LAPORAN EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN TENTANG PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU (PHTT) DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017
OLEH : NIKEN AYU WIDYASARI NIRM 05.1.4.16.0725 SEMESTER V C
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG JURUSAN PERTANIAN 2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN TENTANG PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU (PHTT) DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017
Oleh Niken Ayu Widyasari NIRM 05.1.4.16.0725
Menyetujui :
Dosen Pengampu
Pengampu
Dr. Ir. Sujono, MP. NIP. 196102061988031001
Sugiman, SP.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa taala, karena atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Evaluasi Dampak Penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini dapat diselesaikan. Laporan evaluasi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Dengan selesainya laporan evaluasi ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sujono, MP. selaku Pembimbing I dan Bapak Sugiman, SP. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan evaluasi ini. Akhir kata kami menyadari bahwa laporan evaluasi ini masih banyak kekurangan untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan. Semoga bermanfaat bagi pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Januari 2019
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Masalah dan Tujuan ................................................................................... 12 C. Manfaat ...................................................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 14 A. Penyuluhan Pertanian ................................................................................. 14 B. Evaluasi Dampak Penyuluhan.................................................................... 15 C. Metode Pengendalian Hama Tikus Terpadu .............................................. 17 BAB III METODE ................................................................................................ 24 A. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 24 B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 24 C. Teknik Pengumpulan Data .......................... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Penarikan Kesimpulan .................... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Evaluasi ...................................... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 28 BAB V PENUTUP ................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35 LAMPIRAN .......................................................................................................... 37
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Penggunaan Lahan Desa Bangunjiwo ............................................... 1 Tabel 1.2. Data Curah Hujan Kecamatan Kasihan Tahun 2012 – 2015 ............. 2 Tabel 1.3. Jumlah Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Kasihan Selama 10 Tahun Terakhir ................................................................. 3 Tabel 1.4. Data Karakteristik Tanah Desa Bangunjiwo ...................................... 4 Tabel 1.5. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin............................................. 4 Tabel 1.6 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur ......................................... 5 Tabel 1.7. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................... 5 Tabel 1.8. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian....................................... 6 Tabel 1.9. Data Target Realisasi Intensifikasi Komoditas (Ha) Tahun 2017 ..... 6 Tabel 1.10. Target dan Realisasi Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2017 .......................................................................... 7 Tabel 1.11. Data Penyebaran Varietas (Ha) Komoditas Tanaman Pangan Desa Bangunjiwo tahun 2017 .......................................................... 7 Tabel 1.12. Data Pola Tanam di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ......... 8 Tabel 1.13. Data Fasilitas Produksi Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017........................................... 9 Tabel 1.14. Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ....................................................................................... 9 Tabel 1.15. Tingkat Penerapan Teknologi Intensifikasi Padi dan Palawija di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ...................................... 10 Tabel 1.16. Kelembagaan Ekonomi Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ......................................................... 10 Tabel 1.17. Fasilitas Kelembagaan Petani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ....................................................................................... 10 Tabel 1.18. Data Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ...................... 11 Tabel 1.19. Data Gabungan Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ..... 11 Tabel 2.1. Intensitas Kerusakan pada Stadium Padi ........................................... 19 Tabel 2.2. Rekomendasi Kegiatan Pengendalian Tikus Sawah .......................... 23
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ......................................................................... 31
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Bangunjiwo merupakan salah satu dari empat desa yang ada di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Desa Bangunjiwo memiliki luas wilayah 1.543 Ha. Berikut adalah gambaran wilayah Desa Bangunjiwo. 1. Keadaan Umum Wilayah a) Batas Wilayah Kecamatan Kasihan Sebelah Utara
: Wirobrajan, Tegalrejo
Sebelah Timur
: Sewon
Sebelah Selatan
: Sewon dan Pajangan
Sebelah Barat
: Pajangan dan Sedayu
b) Pengunaan Lahan Desa Bangunjiwo Luas wilayah Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul : 1.543 Ha. Dengan Rincian Penggunaan dapat dilihat pada tabel 1.1. sebagai berikut : Tabel 1.1. Penggunaan Lahan Desa Bangunjiwo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Status/Penggunaan Tanah Luas (Ha) Sawah 199 Tegal 81 Pekarangan 1.155 Hutan Rakyat 23 Kolam/Tambak/Keramba 1 Kas Desa 77 Kantor Pemerintah 4 Lapangan 2 Fasilitas Umum 1 Jumlah 1.543 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 c) Curah Hujan Curah hujan rata-rata 147,57 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 7,5 hari. Curah Hujan dalam periode tahun 2012 hungga 2016 dapat dilihat pada tabel 1.2.
1
Tabel 1.2. Data Curah Hujan Kecamatan Kasihan Tahun 2012 – 2015 2012 Bulan
Mm
2013 Hh
Mm
2014 Hh
Mm
2015 Hh
Mm
2016 Hh
Mm
Hh
Januari
87
10
432
14
276
15
483,5
18
189
12
Pebruari
132
11
268
11
189
8
240
13
281
13
Maret
65
11
72
6
148
6
455
20
510
16
April
78
9
180
5
323
10
486
14
152
7
Mei
14
3
158
11
26,5
3
59
3
188
8
Juni
0
0
107
7
137
5
49
1
153
5
Juli
0
0
28,5
4
66
3
0
0
58
6
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
0
25
5
September
0
0
0
0
0
0
0
0
153,5
17
Oktober
84
8
33
3
0
0
0
0
154,5
14
Nopember
158
7
212
8
329,5
10
169
9
204,5
17
Desember
410
12
263
11
376
16
251
10
141
15
Jumlah
1028
71
1753,5
80
1871
77
1992,5
88
2209,5
135
Rata-rata
85,67
5,91
146,12
6,67
155,9
6,42
166,04
7,33
184,12
11,2
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Ket : mm hh
= millimeter = hari hujan d) Iklim Iklim yaitu rata-rata cuaca di suatu tempat. Iklim sangat dipengaruhi : temperatur, radiasi matahari, kelembaban udara dan curah hujan, sedangkan faktor pengendalinya adalah tinggi tempat. Di Indonesia dikenal dua pembagian iklim menurut pendapat Mohr dan menurut Schmidt dan Fergusson. Di sini penyusun menggunakan pembagian iklim menurut Schmidt dan Fergusson yang didasarkan atas jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) tiap tahunnya.
Sebagai dasar penggolongan iklim digunakan ratio Q. 𝑄=
Jumlah Rata − Rata Bulan Kering (BK) Jumlah Rata − Rata Bulan Basah (BB)
2
Ada 3 derajat kebasahan suatu bulan yaitu : 1) Bulan Basah (BB)
= Bulan dengan curah hujan ˃ 100 mm.
2) Bulan Lembab (BL) = Bulan dengan curah hujan 60 < CH < 100 mm. 3) Bulan Kering (BK)
= Bulan dengan curah hujan < 60 mm.
Berdasarkan besarnya Q, Schmidt dan Fergusson menentukan iklim Indonesia sebagai berikut : -
Golongan A
= Sangat Basah
: 0,000 < Q < 0,143
-
Golongan B
= Basah
: 0,143 < Q < 0,333
-
Golongan C
= Agak Basah
: 0,333 < Q < 0,600
-
Golongan D
= Sedang
: 0,600 < Q < 1,000
-
Golongan E
= Agak Kering
: 1,000 < Q < 1,670
-
Golongan F
= Kering
: 1,670 < Q < 3,000
-
Golongan G
= Sangat Kering
: 3,000 < Q < 7,000
-
Golongan H
= Luar Biasa Kering : 7,000 < Q
Dengan
menggunakan
tabel
1.3.
akan
membantu
dalam
menetapkan iklim menurut Schmidt dan Fergusson. Dari tabel 1.3. dapat ditentukan besarnya ratio Q. Dengan terlebih dahulu melihat bulan basah dan bulan kering. Tabel 1.3. Jumlah Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Kasihan Selama 10 Tahun Terakhir No Tahun Jumlah BB Jumlah BK 1 2006 6 6 2 2007 5 6 3 2008 7 5 4 2009 7 5 5 2010 9 1 6 2011 7 5 7 2012 6 6 8 2013 8 4 9 2014 8 4 10 2015 5 6 11 2016 10 2 Jumlah 80 48 Rata-Rata 7,27 4,36
𝑄=
Rata − Rata BK 4,36 = = 0,712 Rata − Rata BB 7,27
3
Dengan demikian menurut Schmidt dan Fergusson tipe iklim di BP3K Kasihan termasuk golongan iklim D = Sedang. e) Karakteristik Tanah Karakteristik tanah di Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan dapat dilihat pada tabel 1.4. berikut : Tabel 1.4. Data Karakteristik Tanah Desa Bangunjiwo No Indikator Keterangan 1 Kemiringan Lahan 5 – 20 % 2 Ketinggian Tempat 3 Kedalaman Lapisan Atas Tanah 20 – 25 cm 4 Ph 6,7 5 Drainase Sedang 6 Keadaan Tanah Baik Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 f)
Pengairan Lahan pertanian (sawah) di Desa Bangunjiwo menggunakan sistem irigasi teknis yang dikelola oleh GP3A setempat. Ketersediaan air yang tidak melimpah menyebabkan pola tanam di desa ini cukup beragam, yaitu padi pada MT I dan MT II serta palawija pada MT III.
2. Keadaan Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan adalah 26.933 jiwa. Berikut ini adalah data jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian/ pekerjaan : Tabel 1.5. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) 1 Laki-laki 13.506 2 Perempuan 13.427 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Dengan mengelompokkan penduduk berdasarkan golongan umur dapat diketahui besarnya angkatan kerja, anak usia sekolah, usia lanjut dan dapat dikelompokkan juga menjadi usia belum produktif, produktif dan non produktif. Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo menurut kelompok umur dapat dilihat pada tebel 1.6.
4
Tabel 1.6 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur Klasifikasi Umur Jumlah (orang) (tahun) 1 0–4 1.242 2 5–9 2.060 3 10 – 14 2.100 4 15 – 19 1.948 5 20 – 24 1.941 6 25 – 29 2.362 7 30 – 34 2.236 8 35 – 39 2.182 9 40 – 44 2.162 10 45 – 49 1.967 11 50 – 54 1.587 12 55 – 59 1.189 13 60 – 64 835 14 65 – 69 288 15 70 – 74 246 16 75 + 889 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 No
Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.7. berikut : Tabel 1.7. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) 1 Tidak Sekolah 6.761 2 Tidak Tamat SD 3.381 3 Tamat SD 6.889 4 Tamat SLTP 4.908 5 Tamat SLTA 4.901 6 Tamat D1 – D3 864 7 Tamat S1 932 8 TamatS2 405 9 TamatS3 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Struktur penduduk menurut mata pencaharian secara praktis dapat dipergunakan untuk menentukan jenis pekerjaan yang ada dan untuk mengetahui distribusi penduduk. Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.8.
5
Tabel 1.8. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian No 1
Pekerjaan
Jumlah (Orang)
Petani : 2.086 a. Pemilik Penggarap 298 b. Pemilik 447 c. Penggarap d. Penyewa 149 e. Buruh Tani 745 2 Petani Pelaku Usaha / Pedagang 36 3 Pamong Desa 556 4 PNS 642 5 Karyawan Swasta 131 6 TNI / POLRI 296 7 Pensiunan 965 8 Kerajinan Tangan 221 9 Industri RT 1.612 10 Tukang 11 Petani Ternak 115 a. Besar 63 b. Kecil 2 c. Unggas 15 12 Pengrajin Tempe 45 13 Petani Ikan Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 3. Kondisi Umum Pelaksanaan Pembangunan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Tahun 2017 a) Data Kegiatan Intensifikasi Pertanian Target dan realisasi intensifikasi komoditas di wilayah Desa Bangunjiwo tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1.9. berikut : Tabel 1.9. Data Target Realisasi Intensifikasi Komoditas (Ha) Tahun 2017 No Komoditas Target Realisasi 1 Padi 300 270 2 Kedelai 100 100 3 Jagung 4 Kacang Tanah Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Target dan realisasi produksi dan produktivitas tanaman pangan Desa Bangunjiwo tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1.10.
6
Tabel 1.10. Target dan Realisasi Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2017 No Komoditas Target Realisasi 1 Padi 2.370 2.160 Produksi (ton) 79 80 Produktivitas (kw/ha) 2 Kedelai 150 130 Produksi (ton) 15,0 13,0 Produktivitas (kw/ha) 3 Jagung Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) 4 Kacang Tanah Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Penyebaran varietas tanaman pangan dan palawija di Desa Bangunjiwo dapat dilihat pada tabel 1.11. berikut : Tabel 1.11. Data Penyebaran Varietas (Ha) Komoditas Tanaman Pangan Desa Bangunjiwo tahun 2017 No Komoditas Penyebaran (Ha) 1 Padi a. IR 64 80 b. Pandanwangi c. Situ Bagendit 175 d. Ciherang 127 e. Menthik f. Hibrida g. Lain-lain 2. Kedelai a. Wilis b. Grobogan 100 c. Anjasmoro d. Garut 3. Jagung a. Hibrida b. Composit c. Bisi 2 25 4. Kacang Tanah a. Lokal (Gajah) 5 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018
7
b) Data Pola Tanam dalam Satu Tahun di Wilayah Desa Bangunjiwo Pola tanam di Desa Bangunjiwo adalah Padi – Padi – Palawija. Hal ini dikarenakan kondisi air yang tidak dapat mencukupi untuk tiga musim tanam. Pola tanam di wilayah Desa Bangunjiwo dapat dilihat pada tabel 1.12. berikut : Tabel 1.12. Data Pola Tanam di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 No
Komoditas
1.
Sawah Irigasi : a. Padi b. Jagung c. Kedelai d. Kacang Tanah e. Bawang Merah f. Cabai Merah
2.
Sawah Tadah Hujan : a. Padi b. Jagung c. Kedelai d. Kacang Tanah e. Sayuran
3.
Lahan Kering : a. Ubi b. Sayuran
4.
Perairan Umum : - Penangkapan Ikan
5.
Usaha Lain : a. Pembenihan Ikan b. Pembesaran Ikan c. Peternakan : - Sapi Potong - Kambing / Domba - Ayam Buras
1 2 3 4
5
6
Bulan 7 8
9
10
11
12
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 c) Data Fasilitas Produksi dan Kelembagaan Fasilitas produksi pertanian di Desa Bangunjiwo berupa alat konvensional maupun alat mesin pertanian. Data berbagai fasilitas produksi pertanian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.13.
8
Tabel 1.13. Data Fasilitas Produksi Pertanian di Tingkat Kelompok Tani Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 No Alat Pertanian Jumlah (Buah) 1 Cangkul 4.102 2 Bajak 147 3 Garu 213 4 Sabit Biasa 360 5 Sabit Bergerigi 6 Hand Tractor 11 7 Pedal Thresher 16 8 Power Thresher 1 9 Gilingan Padi / RMU - Menetap 2 - Menetap 14 10 Hand Sprayer 35 11 Penyiang Padi / Landak 713 12 Jaring Ikan (Tangkap) 13 Kolam 5 14 Aplikator Urea Tablet Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Tabel 1.14. Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 No Kelompok Tani Keterangan 1 Jumlah Kelompok Tani : a. Pemula 1 b. Lanjut 4 c. Madya 11 d. Utama 16 Jumlah 2 Jumlah Kelompok Kegiatan : a. Kelompok Sapi Potong 5 b. Kelompok Ayam Buras c. Kelompok Budidaya Ikan 4 d. Kelompok Poklahsar Ikan e. Kelompok Usaha Bersama 1 f. Kelompok SLA Agribisnis g. Kelompok Wanita Tani 7 h. Kelompok Taruna Tani i. Kelompok Penangkar Benih j. Koperasi Tani k. Kelompok Lumbung 1 l. Kelompok Afinitas 4 m. Kelompok Tani Hutan 1 n. KUB Perkebunan o. Kelompok P4S Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018
9
d) Data Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tabel 1.15. Tingkat Penerapan Teknologi Intensifikasi Padi dan Palawija di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 N Komoditas o 1 2 3 4
Padi Kedelai Jagung Kacang Tanah
Benih (%)
Olah Tanah (%)
60 25 30
80 80 80
30
80
Pemupukan Anor Organik ganik (%) (%) 60 90 75 50 75 50 65
50
Pengai ran (%)
Perlin tan (%)
75 80 80
65 65 65
Perla kuan Panen (%) 75 80 80
80
70
80
Pasca Panen (%) 75 80 80 85
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Kelembagaan ekonomi pertanian yang terdapat di Desa Bangunjiwo adalah Kelompok Tani, LKD/Demapan, dan LKM-A. Adapun data jumlah kelembagaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.16. berikut : Tabel 1.16. Kelembagaan Ekonomi Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 No Uraian Jumlah 1 Jumlah Kelompok Tani 16 2 Jumlah LKD / Demapan 1 3 Jumlah LKM-A 1 Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 Tabel 1.17. Fasilitas Kelembagaan Petani di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 No Uraian Jumlah 1 BP3K 2 Posluhdes 3 BRI Unit Desa 4 Bank Umum 5 Kios Saprodi (tan/nak/kan) (resmi) 6 Kios Saprodi (tan/nak/kan) 7 (tidak resmi) 7 Balai Benih Ikan / UPR 8 Poskeswan 9 Rumah Potong Hewan 10 DAM Bendungan Sadap 11 Pasar Umum Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018
10
4. Keadaan Sumber Daya Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan a) Kelembagaan Petani Tabel 1.18. Data Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 Jml. Tgl. Ketua Angg. Berdiri Kelompok 1 70 08-12- Sidul Dullah 1995 Prayitno 2 Madya 90 06-03- Subardiyono 1989 3 Sido Maju Gedongan Madya 87 1989 Dalijo 4 Ngudi Kenalan Lanjut 70 15-11- Slamet H. P. Rejeki 1990 5 Tani Kalirandu Madya 85 04-01- Sudaryanto Mulyo 1997 / Siyam 6 Moro Dadi Ngentak Madya 125 21-03Sumiyanto 1987 7 Sribitan Sribitan Pemula 18 1978 Kuwat S. 8 Ngudi Donotirto Madya 130 1987 Tarno Mulyo Utomo 9 Ngudi Jipangan Lanjut 80 01-01Pardi Lestari 1987 Utomo 10 Tani Kalipucang Lanjut 84 01-03Warno Lestari 1996 Sumarto 11 Tani Salakan Madya 37 05-01Suyadi Binangun 1982 12 Manunggal Petung Lanjut 94 03-01Mukijo Karya 1992 13 Subur Gendeng Madya 91 Sutopo Makmur 14 Akardi Lemah Madya 30 05-04Sarkim Dadi 1989 Danuasmoro 15 Sambi Sambi Madya 89 1990 Supratno Rejo Kerep 16 Pengin Bangen Madya 40 06-10Amat Maju 1996 Ashadi Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018 No
Nama Dusun Kelompok Marsudi Bibis Asih Saka Tani Kalangan
Kelas Akhir Madya
Tabel 1.19. Data Gabungan Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 Alamat Produksi Padi Jml. Nama Nama Jml. No Sekreta Luas Provitas Klp. Gapoktan Ketua Angg riat (Ha) (ton/Ha) Tani 1 Saka Dusun Dullah 191 8,0 16 1.220 Makmur Bibis Prayitno Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018
11
Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Desa Bangunjiwo adalah padi sawah dengan menggunakan sistem irigasi teknis. Masalah yang cukup krusial dialami oleh petani diantaranya serangan hama tikus yang dapat mengakibatkan kerugian baik kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka telah dilakukan penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) oleh penyuluh desa binaan di wilayah BPP Kecamatan Kasihan. Akan tetapi kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan belum dapat mencapai hasil yang diinginkan/ dikehendaki sehingga perlu dilakukan adanya evaluasi berupa evaluasi dampak penyuluhan pertanian. B. Masalah dan Tujuan 1. Masalah Permasalahan yang dialami oleh petani di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul adalah produksi tanaman padi menurun karena tingginya serangan hama tikus. 2. Tujuan Adapun tujuan dari laporan evalausi dampak penyuluhan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam kegiatan pengendalian hama tikus (Rattus argentiventer) terpadu pada tanaman padi sawah di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. C. Manfaat Manfaat dari evaluasi dampak bagi pemegang program/ kebijakan, pelaksana/ administrator, dan petani adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemegang program/ kebijakan : a. Mengidentifikasi kombinasi terbaik dari semua komponen program yang berpengaruh lebih nyata terhadap pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan yang dilakukan. b. Mengetahui efektifitas, efisiensi, relevansi, dan manfaat dari program/ proyek yang dilakukan.
12
2. Bagi pelaksana/ administrator a. Mendokumentasikan dan melaporkan manfaat dari program/ proyek penyandang dana. b. Menyempurnakan (to fine-tune) perencanaan dan pelaksanaan. 3. Bagi petani a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam menerapkan pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) pada padi sawah. b. Meningkatkan
kesejahteraan
produktivitas.
13
petani
melalui
peningkatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyuluhan Pertanian 1. Pengertian Penyuluhan Pertanian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sedangkan menurut Setiana (2005) dalam Kusnadi (2011), pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan nelayan beserta keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup dan berswadaya meningkatkan daya saing usahanya, kesejahteraan sendiri serta masyarakatnya (Zakaria (2006) dalam Kusnadi (2011)). 2. Tujuan Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu: tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah meumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan
petani
keluarganya
melalui
peningkatan
pegetahuan,
keterampilan, dan sikap. Dengan berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif, dan efisien. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang diarahkan pada
14
terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living) (Zakaria (2006) dalam Kusnadi (2011)). 3. Prinsip Penyuluhan Pertanian Menurut Soekandar (1973) dalam Kusnadi (2011), beberapa hal penting mengenai prinsip penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut: a. Penyuluhan pertanian seyogyanya diselenggarakan menurut keadaan yang nyata. b. Penyuluhan pertanian seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran. c. Penyuluhan pertanian ditujukan kepada seluruh anggota keluarga tani. d. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan untuk demokrasi. e. Harus ada kerjasama yang erat, antara penyuluh, peneliti dan lembaga lain yang terkait. f. Rencana kerja penyuluhan pertanian sebaiknya disusun secara bersama antara petani dan penyuluh. g. Penyuluhan pertanian bersifat luwes dan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan. B. Evaluasi Dampak Penyuluhan Dampak adalah gambaran nilai suatu program terhadap orang dan masyarakat. Biasanya, dampak mengacu pada manfaat jangka panjang terhadap masyarakat. Misalnya, peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial, dan lain-lain. Evaluasi dampak sendiri menurut Rossi dan Freeman, (1985), adalah sebuah evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari definisi yang berbeda, misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan bahwa evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah program dengan membandingkan out come yang dihasilkan dengan taksiran awal apa yang akan terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada (Anonim, 2008). 15
Evaluasi dampak bertujuan untuk mengukur akibat jangka panjang setelah seseorang menjalankan aktivitas program tertentu, baik yang berada dalam lingkungan rumah tangga, institusi, dan masyarakat pada umumnya. Sehingga ada penyediaan fitback untuk membantu memperbaiki desain sebuah program atau kebijakan. Manfaat melakukan evaluasi yaitu menentukan
tingkat
perubahan
perilaku
petani
setelah
penyuluhan
dilaksanakan, perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, dan penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian. Evaluasi dampak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Studi Lanjutan Pasca Program Studi ini dilakukan setelah program sudah berakhir. Sebagai contoh, suatu survey pasca latihan terhadap peserta latihan dilakukan 6 bulan setelah berakhirnya suatu latihan untuk mengetahui apakah peserta latihan menerapkan dan atau meneruskan apa yang telah dipelajari selama latihan. Untuk melakukan studi pasca proyek sangat dituntut adanya pencatatan yang rapih tentang data sebelum proyek dimulai. Pencatatan yang tidak rapih, tidak lengkap, dan hilang misalnya, mempengaruhi ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (reliability) dari data yang pada gilirannya menentukan haril evaluasi. Kurang lengkapnya data juga menyebabkan keraguan tentang aopakah dampak yag diamati disebabkan oleh intervensi program atau proyek ataukah oleh penyebab lain. 2. Penggunaan Ekspert Pada cara ekspert atau konsultan untuk menilai efektivitas suatu programatauproyek. Ekspert atau konsultan megunjungi lokasi proyek untuk mengamati secara dekat pelaksanaan proyek dan membuat suatu laporan tentang segala aspek yang menyangkut pelaksanaan, masalah yang dihadapi, serta informasi penting lainya. Disamping melakukan pengamatan langsung, dapat dilakukan wawancara dengan para manager, staf, dan pelaksana proyek. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa bila ekspert atau konsultan tersebut kurang mengetahui tentang program
16
tersebut, ada suatu kecenderungan untuk tidak bersifat objektif, terutama dalam menginterprestasi data. 3. Evaluasi oleh Peserta Pada cara ini peserta yang menjadi sasaran program atau latihan melakukan penilaian efektivitas. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa mereka yang memperoleh manfaat positif dari proyek akan memberikan penilaian yang lebih tinggi yang didorong oleh perasaan takut bahwa memberi kritik secara jujur akan berakibat dihentikannya bantuanbantuan yang bermanfaat bagi mereka. 4. Evaluasi oleh Administrator Pada cara ini diharapkan bahwa para administrator melakukan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek. Kelemahan dari cara ini ialah bahwa para administrator tersebut telah disibukkan dengan tugastugas rutin sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan evaluasi. Disamping itu para administrator tentu akan selalu memberikan penilaian yang cenderung baik untuk membuktikanm bahwa proyek itu efektif dan bermanfaat sehingga perlu dipertahankan dan dilanjutkan. C. Metode Pengendalian Hama Tikus Terpadu 1. Mengenal Tikus Sawah Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Oleh karena itu dalam pengendalian hama tikus ini, diperlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan cara penanganan hama padi dari kelompok serangga. Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi mulai dari saat pesemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat tikus sawah di negara-negara Asia mencapai 10-15% setiap tahun, dan di Indonesia luas serangan tikus sawah setiap tahun rata-rata mencapai lebih dari 100.000 ha.
17
Pengendalian hama tikus pada tanaman padi sampai saat ini keberhasilannya masih belum konsisten, dan belum semua petani di berbagai Propinsi di Indonesia memahami cara pengendalian tikus yang benar. Beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pengendalian tikus oleh petani antara lain: (1). Monitoring terhadap keberadaan hama tikus oleh petani masih kurang, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam mengantisipasi pengendalian; (2). Pemahaman petani terhadap berbagai aspek sifat-sifat biologis hama tikus dan teknologi pengendaliannya masih lemah; (3). Kegiatan pengendalian belum terorganisir dengan baik (masih sendiri-sendiri), dan tidak berkelanjutan; (4). Ketersediaan sarana pengendalian masih terbatas dan (5). Masih banyak petani yang mempunyai persepsi “mistis” terhadap tikus yang dapat menghambat pelaksanaan pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, telah direkomendasikan alternatif-alternatif pendekatan pengendalian tikus sawah yang telah terbukti efektif yaitu pengendalian hama tikus terpadu (PHTT). PHTT adalah pengendalian tikus yang didasarkan pada pemahaman ekologi tikus, yang dilakukan secara dini, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan
oleh
petani
secara
bersama-sama
(berkelompok)
dan
terkoordinasi dengan cakupan sasaran pengendalian berskala luas (hamparan atau Desa). Pengendalian tikus pada dasarnya adalah upaya menekan tingkat populasi tikus menjadi serendah mungkin melalui berbagai metode dan teknologi pengendalian, sehingga secara ekonomi keberadaan tikus di lahan pertanian tidak merugikan secara nyata. Menjaga populasi tikus sawah agar selalu berada pada tingkat populasi yang rendah adalah penting. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah dan strategi pengendalian tikus sawah dengan pendekatan PHTT.
18
2. Kerusakan Tanaman Padi Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sawah pada tanaman padi terjadi mulai dari pesemaian hingga padi menjelang panen. Pada pesemaian padi berumur dua hari, satu ekor tikus mampu merusak ratarata 283 bibit padi dalam satu malam. Pada stadium padi anakan (vegetatif) merusak anakan padi rata-rata 79 batang, dan pada stadium padi bunting 103 batang, serta pada stadium padi bermalai 12 batang per malam. Tikus sawah diketahui lebih suka menyerang tanaman padi yang sedang bunting, sehingga pada umumnya padi stadium bunting akan mengalami kerusakan yang paling tinggi. Berdasarkan pengamatan dari malai padi yang dipotong, ternyata hanya beberapa malai saja yang dimakan. Kebutuhan pakan tikus setiap hari hanya seberat kurang lebih 10% dari bobot tubuhnya, sedangkan daya rusaknya terhadap malai padi 5 kali lebih besar dari bobot malai padi yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah di lapangan terbuka dan di dalam sawah berpagar (enclosure), menunjukkan intensitas kerusakan yang berbeda di antara stadium padi. Intensitas kerusakan tertinggi terjadi pada stadium padi bunting, baik di lapangan terbuka maupun di dalam sawah berpagar. (Tabel 2.1.).
Tingginya kerusakan yang terjadi pada stadium padi bunting, berkaitan erat dengan adanya preferensi tikus terhadap pakan padi bunting. Telah dibuktikan bahwa tanaman padi stadium bunting merupakan pakan yang paling disukai tikus sawah dibandingkan dengan jenis pakan yang ada di habitat hidupnya yaitu di ekosistem sawah irigasi. Ketertarikan tikus sawah terhadap padi bunting, telah digunakan sebagai
19
dasar pengendalian tikus dengan konsep Trap Barrier System (TBS) sebagai tanaman perangkap di ekosistem sawah irigasi. Dilaporkan juga bahwa kerusakan yang disebabkan oleh 6 pasang ekor tikus dan keturunannya selama satu musim tanam padi mencapai 37,02%, yang nilainya setara dengan kehilangan gabah tiga ton atau 4,5 juta rupiah dalam 1 ha sawah. Perhitungan tersebut dengan asumsi bahwa hasil panen mencapai 8 ton/ha gabah kering panen dengan harga jual Rp. 1.500,- /kg. 3. Teknis Pelaksanaan Pengendalian a. Kultur Teknis Pelaksanaan pengendalian secara kultur teknis diintegrasikan dengan budidaya padi. Pada dasarnya, metode ini bertujuan mengkondisikan lingkungan sawah, yang merupakan “rumah” bagi tikus sawah, agar kurang mendukung terhadap kelangsungan hidup dan reproduksinya. Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan meliputi: 1) Tanam dan Panen Serempak Dalam satu hamparan diusahakan tanam serempak dengan luasan minimal 50 ha. Apabila tidak memungkinkan, aturlah agar selisih waktu tanam tidak lebih dari 2 minggu dengan tujuan untuk membatasi ketersediaan pakan bagi tikus sawah sehingga tidak mampu berkembangbiak terus menerus. 2) Pengaturan Pola Tanam Pada daerah endemik yang dicirikan dengan adanya serangan tikus sawah pada setiap musim tanam, pola tanam padi-padi-bera, padi-padi-palawija, atau padipalawija-padi dianjurkan untuk dilakukan. Kondisi bera berakibat ketiadaan pakan sehingga memutus siklus hidup dan menekan kerapatan populasi tikus. Pada pertanaman palawija, tikus sawah tidak mampu berkembang biak optimal sehingga jumlah anak yang dilahirkannya tidak sebanyak apabila terdapat tanaman padi.
20
3) Pengaturan Jarak Tanam/Tata Tanam Legowo Ciri khas petak sawah yang terserang tikus sawah adalah ‘botak’ pada bagian tengah petak. Pada serangan berat, daerah yang terserang tersebut meluas hingga ke tepi petak dan hanya menyisakan 1-2 baris tanaman padi di pinggir petakan atau sepanjang pematang. Hal tersebut dilakukan oleh tikus untuk melindungi daerah sarangnya yang biasanya berada pada pematang. Dengan sistem tanam jajar legowo, tikus sawah kurang suka dengan kondisi tersebut karena terdapat lorong-lorong panjang yang “lebih terbuka” sehingga memungkinkannya lebih mudah diketahui oleh predatornya. b. Sanitasi Habitat Dilakukan terutama pada awal tanam, meliputi pembersihan gulma, semak, tempat bersarang dan habitat tikus seperti batas perkampungan, tanggul irigasi, pematang, tanggul jalan, parit dan saluran irigasi. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (sebaiknya tinggi dan lebar <30 cm) untuk mengurangi tempat tikus berkembang biak. Dengan sanitasi habitat, tikus akan kehilangan tempat berlindung sementara, tempat membuat lubang sarang, dan pakan
alternatif.
Sanitasi
tanggul
irigasi,
salah
satu
upaya
menghilangkan tempat favorit tikus bersembunyi dan membuat lubang sarang. c. Pengemposan Massal (Fumigasi) Dilakukan serentak pada awal tanam dengan melibatkan seluruh petani dengan menggunakan alat pengempos tikus. Fumigasi terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang sarangnya menggunakan emposan. Untuk memastikan tikus agar mati, tutup lubang tikus dengan lumpur setelah diempos. Penutupan lubang tikus juga dimaksudkan agar infrastruktur pertanian (tanggul, pematang, irigasi dll) tidak rusak serta membuat tikus sawah yang datang kemudian tidak menggunakan lubang tersebut sebagai
21
sarangnya. Fumigasi dilakukan sepanjang terdapat pertanaman, terutama pada padi stadia generatif. d. Penerapan TBS (Trap Barrier System/Sistem Bubu Perangkap) Penerapan TBS (Trap Barier System / Sistem Bubu Perangkap) terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS terdiri atas : 1) Tanaman perangkap yaitu padi ditanam 3 minggu lebih awal, berukuran 25 m x 25 m untuk 10-15 ha. 2) Pagar plastik atau terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu, bagian bawahnya terendam air. 3) Bubu perangkap, dipasang pada setiap sisi TBS, dibuat dari ram kawat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 50 cm, dilengkapi pintu masuk tikus berbentuk corong, dan pintu untuk mengeluarkan tangkapan tikus. Pada penerapannya di lapangan, petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman. Lokasi penempatan petak TBS adalah petak sawah yang selalu terserang tikus pada setiap musim tanam, mudah akses airnya, dan di habitat utama tikus sawah seperti tanggul irigasi, pematang besar/ jalan sawah, dan batas dengan perkampungan. Tanaman perangkap yang ditanam 3 minggu lebih awal untuk menarik tikus dari sekitarnya, palstik pagar TBS (palstik bening dan terpal), bubu perangkap dan hasil tangkapannya. LTBS (Linier Trap Barrier System/ Sistem Bubu Perangkap Linier) merupakan bantangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, tanpa tanaman perangkap, dilengkapi bubu perangkap. Pada saat bera pratanam, plah lahan, dan 1 minggu setelah tanam, bubu perangkap dipasang secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus
22
dari dua arah (habitat dan sawah), tetapi setelah tanaman padi rimbun, bubu perangkap dipasang dengan mulut corong perangkap menghadap habitat tikus. Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampong, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/ pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur irigasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap. Pelaksanaan pengendalian didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersamasama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas/hamparan. Pelaksanaan pengendalian difokuskan pada 2 minggu sebelum dan sesudah tanam, agar tikus sawah tidak sempat memasuki periode perkembangbiakan yang terjadi pada setiap stadia generatif padi. Tabel 2.2. Rekomendasi Kegiatan Pengendalian Tikus Sawah
23
BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat 1. Waktu Kegiatan penyuluhan pertanian tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2017. Sedangkan kegiatan
evaluasi
dampak
dari
kegiatan
penyuluhan
tersebut
dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2018. 2. Tempat Kegiatan penyuluhan dan evaluasi dampak tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) dilaksanakan di kelompok tani Sido Maju, Marsudi Asih dan Tani Lestari, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi (Population) Kegiatan evaluasi dampak ini mengambil populasi petani di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Populasi tersebut terdiri dari 3 kelompok tani yaitu poktan Sido Maju yang beranggotakan 87 orang, poktan Marsudi Asih yang beranggotakan 70 orang dan poktan Tani Lestari yang beranggotakan 83 orang. 2. Sampel (Sampling) Pengambilan sampel petani diambil 15% dari jumlah total 240 petani di Desa Bangunjiwo atau 36 petani/responden dengan praktek 1 poktan diambil 12 sampel/responden dari poktan Sido Maju, poktan Marsudi Asih, dan poktan Tani Lestari. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling secara acak sederhana (simple random sampling), dengan cara mengambil sampel secara acak yang diyakini dapat mewakili populasinya.
24
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam kegiatan evaluasi dampak penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) ini adalah : 1. Kuesioner/Angket Kuesioner digunakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data dengan bertanya melalui angket yang dibagikan kepada responden dengan jawaban yang sudah tersedia. 2. Wawancara (Interviews) Wawancara digunakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data kualitatif dengan bertanya kepada responden dan tokoh kunci melalui diskusi terfokus (FGD) tingkat Gapoktan. 3. Pengamatan/Observasi Observasi adalah pengambilan data yang dilaksanakan oleh evaluator dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan pada obyek yang dievaluasi. 4. Pencatatan Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh evaluator dengan cara mencatat semua data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari petani, dinas dan instasi yang terkait dengan data-data yang dibutuhkan. D. Teknik Analisis Data Adapun cara analisis data kuisioner yang digunakan yaitu melalui metode Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul selanjutnya dimasukan ke dalam tabulasi data. I=
𝐽 𝐾
Keterangan : I : Interval kelas J : Jarak Kelas (£skor maks - £skor min) K : Jumlah Kelas (Kategori)
25
Skor tertinggi = 3 (dengan asumsi 100%) Skor terendah = 1 (dengan asumsi 33,3%)
Interval =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
Interval Kelas =
100% − 0% 3
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 33,3% Klasifikasi penilaian tingkat pengetahuan petani terhadap penyuluhan Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut : Tabel 3.1. Klasifikasi Penilaian Tingkat Pengetahuan Petani Tahu (T)
Nilai (3)
Skor 77,78% - 100%
Kurang Tahu (KT)
Nilai (2)
Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Tahu (TT)
Nilai (1)
Skor 33,33% - 55,54%
Klasifikasi penilaian tingkat sikap
petani terhadap penyuluhan
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut : Tabel 3.2. Klasifikasi Penilaian Tingkat Sikap Petani Setuju (S)
Nilai (3)
Skor 77,78% - 100%
Kurang Setuju (KS)
Nilai (2)
Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Setuju (TS)
Nilai (1)
Skor 33,33% - 55,54%
Klasifikasi penilaian tingkat ketrampilan petani terhadap penyuluhan Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut : Tabel 3.3. Klasifikasi Penilaian Tingkat Keterampilan Petani Terampil (T)
Nilai (3)
Skor 77,78% - 100%
Kurang Terampil (KT)
Nilai (2)
Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Terampil (TT)
Nilai (1)
Skor 33,33% - 55,54%
26
E. Instrumen Evaluasi Dalam melakukan evaluasi, terlebih dahulu mempersiapkan kuesioner berupa pertanyaan maupun pernyataan menyangkut beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani terhadap kegiatan yang akan dievaluasi. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun instrumen yang digunakan adalah kuisioner dalam bentuk : 1. Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan. Pertanyaan untuk mengukur tahu atau tidak tahu dan mengetahui atau tidak mengetahui tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). 2. Pernyataan untuk mengukur perubahan ketrampilan. Pengertian lebih luas atau mendalam dari pengetahuan, pernyataan tentang sikap dan pernyataan tentang keyakinan akan keterampilan Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT).
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Responden Evaluasi Responden
dari
kegiatan
evaluasi
dampak
penyuluhan
tentang
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) dipilih dengan metode acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 36 responden yang terdiri dari 12 petani pada setiap kelompok tani yang mengikuti kegiatan penyuluhan PHTT di Desa Bnagunjiwo. Adapun kelompok tani tersebut adalah Poktan Sido Maju, Poktan Marsudi Asih, dan Poktan Tani Lestari. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa rata-rata usia petani yang menjadi responden adalah sekitar 61 tahun. Pada usia tersebut petani tergolong sudah cukup tua untuk dapat menerima inovasi teknologi yang disuluhkan sehingga dimungkinkan bahwa petani kurang dapat menerapkan materi penyuluhan dengan baik. Sama halnya dengan tingkat usia, tingkat pendidikan juga berpengaruh secara langsung terhadap tingkat penyerapan teknologi oleh petani. Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah lulusan SD dengan persentase sebanyak 41,67%; SMA 30,55%; SMP 16,67% dan Sarjana 11,11%. Responden yang merupakan lulusan SD, SMP, dan SMA bermatapencaharian sebagai petani, sedangkan responden yang merupakan lulusan Sarjana hanya menjadikan usahatani sebagai pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai PNS, Guru dan Perangkat Desa. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani adalah 0,87 Ha. Pengairan lahan menggunakan sistem irigasi teknis yang dilakukan secara bergilir oleh GP3A setempat. Secara lebih rinci, data responden dalam kegiatan evaluasi dampak dapat dilihat pada Lampiran 2. B. Hasil Analisis Data Analisis data kuisioner dilakukan menggunakan metode Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, untuk selanjutnya dimasukan ke dalam tabulasi data.
28
1. Aspek Pengetahuan Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut : Tabel 4.1. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Pengetahuan NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan / Pernyataan Pengetahuan Apakah Bapak / Ibu mengetahui siklus hidup tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui tahapan pertumbuhan tanaman padi sawah ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui keterkaitan siklus hidup tikus dan tahapan pertumbuhan padi sawah ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui habitat atau tempat hidup hama tikus? Apakah Bapak / Ibu mengetahui gejala serangan hama tikus? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan pengaturan pola tanam ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan pengemposan ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu memahami cara pembuatan TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui akibat dari cara pengendalian hama tikus secara kimia (rodentisida / racun tikus) ? Jumlah Rerata
Jumlah Jawaban
Skor Jawaban
Jml
Rerata
Persen
Kate gori
6
86
29
80
T
0
0
108
36
100
T
75
18
2
95
32
88
T
0
108
0
0
108
36
100
T
0
0
108
0
0
108
36
100
T
27
6
3
81
12
3
96
32
89
T
36
0
0
108
0
0
108
36
100
T
10
15
11
30
30
11
71
24
66
KT
8
17
11
24
34
11
69
23
64
KT
15
6
15
45
12
15
72
24
67
KT
249 24.90
63 6.30
48 4.80
747 74.70
126 12.60
48 4.80
921 92.10
307.00 30.70
852.78 85.28
T
T
KT
TT
3
2
1
20
10
6
60
20
36
0
0
108
25
9
2
36
0
36
29
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat capaian aspek pengetahuan petani tentang “Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT)” mencapai 85,28%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat capaian pengetahuan termasuk dalam kategori Tahu, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani mengenai pengendalian hama tikus terpadu cukup baik.
2. Aspek Sikap Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek sikap dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut : Tabel 4.2. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Sikap NO
1
2
3
4
5
6
Pertanyaan / Pernyataan Sikap Untuk mengendalikan hama tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) setujukah Bapak / Ibu melakukan tanam serentak terutama pada musim kemarau dan pengelolaan secara kelompok ? Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan pengendalian hama tikus dengan pengaturan pola tanam ? Sanitasi secara rutin salah satu upaya menghilangkan tempat kesukaan tikus bersembunyi dan dapat mengurangi perkembangbiakan tikus. Pengaturan jarak tanam jajar legowo dapat megurangi serangan hama tikus sawah. Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap Barrier System) ? Pengendalian dengan musuh alami sangat membantu usaha menjaga tetap rendahnya tingkat populasi tikus.
Jumlah Jawaban S KS TS
3
Skor Jawaban 2 1
29
2
5
87
4
13
11
12
39
36
0
0
27
9
0
5
Jml
Rerata
Persen
Kate gori
5
96
32
88.89
S
22
12
73
24.333
67.59
KS
108
0
0
108
36
100.00
S
0
81
18
0
99
33
91.67
S
15
21
0
30
21
51
17
47.22
TS
26
5
15
52
5
72
24
66.67
KS
30
7
8
Penggunaan rodentisida (racun kimia) untuk pengendalian tikus sebaiknya merupakan alternatif terakhir, karena sifatnya yang dapat mencemari lingkungan. Apakah Bapak / Ibu setuju dalam melakukan pengendalian hama tikus secara terpadu ? Jumlah Rerata
36
0
0
108
0
0
108
36
100.00
S
21
9
6
63
18
6
87
29
80.56
S
167 20.88
72 9.00
49 6.13
438 62.63
126 18.00
43 6.13
694 86.75
231.33 28.92
642.59 80.32
S
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat capaian aspek sikap petani terhadap “Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT)” mencapai 80,32%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat capaian sikap termasuk dalam kategori Setuju, sehingga dapat dikatakan bahwa petani memberikan respon positif dengan adanya penyuluhan tentang pengendalian hama tikus terpadu.
3. Aspek Keterampilan Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek keterampilan dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut : Tabel 4.3. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Keterampilan NO
1
2
3
Pertanyaan / Pernyataan Keterampilan Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam melakukan sanitasi secara rutin untuk mengendalikan perkembangbiakan tikus sawah ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pengaturan jarak tanam yang digunakan saat budidaya padi sesuai rekomendasi untuk mengendalikan hama tikus ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pengendalian hama tikus dengan pengemposan ?
Jumlah Jawaban
Skor Jawaban 2 1
Jml
Rerata
Persen
Kate gori
0
108
36.00
100.00
T
18
0
99
33.00
91.67
T
6
0
105
35.00
97.22
T
T
KT
TT
3
36
0
0
108
0
27
9
0
81
33
3
0
99
31
4
5
6
7
8
Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pembuatan perangkap TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak/ Ibu sudah terampil dalam pemasangan perangkap TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian hama tikus ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam penentuan cara pengendalian yang sesuai dengan waktu yang tepat ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam melakukan pengendalian hama tikus secara terpadu ? Jumlah Rerata Jumlah (P+S+K) Rerata (P+S+K)
3
7
26
9
14
26
49
16.33
45.37
TT
3
7
26
9
14
26
49
16.33
45.37
TT
5
26
5
15
52
5
72
24.00
66.67
KT
34
2
0
102
4
0
106
35.33
98.15
T
14
13
9
42
26
9
77
25.67
71.30
T
155 19.38 571 190.33
67 8.38 202 67.33
66 8.25 163 54.33
423 58.13 1608 536.00
108 16.75 360 120.00
57 8.25 148 49.33
588 83.13 2203 734.33
221.67 27.71 760.00 253.33
615.74 76.97 2111.11 703.70
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat capaian aspek keterampilan petani tentang “Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT)” mencapai 76,97%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat capaian pengetahuan termasuk dalam kategori Kurang Terampil, sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
keterampilan
pengendalian hama tikus terpadu belum cukup baik.
32
petani
mengenai
KT
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan evaluasi dampak kegiatan penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) di kelompok tani Sido Maju, Marsudi Asih dan Tani Lestari, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupeten Bantul, ratarata petani sudah menerapkan dengan cukup baik sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tersebut berhasil. Hasil analisis data menggunakan skala Likert berdasarkan aspek pengetahuan yaitu 85,28%, dengan kategori Tahu, aspek sikap 80,32%, dengan kategori Setuju, dan aspek keterampilan 76,97%, dengan kategori Kurang Terampil. B. Saran 1. Bagi pejabat, yaitu BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dapat melaksanakan evaluasi dampak penyuluhan pertanian secara kontinyu sebab hasil evaluasi tersebut sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan penyuluhan yang telah dilaksanakan. 2. Bagi administrator, yaitu penyuluh khususnya penyuluh Desa Bangunjiwo dapat meningkatkan monitoring terhadap hasil penyuluhan yang dilakukan. 3. Bagi petani, khususnya tentang pengendalian hama tikus terpadu dapat dipertahankandan dapat ditingkatkan kembali dari aspek keterampilan. C. Rekomendasi 1. Untuk Dinas Karena pelaksanaan pengendalian hama tikus terpadu di Desa Bangunjiwo, BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul telah mencapai 80,86% maka kebijakan tentang pengendalian hama tikus terpadu sudah cukup baik. 2. Untuk Administrator Karena pelaksanaan pengendalian hama tikus terpadu di Desa Bangunjiwo, BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul telah mencapai 80,86% maka kebijakan tentang pengendalian hama tikus
33
terpadu sudah cukup baik. Tetapi diperlukan adanya monitoring kegiatan penyuluhan agar petani tetap semangat untuk melaksanakan pengendalian hama tikus terpadu sehingga produksi tetap baik. 3. Untuk Petani Dengan hasil evaluasi di atas, petani agar selalu mengupayakan melanjutkan pengendalian hama tikus terpadu sampai kembali ke pola tanam selanjutnya.
34
BAB VI PENUTUP Dengan telah dilaksanakannya pengendalian hama tikus terpadu di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang telah berhasil dengan cukup baik tetapi dalam rangka meningkatkan produksi masih diperlukan adanya terobosan penggunaan teknologi baru agar produksi selalu meningkat baik oleh penyuluh maupun petani.
35
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Pengertian Evaluasi Dampak. www.wikipedia.com. (Diakses pada 12 Desember 2018). Kusnadi, D. 2011. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Modul Penyuluhan: https://eprints.stiperdarmawacana.ac.id. (Diakses pada 25 Juni 2018). Programa Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kasihan Tahun 2018. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan, dan Kehutanan. Rossi, Peter H., Freeman, Howard E. 1985. Evaluation : A Systematic Approach, Sage Puclication Inc. USA : Beverly California. Sudarmaji. 2006. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. https://www.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada 19 Desember 2018).
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Instrumen Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul KUESIONER EVALUASI DAMPAK PELATIHAN PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU (PHTT) DI DESA BANGUNJIWO, KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL
Petunjuk Pengisian : Dimohon dengan hormat, Bapak / Ibu / Sdr (i) dapat menjawab pertanyaan / pernyataan di bawah ini sesuai keadaan sebenarnya, dengan cara memberikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang tersedia. Maksud dari pertanyaan atau pernyataan yang ada semata-mata digunakan sebagai data pendukung dalam pelaksanaan evaluasi. A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden
: ……………………………………………..
2. Jenis Kelamin
: [ ] Laki-Laki
3. Umur
: ………………. Tahun
4. Pendidikan Terakhir
: [ ] Tidak Tamat SD [ ] SLTA
5. Alamat
[
[
] Perempuan
[ ] SD [ ] SLTP
] Perguruan Tinggi
: …………………………………………...... .…………………………………………......
6. Nama Kelompok Tani
: ……………………………………………..
7. Status dalam Kelompok
: ……………………………………………..
8. Luas Lahan Sawah
: ……………………………………………..
9. Satatus Lahan Padi Sawah
: [ ] Pemilik [ ] Penyewa [ ] Penggarap
10. Pengalaman Bertani
: ………………. Tahun
Bangunjiwo,
Desember 2018
Responden, …………………… 38
B. ASPEK PENGETAHUAN No
Pertanyaan
1
Apakah Bapak / Ibu mengetahui siklus hidup tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui tahapan pertumbuhan tanaman padi sawah ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui keterkaitan siklus hidup tikus dan tahapan pertumbuhan padi sawah ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui habitat atau tempat hidup hama tikus? Apakah Bapak / Ibu mengetahui gejala serangan hama tikus? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan pengaturan pola tanam ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan pengemposan ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu memahami cara pembuatan TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu mengetahui akibat dari cara pengendalian hama tikus secara kimia (rodentisida / racun tikus) ?
2 3
4 5 6
7
8
9 10
Keterangan : T
= Tahu
KT
= Kurang Tahu
TT
= Tidak Tahu
39
T
Jawaban KT TT
C. ASPEK SIKAP No
Pertanyaan
1
Untuk mengendalikan hama tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) setujukah Bapak / Ibu melakukan tanam serentak terutama pada musim kemarau dan pengelolaan secara kelompok ? Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan pengendalian hama tikus dengan pengaturan pola tanam ? Sanitasi secara rutin salah satu upaya menghilangkan tempat kesukaan tikus bersembunyi dan dapat mengurangi perkembangbiakan tikus. Pengaturan jarak tanam jajar legowo dapat megurangi serangan hama tikus sawah. Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap Barrier System) ? Pengendalian dengan musuh alami sangat membantu usaha menjaga tetap rendahnya tingkat populasi tikus. Penggunaan rodentisida (racun kimia) untuk pengendalian tikus sebaiknya merupakan alternatif terakhir, karena sifatnya yang dapat mencemari lingkungan. Apakah Bapak / Ibu setuju dalam melakukan pengendalian hama tikus secara terpadu ?
2
3
4 5
6
7
8
Keterangan : S
= Setuju
KS
= Kurang Setuju
TS
= Tidak Setuju
40
S
Jawaban KS TS
D. ASPEK KETERAMPILAN No
Pertanyaan
1
Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam melakukan sanitasi secara rutin untuk mengendalikan perkembangbiakan tikus sawah ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pengaturan jarak tanam yang digunakan saat budidaya padi sesuai rekomendasi untuk mengendalikan hama tikus ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pengendalian hama tikus dengan pengemposan ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pembuatan perangkap TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak/ Ibu sudah terampil dalam pemasangan perangkap TBS (Trap Barrier System) ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian hama tikus ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam penentuan cara pengendalian yang sesuai dengan waktu yang tepat ? Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam melakukan pengendalian hama tikus secara terpadu ?
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan : T
= Terampil
KT
= Kurang Terampil
TT
= Tidak Terampil
41
T
Jawaban KT TT
Lampiran 2. Data Sampel Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) di Desa Bangunjiwo Umur (tahun)
Jenis Kelamin
Pendidikan
Luas Lahan (Ha)
Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo Gedongan, Bangunjiwo
76 50 55 66 60 70 65 47 66 70
L L L L L L L L L L
SD SMA SMA SMP SD SMA SD Sarjana SMA SD
2 2 0.33 0.64 1.31 1.1 0.33 1.07 0.9 0.34
Djunaidi SPd
Gedongan, Bangunjiwo
45
L
Sarjana
0.97
Wiyono Sidul Dullah Prayitno Toni Sumarsono Mardiyono Sujarwo Utomo Tarno Sudarmo Sukamto Basir Sutarno Tono Sukir Parjiono
Gedongan, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo
56 54 54 55 53 60 61 64 72 71 64
L L L L L L L L L L L
SMA SMA SD SD SMA SMA SMA SD SD SD SD
1.06 0.35 0.32 0.33 1.4 1.13 1.16 0.33 0.33 2 2
No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hartono Minto Miarjo Wagimin Dalijo Widi Ngirwanto Suparman H.Parjono Samiyati Lukmanto, S.Ag J.Djaka Kuasa Muryanto
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Alamat
42
Pekerjaan Diluar Usahatani Guru Perangkat Desa -
Kel. Tani Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Sido Maju Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih Marsudi Asih
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Trijanto Gunadi Warno Sumarto Karjo Utomo Karsido Drs. Suharto Joko Sutomo Sartono Siswo Sumarto Kamto Miarjo Tukiyo Sumarno Roso Daftariyanto Hadi Mulyono Sadiyono Suroto Marjadi, SPd Tri Sarjono Jumlah Rata-Rata
Bibis, Bangunjiwo Bibis, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo Kalipucang, Bangunjiwo
67 76 53 60 51 56 67 53 70 69 63 54 49 68 61
43
L L L L L L L L L L L L L L
SMP SMA SMA SD Sarjana SMP SD SMP SD SMP SD SMP Sarjana SD
0.77 0.8 1.38 0.12 2 0.67 0.36 0.68 0.11 0.65 1 0.4 0.54 0.34 31.22 0.87
PNS Guru -
Marsudi Asih Marsudi Asih Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari Tani Lestari