20081231 Penggunaan Obat Dalam Kehamilan, Rspad, Jje

  • Uploaded by: Judi Januadi Endjun, MD, ObsGyn
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20081231 Penggunaan Obat Dalam Kehamilan, Rspad, Jje as PDF for free.

More details

  • Words: 1,177
  • Pages: 4
Penggunaan Obat Dalam Kehamilan Judi Januadi Endjun Divisi Kedokteran Feto Maternal Departemen Obstetri dan Ginekologi / RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Fakultas Kedokteran UPN Veteran – Jakarta Pendahuluan Wanita hamil normal adalah individu sehat yang seharusnya hanya memerlukan suplementasi asam folat untuk memenuhi kebutuhan janin. Obat adalah suatu produk buatan yang hanya diberikan bila ada indikasi medis, termasuk yang namanya vitamin. Setiap tenaga kesehatan dan pasien perlu menimbang secara rasional, apakah perlu memperoleh obat. Pengertian Obat adalah suatu zat yang dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan efek pengobatan (terapi) bila diberikan pada individu yang sakit atau memerlukan pengobatan. Mengingat obat bukan dihasilkan secara alami, tetapi buatan, maka obat termasuk zat asing yang bila diberikan kepada ibu hamil berpotensi menimbulkan efek samping pada ibu dan janin yang dikandungnya. Kenapa saya diberi obat Bila kita ingat bahwa obat merupakan zat atau benda asing yang mungkin saja dapat menimbulkan efek samping pada ibu hamil dan janin, maka pemebriannya harus berdasarkan alasan medis yang benar. Beberapa alasan medis kenapa seseorang perlu mendapat obat antara lain : Makanan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan ibu hamil : asam folat (lihat bahasan nutrisi ibu hamil). Ada infeksi yang harus segera dihilangkan : misalnya ibu hamil menderita penyakit demam tifoid (tifus), maka harus diberikan antibiotika yang aman bagi janin dan juga dapat membunuh kuman-kuman penyebab demam tifoid tersebut. Ada penyakit yang harus dikendalikan dengan obat : misalnya penyakit kencing manis pada kehamilan dengan gula darah yang tinggi (lebih dari 200 mg/dl) memerlukan suntikan insulin setiap hari. Contoh lainnya adalah penyakit gondok (thiroid) memerlukan obat untuk mengatur kadar hormon tiroid. Bagian dari standar pelayanan medis (SPM) : misalnya dalam asuhan persalinan normal (APN) diberikan obat oksitosin sebagai bagian dari manajemen aktif kala tiga dalam mencegah terjadinya perdarahan pasca

persalinan. Contoh lain adalah pemberian antibiotika pada pasien yang menjalani operasi sesar untuk mencegah terinfeksinya luka operasi atau untuk mengobati infeksi yang sudah terjadi sebelum operasi sesar dilakukan. Apa yang harus diketahui tentang obat Selainan alasan medis kenapa ibu hamil diberi obat, ada hal lain yang harus ibu ketahui, misalnya dosis, cara pemberian, lama pemberian, khasiat obat, waktu kerja, interaksi dengan obat (zat) lain, harga, ketersediaan, dan efek samping atau tanda bahaya akibat mempergunakan obat tersebut. Nama Sebelum memberikan atau mempergunakan obat, perhatikan kembali nama obat dan nama pasien pada etikat tersebut untuk mencegah tertukarnya obat. Selain itu juga perhatiakn dosis dan cara pemberiannya. Dosis Setiap obat memiliki rentang keamanan dan khasiat pengobatan yang harus diketahui sebelum obat diberikan, misalnya kadar maksimal pemakaian antibiotika 2 gram per hari, maka dosis yang diberikan adalah maksimal 4 x 500 mg atau cukup dengan dosis 3 x 500 mg, jangan 3 x 1 gram. Kelebihan ataupun kekurangan dosis obat akan membahayakan pasien. Kelebihan menyebabkan semakin besar risiko efek samping obat, sedangkan kekurangan menyebabkan penyakitnya tidak sembuh sesuai harapan. Cara Pemberian Secara umum, obat diberikan melalui mulut (per oral) atau suntikan. Suntikan dapat diberikan intramuskular (ke dalam otot), intravena (ke dalam pembuluh darah vena), atau subkutan (di bawah kulit). Selain cara di atas, ada cara lain yang mungkin diperlukan dalam pemberian obat kepada ibu hamil, misalnya melalui vagina, anus (trans rectal atau supositoria), salep kulit, tetes hidung atau telinga, inhalasi melalui pernafasan atau intrakutan (suntikan pada kulit bagian permukaan). Cara pemberian obat juga berkaitan dengan waktu pemberian obat. Waktu Obat dapat diberikan apakah sekali sehari atau bahkan dapat lebih sering, misalnya hingga 5 kali per hari, tergantung berapa lama obat tersebut bekerja dalam tubuh. Waktu pemebrian dapat pagi hari, siang hari atau malam hari; atau dapat juga sebelum makan atau Lama Pemberian Lamanya pemberian obat tergantung jenis kelainan atau penyait yang diderita. Misalnya tablet asam folat akan diperlukan terutama saat kehamilan, tetapi obat tersebut dapat saja dikonsumsi selama hidup. Antibiotika untuk pengobatan dapat diberikan selama 5 – 10 hari, tergantung beratnya infeksi yang terjadi. Khasiat



2


Khasiat obat adalah pengaruh positif dari obat yang diharapkan dapat mengatasi kekurangan atau penyakit pada ibu hamil. Misalnya ibu hamil yang menderita anemia akibat kekurangan zat besi, maka diperlukan obat yang mengandung zat besi. Wanita yang pernah mengalami atau melahirkan bayi tanpa tempurung kepala (anensefalus) harus mengonsumsi tablet asam folat 1 miligram per hari, minimal 3 bulan sebelum hamil dan dilanjutkan selama kehamilan dengan dosis minimal 800 mikrogram per hari. Asam folat diperlukan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan akibat defek tabung saraf (neural tube defect) seperti anensefalus atau spina bifida (tulang belakang terbuka). Waktu Kerja Setiap obat memiliki waktu kerja, yaitu kapan mulai bekerja, berapa lama daya kerjanya dan kapan berakhirnya. Obat-obatan yang diberikan langsung melalui aliran darah umumnya bekerja lebih cepat dibanding obat minum. Lama bekerja obat selain dipengaruhi oleh jenis obat, juga dipengaruhi oleh keadaan lambung dan usus ibu, kesehatan ibu, dan interaksi dengan obat lain. Interaksi dengan Obat (zat) lain Setiap obat yang diterima tubuh akan bereaksi, baik secara local pada tempat obat masuk maupun sesara sistemik (menyeluruh) setelah obat masuk sirkulasi darah. Pada obat yang diminum, harus diperhatikan apakah obat tersebut boleh diminum setelah makan atau apakah tidak boleh diminum setelah. Harga Pada ibu hamil jarang memerlukan obat yang mahal karena wanita hamil adalah orang sehat yang tidak selalu memerlukan obat. Asam folat dalam bentuk generik tidak mahal, demikian juga dengan multivitamin. Bila diperlukan antibiotika, cukup memakai antibiotika yang generic karena khasiat antibiotika bukan ditentukan oleh generic atau tidaknya, apalagi oleh harganya. Sebelum membeli, tanyakan betul berapa harganya agar pasien mampu membeli sejumlah obat yang dianjurkan dokternya. Ketersediaan di apotek Obat-obat tertentu harus diberikan dalam jumlah dan hari tertentu karena hal tersebut sangat penting dalam pengobatan, misalnya antibiotika untuk pengobatan infeksi tidak cukup bila hanya diminum satu hari saja, tetapi misalnya minimal 5 hari, tergantung beratnya penyakit yang diderita. Ada juga obat yang dipergunakan seumur hidup, misalnya suntikan insulin pada penderita kencing manis berat. Bila obat tersebut tidak tersedia, maka keberhasilan pengobatan menjadi terganggu, bahkan mungkin gagal sehingga dapat berakibat fatal. Efek Samping (tanda bahaya) Efek samping adalah pengaruh negatif dari obat yang diterima tubuh, dapat ringan ataupun berat. Setiap zat asing yang dikonsumsi, apalagi pada kelompok yang menderita alergi harus selalu diingat akan adanya potensi efek samping. Misalnya antibiotika yang akan diberikan melalui suntikan 


3


harus diuji dulu apakah bisa menimbulkan reaksi alergi atau tidak, uji tersebut disebut “skin test”. Akan diambil sedikit contoh dari antibiotika yang akan diberikan, kemudian disuntikkan intrakutan untuk melihat apakah timbul reaksi alergi atau tidak. Adanya reaksi alergi akan menyebabkan daerah disekitar suntikan merah, menebal, dan gatal, bila reaksi alerginya berat, mungkin saja timbul pembengkakan pada tubuh atau gatal seluruh tubuh. Bila timbul reaksi alergi, maka obat tersebut tidak boleh diberikan. Apa yang harus dilakukan bila ada efek samping obat SEGERA hentikan obat, dan bila efek sampingnya berat, SEGERA ke rumah sakit atau mencari pertolongan dokter terdekat. Reaksi alergi dan penyebabnya dicatat agar kejadian tersebut tidak berulang diwaktu mendatang. Simpulan Pemberian obat harus berdasarkan indikasi medis, jangan sembarangan memakan obat karena setiap obat mempunyai karakteristik sendiri dan memiliki potensi untuk menimbulkan reaksi alergi. Bila dijumpai efek samping obat, hentikan segera obatnya dan segera ke rumah sakit bila efek sampingnya berat. Kepustakaan 1. De Swiet M, Chamberlain G, Bennett P. Basic Science in Obstetrics and Gynecology. 2004.



4


Related Documents


More Documents from "Judi Januadi Endjun, MD, ObsGyn"