345_makalah Industri Logam.docx

  • Uploaded by: Yusuf Ammar
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 345_makalah Industri Logam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,680
  • Pages: 16
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1.4 Manfaat ...................................................................................................... 1.5 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 2.1 Bahan yang Digunakan ............................................................................. 2.2 Jenis dan Proses Produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. .................. 2.3 Jenis Limbah B3 pada PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ........................ 2.4 Dampak Limbah yang Dihasilkan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ke Lingkungan ................................................................................................ 2.5 Pengolahan Limbah yang Dihasilkan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. . BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 3.2 Saran .......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 2.2 Jenis dan Proses Produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, yaitu hot rolled coil, cold rolled coil, dan wire rod. Perusahaan ini memiliki 7 (tujuh) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah, yaitu: 1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) 2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant) 3. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant 1) 4. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant 2) 5. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill) 6. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill) 7. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) Produksi baja PT. Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijih besi atau pellet menjadi besi dengan memanfaatkan gas alam di Pabrik Besi Spons. Besi yang telah dihasilkan ini diproses lagi dengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik Slab Baja dan Pabrik Billet Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besi dicampur dengan bahan lainnya seperti scrap, hot bricket iron (HBI), dan material tambahan sehingga menghasilkan slab baja dan billet baja. Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill). Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas banyak dimanfaatkan untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih lanjut lagi, baja lembaran panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses secara kimia di Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang dihasilkan berupa baja

lembar dingin yang banyak digunakan untuk komponen bagian dalam mobil atau motor. Selain itu, produk baja lembaran dingin juga digunakan sebagai badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya. Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang kawat baja yang banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas, kawat baja, dan lainnya.

2.3 Jenis Limbah B3 pada PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah sebagai berikut: 1. Limbah B3 dari sumber spesifik Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. a. Debu EAF (Electric Arc Furnace) Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannya debu tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari KLH, sebagai bahan baku. b. Sludge (Lumpur) Limbah sludge di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari pengolahan air buangan dari proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan Wastewater Treatment Plant (WWTP). c. Slag Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel Making dari SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Slag Atomizing Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)

Timbunan limbah Slag d. Mill Scale Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika sedang diproduksi.

Limbah Mill Scale e. Water Pickle Liquor (WPL) WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan baja pada pabrik Cold Rolling Mill (CRM).WPL tersebut dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 di KLH. f. Catalyst Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada proses reformasi (pembuatan gas reduktor).

g. PS (Precious Slag) Ball Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PS Ball. PS Ball merupakan produk ramah lingkungan dengan struktur molekul yang stabil dari pengolahan slag cair. Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag dengan menggunakan metode SAT sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive (blasting naterial).

PS Ball h. Fines Sponge Iron Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karena merupakan bahan bakusponge iron yang kurang dari 5 mm lewat proses pengayakan di Direct Reduction Plant. Fines sponge iron dapat digunakan kembali melalui proses pemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm danselanjutnya masuk kembali ke dalam proses.

(a) Sponge Iron

Fines Sponge Iron i. Iron Concentrate Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal dari sludge dan/atau debu yang ditangkap di dedusting system dari proses pembuatan besi dan baja (iron and steel making)yang sudah ditingkatkan kandungan besinya dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan mineral (mineral processing /concentration), seperti grinding, magnetic separator, atau flotasi.

PS Ball Halus 2. Limbah B3 dari sumber non spesifik Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utama, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain. a. Oli dan grease bekas Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruh pabrik di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Oli tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari KLH untuk mengelola. b. Majun Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari KLH untuk mengelola.

2.4 Dampak Limbah yang Dihasilkan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ke Lingkungan

2.5 Pengolahan Limbah yang Dihasilkan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Salah satu divisi yang ada pada PT. Krakatau Steel yaitu Divisi Pabrik Cold Rolling Mill. Adapun pengolahan limbah yang dilakukan oleh Pabrik CRM (Cold Rolling Mills) PT. Krakatau Steel yakni dengan mendirikan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah yang biasa disebut dengan RTP (Reject Treatment Plant). Kegiatan pengolahan air limbah ini dilakukan secara manual dengan menggunakan pengolahan kimiawi (koagulasi dan flokulasi). Penambahan bahan kimia dalam pengolahan air limbah ini mampu menekan atau mengurangi tingkat pencemaran di pabrik CRM PT. Krakatau Steel.

2.5.1 Ruang Lingkup Reject Treatment Plant (RTP) Reject Treatment Plant (RTP) merupakan pusat pengolahan limbah CRM dibawah naungan Dinas Utility bagian dari seksi operasi perawatan Utility yang meliputi : a.

Proses pengolahan limbah asam dari proses ARP dan CPL

b.

Proses pengolahan basa dari proses CTCM , ECL dan RC

c.

Proses pengolahan limabah asam dan limbah basa

2.5.2 Gambaran Sistem Reject Treatment Plant (RTP) Reject Treatment Plant (RTP) dibentuk untuk digunakan sebagai pusat pengolahan limbah CRM yang tujuannya adalah sebagai berikut : a.

Menurunkan zat polutan sampai memenuhi syarat baku mutu

b.

Menjernihkan air baku dari suspended solid yang terlarut dan

dari warna asal. Agar limbah yang dibuang dapat memenuhi standar baku mutu limbah lingkungan sehingga limbah yang dibuang tidak akan mencemari lingkungan dan mengganggu makhluk hidup disekitar

Dimana limbah yang akan diolah di RTP CRM berasal dari : a.

Sisa pembuangan proses industri di CRM

b.

Dari utilitas : 1. Air pengencer bahan kimia 2. Buangan air pencuci plat / strip

Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari lingkungan dan tidak mengganggu kehidupan makhluk hidup disekitar. Begitu pun limbah yang ada di RTP CRM, diolah untuk menghilangkan zat-zat polutan yang berbahaya, agar limbah yang dibuang tidak mencemari lingkungan. Jenis limbah RTP CRM ini termasuk kedalam jenis limbah cair, dimana limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatanyang berwujud cair (PP 82 tahun 2001). Adapun limbah cair di RTP CRM terdiri dari : a. Limbah asam dari proses ARP dan CPL b. Limbah basa dari proses CTCM, ECL dan RC Sedangkan menurut asal limbah diperoleh yang ada di RTP CRM termasuk kedalam kategori limbah sebagai berikut : a. Non metal : majun kering yang tidak terkena oli dan kimia cair, potongan kayu, karet plastik, puntung rokok, kertas, daun dari tumbuhan, bekas bola lampu dop atau TI dan pecahan kaca. b. Metal : potongan besi, scrap coil, bending, valve, kaleng bekas cat dan limbah bekas welding. c. Limbah B3 : majun beroli, majun tercampur bahan kimia toxic, powder bahan kimia kadaluarsa ( padat, cair ), segala jenis tissue, kerta yang terkena bahan kimia, oli dan segala jenis filter oli.

2.5.3 Sistem pengolahan air limbah di RTP CRM Pada pusat pengolahan limbah CRM, metode pengolahan limbah yang di gunakan terdiri dari : a.

Pengolahan secara fisika yang meliputi : penyaringan

(screening), pengendapan (settling sedementasi), pengapungan (flating), dan filtrasi (filter press). b.

Pengolahan secara kimiawi meliputi : pengaturan pH,

koagulasi, flokulasi, oksidasi dan netralisasi. Adapun bahan kimia yang di gunakan pada saat proses pengolahan limbah di RTP CRM terdiri dari : a.

Anionik sebagai flokulan

b.

Polak sebagai pengganti koagulan (AE oksidasi) pada proses WIE

c.

Kapur (Ca(OH)2) sebagai bahan kimia untuk menaikan pH

d.

Asam

sulfat

(H2SO4)

sebagai

bahan

kimia

untuk

menurunkan pH pada proses netralisasi. Unit pengolahan air limbah RTP diantaranya : a. AE Storage Tank adalah tangki atau bak yang berbentuk persegi panjang dengan volume penampungan ± 200 m3 di gunakan sebagai bak penampung limbah asam pekat. b. Presettler Tank adalah bak atau tangki yang berbentuk persegi panjang dengan volume penampungan 1500 m3 yang di gunakan sebagai tangki atau bak penampung limabah basa dengan dilengkapi alat scrapper sebagai penggiring oli atau gress untuk dimasukan ke dalam tangki penampung yang selanjutnya akan dipompa ketempat pembuangan limbah (TPL) untuk di jual kembali. c. Adjusment Tank adalah tangki yang berbentuk persegi dengan volume penampungan 7,3 m3. Pada tangki ini limbah asam yang Ph 0-1 di

injeksi kapur untuk menaikan pH dengan di bantu agitator sebagai alat pengaduknya. d. AE Oksidasi Tank adalah tangki yang berbentuk persegi dengan volume penampungan 485 m3 yang digunakan sebagai proses oksidasi limbah asam dengan dibantu dua blower dan dua aerator. e. Oil Cracking Tank adalah tangki atau bak pencapur limbah AE (asam) + WIE (basa) yang dapat menampung limbah dengan volume penampungan 36 m3. f. Flokulan Tank adalahtangki atau bak yang dapat menampung limbah dengan volume penampungan 35 m3. Pada tangki limbah yang telah di campur diberi tambahan bahan chemical seperti anionic floculant. g. Sedifloat Tank adalah tangki yang berbentuk clarifier dengan diameter 80 m dan volume penampungan limbah 150 m3 yang digunakan untuk memisahkan antara lumpur berat, lumpur ringan dan air. h. Floated Tank adalah tangki penampung lumpur ringan yang telah dipisahkan dengan air di tangki sedifloat. Tangki floated ini berbentuk persegi dengan volume penampungan 10 m3. i. Settled Sludge Tank adalah tangki penampung lumpur berat yang telah dipisahkan dengan air di tangki sedifloat. Tangki ini berbentuk persegi dengan volume penampungan 10 m3 sama seperti tangki floated. j. Sludge Storage adalah tangki penampung lumpur berat maupun ringan yang berbentuk persegi panjang dengan volume penampungan 500 m3 . k. Filter Press adalah salah satu jenis alat filtrasi yang cara kerjanya menggunakan prinsip tekanan yang tersusun dari plate dan frame. l. Bucket adalah sebuah tempat pembuangan lumpur atau cake dari hasil proses filtrasi. m. Clear Water adalah tangki penampung air yang sudah jernih dari hasil proses pada tangki sedifloat dengan volume penampungan 65 m3. n. Neutralisasi atau Final Tangki adalah tangki penetralisasi air dengan volume penampungan 20 m3 dengan menggukana bahan kimia

kapur untuk menaikkan pH dan menggunakan asam sulfat untuk menurunkan pada proses netralisasi. o. Lamella adalah tangki yang berbentuk persegi dengan dilengkapi seperti sirip-sirip yang berfungsi seperti penyaringan untuk memisahkan air dengan lumpur 2.5.4

Pejelasan Sistem atau Cara Kerja Reject Treatment Plant (RTP) Secara umum metode atau sistem pengolahan air limbah yang ada di

RTP CRM, dilakukan dengan tiga metode yaitu : a. Pengolahan Secara fisika Pengolahan

secara

fisika

kebanyakan

merupakan

proses

pendahuluan untuk menyisihkan bahan tersuspensi dalam ukuran besar dan yang mudah mengendap/mengapung dari dalam air buangan. Pengolahan secara fisika diantaranya sebagai berikut : 1. Penyaringan (Screening), yang dilakukan diawal proses pengolahan sebelum masuk ke pengolahan limbah RTP, yang tujuannya untuk menyisihkan bahan-bahan padatan berukuran besar dari air limbah. 2. Pengendapan (Settling Sedimentasi), dilakukan setelah proses penyaringan untuk mengendapkan padatan-padatan yang berukuran besar. Proses ini dilakukan sebelum limbah dipompa ke RTP. 3. Pengapungan (Floating), dilakukan di tangki sedifloat pada proses pemisahan lumpur ringan dengan menggunakan prinsip gravitasi yaitu berdasarkan berat jenis benda. 4. Filtrasi (Filter Press), digunakan sebagai penyaringan dalam pengolahan lumpur untuk memisahkan antara lumpur dengan air dengan menggunakan alat filter press menggunakan prinsip tekanan.

b. Pengolahan Secara Kimiawi meliputi : 1. Pengaturan pH, dengan menggunakan bahan kimia kapur untuk menaikkan pH dan menggunakan asam sulfat untuk menurunkan pH pada proses netralisasi.

2. Koagulasi, dengan menggunakan bahan koagulan AE oksidasi pada proses pengolahan limbah asam dan polak sebagai pengganti AE oksidasi pada proses pengolahan limbah basa (WIE) agar terbentuk flokflok. 3. Flokulasi, dengan menggunakan bahan kimia flokulan polimer yaitu anionik untuk memisahkan antara flok dengan air. Sehingga air terlihat lebih jernih. 4. Oksidasi, digunakan pada proses pengolahan limbah asam (AE oksidasi) di tangki AE oksidasi dengan dibantu 2 aerator sebagai penginjeksi udara untuk melarutkan Fe (besi) dan 2 blower untuk mempercepat proses pengadukan. Proses ini dilakukan sampai aerasi sudah matang dengan ditandai limbah berubah menjadi warna merah kecoklatan dan pH berubah menjadi sekitar 8-10. 5. Netralisasi, digunakan pada tangki netralisasi untuk menetralkan pH dengan menggunakan bahan kimia kapur untuk menaikkan pH dan menggunakan asam sulfat untuk menurunkan pH. Adapun sistem atau cara kerja Reject Treatment Plant (RTP) dibagi menjadi 3 proses pengolahan limbah yaitu : a. Proses pengolahan AE oksidasi yaitu merupakan proses pengolahan limbah asam dari sisa pembuangan proses ARP dan CPL. Pada proses ini di WIE flokulan tank diberi tambahan bahan chemical berupa anionik yang bertujuan untuk mengikat lumpur menjadi flok-flok. Sehingga lumpur yang terikat menjadi flok terpasahkan dengan air. b. Proses pengolahan WIE yaitu proses pengolahan limbah basa dari sisa pembuangan proses CTCM, ECL dan RC. Pada proses pengolahan limbah WIE di oil cracking diberi tambahan bahan chemical yang berupa polak sebagai pengganti bahan koagulan. Sehingga terjadi penurunan pH dari pH10 menjadi pH 3-4. Untuk menaikkannya diberi tambahan bahan chemical kapur.

c. Proses pengolahan AE+WIE yaitu proses campuran antara proses pengolahan AE oksidasi dan proses pengolahan WIE. Pada proses pengolahan campuran ini, AE oksidasi digunakan sebagai bahan koagulan di oil cracking, dan diberi tambahan bahan chemical anionik sebagai bahan kimia pengikat lumpur menjadi flok-flok besar. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi pabrik CRM meliputi limbah asam yang sebelumnya telah mengalami regenerasi di ARP (Acid Regeneration Plant) dan limbah basa yang langsung dialirkan ke RTP. Proses pengolahan di RTP berlangsung menjadi 3 tahapan, yaitu: 1. Proses Single Apabila Acid Effluent Storage terisi penuh, atau bahkan overflow. Acid regenerated yang terjadi di ARP beserta asam yang berasal dari Continous Pickling Line (CPL) akan dinetralisasi dengan larutan kapur. Setelah itu, campuran tersebut akan diaerasi dengan bantuan O2, dan dilanjutkan ke proses flokulasi dan koagulasi. Dengan penambahan O2, limbah akan dialirkan menuju bak ekualisasi, hingga terbentuk padatan ringan dan padatan berat. Padatan ringan dan padatan berat akan dibawa ke filter press hingga terpisah dalam bentuk berupa air dan sludge. 2. Proses Double Kondisi proses pengolahan limbah di RTP di mana effluent pada tangki asam dan tangki basa yang masuk dalam jumlah yang sama, sehingga storage asam maupun basa terisi penuh dan seimbang. 3. Proses dengan penambahan polak. Apabila presettler terisi penuh. Limbah basa yang berasal dari seluruh unit CRM (kecuali ARP dan CPL) akan dipisahkan secara manual, dengan hasil pemisahan berupa basa, oli, minyak dan grease. Setelah itu, campuran tersebut akan diaerasi dengan bantuan O2, dan dilanjutkan ke proses flokulasi dan koagulasi. Pada proses flokulasi dan koagulasi, limbah tersebut diberi koagulan yang

disebut polak. Dengan penambahan O2, limbah akan dialirkan menuju bak ekualisasi, hingga terbentuk padatan ringan dan padatan berat. Padatan ringan dan padatan berat akan dibawa ke filter press hingga terpisah dalam bentuk berupa air dan sludge. Dari proses pengolahan di RTP tersebut , dihasilkan 3 jenis limbah yang telah

mengalami

pengolahan

dan

penurunan

kontaminan-

kontaminan, berupa oil yang dimanfaatkan kembali oleh divisi HSE, lumpur (sludge) yang telah di Filter Press langsung dibuang dengan bucket truck ke dumping area guna dimanfaatkan kembali oleh pabrik semen sebagai substitusi pasir besi atas jasa PT. Sankyu dan juga air yang langsung dibuang ke kanal setelah dilakukan pH monitor dan pengurangan parameter-parameter lainnya.

Related Documents

Industri Semen
April 2020 35
Industri Desa.docx
December 2019 38
Ekologi Industri
August 2019 49
Industri Semen.docx
December 2019 38
Psikologi Industri
August 2019 43
Latihan Industri
June 2020 26

More Documents from ""

Kelompok 2.pptx
December 2019 39
Skk 2018.xlsx
December 2019 30
Print.docx
December 2019 37