243225301-wrap-up-3-kedkom.docx

  • Uploaded by: Anonymous jgiYfz
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 243225301-wrap-up-3-kedkom.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,180
  • Pages: 51
WRAP UP SKENARIO 3 HASIL RISKESDAS 2010 BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

Kelompok A-5 Ketua

: Avizena Muhammad Zamzam

(1102011054)

Sekretaris

: Lusy Novitasari

(1102011144)

Anggota

: Anugrah Nurul Fitri

(1102010031)

Lusy Cristi

(1102011143)

Dryan Ariapratita

(1102010083)

Farizky Baskoro

(1102011100)

Fatimah Alia

(1102011102)

Fatima Zahra

(1102011101)

Fazelia Berlianthi S

(1102011103)

Muchamad Rinaldy

(1102008157)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2013 – 2014 1

SKENARIO 3

HASIL RISKESDAS 2010 Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut: Prevalence Rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada anak pada umur 612 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara Nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih sangat tinggi yaitu 9,2% atau masih diatas 5,0%. RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak, terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (16-18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan. Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan makanan “junk food” yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat. Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

2

Kata Sulit : 1. Riskesdas: Riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan masyarakat termasuk biomedis yang menggunakan sampel susenaskor dan informasinya mewakili tingkat kabupaten, provinsi dan nasional 2. PHBS: semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat 3. Balitbangkes: badan penelitian dan pengembangan kesehatan, melakukan pendekatan penelitian melalui riskesdas 4. Junkfood: istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi Brainstorming: 1. Apa kegunaan dan manfaat dari riskdesdas untuk masyarakat? Untuk mencari solusi pada masalah kesehatan masyarakat 2. Apa indikator keberhasilan pelaksanaan PHBS? Telah terlaksananya 100% dari indicator PHBS 3. Bagaimana tatacara pelaksanaan riskesdas? Pengambilan data menggunakan sampel yang bertujuan untuk mengukur status gizi 4. PHBS terdiri dari apa saja? PHBS rumah tangga, institusi kesehatan, institusi pendidikan, tempat umum, tempat kerja 5. Bagaimana cara mengatasi masalah kegemukan pada anak? Mengatur pola makan, olahraga, dan mengatur keseimbangan gizi 6. Bagaimana cara mengukur status gizi pada anak? Menggunakan perbandingan tinggi dan berat badan (IMT) 7. Mengapa duduk berjam-jam, nonton tv, jarang olahraga, makan junkfood dapat menyebabkan kegemukan? Karena makan junkfood berlebih (tinggi lemak) dan kurang olahraga -> lipid menumpuk -> kegemukan 8. Program apa sajakah yang telah dilaksanakan puskesmas dalam mengatasi masalah gizi pada anak (gizi kurang dan berlebih)? Pemberian makanan tambahan, penyuluhan makanan bergizi 9. Apa sajakah program yang telah dilaksanakan dalam mengatasi masalah gizi pada ibu hamil? Pemberian pil tambah darah, vit.a dosis tinggi, zat besi, asam folat, vit.b complex

3

SASBEL 1. MM MASALAH GIZI KURANG DAN BERLEBIH PADA ANAK 1.1. Faktor 1.2. Penyebab 2. MM PENILAIAN STATUS GIZI PADA ANAK DAN BUMIL 2.1. Cara Pengukuran Menurut WHO 2.2. Faktor - faktor 3. MM PHBS PADA KELUARGA DAN INSTITUSI PENDIDIKAN 3.1. Definisi 3.2. Strategi 3.3. Penerapan 4. MM GAYA HIDUP TIDAK SEHAT PADA ANAK 5. MM PHBS DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM ISLAM

4

1. Memahami dan Menjelaskan masalah kekurangan gizi dan kelebihan gizi pada anak Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987). Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. 1. Memberi Energi Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas. 2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan unutk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ketiga ini zat gizi dinamakan zat pembangun. 3. Mengatur Proses Tubuh Protein, mineral, air, dan vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari, berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat terlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah. Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. Anak tidak mudah puas atas sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih. Kekurangan gizi : Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition). Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Biasanya terjadi pada anak balita. Penyakit ini dibagi dalam tingkat yakni : 5

1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan menurut standar Harvard 2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60% dari berat badan menurut standar Harvard 3. KKP berat ( gizi buruk) kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar Harvard Beberapa ahli hanya membedakan 2 macam KKP yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau yang lebih sering disebut marasmus. 1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:  Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)  Wajah bulat dan sembab.  Cengeng dan/rewel/apatis.  Perut buncit.  Rambut kusam dan mudah di cabut.  Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan. 2. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:  Tampak sangat kurus.  Wajah seperti orang tua.  Cengeng/rewel/apatis.  Iga gambang, perut cekung.  Otot pantat mengendor.  Pengeriputanotot lengan dan tungkai Penyakit KKP (Kekurangan Kalori Protein) pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau honger oedema, oedema biasanya tampak pada daerah kaki.

6

Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh: Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses sebagai berikut : 1.

Pertumbuhan Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otototot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian. 2.

Produksi Tenaga Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun. 3.

Pertahan Tubuh Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

7

4.

Struktur dan Fungsi Otak Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. 5.

Perilaku Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis Penyakit-penyakit Defisiensi Gizi Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi. 1. Penyakit Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP) Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat oleh ibu-ibu sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP. 2. Penyakit Defisiensi Vitamin A Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dn gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran lainnya. Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata banyak kasus Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen bahkan sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi vitamin A primer disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorbsi dan utilitasnya terhambat. Konsumsi vitamin A kurang adalah karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka sayur dan buah, atau karena daya beli rendah, tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun nabati yang akaya akan vitamin A dan karoten tersebut. Hambatan absorbsi vitamin Adaam kroten terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di Indonesia mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan dalam metabolisme vitamin A. 3. Penyakit Defisiensi Yodium Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol ialah pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang kekurangan yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga berbagai gambaran klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang diebut cretinism, hambatan neuromotor, dan kondisi tuli disertai bisu. 4. Anemia Defisiensi Zat Besi 8

Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin. Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar menurun. Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data laboratorik yang ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau. Faktor penyebab kekurangan gizi : 1. Jarak usia anak terlalu dekat 2. Jarak kakak dan adik hanya 1 tahun sehingga membuat perhatian ibu untuk kakak terabaikan dan gizi nya cenderung tidak terurus akibat kehadiran si adik 3. Infeksi atau tertular penyakit 4. Lingkungan kotor 5. Jika anak berada dalam lingkungan yang kotor anak akan sering sakit sakitan dan membuatnya kurang gizi. 6. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi pada anak 7. Kesulitan ekonomi dalam keluarga

9

10

Kelebihan Gizi pada anak Konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy. Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang orang yang obesitas, organ organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah,capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini adalah penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi,dan diabetes mellitus. Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi pengeluarannya. Ketidakseimbangan ini terjadi karena jumlah makanan yang dimakan berlebihan dibandingkan energi yang dikeluarkan untuk aktivitas anak sehari-hari. Secara ilmiah didefinisikan sebagai indeks massa tubuh terletak di atas persentil 95 kurva BMI CDC 2000. Bila masih di atas persentil 85 maka perlu dikatakan memiliki risiko obestitas. Kebanyakan obesitas dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan pengaruh lingkungan, misalnya pola makan, olahraga, dan jenis aktivitas keseharian. Selain itu obat-obatan juga dapat meningkatkan berat badan yang berujung pada obesitas, yaitu:kortisol dan glukokortikoid, atau steroid,penghambat monoamin oksidase,sulfonylurea,tiazolidindion, risperidon,klozapin,insulin dosis berlebih,kontrasepsi oral Perlu diperhatikan, seringkali obat steroid dicampurkan dalam jamu-jamuan atau obat-obat herbal baik dalam bentuk pil atau dedaunan yang dikeringkan. Steroid dapat berefek nyaman di tubuh dan badan terasa sehat dan segar padahal sesungguhnya itu hanya efek semu belaka. Anak jadi terlalu lahap makan dan cepat lapar. Steroid juga dapat menyebabkan Moon Face, yaitu bentuk muka menjadi bulat dan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Tanda dan Gejala Obesitas pada anak ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut:           

Pertumbuhan atau pertambahan berat badan di atas rata-rata Mulai tampak gemuk sejak usia dini Asupan makan berlebih Ada riwayat keturunan obesitas Tidurnya mengorok Aktivitas sehari-hari hanya ringan-ringan saja/ sedentary life Muka tembem, dagu rangkap, leher pendek Terdapat bagian tubuh yang berlipat-lipat Perut buncit Pada anak lelaki → penis tenggelam (tertutup lipatan tubuh), nak laki-laki sering merasa malu karena payudara seolah olah tumbuh,menggantung dan sering disertai strie Anak lebih cepat mencapai pubertas. Kematangan sexsual lebih cepat, pertumbuhan payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat

Yang akan Dilakukan Dokter di RS Dokter akan memeriksa tanda dan gejala obesitas pada anak Anda dan akan melakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut: 11

    

Pengukuran BB dan TB untuk mendapatkan nilai BMI (Body Mass Index) Membandingkan perubahan berat badan dengan tinggi badan Memeriksa daerah tubuh yang berlipat-lipat karena timbunan lemak Tekanan darah Memeriksa daerah tubuh seperti rambut, tanda-tanda sekunder kelamin, perkembangan seksual, perut, jari dan kaki, serta daerah penis.

Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium yang tujuannya untuk mengetahui penyebab obesitas. Tidak semua harus dilakukan, harus sesuai dengan indikasi: 1. Darah perifer lengkap 2. Tes toleransi glukosa 3. Fungsi tiroid 4. Profil lipid 5. Sekresi dan fungsi growth hormon 6. Kalsium, fosfat, dan kadar hormon paratiroid 7. fungsi hati: SGOT dan SGPT 8. foto orofaring 9. USG hati 10. MRI untuk cek hipotalamus dan hipofisis 11. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apneu Komplikasi Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi maupun masa dewasa antara lain: 1. Terhadap kesehatan Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah dewasa, maka morbiditas atau mortalitasnya akan menigkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitan dengan menurunya respon immunologic sel T dan aktfitas sel Polimorfonuklear. 2. Saluran pernafasan Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertropi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anuksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertropi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darang yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek. 3. Kulit Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering di sertai miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.

12

4. Ortopedi Anak obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg-perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara dll. 5. Efek psiokologis Kurangnya percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak di libatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehinga mengisolasikan diri pergaulan dengan teman temannya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiasakan setres yang dialaminya ke makanan. 6. Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa dapat mengakibatkan:  Hipertensi pada masa odelesensi.  Hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, hipertensi maligna pada dewasa.  Diabetes  Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernafasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia, pipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung, tongesif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting bila terjadi komplikasi ini.  Maturitas sexsual lebih awal, mensturasi sering tidak teratur Penatalaksanaan Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tinggat pertumbuhan pada usia anak tersebut. Disamping itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penata laksanaan obesitas pada anak ini. Pada prinsipnya pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:  Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan.  Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya penggusauran badan. Sedangkan orang tua bayi atau anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.  Pemberian diet rendah kalori seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mempertahankan gizi yang ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.  Mengajukan penderita untuk olahraga yang teratur atau anak bermain secara aktif, sehingga banyak energy yang banyak digunakan. Baik terapi diet maupun pisiko terapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

13

Cara pengaturan dietnya adalah sebagai berikut: 1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa, teteapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai degan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg. BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dengan 90 kkal/kg. BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar, disamping itu tidak dianjurkan memberi susu yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas. 2. Pada anak prasekolah yang menglami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg. BB/hari. Atau bisa juga dari makan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton TV berlebihan. 3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet diberikan 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg. BB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Tidak boleh menonton TV terlalu lama, lebih – lebih jika disertai makan – makanan yang bekalori tinggi. Mengorganisir kelompok olah raga atau rekreasi, agar anak lebih aktif. 4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet di berikan sekitar 850 kkal/hari, ataupun ingin menurunkan berat badan 500 kkal/hari. Selain itu anak harus didorong untuk melakukan aktifitas baik sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman – temannya. Prognosis Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Pencegahan Mencegah obesitas lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas yang penting adalah mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat itu identing dengan gemuk. Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai disusui (Foremilk) lemaknya sedikit, sedangkan pada akhir menyusui (hint milk) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan rasa “nek” pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI ekskulif empat (4) bulan, kemudian, makanan tambahan diberikan mulai umur empat (4) bulan, dan pemberian ASI dianjuran sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS (Kartu Menuju Sehat) perlu untuk memnatau pertumuhan anak, sehingga kita mengetahui penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas fisik, baik melalui bermain maupun olahraga. Menonton TV hanya sebagai selingan saja. 14

2.

Memahami status gizi pada anak dan ibu hamil

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, merupakan indeks yang statis dan agresif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan. (Supariasa, 2001:18). Status gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum. Kondisi ini tubuh bebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh yang baik sehingga memiliki daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Dalam penilaian staus gizi dikenal 2 istilah yaitu : 1. Penilaian status gizi dan 2. Pemantauan status gizi Keduanya sama-sama mendeskripsikan kondisi keseimbangan, namun perbedaan terletak pada frekuensi pengukuran dan interpretasi hasil ukur. PSG dilakukan pada satu titik waktu dan hasil yang didapatkan adalah deskripsi status gizi pada satu kali pengukuran tersebut. PSG biasanya dilakukan untuk mengevaluasi program perbaikan gizi dan dampak sebuah program. Sementara itu Monitoring Status Gizi adalah pengukuran status gizi yang dilakukan pada 2 titik waktu atau lebih. Pengamatan diarahkan kepada arah (trend) dari 2 titik waktu tersebut. Perubahan (naik/turun) status gizi menjadi fokus perhatian. Dengan demikian MSG adalah trend dari 2 PSG Metode PSG bila dikelompokkan terdiri atas : 1. PSG untuk perorangan, dan 2. PSG untuk kelompok / masyarakat Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidakseimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000). Ada 2 faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu: 1. Faktor External Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 15

   

Pendapatan  Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999). Pendidikan  Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001). Pekerjaan  Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991). Budaya  Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

2. Faktor Internal Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :  Usia  Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).  Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).  Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986). Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan: 1. Antropometri Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. 2. Klinis  Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. 3. Biokimia  Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. 4. Biofisik  Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan. 16

Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat dilakukan dengan: 1. Survey Konsumsi Makanan Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record). 2. Statistik Vital Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3. Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Antopometri Gizi Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam progam gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan mengambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran. a. Pertumbuhan linier Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contohnya panjang badan, lingkar badan, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan. b. Pertumbuhan Massa Jaringan Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering digunakan adalah berat badan. Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara 17

lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Jenis Parameter Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: Umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan parameter itu. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayibalita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan: 1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. 2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya. 3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. 4. Skalanya mudah dibaca. 5. Cukup aman untuk menimbang anak balita. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin. Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain: 1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan. 2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat. 3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik. Dacin Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg. Tinggi Badan, tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan. Penggunaan tinggi, atau panjang, bukan tanpa kelemahan. Pertama, baku acuan yang tersedia umumnya terambil dari penilaian tinggi badan subjek yang berasal dari masyarakat berstatus gizi baik di negara maju. Kedua, defisit pertumbuhan linier baru akan terjelma manakala defisiensi telah berlangsung lama yang berarti tidak akan termanifestasi semasa bayi. Jika bayi terukur lebih pendek ketimbang baku acuan, tidak berarti bayi tersebut tengah malnutrisi pascanatal, melainkan dampak dari ukuran lahir rendah. Ketiga, secara genetik setiap orang terlahir menurut ukuran yang tidak serupa: orang yang jika dibandingkan dengan populasi "acuan" berukuran lebih pendek tidak langsung berarti malnutrisi. 18

Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Lingkar Lengan Atas (LLA), dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja. Beberapa tujuan pemeriksaan LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah: a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK. c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK. e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. Lingkar lengan atas diperiksa pada bagian pertengahan jarak antara olekranon dan tonjolan akromion. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. Lingkar Kepala, adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Lingkar Dada, biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita. Jaringan Lunak. Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat 19

Lemak subkutan (Sub-Cutaneous Fat) Penelitian komposisi tubuh, termasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak subkutan, dapat dilakukan dengan bermacam metode: 1.Analisis Kimia dan Fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi). 2. Ultrasonik. 3.Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer) 4.Radiological anthropometry (dengan mengunakan jaringan yang lunak) 5.Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers) Dari metode tersebut diatas, hanya antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan di lapangan. Bermacam-macam skin-fold calipers telah ditemukan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa alat tersebut mempunyai standard atau jangkauan jepitan (20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan yang konstan 10 gram/mm2). Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terlihat penyimpangan. Indeks Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang berkecimpung di bidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001). Indeks Massa Tubuh Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT mempakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan. Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan : Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa lebih cocok 20

menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat, yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang independent terhadap umur (Supariasa, 2001: 58). 1. Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, 2001). Klasifikasi Kategori IMT menurut CDC

2. LILA Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama. Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya. Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil daripada berat badan. Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut : 1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR. 2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah. Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemanamana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal. 21

Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada lengan kanan.

Status Gizi Anak Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh : 1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise) 2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus : NIS  NMBR Skor Baku Rujukan  NSBR NIS

: Nilai Induvidual Subjek

NMBR

: Nilai Median Baku Rujukan

NSBR

: Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb 1. a. b. c.

Untuk BB/U Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

Bila SSB < - 2 SD Bila SSB -2 s/d +2 SD Bila SSB > +2 SD

2. a.

TB/U Pendek

Bila SSB < -2 SD 22

b. c.

Normal Tinggi

Bila SSB -2 s/d +2 SD Bila SBB > +2 SD

3. a. b. c.

BB/TB Kurus Bila SSB < -2 SD Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD Gemuk Bila SSB > +2 SD Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3. Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS) Indeks yang digunakan BB/U TB/U Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Sekarang kurang + Rendah Normal Normal Normal Normal Sekarang kurang Normal Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi, normal Tinggi Tinggi Obese Tinggi Rendah Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Sumber: Depkes RI, 2004 Interpretasi

BB/TB Normal Rendah Rendah Normal Rendah Tinggi Normal Tinggi Tinggi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a.

Umur. Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004). b.

Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk 23

indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990). c.

Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994). Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHONCHS

1

Indeks yang dipakai BB/U

2

TB/U

3

BB/TB

No

Batas Pengelompokan < -3 SD - 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD < -3 SD - 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD < -3 SD - 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD > +2 SD

Sebutan Status Gizi Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004. Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan 24

“presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990). Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Age Standard Deviations Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd 15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985 Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS Stature Standard Deviations Cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd 145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985 Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Stature Standard Deviations Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd 15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

+3sd 94.1

+3sd 55.4

+3sd 193.2

Jadi untuk indeks BB/U adalah = Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD = status gizi baik Untuk IndeksTB/U adalah = Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD = status gizi pendek Untuk Indeks BB/TB adalah 25

= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD = status gizi gemuk

26

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu hamil sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh janin. a. Asupan normal ibu hamil Ibu hamil memerlukan tambahan kalori sebanyak 300 kal/hari pada trimester kedua dan ketiga. Sedangkan pada trimester pertama penambahannnya boleh kurang dari 300 kal. Untuk ibu hamil usia remaja, berat badan kurang, dan ibu hamil yang aktif, mungkin diperlukan lebih banyak kalori. Tambahan kalori ini diperlukan akibat meningkatnya metabolisme tubuh dan untuk melindungi kebutuhan protein yang sangat diperlukan sebagai bahan pembangun si janin. Kalori. Selama kehamilan konsumsi kalori bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya.Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa melengkapi. 27

Asama Folat. Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan. Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau. Protein. Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacangkacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu. Kalsium. Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat terhindar dari penyakit osteoporosis. Susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik. Vitamin A. Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Zat Besi. Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada hati, daging atau ikan. Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi. Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari bberbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi karena vitamin C banyak mengandung antioksidan. Vitamin D. Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil Suhu Lingkungan Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk mempertahankan metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang akan dilepaskan. (Kristiyanasari, 2010) Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil metabolisme tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu berarti lebih besar masukan energi yang diperlukan. (Paath,dkk., 20045 ) 28

Status Ekonomi dan Sosial Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanannya. (Paath, 2005 ) Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan ( keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian ibu mampu membeli dan memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. (Arisman, 2009 ) Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap Makanan Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998). Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi pertumbuhan dan perkembangan. (Kristiyanasari, 2010) Usia Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001). Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. (Kristiyanasari, 2010). Lebih muda umur seorang wanita hamil, lebih banyak energi yang di butuhkan. Angka kematian maternal yang berusia 10-14 tahun 5 kali lebih besar dari mereka yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang berumur 15-19 tahun menunjukkan angka kematian 2 kali lebi besar. ( Soejoenoes,1992 ). Ini berhubungan dengan status gizi remaja yang perkembangan fisik dan mentalnya masih membutuhkan energi lebih banyak ( Paath,dkk. 2005). Masalah yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin pertumbuhan sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda ( kurang 20 tahn ) atau umur terlalu tua ( diatas 35 tahun). ( Manuaba, dkk., 2009 ) Pendidikan Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang dari individu, kelompok atau masyarakat. ( Notoadmodjo, 2007) Bagi masyarakat yang berpendidikan tinggi dan cukup tentang nilai gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan atau pertimbangan fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan psikis. (Paath,dkk.,2005 ).

Status Kesehatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Status ialah keadaan kedudukan seseorang. Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit otomatis akan 29

memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus ingat, bahwa gizi yang dapat ia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk dirinya. (Kristiyanasari, 2010) Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi atau makanan yang nebgandung zat besi seperti bayan, hati dan sebagainya. ( Paath, 2005 ) Angka Kecukupan Gizi (AKG) Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan serorang/hari khusus ibu hamil. Zat Gizi Energi Protein Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Thiamin Niacin Vitamin B12 Asam folat Piridoksin Vitamin C Kalsium Fosfor Zat besi Seng Yodium Selenium

Satuan Kal Gr RE Ug Mg Mg Mg Mg Mg Ug Mg Mg Mg Mg Mg Mg Ug Ug

Wanita Dewasa 2200 48 500 5 8 65 1,0 9 1,0 150 1,6 60 500 450 26 15 150 55

Ibu Hamil 2485 60 700 15 18 130 1,2 9,1 1,3 300 3,8 70 900 650 46 20 175 70

Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004) Status Keadaan umum Berat badan Postur Otot Saraf Pencernaan Jantung Vitalitas umum Rambut

Tanda Responsive, gesit Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh Tegak, tungkai dan lengan lurus Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit Perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks normal, mental stabil Nafsu makan baik Detak dan irama normal, tekanan darah normal sesuai usia Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh semangat Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit kepala normal 30

Kulit Muka dan leher Bibir Mulut Gusi Lidah Gigi geligi Mata Kelenjar Kuku Tungkai

3.

Licin, cukup lembab, warna segar Warna sama, licin, tampak sehat, segar Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak bengkak Tidak ada luka dan selaput merah Merah normal, tidak ada perdarahan Merah normal, licin, tidak ada luka Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, lurus dagu normal, bersih dan tidak ada perdarahan Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada perdarahan Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada perdarahan Keras dan kemerahan Kaki tidak bengkak, normal

Memahami PBHS pada keluarga dan institusi pendidikan

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes. RI. 2006) PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau, dan mampu mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menetapkan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. (DEPKES RI. 2006) Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga. artinya harus ada komunikasi antara kader dengan kaluarga/ masyarakat atau memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009).

31

Tujuan PHBS Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Strategi PHBS Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu : 1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. 2. Bina Suasana (Social Support) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum. 3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri 32

sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga: 1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit 2. Anak tumbuh sehat dan cerdas 3. Prokduktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesekahatan dapat diahlikan untuk biaya investasi seperti biya pendidikan, Pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga Manfaat Perilaku Hidup dan Sehat bagi masyarakat : 1. 2. 3. 4.

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dll.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi kesehatan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia sehat 2010. Tatanan PHBS Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, beinteraksi dan lainlain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. (DEPKES RI 2006) Indikator PHBS Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. (DEPKES RI. 2006)

PHBS di berbagai tatanan PHBS Di Rumah Tangga PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. 33

Manfaat  Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.  Anak tumbuh sehat dan cerdas.  Produktivitas anggota keluarga meningkat Pelaksanaan PBHS Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan nya PHBS di kelompokkan menjadi lima tatanan yaitu :  PHBS di Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. 2. Memberi ASI ekslusif Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. 3. Menimbang balita setiap bulan Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk. 4. Menggunakan air bersih Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotor air limbah.

34

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari kuman. 6. Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk. 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan nyamuk). 8. Makan buah dan sayur setiap hari Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik. 10. Tidak merokok di dalam rumah Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak gigi, sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan keguguran. Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.

35

Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut :  Sehat 1 yaitu bila keluarga berperilaku positif kurang dari 25% dari jumlah seluruh indikator PHBS,  Sehat 2 yaitu bila keluarga perperilaku positif 25% - 49% dari jumlah seluruh indikator PHBS,  Sehat 3 yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% darijumlah seluruh indikator PHBS, dan  Sehat 4 yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75% dari jumlah seluruh indikator PHBS. PHBS di Sekolah Pengertian PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007). Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni: Tujuan Umum : Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Tujuan Khusus : a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. b. Meningkatkan peran serta peran aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah berPHBS di sekolah. c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber-PHBS. Manfaat Manfaat bagi siswa : a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit b. Meningkatkan semangat belajar c. Meningkatkan produktivitas belajar d. Menurunkan angka absensi karena sakit Manfaat bagi warga sekolah : a. Meningkatkan semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua c. Meningkatkan citra sekolah yang positif 36

Manfaat bagi sekolah : a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah Manfaat bagi masyarakat : a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota : a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang baik b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah Sasaran a. Siswa peserta didik b. Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orangtua siswa) c. Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dll) Strata Tabel Strata PHBS di Sekolah Tim

Strata Madya

Strata Utama

Memelihara rambut agar bersih dan rapi Memakai pakaian bersih dan rapi Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih

Perilaku di strata pratama ditambah : Memberantas jentik nyamuk

Perilaku di strata madya ditambah : Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Memakai sepatu bersih dan rapi Berolahraga teratur dan terukur Tidak merokok di sekolah

Menggunakan air bersih

Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya)

Tidak menggunakan NAPZA Indikator a. Memelihara rambut agar bersih dan rapi Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali. 37

b. Memakai pakaian bersih dan rapi Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali. c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali. d. Memakai sepatu bersih dan rapi Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali. e. Berolahraga teratur dan terukur Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga. f. Tidak merokok di sekolah Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakitpenyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok. g. Tidak menggunakan NAPZA Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya. h. Memberantas jentik nyamuk Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air 38

kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali. i. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan. j. Menggunakan air bersih Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat. k. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kumankuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung. l. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit. m. Mengonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah 39

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik. n. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal. PHBS di Tempat Kerja PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat. Tujuan  Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.  Meningkatkan produktivitas kerja.  Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.  Menurunkan angka absensi tenaga kerja.  Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.  Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat. Indikator Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat kerja : a. Tidak merokok di tempat kerja b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja. c. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja. f. Menggunakan air bersih. g. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar. h. Membuang sampah pada tempatnya. i. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

40

Manfaat 1) Bagi Pekerja - Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. - Produktivitasnya pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga. - Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan. 2) Bagi Masyarakat - Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja. - Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja setempat. 3) Bagi Tempat Kerja - Meningkatkan produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan. - Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikerluarkan. - Meningkatkan citra tempat kerja yang positif. 4) Bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota - Peningkatan tempat kerja sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik. - Anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat dialihkan untuk peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan. - Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS. - Adanya bimbingan teknis pelaksaan pembinaan PHBS di tempat kerja. - Dukungan buku panduan dan media promosi. PHBS di Tempat Umum PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mapu untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat. Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olah raga, rekreasi dan sarana social lainnya. Tujuan 1) Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat umum. 2) Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat perbelanjaan, rumah makan, tempat ibadah dan angkatan-angkatan Sasaran  masyarakat pengunjung/pembeli  pedagang  petugas kebersihan, keamanan pasar 41

 konsumen  pengelola (pramusaji)  jamaah  pemelihara/pengelola tempat ibadah  remaja tempat ibadah  penumpang  awak angkutan umum  pengelola angkutan umum Indikator a. PHBS di pasar 1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan jamban 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak merokok di pasar 5. Tidak meludah sembarangan 6. Memberantas jentik nyamuk b. PHBS di tempat ibadah 1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan jamban 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak merokok di tempat ibadah 5. Tidak meludah sembarangan 6. Memberantas jentik nyamuk c. PHBS di rumah makan 1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan Jamban 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 5. Tidak merokok di rumah makan 6. Menutup makanan dan minuman 7. Tidak meludah sembarangan 8. Memberantas jentik nyamuk d. PHBS di angkutan umum (bus, angkot, kereta, pesawat, kapal laut, dll) 1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan Jamban 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak merokok di angkutan umum 5. Tidak meludah sembarangan

42

Manfaat Bagi masyarakat :  Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit  Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat serta mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Bagi tempat umum :  Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah dan sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum  Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum Bagi Pemerintah kabupaten/kota :  Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah kabupaten/kota yang baik  Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum PHBS di Institusi Kesehatan PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat. Tujuan  Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi kesehatan  Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan  Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat Sasaran  Pasien  Keluarga pasien  Pengunjung  Petugas kesehatan di institusi kesehatan  Karyawan di institusi kesehatan Manfaat Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung :  Memperoleh pelayanan kesehatan di institusi kesehatan yang sehat  Terhindar dari penularan penyakit  Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan pasien Bagi institusi kesehatan :  Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan  Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat 43

Bagi pemerintah daerah : 

Peningkatan persentase institusi kesehatan sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah kabupaten/kota yang baik  Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di institusi kesehatan Indikator Semua PHBS diharapkan dilakukan di Institusi Kesehatan. Namun demikian, institusi kesehatan teiah masuk kategori Institusi Kesehatan Sehat, bila pasien, masyarakat pengunjungdan petugas di institusi kesehatan ; 1. Menggunakan air bersih, 2. Menggunakan jamban. 3. Membuang sampan patla tempatnya, 4. Tidak merokok di institusi kesehatan. 5. Tidak meludah sembarangan. 6. Memberantas Jentik nyamuk.

4. Memahami gaya hidup pada anak yang tidak mencerminkan gaya hidup sehat 1. Melewatkan sarapan Melewatkan sarapan telah lama diketahui menghambat perkembangan dan kemampuan belajar seorang anak. Sebab tanpa sarapan yang penting itu, kadar gula darah anak akan tetap rendah sehingga menyebabkan kelelahan, kelesuan, kurangnya konsentrasi di kelas, mudah tersinggung, performa kerja yang buruk dan peningkatan kecenderungan untuk melakukan kesalahan saat mengerjakan tugas atau tes. Tak sarapan juga telah lama dikaitkan dengan obesitas pada anak-anak karena remaja dan anakanak yang tidak melakukannya akan cenderung mengonsumsi makanan tak sehat seperti makanan cepat saji, keripik, permen dan cokelat dalam rangka meningkatkan energi mereka. Meski setiap pagi, rumah akan selalu dipenuhi dengan kepanikan sebelum berangkat beraktivitas, penting untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk sarapan singkat. Tak perlu dengan menu yang lengkap, cukup kombinasikan protein dan karbohidrat (seperti sereal berserat tinggi dan susu rendah lemak; atau roti gandum panggang dan telur rebus). Jangan lupa juga tambahkan buah. 2. Kurang makan buah dan sayur Buah-buahan dan sayur-sayuran sarat dengan nutrisi super. Berbagai studi telah menunjukkan bagaimana besarnya manfaat mengonsumsi sedikitnya lima porsi buah dan sayur sehari dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung, stroke hingga beberapa jenis kanker. Mengonsumsi lima porsi buah dan sayur dalam sehari sebenarnya tidaklah sulit: sempatkan makan dua buah di pagi hari, lalu makan salad atau sup sayur saat makan siang (bisa juga dengan 44

menambahkan cemilan seperti cocktail tomat, wortel atau mentimun pada kotak makan siang anak) dan konsumsi dua jenis sayuran untuk makan malam. Selain itu, dorong anak untuk lebih banyak makan buah dan sayuran dengan selalu menyiapkan buah-buahan dan sayuran segar di lemari es. Lebih dari itu, biasakan nyemil buah atau sayuran di depan anak, dengan begitu cepat atau lambat anak akan menirunya. 3. Tidak rutin berolahraga Padahal olahraga rutin banyak sekali manfaatnya, mulai dari meningkatkan kesehatan tulang, otot dan sendi; menambah energi dan daya konsentrasi; mendorong sistem kekebalan tubuh; memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan risiko sejumlah penyakit serius akibat gaya hidup seperti diabetes. Bahkan untuk anak-anak, manfaat olahraga jauh lebih kentara karena aktivitas fisik ini dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, mempertajam daya pikir, membangun harga diri sekaligus kepercayaan diri serta mengurangi tingkat kecemasan dan stres. Meski orang dewasa direkomendasikan untuk berolahraga sedikitnya 30 menit perharinya tapi anak-anak justru harus didorong untuk berolahraga selama 60 menit perhari. Tak perlu melakukan satu jenis latihan fisik selama durasi itu karena orangtua bisa mengajari anak untuk mengkombinasikan sejumlah latihan fisik, misalnya jalan kaki selama 30 menit, bersepeda 10 menit dan 20 menit bermain seperti lompat tali atau berkejaran dengan anjing. Anda juga bisa mengarahkannya agar fisiknya lebih aktif dengan mendorongnya berpartisipasi dalam olahraga, kelas tari atau bela diri. Bisa juga dengan mengajak mereka melakukan aktivitas bersama seperti mengajak anjing jalan-jalan, menyapu dedaunan yang berjatuhan di taman rumah atau membersihkan karpet. Beri contoh pada anak dengan aktif berolahraga atau melakukan kegiatan fisik dan luangkan waktu untuk family outing seperti bersepeda atau mendaki gunung bersama. 4. Kurang tidur Kurang tidur mungkin terdengar sepele tapi hal ini telah lama diketahui menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Bahkan kurang tidur kronis dapat menimbulkan konsekuensi negatif untuk seumur hidup. Pasalnya, ketika tidur tubuh memperoleh kesempatan untuk memulihkan dirinya sendiri setelah seharian beraktivitas. Lagipula jam tidur yang cukup dapat membantu Anda mempertajam daya pikir sekaligus melawan infeksi. Tak hanya itu, kurang tidur juga mempengaruhi stok energi, mood, kebiasaan makan, kemampuan memecahkan masalah (problem-solving skill) serta kemampuan belajar, termasuk mencegah tubuh memulihkan diri dari cedera. Apalagi bagi anak-anak tidur itu begitu penting karena aktivitas ini membantu mereka tumbuh, berkembang dan berfungsi secara optimal. Bahkan sejumlah studi telah mengaitkan antara kurang tidur dengan obesitas, gangguan pemusatan pikiran, diabetes hingga penyakit jantung paa anak-anak.

45

Tanamkan rutinitas tidur yang teratur pada anak. Salah satunya dengan membatasi waktu anak untuk menonton televisi atau bermain game di malam hari serta memastikan anak berangkat tidur di jam yang sama setiap malamnya dalam lingkungan rumah yang nyaman, aman dan tenang. Namun seberapa besar kebutuhan tidur anak bergantung pada usia dan kadar aktivitasnya, biasanya berkisar antara 9-12 tahun. Untuk mengetahui apakah anak Anda mendapatkan jam tidur yang cukup atau tidak, cobalah amati apakah di pagi hari anak Anda bisa bangun sendiri atau tidak. Jika iya, itu tandanya ia mendapatkan jam tidur yang memadai. Jika harus dibangunkan, biasakan si anak untuk tidur lebih cepat. 5. Malas mencuci tangan Lini pertama pertahanan Anda terhadap berbagai kuman dan penyakit terdapat pada kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air. Tapi sayangnya banyak orang yang enggan melakukannya atau tak melakukannya dengan benar. Padahal kuman dan penyakit yang masuk ke dalam tubuh karena malas mencuci tangan bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mulai dari flu biasa hingga penyakit parasit seperti E. coli, Giardia dan Salmonella yang dapat menyebabkan sakit serius. Ajari anak untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum makan, setelah memakai toilet, setelah memegang hewan peliharaan, sebelum dan setelah menyentuh makanan mentah, setelah batuk, bersin atau melecit. Namun yang terpenting adalah berikan aturan yang sama untuk diri Anda sendiri. Berikut ini adalah beberapa cara sederhana tentang apa yang harus orang tua ajarkan kepada anak-anak tentang gaya hidup sehat.  Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.  Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.  Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan lebih banyak ikan)  Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.  Minum air putih yang cukup setiap hari.  Istirahat yang cukup.  Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.  Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.  Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya ketika hal itu tidak dapat dihindari.  Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein. Cara Hidup Sehat Mencegah Obesitas

:

1. Mulailah menyusun pola makan dan minum contohnya, melatih makan teratur dgn jadwal yg tepat dan porsi yg cukup dan tidak berlebihan. 2. Makanlah dgn menu bervariasi dan sehat juga memperbanyak makanan yg banyak mengandung serat dari buah dan syuran. Sebab selain berguna buat kesehatan percernaan serat pun dapat membuat kita lebih cepat kenyang. 46

3. Mengurangi makanan yang digoreng dengan membiasakan mamana dengan cara direbus, dikukus ataupun dipanggang. 4. Mengatur aktifitas fisik. Membiasakan bangun pagi dan berolah raga minimal tiga kali seminggu. 5. Banyak melakukan kegiatan sehari hari yang memerlukan aktifitas fisik. 6. Membatasi aktifitas pasif seperti menonton tv, video game ataupun penggunaan komputer yang berlama lama. 7. Tidur yang cukup serta tidak berlebihan 8. Menghindari beban psikologis dan menghindari stres

5.

Memahami PBHS dan pemberdayaan masyarakat dalam islam

Hukum menjaga kebersihan Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57 yang bermaksud: “Makanlah dari makanan yang baikbaik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri”. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di mukabumi; dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Surah Al-Baqarah, ayat 168) “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya “

QS Al A’la ayat : 14. Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat. “Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4) “Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ). Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan) dan menjauhi kekotoran.

47

Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan menjadi pangkal kesehatan. Ilmu kesehatan modern tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan. Tidaklah heran kalau kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari. Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan. Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu minal iiman” yang berarti bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman. Hadist lain menyatkana bahwa “orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.” Ajaran kesehatan Nabi SAW yang lain adalah khitan sangat sesuai dengan kebersihan dan kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai dengan kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur lengkap dalam hadist. Urgensi Kebersihan dan Kesehatan Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179) Salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (daf’u al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan. Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.

Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S AlBaqarah : 16)

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Q.S ‘Abasa : 24) 48

Pemberdayaan Masyarakat dalam Islam Islam sebagai ajaran yang sempurna mewajibkan zakat, dan menyerukan memberikan infaq dan shadaqah, sebagai pengejawantahan kepedulian sosial. Zakat dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT. Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan pelbagai kebajikan. Tidak membayar zakat, sanksinya adalah dosa, yang dapat mengurangi kualitas ibadah. Dari sudut pandang agama Islam, kedudukan zakat lebih tinggi daripada pajak.

49

Daftar Pustaka Abunain Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang Gizi Bogor. Arsad. RA, 2006. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahnu 2006. FKM-UNHAS. Makassar. Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 25 Mei 2014 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari2012.pdf Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

25

Mei

2014

dari:

Kebersihan dan Kesehatan dalam Persepektif Islam (2) diunduh 26 Mei 2014 dari: http://pesantrenonline.org/index.php/publikasi/529-kebersihan-dan-kesehatan-dalam-persepektif-islam2.html Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 27 Mei 2014 dari: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 26 Mei 2014 dari: http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

50

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

dari:

dari:

http://pkm-banjarsari-

Abunain Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang Gizi Bogor. Arsad. RA, 2006. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahnu 2006. FKM-UNHAS. Makassar. Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius. http://fk.uns.ac.id/static/file/Gizi.pdf http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/Buku%20Pedoman%20pelayanan%20anakdfr.p df http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=4&keyIdHead=9 http://www.bbkpmska.com/artikel/kesehatan-paru/81-lingkungan-sehat-untuk-tb.html http://stbm-indonesia.org/wp/wp-content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-SanitasiTotal-Berbasis-Masyarakat.pdf Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

51

More Documents from "Anonymous jgiYfz"