Managemen nyeri pasca operasi Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur rasa nyeri adalah Visual Analog Scale (VAS). Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter (gambar 1). Dengan mengukur rasa sakit pada VAS, nyeri dapat diklasifikasikan sebagai ringan (VAS 1-4), sedang (VAS 4-7), atau parah (VAS 7-10).
Gambar 1. Numerical visual analogue scale Dikutip dari AO Foundation, pemilihan Analgesik menurut WHO yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien ortopedi adalah:
Ket : Acetaminophen = Paracetamol Ko-analgesik = antidepresan dan antikonvulsan Teknik anastesi regional meliputi analgesia epidural, fleksus kateter atau blokade saraf regional. Pemilihan analgesik yang tepat untuk pasien ini sangat penting mengingat dengan analgesia yang adekuat dapat mempercepat mobilisasi dan penyembuhan pasien menjadi lebih cepat. A. Acetaminophen Acetaminophen menghasilkan efek analgesia dengan memblok sistesis prostaglandin pada sistem saraf pusat dengan efek yang minimal terhadap sintesis prostaglandin perifer. Walaupun tidak memiliki efek antiinflamasi, acetaminophen efektif sebagai analgesic dan antipiretik. Dosis yang digunakan ialah 10–15 mg/kg oral setiap 4–6 jam. Untuk dewasa dapat diberikan 500–1000 mg setiap 4–6 jam. Total dosis harian dewasa untuk paracetamol tidak boleh lebih dari 4 g. B. NSAID NSAID menghasilkan efek analgesia dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga menurunkan produksi prostaglandin. Pemberian NSAIDs sebelum operasi dapat menurunkan penggunaan morfin sebanyak 24% lebih dari 24 jam, yang dapat menurunkan efek samping morfin berupa pruritis dan mual muntah pasca operasi. Namun terdapat bukti pada hewan bahwa NSAID dapat menghambat penyembuhan tulang melalui efek antiinflamasinya. Kemungkinan inhibisi dari Prostaglandin E2 yang mengganggu proses remodeling tulang menjadi pembentukan tulang.
C. Analgesik opioid Adalah landasan pengobatan untuk nyeri pascabedah sedang hingga berat. Opioid memberikan efek analgesic pada sistem saraf pusat di reseptor µ, κ dan δ. Semua analgesik opioid dapat menyebabkan sedasi dan depresi pernapasan.
Managemen Perawatan Luka Luka pasca operasi dapat dibagi menjadi : - Bersih - Bersih terkontaminasi (luka normal disertai jaringan yang berkoloni) - Kontaminasi (Luka mengandung benda asing yang dapat menginfeksi) - Infeksi (luka disertai dengan Pus) Pada luka yang bersih terkontaminasi dan terinfeksi tidak dibenarkan menutup luka hingga diberikan penyembuhan luka sekunder.
Penyembuhan luka primer (First intention) Adalah fase penyembuhan luka yang berlangsung cepat, disebabkan tidak adanya benda asing dan tidak ada infeksi pada luka tersebut. Penyembuhan luka sekunder (Sekunder intention) Apabila fase penyembuhan berlangsung lama karena luka terlalu lebar, ada benda asing atau infeksi sehingga luka akan ditutup dengan jaringan granulasi. Perawatan yang dilakukan pada penyembuhan luka sekunder adalah pembersihan luka (Wound toilet) dan debridement. 1. Pembersihan luka (Wound toilet) - Bersihkan kulit dengan antiseptik. Jangan menggunakan antiseptic pada daerah luka. - Lakukan irigasi menggunakan cairan saline - Hilangkan jaringan yang mati dan benda asing. Jaringan yang mati tidak mengalami pendarahan jika disayat. 2. -
Debridement luka Lakukan debridement selembut mungkin untuk meminimalkan pendaraham Kontrol pendarahan residual dengan kompresi, ligasi, atau kauterisasi Jaringan yang mati, bengkok, berwarna gelap dan tidak berkontraksi saat terjepit. Selama debridement sayat hanya bagian margin kulit yang sangat tipis dari tepi luka Debridement luka dan irigasi dengan saline dapat diulangi hingga luka benar-benar bersih (WHO, 2009).
DAFTAR PUSTAKA Christian R Ryf & John Arraf. Postoperative fracture treatment : general considerations. AO Foundation Publishing : diunduh 16 Februari 2019. Tersedia dari https://www2.aofoundation.org World Health Organization (2009). Wound Management : WHO.