SUMBER HUKUM ISLAM MAKALAH AGAMA
oleh: Jihab Tri Mardiawan Andre Suwardana Muhammad Rizal Julio Sherla Dewi Kusumah Tania Arsyaf Safira Faza
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS INFORMATIKA UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2019
KATA PENGANTAR
الر ِح ْي ِم ْ ِب ِ س ِم َّ الرحْ َم ِن َّ هللا ُعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو بَ َركَاتُه َ سالَ ُم َّ ال Alhamdullilah segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari setetes air yang hina menjadi makhluk yang begitu sempurna yang telah Allah anugrahkan akal dan hati agar manusia dapat berpikir tentang baik buruk segala perbuatan yang akan dilaksanakannya. Sungguh Maha suci Allah yang tidak memberikan manusia ilmu kecuali hanya sedikit. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan besar umat muslim, nabi yang agung, nabi yang mulia disisi Allah yang selalu ikhlas, bersabar dan selalu berjuang membawa umatnya di jalan yang lurus, Nabi besar Muhammad SAW. karenanya lah kita bisa merasakan indahnya islam sebagai agama rahmatan Lil’alamiin. Berkat limpahan dan rahmat Allah SWT kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam dan Etika. Terimakasih kepada bapak dosen yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa untuk orang tua yang selalu mendukung kami dan mendo’akan agar tugas ini terselesaikan dengan baik. Dan juga kepada temanteman yang telah membentu dan meberikan ide untuk pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
...........................................................................................................................4
Rumusan Masalah
.......................................................................................................................... 4
Tujuan penulisan
………………………………………………………………………………...5
BAB II. PEMBAHASAN
AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM As-SUNNAH/HADIST IJTIHAD
………………………6
………………………………………………………7
………………………………………………………………………8
BAB III. PENUTUP Kesimpulan Saran
………………………………………………………………………………………….11
………………………………………………………………………………………………......11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya. Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan. Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist. Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja sumber hukum islam? 2. Bagaimana kedudukan sumber hukum islam itu?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu. Selain itu penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan Etika (PAIE).
BAB II PEMBAHASAN 1.1 AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM Al-Quran adalah kitab suci bagi umat islam, al-Quran diturunkan melalui nabi Muhammad SAW ebagai kitab suci terakhir untuk dijadikan pedoman hidup. Al-Quran yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat menyinari seluruh isi alam ini.
Sebagai kitab suci sepanjang zaman, Al-Quran memuat informasi dasar berbagai masalah termasuk informasi mengenai hukum, etika, science, antariksa, kedokteran dan sebagainya. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa kandungan Al-Quran bersifat luas dan luwes. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al-Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al-Quran namun tidak ada yang saling bertentangan. Al-Quran turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Lama Al-Quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar karena Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia. Al-Quran pertama kali turun pada malam Lailatul Qodar yang merupakan pemberitahuan kepada para malaikat-malaikat bahwa Allah telah memuliakan umat ini dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik.
ِإنَّا أ َ ْنزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر “Sesungguhnya Kami telah menurunkan nya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (malam Lailatul Qodr)”. (QS. Al-Qodr: 1) Selanjutnya Al-Quran diturunkan secara bertahap berdasarkan peristiwa dan kejadian sampai Allah menyempurnakan agama Islam dan mencukupkan nikmatnya.
ً علَي َْك ْالقُ ْرآنَ تَ ْن ِز يل َ ِإنَّا ن َْح ُن ن ََّز ْلنَا “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23) Program utama Al-Quran adalah membebaskan manusia dari belenggu paham tuhan yang banyak, dengan mencanangkan dasar kepercayaan “negasi-afirmasi” yang diungkapkan dalam kalimat al-nafy wa al-itsbât: Lâ ilâha illallâh. “Tak ada tuhan” setelah itu “kecuali Tuhan itu”. Diantara ciri-ciri khas Al- Quran ialah bahwa ia diturunkan dari Tuhan dengan pengertian dan kata-kata Arabnya seperti yang disebut oleh Al-Quran sendiri : “kami turunkan wahyu berupa Al-Quran yang berbahasa Arab” (QS Yusuf :2) Dalam Al-Quran berisi tentang sejarah kehidupan terdahulu, kehidupan kedepan hingga akhir zaman, juga bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan. Bukan hanya itu, bahkan dalam Al-Quran juga dijelaskan proses terbentuknya alam semesta, hingga kehidupa binatang kecil yang ada di dunia. Banyak dari ilmuan dunia menjadikan Al-Quran sebagai referensinya dalam melakukan penelitian, dan tidak sedikit diantara mereka terkejut dengan penemuan baru yang mereka dapat ternyata sudah ada dalam Al-Quran yang diturunkan berabad-abad yang lalu. “Kamilah yang menurunkan Quran dan Kami pula yang menjaganya” (QS Al-Hijr : 9) Cara periwayatan demikian menimbulkan keyakinan dan kepastian tentang kebenaran Al-Quran dari Tuhan yang mengharuskan kita untuk memakai ketentuan-ketentuannya, dengan tidak boleh digantikan dengan ketentuan-ketentuan lain. Keadaan ini disebut qath’ijjul-wurud.
1.2 AS-SUNNAH/HADIST Dalam tradisi hukum islam, hadits berarti: Segala perbuatan, perkataan, dan perizinan Nabi Muhammad saw. (Af’al, Aqwal, dan Taqrir). Sehingga, pengertian Hadis adalah identik dengan Sunnah, yang secara etimologis berarti jalan atau tradisi, sebagaimana dalam al-Qur’an: “Sunnata man qad arsalna” (al-isra: 77).Meski begitu, ada yang berpendapat bahwa sunnah dan hadist berbeda. Namun dalam hukum islam, sunnah dan hadist hanya berbeda pada penggunaannya saja.
Sunnah adalah sumber hukum islam yang kedua setelah al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman kepada al-Qur’an, maka secara otomatis mereka akan beriman juga kepada sunnah sebagai sumber hukum islam juga. Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum islam,
maka manusia akan kesulitan untuk mengetahui cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, dan lain sebagainya. Karena, ayat-ayat di al-Qur’an dalam hal ini hanya berbicara secara global dan umum, dan yang menjelaskan secara terperinci justru sunnah Rasulullah.
Dalam hubungan dengan al-Qur’an, sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas ayat-ayat tertentu. Adapun fungsi sunnah dalam hubungan dengan al-Qur’an adalah sebagai berikut: a.
Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal, dan musytarak.
b.
Bayan Taqrir, yaitu as-sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan alQur’an.
c.
Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qur’an.
Al-Qur’an dan hadist merupakan sumber hukum islam, namun keduanya memiliki perbedaan, antara lain: a. Al-Qur’an nilai kebenarannya adalah qath’I (absolut), sedangkan al-Hadits adalah zhanni (kecuali hadist mutawatir). b. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan pedoman hidup, namun tidak semua hadist mesti dijadikan pedoman hidup. c. Al-Qur’an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya, sedangkan hadist tidak. Jika al-Qur’an berbicara mengenai masalah aqidah dan hal-hal ghaib, setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak demikian jika diungkapkan di hadist (ada yang wajib diimani dan ada yang tidak).
1.3IJTIHAD Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan dengan segenap kemampuan/suatu kesungguhan untuk mandapatkan sesuatu.Yaitu dengan menggunakan akal sekuat mungkin untuk mendapatkan keputusan/hukum yang tidak diterangkan secara jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Ketika Rasulullah SAW mengutus sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman sebagai hakim,lalu bertanya:
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
أقضي:كيف تقضي إذا عرض لك قضاء؟ قال : فإن لم تجد ؟ قال: قال،بكتاب هللا تعالى : قال،فبسنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ، أجتهد رأيي وال آلو:فإن لم تجد؟ قال فضرب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:قال معاذ الحمد هلل الذي وفق رسول:في صدري وقال رسول هللا لما يرضي رسول هللا )ترمذي,أبوداود,أحمد:(رواه ”Bagaimana cara kamu menghukumi suatu masalah hukum? Muadz menjawab: Saya akan putuskan dengan Quran. Nabi bertanya: Apabila tidak kamu temukan dalam Quran? Muadz menjawab: Dengan sunnah Rasulullah. Nabi bertanya: Kalau tidak kamu temukan? Muadz menjawab: Saya akan berijtihad dengan pendapat saya dan tidak akan melihat ke lainnya. Muadz berkata: Lalu Nabi memukul dadaku dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah memberi pertolongan pada utusannya Rasulullah karena Nabi menyukai sikap Muadz”(HR.Ahmad,Abu Dawud dan Tirmidzi).
Kepada ‘Ali bin Abi Thalib beliau pernah menyatakan:
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا حكم الحاكم فاجتهد فأصاب فله وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله،أجران أجر
)بخرى و مسلم:(رواه “Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu betul,maka engkau mendapatkan dua pahala.Tetapi apabila ijtihadmu salah,maka engkau hanya mendapat satu pahala”(HR.Bukhari dan Muslim). Kedudukan ijtihad berbeda dengan Al-Qru’an dan Sunnah,karena ijtihad memiliki beberapa ketentuan
Tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut dan bersifat relatif. Berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain.
Berlaku untuk satu masa/tempat tapi tidak berlaku pada masa/tempat yang lain. Tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam berijtihad hendaknya dipertimpangkan faktor-faktor motovasi,akibat,kemaslahatan umum,kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran Islam. Dalam menjalankan ijtihad,para ulama membuat methode-methode antara lain sebagai berikut: 1. Qiyas Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang diterangkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah,dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah hukumnya oleh AlQur’an/Sunnah,karena ada sebab yang sama. 2. Ijma’ Ijma’ bisa diartikan juga dengan kohensus/ijtihad kolektif. Yaitu persepakatan ulamaulama Islam dalam menetukan sesuatu masalah ijtihadiyah. 3. Istihsan Yaitu menetapkan suatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih saying dan lain-lain. 4. Mashaihul mursalah Yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syari’at.
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulkan makalah ini adalah bahwa sumber-sumber hukum islam yang disepakati adalah Al-Qur’an,Hadist,Qiyas,dan Ijma’. 2. Saran Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri sesuai dengan Al-Qur’an dan ajaran nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam Sunnah (Hadist).
DAFTAR PUSTAKA https://www.alkhoirot.net/2012/07/ijtihad-dalam-islam.html POKOK-POKOK AJARAN ISLAM, Dr.Miftah Farih BUDI MUNAWAR (ENSIKLOPEDIA NUR KHOLIS MAJID), ANDELA PUTRI (ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM) Budi (jakarta 2011), andela (palembang 2014)