3. A. Depresi Post Partum.docx

  • Uploaded by: Jefri Johanes
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3. A. Depresi Post Partum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,461
  • Pages: 24
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEPRESI POST PARTUM

OLEH KELOMPOK III MIKHAELA KLOWE

012141019

MARTA LODAN

012141014

ANDREAS N. BAEK

012140002

ROSNATA DARONYA

012141031

GAUDENSIA ESENSIE

01214141

IGNASIA IDA ROYANI

012141014

HELENA DA ITA

012141011

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE 2016

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Askep “DEPRESI POST PARTUM” Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah KMB serta sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa DIII Keperawatan Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam susunan maupun isinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa/mahasiswi D - III Keperawatan khususnya.

Maumere, Februari 2016 Penyusun

Kelompok II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri. Ibu

yang

membutuhkan

baru

dukungan

saja

mengalami

psikologis

proses

dari

reproduksi

orang-orang

sangat

terdekatnya.

Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan

menunjukkan

gejala-gejala

awal

kemunculan

depresi

postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu depresi post partum? 2. Apa etiologi depresi post partum? 3. Bagaimana patofisiologi depresi post partum? 4.

Bagaimana gambaran klinis depresi post partum?

5. Apa komplikasi depresi post partum? 6. Bagaimana pencegahan depresi post partum? 7. Bagaimana penanganan depresi post partum? 8.

Bagaimana prognosis depresi post partum?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian depresi post partum. b. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi depresi post partum. c. Mahasisawa mampu menjelaskan patofisiologi depresi post partum. d.

Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran klinis depresi post partum.

e. Menyebutkan komplikasi depresi post partum. f. Menjelaskan penatalaksanaan depresi post partum. g. Menjelaskan HE depresi post partum.

BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR TEORI 1.

Pengertian Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah

marah,

gangguan

nafsu

makan

dan

kehilangan

libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Lewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.

Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum. Beberapa pengertian depresi postpartum menurut para ahli. a. Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan

dan

keresahan,

perasaan

bersalah,

perasaan

menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri. b. Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul. c. Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. d. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.

Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun

multipara.

Menurut

DSM-IV,

gangguan

pascasalin

diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu: a. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. b. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan c. Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan.

2. Etiologi Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum: a. Faktor konstitusional Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai

bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat. b. Faktor fisik Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti. c. Faktor psikologi Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak. d. Faktor sosial dan karateristik ibu Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor : a. Biologis Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. b. Karakteristik ibu, yang meliputi : 1) Faktor umur Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. 2) Faktor pengalaman Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.

3) Faktor pendidikan Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka. 4) Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. 5) Faktor dukungan social Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang. Monks mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Faktor resiko: 1) Keadaan hormonal 2) Dukungan social 3) Emotional relationship 4) Komunikasi dan kedekatan 5) Struktur keluarga 6) Antropologi 7) Perkawinan 8) Demografi

9) Stressor psikososial dan lingkungan

3. Patofisiologi Timbulnya neurotransmiter

depresi

aminergik

dihubungkan seperti

serotinin.

dengan

beberapa

Konduksi

impuls

terganggu akibat kelebihan dan kekurangan neuriotransmiter di celah sinaps/ adanya gangguan sensitifitas pada reseptor neurotransmiter di post sinaps sistem saraf pusat. Teori biokimia depresi dapat diterangkan sbb: 1) menurunya pelepasan dan transport serotinin atau menurunya kemampuan neurotransmisi serotogenik. 2) Menurunya tergganggunya

pelepasan

atau

regulasi

produksi

aktifitas

epineprin

norepineprin

meningkatnya aktifitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik. 3) Menurunya aktifitas dopamin 4) Meningkatnya aktifitas serotinin.

Patwahy

, dan

4. Manifestasi Klinis Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu: a. Berkurangnya energy b. Penurunan efek c. Hilang minat (anhedonia) Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain: a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi b. Kelelahan dan perubahan mood c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain e. Tidak

mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau

dirinya sendiri.

5. Komplikasi Gangguan jiwa berat seperti waham, halusinasi, kerusakan psikoafektif. 6. Penatalaksanaan a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko

potensial terjadi depresi postpartum

b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah e. Kaji proses hubungan ibu dan anak f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.

7. Pencegahan Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk: a. Beristirahat dengan baik b. Berolahraga yang ringan c. Berbagi cerita dengan orang lain

d. Bersikap fleksible e. Bergabung dengan orang-oarang baru f. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien. Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain b. Keluhan Utama : Mudah marah, cemas, melukai diri c. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih, murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien 3) Riwayat kesehatan keluarga Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien 4) Riwayat Persalinan Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.

Apa

yang

dirasakan

orang

tua

tentang

pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

5) Citra Diri Ibu Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum. 6) Interaksi Orang Tua-Bayi Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan

kedua

jenis

perilaku

maupun

saat

ini

kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

7) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira. 8) Perubahan Mood. Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau

tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar– benar memusuhi bayinya. d. Kebiasaan sehari-hari 1) Kebersihan perorangan Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang) 2) Tidur Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah 3) Data social ekonomi Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah 4) Data psikologis Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menari diri. e. Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas/ istirahat Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu 2) Sirkulasi Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat 3) Eliminasi Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare 4) Makanan/ cairan Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa kering 5) Neurosensori Biasanya klien mengeluh sakit kepala 6) Pernafasan Biasanya pernafasan cepat dan dangkal

7) Nyeri dan ketidaknyamanan. Biasanya

terjadi

nyeri/

ketidaknyamanan

pada

daerah

abdomen dan kepala 8) Integritas Ego Biasanya klien ansietas, gelisah 9) Seksualitas Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido 10) TTV Biasanya

nadi

meningkat,

pernafasan

meningkat,

TD

meningkat

2. Diagnosa Keperawatan a. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat b. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada keluarga c. Koping individu tidak efektif b/d stres kelahiran, konsep diri negatif. d. Koping keluarga tidak efektif, ketidaknyamanan b/d depresi mental e. Defisit perawatan diri b/d penurunan respon stimulus f. Kelelahn b/d kekurangan energi g. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh h. Resiko bunuh diri b/d kesedihan mendalam.

3. Intervensi a. Diagnosa I: Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat Tujuan : Koping individu kembali efektif Kriteria Hasil : 1) Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah 2) Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta menunjukkan kemampuan memenuhi kebutuhan fisiolgis dan psikologis Intervensi: 1) Terapkan hubungan terapeutik perawat- klien R/: Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini 2) Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan

teknik

ralaksasi,

keinginan

untuk

mengekspresikan perasaan R/: Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan kontrol individu 3) Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas R/: Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan kemampuan koping 4) Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang dibutuhkan klien R/: Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama situasi krisis.

5) Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain 6) R/: Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan kounter-produktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan 7) Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan memperkuat adaptasi positif 8) R/: Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah yang dapat membantu revolusi situasi sekarang dan krisis masa depan

b. Dx Kep II: Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada keluarga Tujuan: Koping keluarga kembali efektif Kriteria Hasil: 1) Klien

menunjukkan

identifikasi

kemampuan

sumber-sumber

dalam

untuk diri

menunjukkan sendiri

untuk

berhadapan dengan situasi 2) Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri Intervensi : 1) Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat R/: Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai

2) Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan/ proses penyembuhan klien R/: Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai 3) Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien R/: Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak dipersepsikan sebagai . bantuan oleh klien 4) Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan perawatan klien sesuai kemungkinan R/: informasi dapat mengurangi perasaab tanpa harapan dan tidak berguna, keikut

sertaan dalam perawatan akan

meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri 5) Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang dan institusi yang tersedia bagi mereka R/: Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih untuk mengambil keuntungan dari.apa yang tersedia 4. Implementasi. Sesuai Intervensi 5. Evaluasi

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun. Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu, dengan gejala– gejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya. Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan

masalah

yang

sistematis

untuk

memberikan

asuhan

keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang mengalami depresi). Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang. B. Saran Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain : Perubahan

dalam

pemenuhan

kebutuhan

manusia

sangat

dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan

keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit / masalah yang sama, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama. Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.

Related Documents

Depresi Post Partum
July 2020 26
Sap Depresi Post Partum.docx
December 2019 21
Depresi
May 2020 24
Pro Post A 3
October 2019 23

More Documents from ""