyekit yang dialami pekerja dalam pekerjaan. 3. common-law doctrine of torts Hokum ini terdiri dari putusan-putusan pengadilan yang berkenaan dengan tidakan-tindakan pelanggaran seperti cedera ang dialami seorang pekerja akibat tindakannya sendiri atau akibat perbuatan lainnya, atau bahkan konsumen, dan menyebabkan tuntunan hokum kepada perusahaan. 4. inisiatif-inisiatif local Perusahaan-perusahaan perlu memperhatikan perturan-peraturan local. Kadang-kadang inisiativ-inisiativ local ini memberikan sekilas tentang petunjuk yang akan dilakukan ileh pemerintah daerah lainnya atau bahkan pemerintah pusat yang akan dating (Kusuma Jati Ibrahim, 2010). F. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam ketenagakerjaan. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang PokokPokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain: a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum kekuasaan RI. (Pasal 2). b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c.

Mencegah dan mengurangi peledaka

d. Memberi pertolongan pada kecelakaan e.

Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja

f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai g. Memelihara kesehatan dan ketertiban c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5). d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi. (Pasal 10). e. Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1). (Suma’mur. 1981: 29-34). Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur pula bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: 1. Keselamatan kerja 2. Moral dan kesusilaan 3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama (Kani Rocky Bobby. 2013).

Asuhan Keperawatan Komunitas Kesehatan Kerja A. Pengkajian 1. Data inti a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas b. Status kesehatan komunitas 1) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas -

68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk

-

15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing

-

Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan

2) Tanda-tanda vital*  TD: 

< 110/70 mmHg

: 5 orang (5%)



110/70mmHg-130/90mmHg

: 75 orang (75%)



>130/90 mmHg

: 20 orang (20%)

 Nadi: 

60-80x/menit

: 90 orang (90%)



80-100x/menit

: 10 orang (10%)

 RR: 

16-24x/menit

: 90 orang (90%)



>24x/ menit

: 10 orang (10%)

 Suhu tubuh: 

36,5°C-37°C

: 100 orang (100%)

3) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *

4) Riwayat penyakit komunitas Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan kuisioner kepada 68 pekerja tersebut 5) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas

Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan, makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik. 6) Pola pemenuhan cairan dan elektrolit Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minumanyang dibawa oleh para pekerja dari rumah. 7) Pola istirahat tidur Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore. 8) Pola eliminasi Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35 orang dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok mengatakan pernah sakit “anyang-anyangan”, Sedangkan pada bagian penegepakan sebanyak 15 orang dari 35 orang pekerja (42,8%) mengeluhkan sakit “anyang-anyangan” hal ini disebabkan karena 10 orang (66,6%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 5 orang (33,3%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruangan agak jauh. 9) Pola aktivitas bergerak Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. 10) Pola pemenuhan kebersihan diri Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar. 11) Status psikososial Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran atau perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling bersaudara

karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama, antar pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada masalah. 12) Status pertumbuhan dan perkembangan 2. Data lingkungan fisik 3. Pelayanan kesehatan sosial 4. Ekonomi 5. Keamanan dan transportasi 6. Politik dan keamanan 7. Sistem komunikasi 8. Pendidikan 9. Rekreasi.

B. Analisa Data NO. 1.

DATA

ETIOLOGI

PROBLEM

DS:

Kurang

Resiko terjadinya



Pekerja mengatakan

pengetahuan

peningkatan

mengeluhkan sering batuk-

pekerja tentang

penyakit akibat

batuk.

pentingnya K3

partikel

Pekerja mengatakan tidak

bagi kesehatan

(PPOK,ISPA)

terlalu memeperhatikan

dan keselamatan

pada pekerja

pentingnya penggunaan

pekerja



masker dan sarung tangan DO: 

68 orang pekerja (68%) dari 100 pekerja di ruangan sektor A7 menegeluhkan sering batuk-batuk

2.

DS:

Ketidakadekuatan

Perilaku



Pekerja mengatakan jarang

hygine perorangan

kesehatan

melakukan cuci tangan

pada pekerja

cenderung

setelah melakukan

beresiko pada

pekerjaannya atau sebelum

pekerja

makan karena keterbatasan

perusahaan rokok

kamar mandi dan fasilitas

di ruangan sektor

yang kurang mendukung

A7

(tidak ada sabun cuci tangan di kamar mandi). DO: 

10 orang (28,6%)dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan di ruangan sektor A7 mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.



40 orang(72,7%) dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan di ruangan sektor A7tidak mencuci tangan setelah bekerja.

3.

DS:

Posisi tubuh saat

Resiko cidera



Pekerja mengatakan sering

bekerja yang salah

pada pekerja

mengalami pegal di daerah

pada pekerja

perusahaan rokok



punggung dan leher.

di ruangan sektor

Petugas klinik perusahaan

A7

mengatakan telah ada

program senam aerobic tiap jum’at pagi tetapi antusias pekerja untuk mengikuti kurang bahkan digunakan sebagai ajang datang terlambat untuk bekerja DO: 

55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya.



Pekerja yang mengikuti senam aerobic pagi pada hari jum’at (19 november 2012) di ruangan sektor A7 sebanyak 60 orang (60%) dari jumlah seluruh pekerja di ruangan sektor A7

C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko peningkatan penyakit akibat kerja b/d Kurang pengetahuan kerja dan kesadaran tentang pentingnya K bagi kesehatan dan keselamatan kerja 2. Resiko terkena paparan dari tempat kerja b/d Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja 3. Resiko terjadinya cedera saat bekerja b/d posisi tubuh yang salah saat bekerja.

D. Perencanaan Keperawatan Diagnosa

NOC

NIC

keperawatan Setelah dilakukan pengkajian di Menejemen Resiko

harapkan klien dapat ;

keselamatan

pekerja.

terjadinya

Indikator

awal Target

cedera saat

Menjaga

4

bekerja b/d

keamanan

kerja misalnya bahaya

posisi tubuh

lingkungan

fisik, biologi, kimiawi dn

yang

kerja

ergonomik.

salah

saat bekerja.

5

- Identifikasi bahaya dan stressor

dilingkungan

- Informasikan

pada

pekerja terkait hak dan kewajiban

mereka

di

bawah peraturan OSHA - Informasikan

pada

pekerja terkait zat yang berbahaya yang mungkin menegnai mereka. - Cacat semua kecelakaan kerja dan penyakit yang sesuai dengan standar OSHA

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan. B. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran yaitu, bagi perusahaan Bagi pihak perusahaan untuk disarankan untuk menekankan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dengan baik dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Lalu Husni. 2003: 138. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM): Jakarta Irzal. 2016. Dasar-Daras Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana Sholihah Qomariyatus. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi. Malang Maurits Setyawati Lientje, Widodo Djati Imam. 2008. Faktor dan Penjadualan Shif Kerja. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol.13, No.2 Kusuma Jati Ibrahim. 2010. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jurnal Keperawatan Komunitas Vol.7 No.1 Kani Rocky Bobby. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Jurnal Kesehatan Vol.1 No.6

Related Documents


More Documents from "Ghozy Alfiantika"