RINGKASAN 5 ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA SOSIOLOGI HUKUM Oleh : Sevty A. Ikhromy/0411044 1.
Mazhab Formalistis (Jhon Austin dan Hans Kelsen) Menurut Austin, hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi, atau dari yang memegang kedaulatan. Hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur makhluk berfikir, perintah mana dilakukan oleh makhluk berfikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Austin juga beranggapan bahwa hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup. Hukum dibagi dalam dua bagian, yaitu hukum yang dibuat oleh Tuhan dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan dalam : a. Hukum yang sebenarnya : Yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa bagi pengikut-pengikutnya, dan hukum yang disusun oleh individu-individu guna melaksanakan hak-hak yangdiberikan kepadanya. b. Hukum yang tidak sebenarnya. Hukum yang tidak sebenarnya bukanlah merupakan hukum yang secara langsung berasal dari penguasa, akan tetapi merupakan peratura-peraturan yang disusun oleh perkumpulan-perkumpulan atau badan-badan tertentu. Sementara Hans Kelsen beranggapan bahwa, suatu sistem hukum sebagai suatu sistem pertanggapan dari kaidah-kaidah, dimana suatu kaidah hukum tertentu akan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yang lebih tinggi derajatnya. Kaidah yang merupakan puncak dari sistem pertanggapan itu dinamakan kaidah dasar atau Grundnorm. Kaidah dasar tersebut merupakan dasar dari segenap penilaian yang bersifat yuridis yang dimungkinkan didalam suatu tertib hukum dari suatu negaranegara berbeda dengan negara lainnya. Kelsen juga menyatakan bahwa hukum berdiri sendiri terlepas dari aspekaspek kemasyarakatan yang lain. Teorinya bertujuan untuk menunjukkan apakah hukum positif dan bukan apa yang merupakan hukum yang benar.
SOSIOLOGI HUKUM
1
2.
Mazhab Sejarah dan Kebudayaan (Friedrich Karl Von Savigny dan Sir Henry). Von Savigny beranggapan bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volksgeist). Hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal dari pembentuk undang-undang. Ia mengemukakan pentingnya meneliti hubungan antara hukum dengan struktur masyarakat beserta sistem nilai-nilainya. Hal lain yang menjadi pokok ajaran Von Savigny adalah penekanannya pada aspek dinamis dari hukum yang diadakan pada sejarah hukum tersebut. Sementara menurut Sir Henry Main, hubungan-hubungan hukum yang didasarkan pada status warga-warga masyarakat yang masih sederhana, berangsur-angsur
hilang
apabila
masyarakat
itu
berkembang
menjadi
masyarakat yang modern dan kompleks. 3.
Aliran Utilitarianisme (Jeremy Betham dan Rudolph von Ihering) Betham menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukum dengan prinsip yang ia gunakan yaitu “bahwa manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagian
dan mengurangi penderitaan. Ukuran
baik
buruknya suatu perbuatan manusia tergantung pada apakah perbuatan tersebut
mendatangkan
kebahagiaan
atau
tidak.
Selanjutnya
ia
mengemukakan bahwa pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara individual. Disisi lain, Ihering didalam bukunya yang berjudul “Der Zweck in Recht”, menganggap bahwa hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuannnya, hukum sebagai sarana untuk mengendalikan individuindividu, agar tujuannya sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka menjadi warganya. 4.
Aliran Sociological Jurisprudence (Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound). Aliran ini berpokok pada pembedaan antara hukum positif (ius constitutum) dengan hukum yang hidup (living law). Dikatakan bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (culture patterns). Menurutnya, pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak pada badan-badan legislatif, keputusan-keputusan badan judikatif
SOSIOLOGI HUKUM
2
ataupun ilmu hukum. Tata tertib dalam masyarakat didasarkan pada peraturan-peraturan yang dipaksakan oleh negara. Sementara itu menurut Pound, hukum harus dilihat atau dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sosial, dan tugas dari ilmu hukum untuk memperkembangkan suatu kerangka dengan mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal. Selanjutnya Pound menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in action) yang dibedakannya dengan hukum yang tertulis. Pembedaan ini dapat diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hkum substantif maupun hukum ajektif. Aliran sociological jurisprudence telah meninggalkan pengaruh yang mendalam terutama pada pemikiran hukum di Amerika Serikat, walaupun belum sepenuhnya dapat dinamakan sosiologi hukum, akan tetapi aliran tersebut memperkenalkan teori-teori dan metode-metode sosiologi pada ilmu hukum. 5.
Aliran Realisme Hukum (Karl Llewellyn, Jerome Frank dan J.O.W Holmes). Ketiganya terkenal dengan konsep yang radikal tentang proses peradilan dengan menyatakan bahwa hakim-hakim tidak hanya menemukan hukum, akan tetapi bahkan membentuk hukum. Keputusan-keputusan hakim seringkali mendahului penggunaan prinsip-prinsip hukum yang formal. Keputusan-keputusan
pengadilan
dan
doktrin
hukum
selalu
dapat
diperkembangkan untuk menunjang perkembangan atau hasil-hasil proses hukum. J. Holmes dalam sebuah karyanya, ia menyatakan bahwa kewajiban hukum hanyalah merupakan suatu dugaan apabila seseorang berbuat atau tidak berbuat, maka dia akan menderita sesuai dengan keputusan suatu pengadilan. Sedangkan Karl Llewellyn lebih menekankan pada fungsi lembaga-lembaga hukum. Tugas pokok dari pengadilan adalah menetapkan fakta dan rekonstruksi dari kejadian-kejadian yang telah lampau yang menyebabkan terjadinya perselisihan. ===============
SOSIOLOGI HUKUM
3